KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTQRAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
KANTOR PUSAT KEMENTERIAN PERTANIAN GEDUNG D
JALAN HARSONO RM NOMOR 3 RAGUNAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN KODE POS 12550 TELEPON (021) 7816082, FAXSIMILE (021) 7816083 Nomor Lampiran Hal Yth. 1 (Satu) Eksemplar
Penyampaian SK Realokasi Kedua Kebutuhan
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian TA 2016
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
di
Seluruh Indonesia
-z^Oktober2016
Dalam rangka mendukung Musim Tanam sampai dengan akhir Desember 2016 dan guna
mengoptimalkan penyediaan alokasi pupuk bersubsidi di masing-masing provinsi,
bersama ini kami sampaikan Keputusan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
Nomor 20/Kpts/SR.320/B/10/2016 tentang Realokasi Kedua Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2016 (terlampir).
Surat Keputusan ini agar segera ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi untuk penetapan alokasi per Kabupaten/Kota sebagaimana ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/SR.310/12/2015 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian TA 2016. Atas perhatian dan kerjasama Saudara kami ucapkan terimakasih.
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian;
2. Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
uk dan Pestisida,
omni 8609 1 001
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KANTOR PUSAT KEMENTERIAN PERTANIAN GEDUNG D
JALAN HARSONO RM NOMOR 3 RAGUNAN PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN KODE POS 12550
TELEPON (021) 7816082, FAXSIMILE (021) 7816083
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
NOMOR: 30 /K>i£/S(*.330/e>/lO/*0(£
TENTANG
REALOKASI KEDUA KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN,
Menimbang: a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/SR. 130/12/2015 telah ditetapkan
Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi
Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2016;
b. bahwa di beberapa provinsi telah terjadi peningkatan
realisasi penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor
pertanian sampai dengan bulan Agustus 2016;
c. bahwa untuk mengantisipasi kemungkinan kekurangan
pupuk di beberapa Provinsi perlu dilakukan Realokasi Kedua
Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2016;
d. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas dan sebagai
tindaklanjut Pasal 9 ayat (1) butir a Peraturan Menteri
Pertanian 60/Permentan/SR. 130/12/2015, dipandang perlu
menetapkan Realokasi Kedua Antar Provinsi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran
2016;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lerhbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5907);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor
14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4079);
5. Peraturan
Presiden
Nomor 47
Tahun
2009
tentang
Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara jis
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran
Negara Tahun 2013 Nomor 125);
6. Peraturan
Presiden
Nomor
77
Tahun
2005
tentang
Penetapan
Pupuk
Bersubsidi
Sebagai
Barang
Dalam
Pengawasan juncto Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun
2011;
7. Peraturan
Presiden
Nomor
7
Tahun
2015
tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun
2015 Nomor 8);
8. Peraturan
Presiden
Nomor
45
Tahun
2015
tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor
85);
9. Keputusan
Presiden
Nomor
121/P/2014
tentang
Pembentukan dan Pengangkatan Kementerian Kabinet Kerja
Periode Tahun 2014 - 2019;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.05/2010
tentang Tatacara Pencairan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Atas Beban Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Berita Negara Tahun 2010 Nomor 662);
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/ SR. 140/8/2011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran
Pupuk An-Organik (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 491);
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
70/Permentan/SR. 140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah (Berita Negara Tahun
2011 Nomor 664);
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/ SR. 130/1/2012 tentang Komponen Harga Pokok Penjualan
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian;
14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1871/Kpts/ OT. 160/5/2012 tentang Pembentukan Tim Pengawas
Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat;
15. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan
I 1
KEEMPAT
: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Oktober2016
^S&feJR JENDERAL,
ARJD GATOT IRIANTO 19601024 198703 1001 s2**n
Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth.:
1. Menteri Pertanian;
Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia;
Deputi
Bidang
Koordinasi
Perniagaan
dan
Industri,
Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian/Ketua Kelompok Kerja Perumusan
Kebijakan Pupuk;
Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan;
Direktur Jenderal
Industri
Kimia, Tekstil
dan
Aneka,
Kementerian
Perindustrian;Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan;
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan;
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi, Kementerian Badan
Usaha Milik Negara;
Para Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Pertanian;
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015
tentang
Organisasi
dan
Tata Kerja Kementerian Pertanian;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
60/Permentan/SR. 130/12/2015 tentang Kebutuhan dan
Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsudi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2016;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor Nomor 68/PMK.02/2016 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan
dan
Pertanggungjawaban Dana Subsidi Pupuk (Berita
Negara Tahun 2016 Nomor 641;
19. Keputusan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian Nomor 08/Kpts/SR.320/B/04/2016 tanggal 18
April 2016, hal Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi
Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2016;
Memperhatikan: 1.
Surat Pit. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan Nomor5121.33/4325/DisTPH tanggal 2 September 2016, hal Penambahan Kuota Pupuk Bersubsidi Tahun 2016;
Surat Bupati Bojonegoro kepada Menteri Pertanian Nomor 520/899/412.31/2016 Juni 2016, hal Permohonan Tambahan Alokasi Pupuk Bersubsidi di
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016;
Perkembangan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi sampai dengan bulan Agustus 2016;
Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA 3. MEMUTUSKAN:
Realokasi Kedua Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun 2016 antar provinsi, sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Realokasi antar Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi
dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/SR. 130/ 12/2015 dengan memperhatikan realokasi sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU.
Realokasi antar Kecamatan dalam wilayah Kabupaten/ Kota
dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/ SR. 130/12/2015 dengan memperhatikan realokasi sebagaimana dimaksud
Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian