• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. PEMBINAAN BANK NAGARI TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SUMATERA BARAT. Lembaga keuangan non formal yang bergerak dibidang simpan pinjam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. PEMBINAAN BANK NAGARI TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SUMATERA BARAT. Lembaga keuangan non formal yang bergerak dibidang simpan pinjam"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

V. PEMBINAAN BANK NAGARI TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SUMATERA BARAT

5.1. Sejarah Singkat Lumbung Pitih Nagari

Lembaga keuangan non formal yang bergerak dibidang simpan pinjam telah ada jauh sebelum lembaga keuangan formal masuk ke nagari dan kecamatan yang ada di Sumatera Barat. Lembaga keuangan ini disebut Lumbung Pitih Nagari (LPN). LPN bergerak berdasarkan nilai-nilai luhur yang dianut dalam kebudayaan minang kabau yang bersifat kekeluargaan atau gotong royong. Kegiatan LPN ini sempat terhenti pada zaman pendudukan Jepang dan revolusi fisik, karena keadaan ekonomi dan kondisi politik dan keamanan. Dalam rangka pengembangan perekonomian masyarakat terutama di pedesaan, Pemerintah Daerah Sumatera Barat sejak tahun 1978 telah mensponsori pendirian LPN secara bertahap dengan rata-rata 10 LPN setiap tahun yang tersebar di berbagai daerah tingkat II. Sebagai modal awal untuk setiap LPN disediakan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tingkat I sebesar Rp. 500.000,- dimana modal tersebut akan dikembalikan kembali sebesar Rp. 475.000,- dalam jangka waktu 3 tahun.

Pendirian masing-masing LPN ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Barat, dan pada tahun 1982 dikukuhkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 1982 tentang LPN. Perda tersebut menetapkan bahwa pengembangan LPN dilaksanakan oleh Badan Pembina Tingkat I, Tingkat II dan kecamatan, serta pembinaan teknis administratif oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat. Jumlah LPN yang telah didirikan berjumlah sebanyak 592 unit, yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Sesuai dengan perkembangan kebijaksanaan pemerintah dimana Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan /LDKP

(2)

di Indonesia dapat ditingkatkan statusnya menjadi BPR, maka sebanyak 71 unit LPN telah ditingkatkan statusnya menjadi BPR, dengan nama BPR-LPN pada tahun 1990. Jumlah LPN dan BPR-LPN dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 6. Status Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Barat Tahun 1990 No. Daerah Tk. II Pemberian Status BPR-LPN terhadap

LPN

Jlh LPN

(unit) BPR-LPN (unit) Sisa LPN (unit)

1. Kab. 50 Kota 83 6 77

2. Kab. Agam 74 8 66

3. Kab. Tanah Datar 78 12 66

4. Kab. Pesisir Selatan 33 5 28

5. Kab. Padang Pariaman 60 6 54

6. Kab. S o l o k 76 11 65 7. Kab.Sawahlunto Sijunjung 82 8 74 8. Kab. P a s a m a n 48 4 44 9. Kota Padang 22 3 19 10. Kota Bukittinggi 6 - 6 11. Kota Sawahlunto 6 5 1

12. Kota Padang Panjang 6 2 4

13. Kota Solok 9 - 9

14. Kota Payakumbuh 9 1 8

JUMLAH 592 71 521

Tabel 6 menunjukan bahwa dari 592 BPR yang ada di Sumatera Barat hanya 71 LPN yang berubah status menjadi BPR-LPN, sedangkan 521 unit LPN tidak dapat ditingkatkan menjadi BPR-LPN karena sebagian besar disebabkan ketidakaktifan LPN, dan sebagian lagi karena tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu khususnya dalam memenuhi ketentuan permodalan.

Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Oleh Bank Nagari

Sebagai alat kelengkapan otonomi pemerintah daerah, Bank Nagari telah memberikan pelayanan jasa perbankan kepada masyarakat terutama di pedesaan. Kegiatan Bank Nagari dalam pelayanan jasa terhadap masyarakat pedesaan antara lain dengan mendirikan BPR baru dan melakukan penyertaan

(3)

modal kepada BPR-LPN dan melakukan akuisisi bersama masyarakat terhadap BPR-LPN yang tidak sehat dan sulit untuk dikembangkan. Peranan Bank Nagari dalam pengembangan BPR, diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 15 Tahun 1992 tentang Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, yaitu Bab V pasal 6 ayat 3 tentang Tugas dan Usaha: ”Sebagai alat kelengkapan otonomi Daerah, Bank mempunyai tugas antara lain, ikut serta membina dan mengembangkan Bank Perkreditan Rakyat yang dibina dan dimiliki

oleh Pemerintah Daerah”.

Keterkaitan Bank Nagari dalam pengembangan BPR ini tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembina teknis administrasi LPN. Tugas dan tanggung jawab Bank Nagari sebagai pembina LPN sudah dilakukan sejak tahun 1978. Sejak tahun 1992 secara organisatoris unit kerja yang ditugasi dalam pengembangan BPR berada di kantor pusat setingkat biro ( sekarang disebut divisi) dengan nama Desk Pengembangan Rural/Micro Banking dan BPR. Direksi Bank Nagari BPD Sumbar dengan berbagai pertimbangan telah melakukan beberapa kali perubahan struktur organisasi sejak tahun 1997, dan terakhir untuk pengembangan BPR ini ditugaskan kepada Bagian Pengembangan Micro Banking & BPR. Bagian ini berada dibawah Divisi Perencanaan & Pengembangan Bisnis.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan BPR di Sumatera Barat saat ini, ada beberapa peran pokok yang dilakukan oleh Bank Nagari yaitu : (1) Bank Nagari ikut menanamkan saham atau sebagai pemegang saham di BPR bersama-sama dengan Dana Pensiun dan Koperasi Karyawan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Sumbar, (2) membentuk pengurusan pengukuhan badan hukum serta perizinan, (3) melakukan pendirian baru BPR, serta melakukan tindakan penyelamatan

(4)

dengan melakukan akuisisi terhadap BPR yang tidak aktif lagi, (4) memberikan pelatihan terhadap pengurus BPR dan karyawan, (5) melakukan monitoring secara pasif melalui laporan bulanan BPR, serta memberikan laporan masukan kepada manajemen serta komisaris BPR, dan (6) mengkaryakan beberapa orang staf Bank Nagari sebagai direksi di BPR yang didirikan baru dan yang diproses akusisi oleh Bank Nagari.

5.2.1. Penyertaan Modal Bank Nagari pada Bank Perkreditan Rakyat-Lumbung Pitih Nagari.

Berdasarkan permasalahan pokok yang dihadapi oleh BPR-LPN, seperti masalah badan hukum, kepengurusan, permodalan, sistem dan prosedur kerja serta terbatasnya sarana kerja, maka sejak tahun 1997 Bank Nagari mencoba mencarikan solusi untuk pengembangan BPR-LPN. Sesuai dengan aturan dan ketentuan perbankan dimana BPR dan bank umum hanya dibina dan diawasi oleh Bank Sentral ( Bank Indonesia ), maka dalam pengembangan BPR-LPN langkah pertama yang diambil oleh Bank Nagari adalah dengan jalan melakukan penyertaan modal, yang dilaksanakan melalui perjanjian kerja sama atas persetujuan pemilik (RUPS) dan pengurus BPR-LPN tersebut. Bank Nagari telah melakukan penyertaan modal kepada 23 BPR-LPN di Sumatera Barat sampai akhir Desember 2006.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Bank Nagari tersebut antara lain adalah (1) penyertaan modal maksimal sebesar 15 persen dari modal disetor untuk setiap BPR-LPN, (2) membantu mengurus pengukuhan Badan Hukum sebagai Perseroan Terbatas (PT), sehingga ke 16 BPR-LPN tersebut telah mendapatkan pengesahan PT dari menteri kehakiman, (3) melengkapi perizinaan PT. BPR-LPN dengan SIUP, TDP dan lain-lain, (4) menempatkan staf Bank Nagari sebagai komisaris, yang berfungsi sebagai komisaris yang

(5)

memahami dan mengetahui aturan perbankan, (5) menyiapkan produk-produk yang akan dipasarkan, (6) menyiapkan sistem dan prosedur keja secara komputerisasi, (7) mengarahkan agar menempatkan staf dengan jenjang pendidikan minimal D3 sebagai unsur manajemen BPR, (8) memberikan berbagai bentuk pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan direksi dan staf, (9) mengadakan peralatan kerja seperti komputer dan sepeda motor, (10) membantu dalam pengamanan alat likuiditas BPR, dan (11) membantu dalam perluasan jaringan kantor, seperti pendirian kantor kas.

5.2.2. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat Kelompok Bank Nagari

Bank Nagari juga mendirikan BPR baru dalam rangka pengembangan BPR selain melakukan penyertaan modal. Bank Nagari telah mendirikan 10 BPR Kelompok Bank Nagari yang beroperasi sejak tanggal 3 November 1997. Pengoperasian BPR tersebut langsung dibawah supervisi Bank Nagari dengan pengurus bank pada tahap awal diambilkan dari staf Bank Nagari. Sebagai pemilik BPR, saham pada saat pendirian bersumber dari Bank Nagari, Koperasi Karyawan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dan Dana Pensiun Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat. Sesuai dengan akta pendirian masing-masing BPR tersebut dimana saham BPR sesuai dengan perkembangan akan dijual kepada masyarakat dalam wilayah kerja BPR baik yang berdomisili dalam daerah maupun diperantauan dan pengurus bank akan diisi oleh staf BPR yang berasal dari putra daerah.

BPR Kelompok Bank Nagari berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Pada saat pendiriannya telah dapat menampung rata-rata 7 orang tenaga kerja, yang diterima dan diseleksi oleh Bank Nagari. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam bidang perbankan, staf BPR tersebut telah

(6)

mengikuti berbagai training dan program magang di Kantor Cabang Bank Nagari. Dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan sistim dan prosedur kerja BPR tersebut Bank Nagari mendapat dukungan dari ProMB/GTZ Jerman. Jumlah BPR yang didirikan oleh Bank Nagari sampai akhir Desember 2006 sebanyak 10 BPR.

5.2.3. Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat – Lumbung Pitih Nagari

Kegiatan akuisisi dilakukan oleh Bank Nagari kepada 16 BPR yang berasal dari BPR yang tidak aktif lagi. Akusisi ini dilakukan sejalan dengan penawaran yang diajukan oleh Bank Indonesia untuk penyelamatan BPR-LPN yang tidak aktif tersebut. Bank Nagari sesuai kemampuan melakukan akuisisi terhadap BPR-LPN secara bertahap untuk dikembangkan sejalan dengan pengembangan BPR kelompok Bank Nagari.

Kebijakan Bank Nagari dalam melakukan akuisisi terhadap BPR-LPN yang tidak aktif lagi sebagai berikut (1) mengaktifkan kembali BPR yang berada pada daerah yang potensial untuk dikembangkan dan belum ada BPR dalam wilayah kecamatan yang bersangkutan dengan mengikutsertakan masyarakat daerah tersebut sebagai pemegang saham baru, (2) pemindahan BPR-LPN yang berada pada daerah yang kurang potensial untuk dikembangkan kepada daerah lain pada kabupaten yang sama, dengan modal awal dari Bank Nagari, (3) pemenuhan modal dasar BPR ditetapkan sebesar Rp. 500 juta dan modal disetor minimal sebesar Rp. 125 Juta, dengan pemegang saham pada saat akuisisi adalalah: Bank Nagari, Dana Pensiun BPD Sumatera Barat, koperasi karyawan BPD Sumatera Barat, Badan atau lembaga lain dan masyarakat, (4) penetapan direksi dan komisaris BPR pada saat akuisisi diambilkan dari staf Bank Nagari, atau dari karyawan 10 unit PT. BPR Kelompok Bank Nagari dengan sistem

(7)

pengkaryaan, (5) badan hukum BPR-LPN dijadikan Perseroan Terbatas, dan (6) pengembangan BPR-LPN akuisisi sejalan dengan pengembangan BPR kelompok Bank Nagari.

Pelaksanaan akuisisi BPR-LPN oleh Bank Nagari diproses sesuai ketentuan yang berlaku dan harus mendapat persetujuan dari pemilik melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pengembangan BPR-LPN ini sejalan dengan pola pengembangan BPR Kelompok Bank Nagari, sehingga nantinya masyarakat diwilayah kerja BPR dapat berperan sebagai pemegang saham dan pengurus bank diambilkan dari staf BPR tersebut yang berasal dari putra daerah dan telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan Bank Indonesia.

5.3. Keberhasilan Pembinaan Bank Perkreditan Rakyat oleh Bank Nagari

Untuk menilai keberhasilan pembinaan BPR oleh Bank Nagari, telah dilakukan penilaian dengan menggunakan Skala Likert. Penilaian pembinaan dilihat dari aspek manajemen, sistem operasional, pendidikan dan pelatihan serta pengawasan. Skala penilaian dibagi dalam 5 (lima) kategori, yaitu sangat tidak bagus dengan skor 1, tidak bagus dengan skor 2, sedang dengan skor 3, bagus dengan skor 4, dan sangat bagus dengan skor 5. Setiap penilai (responden) memberikan skor terhadap setiap indikator yang diajukan. Penilai terdiri dari pihak BPR dan Bank Nagari yang terkait dengan kegiatan pembinaan ini. Dari skor yang didapat, ditentukan selang efektifitas pembinaan tersebut. Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan nilai minimum yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban.

nilai maksimum – nilai minimum

Selang = - 1 Jumlah kategori jawaban

(8)

Dari selang yang didapat, ditentukan skor efektifitas pembinaan tersebut, yaitu (1) sangat tidak efektif, apabila skor bernilai antara 87-156, (2) tidak efektif apabila skor bernilai antara 157-226, (3) cukup efektif apabila skor bernilai antara 227-296, (4) efektif apabila skor bernilai antara 297-366, dan (5) sangat efektif apabila skor bernilai antara 367-435. Secara umum pembinaan yang telah dilakukan oleh Bank Nagari terhadap BPR binaan sudah termasuk dalam kategori efektif dengan nilai skor berjumlah 332 (Lampiran 1). Beberapa langkah kegiatan yang harus dilakukan oleh Bank Nagari dalam rangka pembinaan telah dilakukan, seperti transfer manajemen dari Bank Nagari kepada BPR itu sendiri, manajemen dan informasi teknologi telah berkembang dengan baik pada setiap BPR binaan Bank Nagari, semakin banyaknya jumlah BPR yang berada dibawah pembinaan Bank Nagari (dari 10 BPR kelompok Bank Nagari pada tahun 1993 menjadi 49 BPR kelompok Bank Nagari tahun 2006).

Namun demikian, masih ada beberapa perbaikan yang perlu dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari skor terendah dari beberapa indikator keberhasilan yaitu pengawas telah berusaha memastikan bahwa BPR memiliki pengendalian intern yang memadai dan sebanding dengan jenis dan ukuran bisnis bank, pengawas telah berusaha memastikan bahwa BPR telah memiliki sistem yang dapat mengendalikan market risk secara memadai, dan menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan secara berkala dan terjadwal.

Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada key

informan dari pihak manajemen BPR binaan Bank Nagari yang pada umumnya

mengatakan sebaiknya dewan komisaris berada di daerah wilayah kerja BPR yang bersangkutan, agar proses pengawasan dapat dilakukan lebih efektif. Kegiatan pendidikan dan pelatihan sebaiknya juga dilakukan secara berkala dan terjadwal dengan melibatkan semua karyawan BPR. Disamping itu adanya

(9)

system online antara Bank Nagari dengan BPR binaan, sehingga informasi yang

diperoleh dan didapatkan lebih cepat dan akurat.

Selama ini Bank Nagari belum memiliki jadwal pelatihan dan pendidikan kepada BPR binaan yang dibuat secara terjadwal pada awal tahun anggaran. Kegiatan pelatihan dan pendidikan biasanya bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Perbarindo (Persatuan BPR Seluruh Indonesia). Kegiatan pelatihan dan pelatihan yang dilakukan oleh Bank Nagari pada saat sekarang lebih bersifat tidak langsung, artinya kegiatan tidak hanya murni diadakan oleh Bank Nagari tetapi bekerjasama dengan BI dan Perbarindo.

Gambar

Tabel 6.  Status Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Barat Tahun 1990   No.  Daerah Tk

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan salah satu pengusaha bordir bulan November 2014 yang bernama Ibuk Perwati, (pendiri tempat usaha Bordir Permai Desa Aur

Makalah ini akan difokuskan pada pembahasan mengenai sedekah desa yang mewujud dalam tradisi ritual unik yang telah menjadi komoditas budaya masyarakat Banyuwangi,

The result of this research shows that Arabic curriculum owned by Madrasah Ibtidaiyah  Diniyah  Nurul  Ulum  Kebonsari  Malang  does  not  give    the 

memiliki potensi menjadi sektor basis di masa yang akan datang yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri pengolahan, pengadaan listrik, dan gas,

Penelitian ini dilaksanakan karena belum diketahuinya tanggapan Guru Pendidikan Jasmani dan Pembimbing Khusus terhadap penerapan Pendidikan Jasmani Adaptif di Sekolah Dasar Inklusi

Untuk kendala pemasaran buku-buku sains yang mengalami hambatan yang berupa minimnya calon pembeli yang berminat membeli buku.Meskipun demikian, Atmosfer

Sekiranya tersentuh kulit secara tidak sengaja, elakkan daripada pendedahan langsung kepada matahari atau sumber cahaya UV yang lain kerana kerengsaan yang teruk termasuk

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada Puskesmas X khususnya pada dimensi assurance dapat dilakukan dengan: meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada kemampuan