• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMUNITAS BACILLARIOPHYTA PERIFITON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR DI SUNGAI BRANTAS MALANG, JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KOMUNITAS BACILLARIOPHYTA PERIFITON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR DI SUNGAI BRANTAS MALANG, JAWA TIMUR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KOMUNITAS BACILLARIOPHYTAPERIFITON SEBAGAI

INDIKATOR KUALITAS AIR DI SUNGAI BRANTAS MALANG, JAWA TIMUR

Agnes Purwani, Hadi Suwono1, Sitoresmi Prabaningtyas2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia Email:1agnespurwaniy@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai April 2014 di Sungai Brantas Malang, Jawa Timur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis diatom perifiton yang predominan, mengetahui keanekaragaman spesies, mengalanilis faktor fisiko-kimia yang memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman diatom di stasiun pengamatan Sungai Brantas, mengetahui kualitas air Sungai Brantas berdasarkan indeks keanekaragaman dan faktor fisiko-kimia serta untuk mengetahui spesies diatom perifiton sebagai spesies indikator kualitas perairan Sungai Brantas. Pencuplikan diatom perifiton menggunakan ubin berukuran 20x20 cm², kemudian didedahkan pada tiap stasiun pengamatan selama 14 hari. Pengukuran parameter fisiko-kimia dianalisis di laboratorium Perum Jasa Tirta I Malang. Hasil penelitian memperlihatkan kualitas perairan Sungai Brantas dikategorikan tercemar ringan, Navicula atomus, Nitzschia palea dan Navicula cryptocephala merupakan spesies indikator untuk lingkungan perairan yang sudah tercemar.

Kata kunci: Diatom perifiton, Indikator, Kualitas Air di Sungai Brantas

Sungai merupakan suatu ekosistem perairan yang berperan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah sekitarnya. (Suwondo dkk, 2004: 15). Sungai Brantas berdasarkan pemanfaatannya digunakan untuk saluran irigasi pertanian, saluran pembuangan air hujan dan limbah domestik maupun industri, serta di beberapa tempat digunakan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga. Terdapat kecenderungan terus menerus menurunnya kualitas sungai karena meningkatnya pencemaran air oleh buangan pemukiman, industri, intensifikasi pertanian dan lain sebagainya. Kondisi sungai yang terbuka dan mudah dimanfaatkan banyak orang mengakibatkan sungai berada dalam kondisi rentan, dalam hal ini sungai sangat mudah tercemar. Sungai sebagai suatu kesatuan ekosistem bersifat terbuka yang mudah mendapat pengaruh dari luar.

Wilayah Sungai Brantas merupakan wilayah sungai terbesar kedua di Pulau Jawa terletak di Propinsi Jawa Timur. Wilayah DAS Brantas merupakan DAS strategis sebagai penyedia air baku untuk berbagai kebutuhan seperti PDAM, irigasi, industri dan lain-lain (Nurfatriani, 2013). Permasalahan yang sering dijumpai di aliran Sungai Brantas adalah penambangan pasir yang berlebihan di Wilayah Sungai Brantas mengakibatkan terjadinya degradasi dasar

(2)

2

sungai (Perum Jasa Tirta 1, 2005). Banyaknya bahan pencemar dalam perairan akan mengurangi keanekaragaman organisme dan pada umumnya meningkatkan populasi jenis yang tahan terhadap kondisi perairan tersebut (Menteri Pekerjaan Umum, 2010).

Aktivitas penduduk di sepanjang aliran Sungai Brantas baik secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kualitas air Sungai Brantas Aktivitas manusia di daerah pengaliran sungai sangat mempengaruhi ekosistem sungai, dan juga dapat mengakibatkan perubahan keberadaan organisme akuatik di perairan termasuk komunitas diatom perifiton. Berdasarkan pemantauan PJT I menunjukkan sebagian besar wilayah kualitas air Brantas jauh di bawah standar peruntukannya, menurut klasifikasi mutu air ditetapkan sebagai kelas II. Sungai kelas II adalah sungai untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan tidak direkomendasikan untuk bahan baku air minum. ). Kondisi Daerah Aliran Sungai Brantas di Wilayah Sungai Brantas yang telah mengalami kerusakan dan penurunan fungsi telah banyak dijumpai. Aliran Sungai Brantas mengalami penurunan kualitas yang cukup signifikan.

Penilaian kualitas air sungai yang baik hendaknya menggunakan kombinasi parameter fisiko-kimia dan biologi. Adanya perbedaan kondisi fisika kimia periaran sangat berpengaruh terhadap ekologi perairan, hal ini mengakibatkan faktor fisika kimia memiliki pengaruh terhadap keanekaragaman jenis diatom perifiton. Oleh karena itu keberadaan organisme tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain DO, BOD, COD, TDS dan TSS

Salah satunya penilaian yang dapat digunakan adalah indikator biologi. Diatom perifiton sangat berguna dalam studi lingkungan karena distribusi spesiesnya dipengaruhi kualitas air serta keberadaannya sangat melimpah di sungai. Indikator biologi yang ideal yaitu telah terindentifikasi, pengambilan contohnya mudah dilakukan secara kuantitatif, terdistribusi secara kosmopolitan, data autekologinya melimpah, bernilai ekonomik, mudah mengakumulasi pencemar, mudah dibudidayakan secara laboratorik serta variabilitas genetik dan relungya rendah. Spesies indikator diantaranya harus memiliki sifat predominan dan eksklusif, atau predominan dan karakteristik.

Diatom perifiton sebagai bioindikator sangat efektif dan ekonomis karena diatom mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan organisme lain, antara lain: diatom mempunyai distribusi yang luas dengan populasi yang bervariasi, mempunyai peran penting di dalam rantai makanan, siklus hidup pendek, cepat bereproduksi, dijumpai di hampir semua substrat sehingga mampu merekam sejarah habitatnya, banyak dari spesiesnya yang sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga cepat merespon, mampu merefleksikan perubahan-perubahan kualitas air dalam jangka pendek maupun jangka panjang, mudah dalam pengambilan sampel, analisis dan identifikasinya (Soeprobowati dkk, 1999:3).

Keberadaan diatom perifiton dapat diamati melalui beberapa parameter antara lain kelimpahan dan keanekaragamannya Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis rendah jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies dan hanya sedikit spesies yang dominan, begitu pula sebaliknya. Walaupun terdapat gangguan terhadap komponen-komponennya. Penyebaran individu setiap spesies atau genera tidak sama dan ada kecenderungan suatu

(3)

3

spesies mendominasi komunitas. Berdasarkan hal tersebut penulis mengadakan penelitian analisis komunitas diatom perifion untuk mengetahui jenis diatom perifiton yang predominan, keanekaragaman spesies, menganalisis faktor fisiko-kimia yang memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman di setiap lokasi penelitian serta menjelaskan kualitas perairan sungai Brantas berdasarkan nilai indeks keanekaragaman.

METODE

Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Desember 2013 - 29 April 2014 musim penghujan di tiga stasiun pengamatan Sungai Brantas, untuk selanjutnya pengamatan dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Malang. Sampel dikumpulkan pada 3 stasiun di Sungai Brantas. Stasiun I berada di Jembatan Pendem; stasiun II berada di Jembatan Dinoyo; Stasiun III berada di Jembatan Bumiayu. Pengambilan contoh air dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh diatom perifiton dan diuji di laboratorium kualitas air Perum Jasa Tirta I Malang. Parameter yang diukur adalah DO, COD, BOD, TSS dan TDS.

Diatom perifiton yang dikumpulkan adalah yang menempel pada substrat ubin. Enam buah ubin yang telah didedahkan selama 14 hari diambil, kemudian dilakukan penyikatan menggunakan kuas dan diberi larutan formalin 40% untuk mengawetkan sampel.

Identifikasi dilakukan di laboratorium Biologi Universitas Negeri Malang menggunakan buku Fresh Water Biology oleh W.T. Edmondson (1959) dan Marine Phtyoplankton Atlas of Kuwait’s Waters oleh Manal Al Kandari (2009). Spesies predominan sebagai spesies indikator dianalisis dengan rumus kelimpahan relatif (Di) sebagai berikut:

(Di) =[ ] x 100%

Keterangan:

ni= jumlah individu pada spesies ke-i N= jumlah seluruh individu

Keanekaragaman spesies diatom perifiton dan kualitas perairan sungai dapat diketahui menggunakan indeks Keanekargaman Shanon-Wiener, dengan rumus sebagai berikut:

H’ = - Pi ln Pi

Keterangan:

H indeks diversitas hanon Wiener

Pi jumlah individu masing masing jenis (i ) (Pi ni/N) ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu semua taksa (biomassa) pada suatu komunitas

Berdasarkan indeks keanekaragamannya kualitas air dibedakan menjadi beberapa kriteria, sebagai berikut (Fachrul, 2007):

(4)

4 Kriteria:

H’ < = keanekaragaman rendah, komunitas biota tidak stabil dan kualitas air tercemar berat

≤ H’≤ = keanekaragaman sedang, stabilitas komunitas biota sedang dan kualitas air tercemar sedang

H’ > = keanekaragaman tinggi, stabilitas komunitas biota dalam kondisi prima (stabil) dan kualitas air bersih

Spesies indikator kualitas air diamati dari sifat yang predominan, kehadiran dan distribusinya yang kosmopolit. Faktor fisiko-kimia yang paling berpengaruh terhadap keanekaragaman diatom perifiton dilakukan analisis regresi berganda. Analisis kualitas air diketahui dari nilai indeks keanekaragaman dan nilai baku mutu kualitas air.

HASIL

Diatom Perifiton Predominan di Sungai Brantas

Agregasi diatom perifiton yang ditemukan selama penelitian di sungai Brantas menunjukkan bahwa diatom yang ditemukan berasal dari 1 divisi Bacillariophyta, Kelas Bacillariophyceae, satu ordo, tiga subordo, 4 famili, 10 genus dan 34 spesies. Pada tiap stasiun pengamatan ditemukan spesies predominan yaitu Navicula atomus, Navicula cryptocephala dan Nitzchia palea (Kg.) W.Smith. Spesies predominan yang ditemukan di sungai Brantas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Spesies predominan di Sungai Brantas

KeanekaragamanDiatomPerifiton di Sungai Brantas

Rata- rata nilai Indeks keanekaragaman (H’) terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 2,28. Sementara nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 2,67 bila dibandingkan keanekaragaman pada stasiun 1 sebesar 2,43. 0 5 10 15 20 Navicula atomus Navicula cryptocephala Nitzchia palea Nilai Do m in an si (%) Spesies predominan

(5)

5

Tabel 1. Rata-rata Keanekaragaman (H’) Bacillariophyta Perifiton di Sungai Brantas

Stasiun H'

1 2.43

2 2.67

3 2.28

Menurut indeks keanekaragaman Shanon-Wiener, hasil perhitungan indeks keanekaragaman diatom perifiton di sungai Brantas termasuk kriteria 1 ≤ H’≤ dikategorikan keanekaragaman sedang dan stabilitas komunitas diatom perifiton sedang.

Hubungan Indeks Keanekaragaman Diatom Perifiton dengan Faktor Fisiko-Kimia Perairan di Sungai Brantas

Parameter oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesegaran air (Sutriati, 2011). Hasil pemantauan parameter DO Sungai Brantas pada masing-masing stasiun pengamatan menunjukkan nilai DO yang berkisar antara 5,4-6,0 mg/l, kondisi kualitas air Sungai Brantas dilihat dari parameter DO pada stasiun pengamatan berada diatas baku mutu sesuai peruntukannya.

Parameter COD merupakan salah satu indikator pencemaran air yang disebabkan oleh limbah organik (Yuliastuti, 2011). Hasil pemantauan parameter COD pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan nilai COD dengan kisaran 11,24 – 15,70 mg/L. Parameter COD berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 25 mg/L, maka kondisi kualitas air Sungai Brantas masih dalam batas baku mutu air sesuai peruntukkannya.

Hasil pemantauan TDS pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan nilai TDS berkisar antara 247,11 – 273,56 mg/l. Jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas II untuk parameter TDS berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 1000 mg/l, maka kondisi kualitas air Sungai Brantas masih dalam batas baku mutu air sesuai peruntukkannya.

Hasil pemantauan parameter TSS pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan 59,28 mg/l – 71,82 mg/l. Apabila dibandingkan dengan baku mutu air kelas II untuk parameter TSS berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 50 mg/L maka kondisi kualitas air Sungai Brantas di lihat dari parameter TSS pada stasiun pengamatan berada diatas baku mutu sesuai peruntukannya.

Hasil analisis regresi berganda sumbangan faktor fisiko-kimia perairan terhadap indeks keanekargaman di Stasiun 1 diperoleh parameter fisika-kimia pada stasiun pertama memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap H’. Hasil analisis regresi berganda sumbangan faktor fisiko-kimia perairan terhadap indeks keanekaragaman di Stasiun 2, faktor fisiko-kimia yang berpengaruh terhadap indeks keanekaragaman adalah COD, DO,dan TSS.

Hasil analisis regresi berganda sumbangan faktor fisiko-kimia perairan terhadap indeks keanekaragaman di Stasiun 3 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai indeks keanekaragaman. Faktor fisiko-kimia di stasiun 3 yang berpengaruh terhadap indeks keanekaragaman adalah TDS dan DO.

(6)

6

Berdasarkan nilai baku mutu air Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, nilai DO dan TSS melebihi batas baku mutu air. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara indeks keanekargaman dan faktor fisiko-kimia yaitu semakin kecil nilai faktor fisiko-kimia dan biologi maka nilai H’ akan semakin besar, begitu pula sebaliknya semakin besar nilai faktor fisiko-kimia perairan maka nilai H’ akan semakin kecil. emakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perariran tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik (Odum,1993).

Kualitas Air Sungai Brantas Berdasarkan Indeks Keanekaragaman

Kisaran indeks keanekaragaman (H’) diatom perifiton pada penelitian ini digunakan dalam penentuan kriteria kualitas perairan dalam ruang lingkup perairan yang terkait. Kualitas perairan sungai Brantas pada stasiun 1 sampai dengan stasiun 3 secara keseluruhan didapat (H’ = 2,2 - 2,6) Kriteria tersebut didasarkan pada (Fachrul 2007) yang menyatakan nilai indeks keanekaragaman dengan kisaran 1-3 mengindikasikan perairan dalam kualitas tercemar ringan.

Kualitas air juga dilihat dari parameter fisiko-kimia dan biologi. Faktor fisiko-kimia yang diamati selama penelitian meiputi DO, BOD, COD, TDS dan TSS (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kualitas Air Sungai Brantas

No. Parameter Satuan

Stasiun Baku Mutu Air (PP No. 82 Thn 2001) 1 2 3 1. DO mg/L 5,6 * 5,4 * 6 * 4 2. BOD mg/L 6,7 * 4 * 4,76 * 3 3. COD mg/L 15,70 11,8 11,24 25 4. TDS mg/L 273,56 247,11 268,36 1000 5. TSS mg/L 71,82 * 60,45 * 59,28 * 50

*Tidak memenuhi nilai baku mutu

Parameter fisiko-kimia sungai Brantas pada stasiun pengamatan melebihi baku mutu kecuali COD dan TDS. Namun kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keanekaragaman jenis diatom perifiton. Secara keseluruhan kualitas air berdasarkan faktor fisiko-kimia dan indeks keanekaragaman di Sungai Brantas termasuk dalam kategori tercemar ringan. Spesies Diatom Perifiton sebagai Spesies Indikator Kualitas Air di Sungai Brantas

Spesies diatom perifiton dikatakan sebagai spesies indikator kualitas air sungai Brantas dilihat dari sifatnya yang predominan dan memiliki kelimpahan relatif lebih dari 10%. Spesies tersebut adalah Navicula atomus, Navicula cryptocephala dan Nitzchia palea (Kg.) W.Smith.

(7)

7 PEMBAHASAN

Dominansi Diatom Perifiton Di Sungai Brantas

Data penelitian ini ditemukan spesies diatom yang berasal dari ordo Pennales sebanyak 34 spesies. Hal ini sejalan dengan (Duxbury et al 2002:264; Suthers & Rissik, 2009:145-146) yang menyatakan ordo Pennales lebih banyak ditemui pada dasaran atau menempel pada substrat. Pada temuan penelitian sebelumnya (Mahanal dkk, 2007) menyatakan banyaknya spesies diatom dari ordo Pennales disebabkan kemampuan melekat pada substrat lebih baik.

Pada stasiun pengamatan secara keseluruhan terdapat spesies predominan yaitu Navicula atomus, Navicula cryptocephala dan Nitzchia palea (Kg.) W.Smith. Melimpahnya ke tiga spesies tersebut sangat mudah beradaptasi pada lingkungan perairan yang telah tercemar. Spesies yang memiliki toleransi tinggi terhadap bahan pencemar seperti Nitzschia palea, Navicula atomus dan Navicula cryptocephala adalah dominan pada wilayah perairan yang tercemar.

Ketiga spesies ini bersifat kosmopolitan yaitu keberadaannya dijumpai diseluruh stasiun pengamatan dan lebih mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Kendeigh (dalam Permata et al. 2013) yang menyatakan bahwa suatu spesies dikatakan sebagai indikator biologi apabila spesies tersebut bersifat predominan karakteristik atau predominan eksklusif. Termasuk dalam spesies predominan karena memiliki kelimpahan relatif di atas 10%.

Keanekaragaman DiatomPerifiton di Sungai Brantas

Berdasarkan data selama penelitian diketahui nilai indeks keanekaragaman terendah terjadi pada stasiun 3 yaitu 2,2. Hal ini dikarenakan banyaknya tumpukan sampah yang menggenang, dan banyak bahan pencemar dari limbah organik dan anorganik di wilayah sekitar, sehingga mengurangi masuknya cahaya matahari ke perairan sungai Brantas. Sementara nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 2,67. Pada stasiun 2 berada di daerah yang terkena sinar matahari penuh tanpa adanya halangan dari genangan sampah maupun pepohonan yang menutupi masuknya penetrasi cahaya matahari. Oleh karena itu, indeks keanekaragaman yang cukup banyak pada stasiun ini, menyebabkan keanekaragamannya sedikit lebih tinggi daripada stasiun lainnya.

Menurut Basmi (1999) hal ini menunjukkan bahwa kondisi komunitas diatom perifiton yang ada di perairan tersebut dalam kestabilan komunitas sedang ( ≤H’≤ ). Artinya nilai indeks keanekaragaman dari stasiun sampai stasiun tidak terdapat nilai H’ yang lebih kecil dari atau nilai H’ yang lebih besar dari . Sehingga dapat dikatakan bahwa keanekaragaman komunitas diatom perifiton sedang (merata), penyebaran jumlah taksa sedang dan kestabilan komunitas juga sedang.

(8)

8

Hubungan Indeks Keanekaragaman Diatom Perifiton dengan Faktor Fisiko-Kimia di Sungai Brantas

Hasil analisis regresi berganda, sumbangan faktor fisiko-kimia perairan terhadap indeks keanekaragaman di stasiun 1 diperoleh hail yang tidak signifikan, stasiun 2 diperoleh COD, DO dan TSS yang memberikan sumbangan sebesar 98,9% dan berpengaruh secara signifikan, stasiun 3 diperoleh TDS dan DO yang memberikan sumbangan sebesar 80,8% dan berpengaruh secara signifikan.

Korelasi antara H’ dengan DO, COD, TD dan T menunjukkan semakin kecil nilai faktor fisiko-kimia dan biologi maka nilai H’ akan semakin besar begitu pula sebaliknya semakin besar nilai faktor fisiko-kimia perairan maka nilai H’ akan semakin kecil.

Kualitas Air Sungai Brantas Berdasarkan Indeks Keanekaragaman

Kisaran indeks keanekaragaman (H’) diatom perifiton pada penelitian ini digunakan dalam penentuan kriteria kualitas perairan dalam ruang lingkup perairan yang terkait. Hal ini sesuai dengan pendapat Satrawijaya (1991) bahwa tingkat pencemaran sungai dapat dilihat dari keanekaragaman atau diversitas dari diatom. Kualitas perairan Sungai Brantas mengalami pencemaran ringan pada saat penelitian ini dilakukan.

Ketiga spesies predominan yang ditemukan dapat menggambarkan kondisi kualitas perairan sungai Brantas. Navicula atomus, Navicula cryptocephala dan Nitzchia palea (Kg.) W.Smith adalah dominan pada wilayah perairan yang tercemar. Hasil pemeriksaan kualitas air berdasarkan faktor fisiko-kimia dapat diketahui pada saat pengukuran kualitas air baku mutu, DO, BOD, dan TSS melampaui ambang batas.

Spesies Diatom Perifiton sebagai Spesies Indikator Kualitas Air di Sungai Brantas

Spesies diatom perifiton sebagai indikator biologi menentukan fase pencemaran yang terjadi dalam perairan (Elfinurfajri, 2009). Dalam sistem ini, suatu organisme dapat bertindak sebagai indikator dan mencirikan perairan tersebut.

Berdasarkan data spesies yang mendominasi di setiap stasiun ditemukan tiga spesies yang merupakan spesies predominan. Spesies tersebut adalah Navicula atomus, Navicula cryptocephala dan Nitzchia palea (Kg.) W.Smith. Secara keseluruhan Navicula atomus diketahui nilai predominansi 12,1% dengan total jumlah spesies sebesar 6.665 individu, Navicula cryptocephala memiliki nilai predominansi 16,3% dengan total jumlah spesies sebesar 8.998 individu serta Nitzchia palea (Kg.) W.Smith. merupakan spesies yang memiliki nilai predominansi paling tinggi yaitu 18.4% dengan jumlah spesies 10.112 individu.

Lingkungan yang tidak menguntungkan bagi diatom perifiton dapat menyebabkan jumlah individu maupun jumpah spesies diatom perifiton berkurang. Spesies diatom perifiton yaitu Navicula atomus, Navicula

(9)

9

cryptocephala dan Nitzchia palea (Kg.) W.Smith di perairan sungai Brantas dapat dijadikan spesies indikator kualitas air yang sudah tercemar.

PENUTUP KESIMPULAN

Pada perairan Sungai Brantas ditemukan sebanyak 34 spesies diatom perifiton. Berdasarkan analisis regresi ganda hubungan (H’) terhadap faktor fisiko-kimia masing-masing stasiun diketahui di stasiun 1 faktor fisiko-kimia memiliki pengaruh yang tidak signifikan; Pada stasiun 2 diperoleh COD, DO, dan TSS berpengaruh signifikan terhadap indeks keanekaragaman diatom perifiton. Pada stasiun 3 diperoleh TDS dan DO yang memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks keanekaragaman (H’). Korelasi antara H’ dengan DO, COD, TD dan T menunjukkan semakin kecil nilai faktor fisiko-kimia dan biologi maka nilai H’ akan semakin besar begitu pula sebaliknya. Berdasarkan indeks keanekaragaman (H’) dengan kriteria keanekaragaman komunitas diatom perifiton yang tergolong sedang (merata), penyebaran jumlah taksa dan kestabilan komunitas juga sedang. Parameter fisiko-kimia sungai Brantas pada stasiun pengamatan melebihi baku mutu kecuali COD dan TDS. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman dan faktor fisiko-kimia berdasarkan baku mutu kualitas air, kualitas perairan sungai Brantas secara keseluruhan dikategorikan tercemar ringan.

Di Sungai Brantas diperoleh spesies diatom perifiton yang dapat dijadikan indikator biologi kualitas air yang sudah tercemar diantaranya Nitzschia atomus, Navicula cryptocephala dan Nitzschia palea. Ketiga spesies bersifat kosmpolit dan predominan.

SARAN

Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dilaksanakan dalam musih penghujan dan musim kemarau untuk mendapatkan informasi yang lebih menyeluruh mengenai diatom perifiton di Sungai Brantas disarankan penelitian berikutnya meliputi kondisi yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Basmi, J. 1999. Planktonologi: Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Duxbury, A. B., A.C. Duxbury & K. A. Sverdrup. 2002. Fundaments of oceanography. 4th ed. McGraw-Hill Companies, Inc., NewYork: vii+344 hlm.

Edmonson. W.T. 1959. Fresh Water Biology. London Her Majesty’s tationery Office.

Elfinufraji, F. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Lingkungan Tambak Udang Intensif. Departemen MSP-FPIK. Institut Pertanian Bogor.

(10)

10

Fachrul, F. M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mahanal, S., Fathurrachman, & Saptasari, M. 2007. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai Dengan Indikator Biologi Berbasis Konstruktivistik Untuk Memberdayakan Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Sungai Di Malang. Laporan Penelitian Hisbah Bersaing. Malang: UM. Manal, A. 2009. Marine Phytoplankton Atlas of Kuwait’s Water. Kuwait Institute for Science Research

Nurfatriani, F. 2008. Pengelolaan Kawasan Hutan di Bagia Hulu DAS Brantas Hulu: Sebagai Pengatur Tata Air.

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Permata, C.,Rohman. F. & Prabaningtyas, S. 2013. Kajian Struktur Komunitas Fitoplankton di Ekosistem Perairan Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo. Malang: Program Studi Biologi Univerisitas Negeri Malang.

Sastrawijaya, A. T.1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutriati, A. 2011. Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi Pemanfaatannya (Studi Kasus Sungai Cimanuk). Jurnal Sumber Daya Air. 4: 111-124. Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam

Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Pasca Sarjana (S2) Universitas Diponegoro.

Gambar

Gambar 1. Spesies predominan di Sungai Brantas
Tabel 1. Rata-rata Keanekaragaman (H’) Bacillariophyta Perifiton di Sungai Brantas
Tabel 2. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kualitas Air Sungai Brantas

Referensi

Dokumen terkait

Judul Makalah : Pembelajaran Kontekstual Menggunakan Metode Demonstrasi Dan Diskusi Ditinjau Dari Kemampuan Memori Siswa Di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Kelas XI

Sementara itu, pada kelompok kontrol positif yang mendapatkan parasetamol 500 mg/kgBB saja maupun yang mendapatkan parasetamol 500 mg/kgBB dan air rebusan daun sirih konsentrasi

[r]

Oral seks adalah bagian aktivitas persetubuhan yang biasanya dilakukan oleh pasangan sebagai bentuk kreasi atau fantasi gaya persetubuhan yang menggunakan oral atau

Meskipun hal ini membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk memproduksi iklan tetapi program promosi ini dapat menyampaikan informasi kepada konsumen

Penyakit Covid-19 secara primer diketahui berdampak terhadap mortalitas dan morbiditas karena menyerang sistim pernafasan, yang dikenal dalam bentuk berat sebagai severe acute

Perencanaan ini dibatasi pada perencanaan struktur dari gedung, yaitu struktur atap (kuda-kuda) dan beton bertulang (plat lantai, tangga, balok, kolom, dan

Di wilayah Bandung Raya (Kota Bandung) pada tahun 2004, penduduknya mencapai 2,3 juta orang dengan sumbangan (share) terhadap total penduduk Provinsi Jawa Barat sebesar 6,3