KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR
(Studi Korelasional Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa FISIP USU)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Departemen Ilmu Komunikasi (Ekstension)
DANDY ANGGA GUMILANG
070922031
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : DANDY ANGGA GUMILANG
NIM : 070922031
Departemen : ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION
Judul : KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR
(Studi Korelasional Komunikasi Interpersonal Dosen dan
Mahasiswa Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara)
Medan, 12 Juni 2010
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen
Drs. Lusiana A. Lubis, M.A Drs. Amir Purba, M.A
NIP. 19670405199003 2 002 NIP. 19510219 198791 1 001
a.n. Dekan FISIP – USU
Drs. Humaizi, M.A. NIP. 19590809 198601 1 002
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipetahankan dihadapan Panitia Penguji
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Jurusan Ilmu Komunikasi Ekstension
Hari : __________________________
Tanggal : __________________________
Pukul : __________________________
Tempat : __________________________
Tim Penguji
Ketua : __________________________ ( __________________ ) NIP.
Penguji I : __________________________ ( __________________ ) NIP.
Penguji II : __________________________ ( __________________ ) NIP.
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi termasuk dalam menciptakan prestasi belajar yang baik di lingkungan kampus. Dengan berkomunikasi maka diharapkan akan terjadi interaksi yang baik antara mahasiswa dan dosen yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa itu sendiri. Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, prestasi belajar mahasiswa ternyata masih belum sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR (Studi Korelasional Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa FISIP USU).
Tujuan Penelitian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Metode penelitian berupa pengumpulan data menggunakan kuesioner. Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 1.349 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Adapun sampel tersebut berjumlah 94 orang.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik
dalam penyusunan kata-kata maupun cara pembahasannya. Oleh karena itu, dengan
senang hati saya menerima kritikan dan masukan atau saran yang bertujuan untuk
membantu saya dalam penyempurnaan tesis ini. Adapun judul dari tesis ini adalah
“KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR (Studi
Korelasional Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa Terhadap Peningkatan
Prestasi Belajar Mahasiswa FISIP USU)”.
Selama penyusunan tesis ini saya telah banyak menerima bantuan dan
bimbingan, pengarahan, nasehat, serta saran-saran, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Ekstension Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
3. Dosen pembimbing yang telah dengan sabar mau memberikan bimbingan dan
4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi Ekstension Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan dan
masukan kepada saya dalam menulis skripsi ini
5. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah membesarkan dan mendidik saya
dengan penuh kasih sayang
6. Seluruh teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan serta semangat
kepada saya dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
senantiasa melindungi, memberikan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua.
Medan, 12 Juni 2010 Penulis,
Dandy Angga Gumilang
DAFTAR ISI
1.5.2. Proses Komunikasi Interpersonal ... 7
1.5.3. Teori S-O-R ... 9
2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 33
2.2.2. Peranan Komunikasi Interpersonal ... 34
2.3. Presstasi Belajar ... 36
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar ... 36
2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 36
2.3.3. Penilaian Prestasi Belajar ... 37
III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 38
3.2. Lokasi Penelitian ... 38
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
3.3.1. Populasi ... 38
3.3.2. Sampel ... 39
3.4. Teknik Pengambilan Sampling ... 40
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.6. Teknik Analisis Data ... 42
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengumpulan Data ... 44
4.1.1. Tahap Awal ... 44
4.1.2. Pengumpulan Data ... 44
4.2. Analisa Data Tabel Tunggal ... 46
4.2.1. Data Responden ... 46
4.2.2. Komunikasi Interpersonal ... 47
4.2.3. Prestasi Belajar ... 54
4.3. Analisa Tabel Silang ... 59
4.4. Pengujian Hipotesis ... 64
4.5. Pembahasan ... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Tabel 7. Dosen Melakukan Pendekatan Khusus Kepada Mahasiswa ... 48
Tabel 8. Dosen Meluangkan Waktu Untuk Berbincang-Bincang ... 49
Tabel 9. Kebebasan Menyatakan Pendapat ... 50
Tabel 10. Dosen Berempati Saat Berbicara ... 50
Tabel 11. Dosen Dampingi Mahasiswa Yang Kesulitan Belajar ... 51
Tabel 12. Dosen Mendengarkan Keluhan Mahasiswa ... 51
Tabel 13. Dosen Memberikan Semangat Belajar ... 52
Tabel 14. Pujian Yang Diberikan Dosen ... 52
Tabel 15. Menyelesaikan Tugas Bersama ... 53
Tabel 16. Kemampuan Menyelesaikan Tugas Pokok Sehari-hari ... 54
Tabel 17. Kemampuan Menyelesaikan Tugas Tambahan Sehari-hari ... 54
Tabel 18. Kemampuan Menyelesaikan Tugas Dalam Jumlah Banyak ... 55
Tabel 19. Memahami dan Menguasai Pelajaran ... 56
Tabel 20. Kesalahan Dalam Mengerjakan Tugas ... 56
Tabel 21. Inisiatif Dalam Proses Belajar Mengajar ... 57
Tabel 22. Kreatif Dalam Mengerjakan Tugas ... 57
Tabel 23. Tingkat Kehadiran Kuliah ... 58
Tabel 24. Nilai Ujian ... 58
Tabel 25. Hubungan Antara Pendekatan Khusus Dosen Terhadap Tugas Pokok Harian ... 59
Tabel 26. Hubungan Antara Pujian Atas Hasil Belajar dengan Mahasiswa Jarang Salah ... 61
Tabel 27. Hubungan Antara Menyelesaikan Tugas Bersama Dengan Tingkat Kehadiran ... 62
Tabel 28. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 64
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 72
Lampiran 2. Analisis Tabel Tunggal ... 77
Lampiran 3. Analisis Tabel Silang ... 83
Lampiran 4. Uji Hipotesis dan Uji t (Uji Parsial) ... 84
Lampiran 5. Foltron Cobol ... 85
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi termasuk dalam menciptakan prestasi belajar yang baik di lingkungan kampus. Dengan berkomunikasi maka diharapkan akan terjadi interaksi yang baik antara mahasiswa dan dosen yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa itu sendiri. Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, prestasi belajar mahasiswa ternyata masih belum sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR (Studi Korelasional Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa FISIP USU).
Tujuan Penelitian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Metode penelitian berupa pengumpulan data menggunakan kuesioner. Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 1.349 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Adapun sampel tersebut berjumlah 94 orang.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk
dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering
dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat
melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam
organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif.
Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses
komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan
pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran
berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola
komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi
terutama dengan timbulnya salah paham dan konflik.
Dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan di
sebuah lembaga perguruan tinggi, komunikasi akan mampu memelihara motivasi
dilakukan, seberapa baik mahasiswa tersebut melakukan apa yang seharusnya
menjadi tugas dan tanggung jawabnya sehingga akan tercipta mahasiswa-mahasiswa
yang handal dalam mengisi pembangunan di masa yang akan datang nantinya.
Aktivitas komunikasi di sebuah lembaga perguruan tinggi seharusnya
senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sesama anggota kelompok
dalam perguruan tinggi tersebut seperti dosen, mahasiswa, dan pihak struktural yang
ada di perguruan tinggi tersebut. Budaya komunikasi dalam konteks komunikasi
organisasi perguruan tinggi kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar harus
dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah komunikasi antara dosen kepada
mahasiswa. Sisi kedua antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa lainnya. Sisi
ketiga adalah antaran mahasiswa kepada dosen yang bersangkutan. Masing-masing
komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing. Di antara kedua belah
pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi maupun kelompok, untuk mencapai tujuan
suatu organisasi termasuk perguruan tinggi.
Di lingkungan perguruan tinggi, komunikasi yang baik antara dosen dan
mahasiswa tentunya akan menghasilkan kualitas peserta didik yang lebih baik yang
salah satunya ditandainya dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa.
Sebaliknya, komunikasi yang kurang baik antara dosen dan mahasiswa justru akan
Hal ini bisa dilihat pada rata-rata IPK lulusan yang masih mencapai 3,18
dimana angka ini masih belum terlalu memuaskan bahkan masih ada yang di bawah
3,0. Begitu juga jika dilihat rata-rata usia lulusan yang mencapai usia 23,25 tahun
serta rata-rata masa studi 3,7 tahun seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1
Data Akademik Mahasiswa Secara Umum
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh komunikasi interpersonal para dosen
dengan mahasiswanya terhadap prestasi belajar mahasiswa Universitas Sumatera
Utara, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
”KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR (Studi
Korelasional Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa Terhadap Peningkatan
Prestasi Belajar Mahasiswa FISIP USU)”.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah penulis sampaikan di atas, maka
penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: “Apakah ada
MASA STUDI IPK LULUSAN USIA LULUSAN
(Tahun) (Tahun)
Sosiologi 4,5 3,11 22,4
Ilmu Kesejahteraan Sosial 3,6 3,42 20,6 Ilmu Administrasi Negara 3,6 3,38 22,6
Ilmu Komunikasi 3,6 3,22 22,5
Antropologi Sosial 4,4 3,19 23,4
Ilmu Politik 5,6 3,07 23,5
Ilmu Komunikasi Ekstensi 2,6 3,01 25,4 Ilmu Administrasi Negara Ekstensi 1,7 3,42 25,4 Administrasi Perpajakan (D3) 3,7 2,84 23,5 RATA-RATA DI FAKULTAS 3,7 3,18 23,25
Sumber : FISIP USU (2010)
DEPARTEMEN/PROGRAM STUDI
pengaruh komunikasi interpersonal dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa FISIP,
Universitas Sumatera Utara?”
3. Pembatasan Masalah
Guna mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas, relevan dengan harapan
yang diinginkan serta mampu memecahkan permasalahan yang ada, maka penulis
membatasi permasalahan yang diteliti, sebagai berikut :
a. Objek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara stambuk 2007/2008 dan 2008/2009.
b. Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus FISIP, Universitas Sumatera Utara
pada Bulan Februari hingga Mei 2010.
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
4.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini penulis susun dengan tujuan antara lain:
1. Untuk mendapatkan dari responden tentang pengaruh pengaruh komunikasi
interpersonal dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).
2. Mengetahui besarnya pengaruh komunikasi interpersonal dosen terhadap prestasi
belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
4.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan teori yang didapat selama melaksanakan perkuliahan di
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan
Komunikasi Ekstension, Universitas Sumatera Utara
b. Bagi Praktisi
Bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan permsalahan yang
ada untuk meningkatkan kualitas belajar mahasiswa Universitas Sumatera Utara
khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
c. Bagi Akademisi
Bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan pengembangan
ilmu pengetahuan baik yang berhubungan dengan komunikasi maupun
Manajemen Sumber Daya Manusia.
5. Kerangka Teori
Seorang peneliti sebelum melakukan penelitian perlu menyusun kerangka
teori karena kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari
sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Dengan adanya kerangka
teori maka peneliti akan dengan mudah untuk menganalisa masalah penelitiannya.
Kerangka teori dibangun dengan tujuan untuk membantu memecahkan
serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep yang ada (Singarimbun, 2006:37).
Berbagai teori yang relevan dan penulis anggap berhubungan dengan
penelitian ini antara lain: (1) komunikasi interpersonal, (2) proses komunikasi
interpersonal, (3) Teori S-O-R dan (4) prestasi belajar, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
5.1. Komunikasi Interpersonal
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal secara
berbeda-beda. Dewito (1997:231) mengemukakan sudut pandang komunikasi
interpersonal sebagai berikut:
1) Berdasarkan Komponen
Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati komponen-komponen
utamanya, yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak
sehingga peluang untuk memberikan umpan balik
2) Berdasarkan Hubungan Diadik
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang langsung di antara dua orang
yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. Sebagai contoh dapat dilihat pada
murid, dan lain-lain. Definisi ini disebut juga dengan definisi diadik, yang
menjelaskan bahwa selalu ada hubungan yang terjadi antara dua orang tertentu.
3) Berdasarkan Pengembangan
Komunikasi interpersonal dilihat sebagai akhir dari perkembangan komunikasi
yang bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi komunikasi pribadi yang intim.
Ketiga definisi di atas membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengan
komunikasi interpersonal dan bagaimana komunikasi tersebut dikembangkan, bahwa
komunikasi interpersonal dapat berubah apabila mengalami suatu perkembangan.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang
yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
Komunikasi interpersonal yang terjadi antara dosen dan mahasiswa bertujuan
untuk mencipytakan hasil yang maksimal. Artinya setiap individu yang terlibat
didalamnya membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik untuk membina suatu
hubungan yang harmonis.
5.2. Proses Komunikasi Interpersonal
Setiap definisi komunikasi interpersonal diatas, menunjukkan adanya suatu
proses dalam komunikasi. Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan
penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Kotler dalam
Effendy (2001:18) mengatakan bahwa mengacu pada paradigma Harold Lasswell,
a. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang
b. Encoding (penyandian) adalah proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang
c. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator
d. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan
e. Decoding adalah proses dimana komunikan menetakan makna lambang yang disampaikan komunikator kepadanya
f. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator
g. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikan setelah diterima pesan h. Feedback adalah umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila pesan
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator
i. Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya
Komunikasi interpersonal berperan dalam mentransfer pesan atau informasi
seseorang kepada orang lain berupa ide, fakta, pemikiran serta perasaan. Oleh karena
itu, komunikasi interpersonal merupakan suatu jembatan bagi setiap individu, dimana
mereka dapat berbagi rasa, pengetahuan serta mempercepat hubungan antara sesama
menimbulkan saling pengertian atau saling mempengaruhi antara seseorang dengan
orang lain (Djamadin, 2004:17-19).
Dengan adanya kesembilan unsur diatas, diharapkan adanya suatu
peningkatan hubungan interpersonal yang baik antara orang tua dan anak yang dapat
terjadi melalui sebuah pembicaraan.
5.3. Teori S-O-R
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan model teori S-O-R (Stimulus, Organism, Respons). Menurut teori ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Teori S-O-R itu
sendiri dapat digambarkan senagai berikut:
Gambar 1. Teori S-O-R (Sumber : Effendy, 1993:225)
STIMULUS ORGANISME :
- Perhatian - Pengertian - Penerimaan
Gambar diatas menunjukkan bahwa respon atau perubahan sikap tergantung
pada proses terhadap individu. Stimulus yang pada dasarnya merupakan pesan yang
disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak. Komunikasi yang terjadi
dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang
disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya
sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan
yang terjadi dapat berupa perubahan kognitif, afektif maupun behavioral. Adapun
kaitan teori S-O-R dengan penelitian ini adalah:
a. Stimulus, maksudnya adalah proses penyampaian materi oleh dosen khususnya dipandang dari sudut komunikasi interpersonalnya
b. Organism yang dimaksud adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik
c. Respon yang dimaksud adalah peningkatan prestasi belajar mahasiswa
5.4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah proses pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan
pembelajaran, tentang relevansi antara pembelajaran yang diberikan dengan
pelaksanaannya. Hasil observasi tersebut dilakukan sebagai pengukuran yang
dinyatakan dalam bentuk penetapan keputusan mengenai keberhasilan atau
kegagalannya dalam belajar.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dan individu.
mahasiswa yang berprestasi tinggi. Pada saat yang sama mahasiswa membutuhkan
umpan balik atas prestasi mereka. Jika lembaga pendidikan hanya berpegang pada
asumsi bahwa mahasiswa tidak akan belajar kecuali jika mereka diawasi dan
dikendalikan dengan ketat, maka dalam hal ini cenderung diterapkan cara penilaian
yang bersifat rahasia. Sebaliknya jika lembaga pendidikan mempunyai pandangan
bahwa mahasiswa akan belajar dengan potensi yang dimilikinya dan bahwa
kemampuan mahasiswa dapat dikembangkan, lembaga pendidikan akan
mengusahakan sistem penilaian yang berusaha mengenali, memperjelas,
mengembangkan dan memanfaatkan potensi dan kemampuan mahasiswa. Pada
umumnya penilaian prestasi belajar mahasiswa digunakan sebagai instrumen untuk
mengendalikan prilaku mahasiswa untuk mengetahui kebutuhan pelatihan dan
pengembangan siswa bersangkutan.
Sistem penilaian prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi beberapa faktor :
a. Yang dinilai adalah di samping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput
dari berbagi kelemahan dan kekurangan.
b. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian penilaian tertentu yang realistik dan
objektif.
c. Hasil penilaian harus disampaikan kepada mahasiswa yang dinilai dengan tiga
maksud, yaitu :
1) Penilaian positif, menjadi dorongan kuat bagi mahasiswa yang bersangkutan
2) Penilaian negatif, siswa bersangkutan mengetahui kelemahannya sehingga
dapat mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi
kelemahan tersebut.
3) Jika siswa merasa penilaiannya tidak objektif, kepadanya diberikan
kesempatan untuk mengajukan keberatannya, sehingga pada akhirnya dapat
memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.
4) Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan dengan
rapi dalam arsip, sehingga tidak ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya
menguntungkan maupun merugikan siswa.
6. Kerangka Konsep
Nawawi (1991:56) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menerapkan
variabel-variabel penelitian dalam penelitiannya sebelum memulai pengumpulan
data. Kerangka konsep merupakan pemikiran rasional yang bersifat teoritis dalam
memperkirakan hasil penelitian yang akan dicapai.
Dalam penelitian ini digunakan konsep berupa variabel bebas dan variabel
terikat sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas yaitu variabel yang bertindak sebagai penyebab atau variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah
komunikasi interpersonal.
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel lain atau variabel
yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat (Y) dalam penelitian
ini adalah prestasi belajar mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
c. Variabel Antara (Intervening Variable)
Variabel antara yaitu variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel
terikat yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat tersebut. Variabel antara (Z) dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan asal daerah.
7. Model Teoritis
Berdasarkan uraian diatas, maka model teoritis penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas,
agar lebih jelas penggunaanya maka dapat dioperasikan sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) Komunikasi I nterpersonal
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
Tabel 2. Operasional Variabel
VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL
1. Variabel Bebas (X)
Komunikasi Interpersonal Dosen
a. Pendekatan khusus b. Meluangkan waktu
c. Kebebasan menyatakan pendapat d. Perasaan empati
e. Dampingi mahasiswa f. Mendengarkan keluhan g. Memberikan semangat h. Pujian
i. Menyelesaikan tugas bersama
2. Variabel Terikat (Y) Prestasi Belajar Mahasiswa
Variabel Antara (Z) Karakteristik Mahasiswa
a. Kemampuan mengerjakan tugas sehari-hari
b. Kemampuan mengerjakan tugas tambahan
c. Kemampuan mengerjakan tugas yang banyak
d. Penguasaan pelajaran e. Jarang melakukan kesalahan f. Inisiatif
g. Kreatif h. Kehadiran
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Jurusan / Departemen
9. Definisi Operasional
Guna menjelaskan lebih lanjut mengenai variabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini, maka dibawah ini diuraikan definisi operasional variabel penelitian,
a. Variabel Bebas (X), yaitu komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
langsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas,
dengan indikator pertanyaan sebagai berikut:
1) Dosen yang mau melakukan pendekatan secara khusus kepada mahasiswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar meningkatkan prestasi belajar
mahasiswa
2) Dosen yang bersedia meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan
mahasiswanya membuat prestasi belajar mahasiswa meningkat
3) Dosen yang memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk menyatakan
pendapat membuat mahasiswa semakin berniat untuk meraih prestasi yang
lebih baik lagi
4) Dosen yang berempati saat berbicara dengan mahasiswa, mempengaruhi
prestasi belajar mahasiswa
5) Dosen yang bersedia mendampingi mahasiswa yang kesulitan saat belajar di
kelas membuat prestasi belajar mahasiswa tersebut semakin baik
6) Dosen yang mau mendengarkan dan menanggapi keluhan mahasiswanya
menjadikan prestasi belajar mahasiswa semakin meningkat
7) Dosen yang mau memberikan semangat belajar saat mahasiswa mendapatkan
nilai jelek, membuat semangat belajar mahasiswa tersebut semakin baik
8) Pujian yang diberikan dosen atas hasil belajar yang baik, mampu
9) Kemauan dosen untuk bisa duduk bersama menyelesaikan tugas yang tidak
mampu dikerjakan mahasiswa membuat prestasi belajar mahasiswa semakin
meningkat
b. Variabel Terikat (Y) yaitu prestasi belajar adalah proses pengamatan (observasi)
terhadap pelaksanaan pembelajaran, tentang relevansi antara pembelajaran yang
diberikan dengan pelaksanaannya. Hasil observasi tersebut dilakukan sebagai
pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk penetapan keputusan mengenai
keberhasilan atau kegagalannya dalam belajar dengan indikator pertanyaan
sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu menyelesaikan tugas pokok sehari-hari yang diberikan
dengan baik oleh dosen
2) Mahasiswa mampu menyelesaikan tugas tambahan yang diberikan dengan
baik oleh dosen
3) Mahasiswa mampu menyelesaikan tugas dalam jumlah yang banyak dengan
baik
4) Mahasiswa mampu menguasai dan memahani pelajaran dengan baik
5) Mahasiswa jarang melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan
6) Mahasiswa mempunyai inisiatif yang baik selama proses belajar mengajar
7) Mahasiswa mempunyai kreatifitas yang baik dalam mengerjakan tugas
c. Variabel Intervening (Z) yaitu karakteristik responden dengan indikator
pertanyaan sebagai berikut:
1) Usia responden adalah hitungan dari awal tahun kelahiran sampai dengan
sekarang
2) Jenis kelamin adalah suatu ciri khas yang membedakan antara pria dan wanita
3) Jurusan atau Departemen adalah jurusan atau departemen mahasiswa yang
bersangkutan
10.Hipotesa
Suyanto dan Sutinah (2005:43) mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang diteliti, yang kemudian diperluas sebagai
kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan
membuktikan kebenaran hipotesis melalui penelitian.
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka konsep di atas, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 (Ho)
Tidak terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal dosen terhadap prestasi
belajar mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara.
b. Hipotesis 2 (Ha)
Terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal dosen terhadap prestasi
BAB II
KERANGKA TEORETIS
2.1. Komunikasi
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses mengirimkan berita diantara pihak-pihak yang
saling berhubungan sehingga dari padanya diperoleh pemahaman tentang apa yang
dimaksud satu sama lain (Iman & Siswandi, 2007 151). Di dalam organisasi bisnis
maupun nonbisnis komunikasi ibarat aliran darah kehidupan. Tanpa adanya
komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan aktivitasnya.
Setiap orang yang berada dalam organisasi tidak dapat menghindarkan diri dari
komunikasi jika mengharapkan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh pihak lain.
Melalui komunikasi berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dapat saling berhubungan secara efektif dan efisien Oleh karena itu
komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan
manfaat optimal bagi organisasi.
2.1.2. Tujuan Komunikasi
Secara umum Widjaja (2000), mengatakan bahwa tujuan komunikasi yang
ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Tujuan Komunikasi Dari Sudut Kepentingan Sumber
b. Mendidik
c. Menyenangkan atau menghibur
d. Mengajukan suatu tindakan atau persuasi
2) Tujuan Komunikasi Dari Sudut Kepentingan Penerima
a. Memahami informasi
b. Mempelajari
c. Menikmati
d. Menerima atau menolak anjuran
Sedangkan Sutojo dan Setiawan (2003), mengatakan bahwa komunikasi
bisnis yang efektif mempunyai dua tujuan utama yaitu:
1) Mendapatkan pemahaman penuh tentang makna pesan yang diberikan kepada
pihak lain, baik di dalam maupun di luar organisasi perusahaan
2) Mendapatkan tanggapan, tindakan atau persetujuan dari si penerima pesan seperti
yang diharapkan si pemberi pesan
2.1.3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah penyampaian pesan dari pengirim kepada
penerima. Proses ini mengharuskan adanya enam langkah apakah kedua belah pihak
berbicara menggunakan isyarat tangan atau menggunakan sarana komunikasi tertentu
lainnya.
Langkah-langkah dalam proses komunikasi menurut Davis dan Newstrom
1) Mengembangkan gagasan
Langkah pertama adalah mengembangkan gagasan yang akan disampaikan oleh
pengirim kepada penerima
2) Penyandian (encode)
Langkah kedua adalah penyandian gagasan menjadi kata-kata, bagan, atau simbol
lainnya yang pantas untuk disampaikan
3) Penyampaian
Langkah ketiga adalah penyampaian dengan cara yang dipilih, seperti melalui
memo, telephon, bertatap muka atau kunjungan pribadi
4) Penerimaan
Dalam langkah ini inisiatif beralih ke penerima, yang berusaha untuk menerima
pesan yang akan disampaikan
5) Pengolahan data (decode)
Langkah kelima adalah pengolahan sandi agar pesan yang disampaikan dapat
dipahami
6) Penggunaan
Langkah terakhir dalam proses komunikasi adalah penggunaan pesan yang
disampaikan oleh penerima
Gambar 2. Proses Komunikasi (Sumber: Sutojo dan Setiawan, 2003)
2.1.4. Unsur Komunikasi
Komunikasi yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan internal dan
lingkungan serta sesuai dengan mekanisme yang ada. Jika komunikasi berjalan sangat
berlebihan maka tidak menutupi kemungkinan kinerja akan terganggu. Oleh karena
itu, komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan
manfaat optimal bagi organisasi. Proses komunikasi terdiri dari 4 unsur penting yang
terdiri dari :
1. Pengirim pesan seperti penulis, pembicara, pengirim kode (sandi).
Adalah sumber berita/pesan yang berinisiatif menciptakan komunikasi, yang
mempunyai kepentingan untuk menyampaikan maksudnya agar pihak yang
dikirimi pesan mengerti apa yang dimaksudkan.
2. Pesan atau berita.
Adalah informasi berupa penjelasan baik lisan maupun tulisan dapat pula berupa
sandi. Pemberi
Pesan – Sender (encoder)
Pesan, Verbal, Nonverbal
Jalur dan
Media Penerima Pesan – Audience/ Receiver/ Decoder
3. Media seperti surat, memo, laporan, pidato, bagan, grafik atau kurva dan
sebagainya.
Adalah cara penyampaian pesan, berita atau informasi dari pihak pengirim kepada
pihak penerima berita. Media merupakan cara yang sangat berpengaruh terhadap
efektifitas dan efisiensi proses berkomunikasi
4. Penerima seperti pembaca, pendengar, penerima kode (sandi)
Adalah orang atau organisasi yang dikirimi berita, pesan atau informasi oleh
pengirim berita. Penerima ini harus dapat memahami atau mengerti berita, pesan
atau informasi sebagaimana dikehendaki oleh pengirim berita.
2.1.5. Jenis Komunikasi
Komunikasi terdiri dari :
1. Komunikasi satu arah, jika dalam proses komunikasi hanya berlangsung dari
pengirim kepada penerima tanpa respon yang balik dari penerima.
2. Komunikasi dua arah, dalam proses komunikasi berlangsung dari pengirim
kepada penerima dan ada respon balik dari penerima kepada pengirim.
3. Komunikasi formal, komunikasi antara pengirim dan penerima berita mempunyai
hubungan formal dalam organisasi.
4. Komunikasi informal, komunikasi antara pengirim dan penerima berita tidak
mempunyai hubungan formal dalam organisasi.
5. Komunikasi internal adalah komunikasi yang berlangsung dalam organisasi yang
6. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang terjadi antara pengirim dan
penerima berita yang berada dalam organisasi dan lainnya berada diluar
organisasi.
7. Komunikasi horizontal. Jika pengirim dan penerima berada dalam posisi yang
sederajat (misal antar manajer dalam organisasi).
8. Komunikasi vertikal. Jika pengirim dan penerima berada dalam posisi yang tidak
sederajat (misalnya antara manajer dan bawahan).
9. Komunikasi sesaat adalah komunikasi yang terjadi pada saat tertentu dan setelah
itu tidak terjadi komunikasi lagi. Komunikasi ini terjadi karena adanya bias
komunikasi.
10.Kominikasi berkelanjutan. Jika komunikasi terjadi secara terus menerus atau
berkelanjutan. Komunikasi ini terjadi karena komunikasi sebelumnya dianggap
belum selesai dan perlu dilanjutkan.
11.Komunikasi berjenjang. Dalam komunikasi ini saluran berita menurun atau
menarik sesuai dengan jabatan yang harus dilalui seperti dari manajer puncak,
manajer menengah, supervisor, ketua kelompok dan ke operator dan sebaliknya.
12.Komunikasi berantai adalah komunikasi dari pengirim pertama sampai pada
penerima terakhir dapat ditelusuri dengan jelas.
13.Komunikasi spontan adalah komunikasi yang dilakukan tanpa melalui persiapan
14.Komunikasi terprogram adalah komunikasi yang telah dipersiapkan secara
matang dan terjadwal sehingga di masa yang akan datang dapat digunakan untuk
memberikan penjelasan secara rutin.
15.Kominikasi aktif, jika antara pengirim dan penerima melakukan respon atau
reaksi timbal balik .
16.Komunikasi pasif, jika anatra pengirim dan penerima tidak melakukan respon
atau reaksi timbal balik.
17.Komunikasi semu adalah proses komunikasi akan tetapi antara pengirim dan
penerima sebenarnya sama-sama tidak ingin melakukan komunikasi, komunikasi
dilakukan hanya bersifat basa basi saja.
2.1.6. Dimensi Komunikasi Yang Efektif
Dimensi komunikasi yang meningkatkan efektifitas komunikasi bertujuan
untuk meningkatkan kesamaan arti antara pesan yang dikirim dengan pesan yang
diterima dan efektifitas dalam komunikasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
1) Persepsi
Persepsi adalah inti komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas terlihat pada pengertian persepsi yang disampaikan oleh
Wenburg dan Wilmot (1973) yang mengatakan bahwa persepsi adalah cara
persepsi proses menafsirkan informasi indrawi. Persepsi dikatakan sebagai inti
komunikasi karena jika persepsi seseorang tidak akurat, maka tidak mungkin
orang tersebut mampu berkomunikasi dengan baik.
2) Reaksi Emosional atau Keadaaan Emosi
Emosi adalah sesuatu yang dirasai oleh seseorang secara mendalam. Perkataan
’emosi’ bermakna ’gerakan tenaga’ yang berasal dari perkataan lain. Menurut
Childre dan Martin (1999) pengalaman emosi seseorang memberi kesan terhadap
sel-sel otak dan ingatan, lalu membentuk corak-corak yang mempengaruhi
perilaku seseorang.
3) Keahlian Berkomunikasi
Menurut Stephen dalam Kaloh (2006) mengemukakan bahwa komunikasi
merupakan ketrampilan paling penting dalam hidup seseorang. Seperti hal nya
bernafas, komunikasi merupakan sesuatu yang otomatis terjadi, sehingga
seseorang tidak tertantang untuk belajar berkomunikasi secara efektif dan santun.
4) Saluran atau Media Komunikasi
Dewi (2006) mengatakan bahwa pemilihan saluran dan media sangat penting
dilakukan dalam perencanaan pesan bisnis yang berpusat pada penerima.
Komunikasi efektif dan tidak efektif dapat dibedakan melalui pilihan atas saluran
dan media komunikasi terdiri atas saluran dan media komuniasi. Pilihan saluran
dan media komunikasi sangat tergantung pada sifat pesan, waktu, formalitas dan
Saluran komunikasi terdiri dari saluran komunikasi lisan (oral communication) dan saluran komunikasi tertulis (written communication). Masing-masing saluran memiliki beberapa jenis media. Media yang dimaksud disini adalah alat atau
sarana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari pengirim kepada
penerima.
a) Saluran dan Media Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan merupakan saluran yang paling banyak digunakan dalam
bisnis. Komunikasi ini antara lain percakapan antara dua orang secara
langsung, melalui telephon, wawancara, pidato, seminar, pelatihan dan
presentasi bisnis. Saluran ini relatif disukai karena sederhana, spontan,
nyaman, praktis, dan ekonomis, serta memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dalam memberikan umpan balik (feedback).
Tentu saja tidak semua pesan bisa dengan tepat dikomunikasikan secara lisan.
Informasi yang kontroversial dan aktivitas pengambilan keputusan akan terasa
sesuai bila menggunakan saluran itu karena reaksi nonverbal penerima mudah
diketahui dan komunikator dapat dengan segera mengambil tindakan yang
tepat. Kekurangan atau kelemahan saluran ini adalah sifatnya yang spontan
sehingga pesan sering tidak dapat direncanakan dan diorganisasikan dengan
baik. Disamping itu, pesan lisan yang disampaikan dari orang ke orang akan
membuka peluang terjadinya distorsi.
Saluran lisan dapat digunakan apabila:
b. Pesan relatif sederhana dan mudah dimengerti
c. Tidak memerlukan catatan permanen
d. Penerima dapat dikumpulkan dengan mudah dan ekonomis
e. Ingin mendorong interaksi untuk pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan
Tipe atau tingkatkan komunikasi sangat menentukan tempat dan media yang
digunakan. Komunikasi lisan antar pribadi bisa dilakukan di ruang kerja
hanya dengan panca indera atau dengan media elektronik, seperti telephon
dan voice mail. Selain memiliki kelebihan dalam kecepatan pengiriman dan penerimaan informasi, telephon dan vioce mail juga lebih ekonomis.
Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan audiens yang lebih banyak,
biasanya digunakan media kelompok atau publik seperti seminar, rapat, dan
konferensi yang diselenggarakan di suatu tempat yang lebih luas dengan
bantuan peralatan audio visual jarak dekat maupun jarak jauh. Sementara
dalam kelompok massa, biasanya digunakan media elektronik misalnya radio,
film, televisi, komputer, dan video cassette/tape recorder. b) Saluran dan Media Komunikasi Tertulis
Pesan-pesan tertulis dalam bisnis dibuat dalam berbagai bentuk, misalnya
surat, memo, proposal, dan laporan. Pilihan kata dalam pesan tertulis
dilakukan dengan hati-hati untuk mempertahankan nada sopan dan
Pesan-pesan tertulis bisa ditulis tangan atau dengan bantuan media elektronik.
Media elektronik yang biasanya dipergunakan adalah mesin faksimile,
telegram dan email.
Saluran komunikasi tertulis dapat dipergunakan jika:
a. Tidak diperlukan umpan balik secara langsung dari penerima
b. Pesan terinci dan kompleks
c. Memerlukan perencanaan yang seksama
d. Memerlukan catatan permanen
e. Penerima dalam jumlah banyak
f. Penerima sulit dijangkau karena tersebar secara geografis
g. Ingin meminimalkan peluang distorsi
Kelebihan saluran komunikasi tertulis adalah adanya kesempatan bagi para
komunikator untuk merencanakan dan mengendalikan pesan.
2.1.6. Hambatan Komunikasi
Dalam sebuah komunikasi biasanya akan ada hambatan yang dapat
mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi, sehingga informasi dan gagasan
yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima
pesan atau receiver.
Dewi (2006) mengatakan bahwa untuk berkomunikasi secara efektif tidaklah
cukup hanya dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
hambatan-hambatannya. Hambatan komunikasi bisa terjadi diantara individu (antarmanusia)
maupun dalam organisasi.
1) Hambatan Komunikasi Antar Manusia
Agar dapat saling memahami komunikator dan komunikan harus memiliki
pengertian yang sama mengenai kata, gerakan badan, nada suara, dan
simbol-simbol lainnya. Hambatan komunikasi antarmanusia dapat berupa:
a) Perbedaan Persepsi dan Bahasa
Persepsi merupakan interpretasi pribadi atas sesuatu hal. Definisi seseorang
mengenai suatu kata mungkin berbeda dengan orang lain
b) Pendekatan yang buruk
Walaupun sudah mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata menjadi
pendengar yang baik tidaklah mudah. Dalam keadaan melamun atau lelah
memikirkan masalah lain, seseorang cenderung kehilangan minat
mendengarnya.
c) Gangguan Emosional
Dalam keadaan kecewa, marah, sedih, atau takut, seseorang akan merasa
kesulitan saat menyusun pesan atau menerima pesan dengan baik. Secara
praktis, tidak mungkin menghindari komunikasi ketika sedang ada dalam
keadaan emosi. Kesalahpahaman sering terjadi akibat gangguan emosional.
Berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat dihindari,
terlebih lagi zaman globalisasi ini. Perbedaan budaya merupakan hambatan
yang paling sulit diatasi.
e) Gangguan Fisik
Pengirim atau penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang bersifat fisik
seperti akustik yang jelek, tulisan yang tidak dapat dibaca, cahaya yang redup,
atau masalah kesehatan. Gangguan fisik bisa mengganggu konsentrasi dalam
berkomunikasi.
2) Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi sering terganggu karena materinya lebih rumit,
jumlahnya banyak, dan kontroversial. Hambatan-hambatan komunikasi dalam
organisasi, meliputi:
a) Kelebihan Beban Informasi dan Pesan Yang Bersaing
Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu
organisasi meningkat tajam hingga kecepatan yang semakin tinggi. Pesan
melalui surat-surat dari pos, email dan telephon dari berbagai sumber telah
membanjiri organisasi dan masing-masing bersaing untuk memperoleh
perhatian lebih awal. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang tidak
ditanggapi, pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respons yang
tidak akurat.
Ketika meneruskan suatu pesan kepada orang lain dalam organisasi, biasanya
terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat
pesan. Pesan dalam organisasi dikirim melalui berbagai saringan. Misalnya
melewati penjaga pintu terlebih dahulu, karyawan kantor depan, sekretaris,
baru kemudian sampai kepada pimpinan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak
sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah dipotong atau dibuang.
c) Iklan Komunikasi Tertutup atau Tidak Memadai
Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri
komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya
kepemimpinan. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat
pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terlalu banyak bisa
mengubah pesan ketika bergerak vertikal atau horisontal dalam sebuah
organisasi.
Permasalahan komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang
tidak sesuai. Permasalahan dalam komunikasi menunjukkan adanya masalah yang
terpendam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi, maupun penerima (komunikan)
2.2. Komunikasi Interpersonal
Sari (2004:33) mengatakan bahwa sesuai dengan kodratnya manusia tidak
dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial, setiap manusia memerlukan
dalam memenuhi kebutuhannya. Usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut ternyata tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, sehingga memerlukan bantuan
dan kerja sama dengan orang lain
Komunikasi antar individu yang disebut juga dengan komunikasi
interpersonal, yang akan berlangsung dengan efektif dan efisien apabila setiap
individu menghormati dan mematuhi norma dan nilai-nilai yang mengatur
perilakunya dalam berkomunikasi dengan peran masing-masing dalam
kelompomnya. Komunikasi adalah inti dari sebuah interaksi sosial, tidak mungkin
melakukan interaksi sosial tanpa komunikasi.
Baron dalam Sari (2004) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
dimana orang, kelompok atau organisasi mengirimkan beberapa informasi kepada
orang, kelompok atau organisasi lainnya. Komunikasi akan berhasil apabila pesan
yang disampaikan komunikator cocok dengan pengalaman dan pengertian yang
diperoleh komunikan. Jika pengalaman komunikator sama dengan pengalaman
komunikan maka komunikasi akan berjalan dengan lancar. Lebih lanjut dikatakan
bahwa komunikator yang berpengalaman akan selalu menaruh perhatian kepada arus
balik dan selalu mengubah cara penyampaian pesannya sesuai dengan tanggapan
komunikan. Tanggapan arus balik berguna untuk mengontrol sukses tidaknya proses
komunikasi.
Untuk melaksanakan komunikasi agar menjadi efektif terdapat dua faktor
2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Gouran, Miller, dan Wiethoff dalam Sari (2004:37), mendefinisikan
komunikasi interpersonal adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam
beberapa waktu dimana keduanya saling beradaptasi sebagai individu yang unik.
Ketiga ahli ini memandang bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
unik dan berbeda dengan komunikasi lainnya karena:
1) Adanya beberapa partisipan yang terlibat
2) Interaksi yang terjadi sangat dekat
3) Interaksinya dapat dengan meihat, mendengar, menyentuh, tersenyum dengan
melalui beberapa aluran
4) Umpan balik dapat terjadi dengan segera
Sedangkan Borchers dalam Sari (2004) juga mengatakan bahwa komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang telah saling
kenal dan berlangsung kapan saja.
Rakhmat (2000) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses
informasi yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir. Dengan kata lain
sensasi merupakan bagaimana seseorang menerima dan menangkap stimuli atau
rangsangan. Setelah menerima sensasi kemudian seseorang memberikan makna pada
sensasi sehingga manusia memperoleh pengalaman baru. Dengan kata lain persepsi
mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi
dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengolah dan memanipulasikan
Sudarmo (2000) mengartikan komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi adalah pertukaran informasi yang terjadi antara dua orang. Dalam
melakukan komunikasi antarpribadi masing-masing memiliki cara sendiri-sendiri
dalam hubungannya dengan orang lain.
Sedangkan Devito dan Sari (2004) memberikan definisi komunikasi
interpersonal sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang dan terbangun suatu
relationship (hubungan), sehingga makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Ada kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dipenuhi dengan
berkomunikasi dengan orang lain.
2.2.2. Peranan Komunikasi Interpersonal
Johnson seperti yang dikutip oleh Supratiknya dalam Sari (2004) mengatakan
bahwa sekurang-kurangnya ada empat peranan yang disumbangkan oleh komunikasi
antarpribadi dalam yang menciptakan kebahagiaan manusia dalam kehidupannya,
yaitu:
1) Komunikasi antarpribadi dapat membantu perkembangan intelektual dan sosial
kita. Perkembangan manusia sejak bayi sampai mengikuti pola semakin luasnya
ketergantungan dengan orang lain.
2) Identitas atau jati diri seseorang akan terbentuk melalui komunikasi. Selama
berkomunikasi sadar atau tidak seseorang akan mengamati, memperhatikan
tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh orang lain kepadanya, yang akhirnya
3) Dalam rangka memahami realitas serta menguji kebenaran kesan-kesan dan
pengertian yang dimilki tentang dunia perlu membandingakn dengan kesan-kesan
dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Perbandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya dapat dilakukan melalui komunikasi dengan orang lain.
4) Kesehatan mental seseorang sebagai besar ditentukan oleh kualitas komunikasi
atau hubungannya dengan orang lain.
2.2.3. Komunikasi Interpersonal Yang efektif
Thoha dalam Sari (2004) mengatakan bahwa ada lima hal yang membuat
komunikasi interpersonal menjadi efektif, yaitu:
1) Keterbukaan, maksudnya adalah keinginan untuk terbuka antara seseorang yang
ingin berkomunikasi dengan orang lain
2) Empati, artinya merasakan perasaan seperti yang dialami oleh orang lain
3) Dukungan, baik yang diucapkan maupun tidak diucapkan
4) Kepositifan, mengandung arti yang positif terhadap diri orang lain
5) Kesamaan, artinya mengetahui kesamaan pribadi atau saling menyadari bahwa
kedua belah pihak yang berkomunikasi mempunyai hak yang sama walaupun
2.3. Prestasi Belajar
3.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah proses pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan
pembelajaran seorang mahasiswa, tentang relevansi antara pembelajaran yang
diberikan dengan pelaksanaannya. Hasil observasi tersebut dilakukan sebagai
pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk penetapan keputusan mengenai
keberhasilan atau kegagalannya dalam belajar.
3.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dan individu.
Dalam perkembangan yang kompetitif, lembaga pendidikan membutuhkan
mahasiswa yang berprestasi tinggi. Pada saat yang sama mahasiswa membutuhkan
umpan balik atas prestasi mereka. Jika lembaga pendidikan hanya berpegang pada
asumsi bahwa mahasiswa tidak akan belajar kecuali jika mereka diawasi dan
dikendalikan dengan ketat, maka dalam hal ini cenderung diterapkan cara penilaian
yang bersifat rahasia. Sebaliknya jika lembaga pendidikan mempunyai pandangan
bahwa mahasiswa akan belajar dengan potensi yang dimilikinya dan bahwa
kemampuan mahasiswa dapat dikembangkan, lembaga pendidikan akan
mengusahakan sistem penilaian yang berusaha mengenali, memperjelas,
Pada umumnya penilaian prestasi belajar mahasiswa digunakan sebagai
instrumen untuk mengendalikan prilaku mahasiswa untuk mengetahui kebutuhan
pelatihan dan pengembangan mahasiswa yang bersangkutan.
3.3.3. Penilaian Prestasi Belajar
Sistem penilaian prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain:
1) Yang dinilai adalah di samping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput
dari berbagi kelemahan dan kekurangan.
2) Penilaian yang dilakukan pada penilaian tertentu yang realistik dan objektif.
3) Hasil penilaian harus disampaikan kepada siswa yang dinilai maksudnya yaitu :
a) Penilaian positif, menjadi dorongan kuat bagi mahasiswa yang untuk lebih
berprestasi di masa yang akan datang
b) Penilaian negatif, mahasiswa bersangkutan mengetahui kelemahannya
sehingga dapat mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi
kelemahan tersebut.
c) Jika mahasiswa merasa penilaiannya tidak objektif, kepadanya
kesempatan untuk mengajukan keberatannya, sehingga pada akhirnya dapat
memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.
d) Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan dengan
rapi dalam arsip sekolah setiap mahasiswa, sehingga tidak ada informasi yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional yaitu suatu metode yang menjelaskan hubungan diantara dua variabel
atau lebih, dimana dalam penelitian ini akan digunakan metode korelasi sederhana
(simple correlation) mengingat jumlah variabel yang diteliti hanya dua yaitu komunikasi interpersonal dan prestasi belajar mahasiswa FISIP, Universitas Sumatera
Utara.
1.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara,
khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang beralamat di Jln. Dr.
Mansyoer, Medan, Sumatera Utara.
1.3. Populasi dan Sampel Penelitian
1.3.1. Populasi
Hasan (2002: 58) menyampaikan bahwa populasi adalah totalitas dari semua
objek atau individu yang memiliki karakter tertentu, jelas dan lengkap yang akan
diteliti. Ahli lain yaitu Riduwan (2006:55) mengatakan bahwa populasi merupakan
tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Sedangkan Sugiyono (2006:72)
mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Stambuk 2007/2008 dan 2008/2009 yang
jumlahnya mencapai 1249 mahasiswa serta dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 100 orang dengan rincian seperti
yang terlihat dalam tabel 3.
1.3.2. Sampel
Hasan (2002:58) menyampaikan bahwa sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu,
jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi
Dikarenakan populasi dalam penelitian ini jumlahnya cukup banyak yaitu
mencapai 1.349 orang maka penulis menggunakan rumus pengambilan sampel
menurut Yamane (1967) dalam Arikunto, et. al. (1998:99) sebagai berikut :
Keterangan:
n = banyaknya sampel N = populasi
d = presisi yang ditetapkan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10%) 1
2 + =
Sehingga jumlah sampelnya menjadi:
1.349
n = = 93,099 responden (dibulatkan menjadi 94 responden) 1.349 (0.1)2 +1
Tabel 3. Jumlah Polulasi dan Sampel Penelitian
1.4. Teknik Pengambilan Sampling
Penelitian ini menggunakan salah satu teknik pengambilan sampel
nonprabability sampling yaitu cara pengambilan sampel yang tidak berdasarkan probabilitas, sehingga kemungkinan atau peluang setiap anggota populasi untuk
menjadi anggota sampel tidak sama atau tidak diketahui, sehingga cenderung bersifat
subyektif dan tidak representatif (Hasan, 2002:68).
STAMBUK JURUSAN KELAS POPULASI SAMPEL
Komunikasi Regular & Regular Mandiri 113 8
Extention 37 3
Administrasi Negara Regular & Regular Mandiri 78 5
Extention 2 0
Antropologi Regular & Regular Mandiri 38 3
Politik Regular & Regular Mandiri 74 5
Sosiologi Regular & Regular Mandiri 54 4
Kesejahteraan Sosial Regular & Regular Mandiri 52 4
Administrasi Perpajakan Regular & Regular Mandiri 104 7
Komunikasi Regular & Regular Mandiri 134 9
Extention 66 5
Administrasi Negara Regular & Regular Mandiri 90 6
Extention 10 1
Antropologi Regular & Regular Mandiri 50 3
Politik Regular & Regular Mandiri 92 6
Sosiologi Regular & Regular Mandiri 74 5
Kesejahteraan Sosial Regular & Regular Mandiri 60 4
Administrasi Perpajakan Regular & Regular Mandiri 121 8
100 7
1349 94
Sumber : FISIP, USU (2010)
Adapun teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling aksidental yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil responden siapa saja yang secara kebetulan dijumpai untuk dijadikan
sampel (Krisyantono, 2006:159).
1.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan,
penulis menggunakan metode pengumpulan data, antara lain:
a. Penelitian Lapangan
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan survey di lokasi
penelitian dengan menggunakan metode:
1) Observasi, adalah pengumpulan data melalui pengamatan peneliti dengan
menggunakan panca indera (Bungin, 2006:142)
2) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan
jawaban dicatat atau direkam dengan alat perekam (Soehartono, 2004:67).
3) Kuesioner, yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah penulis buat (Soehartono, 2004:64).
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini merupakan data sekunder yakni data yang didapat melalui
kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku, majalah-majalah, bahan
1.6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995:263). Data yang diperoleh
dalam penelitian ini akan dianalisa dalam beberapa tahap analisa yaitu:
a. Analisa Tabel Tunggal
Adalah suatu analisa yang dilakukan untuk membagi-bagikan variabel penelitian
ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal
merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari 2 kolom yaitu
sejumlah frekuensi dan kolom persentase untuk setiap kategori (Singarimbun,
1995:266)
b. Analisa Tabel Silang
Merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel
yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, sehingga dapat
diketahui apakah variabel tersebut positif atau negatif (Singarimbun, 1995:273).
c. Uji Hipotesa
Adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesa yang diajukan
dapat diterima atau ditolak.
1) Rumus Korelasi Product Moment
Untuk menguji tingkat hubungan antara variablel X dan variabel Y,
Keterangan:
r = koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat n = banyaknya sampel
X = skor tiap item Y = skor total variabel
2) Uji t
Uji t dilakukan untk menguji apakah masing-masing variabel bebas tersebut
berpengaruh pada variabel terikat (uji korelasi perbandingan). Untuk menguji
signifikansi korelasi digunakan rumus:
Keterangan:
t = hasil tes signifikan r = koefisien korelasi n = jumlag sampel
Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi, digunakan skala
Guilford (Rakhmat, 1991:27) sebagai berikut:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melalui berbagai tahap proses
pengumpulan data, yaitu:
4.1.1. Tahap Awal
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi
berbagai permasalahan yang ada di kampus Universitas Sumatera Utara khususnya
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Selanjutnya peneliti mendapatkan
gambaran mengenai topik penelitian yang bisa diangkat yaitu mengenai hubungan
antara komunikasi interpersonal dosen dan mahasiswa dengan prestasi belajar
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.
Selanjutnya peneliti mengajukan judul ke jurusan dan setelah disetujui maka
peneliti langsung melakukan koordinasi dengan dosen pembimbing mengenai draft
proposal penelitian dan setelah dinyatakan sempurna maka peneliti melakukan
seminal proposal penelitian.
4.1.2. Pengumpulan Data
Selanjutnya pada tanggal 15 April 2010 sampai dengan 10 Mei 2010, peneliti
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), yang
penulis sebar kepada 94 responden secara proporsional sesuai tabel 2 diatas. Melalui
kuesioner tersebut akhirnya peneliti mendapatkan data-data mentah yang mendukung
penelitian ini.
Selanjutnya data mentah yang telah peneliti porelah dari kuesioner tersebut,
peneliti olah melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Penomoran kuesioner
Data hasil kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal
yang berjumlah 94 kuesioner
2. Pengkodean
Yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak kode yang telah
disediakan dalam bentuk angka (skore)
3. Inventarisasi Variabel
Yaitu data mentah yang diperoleh akan dimasukkan ke dalam lembar foltron
cobol (FC), sehingga data secara keseluruhan dimuat dalam satu kemasan
4. Tabulasi Data
Pada tahap ini data foltron cobol dimasukkan ke dalam tabel, terbagi atas tabel
tunggal dan tabel silang
5. Analisis Data
Data yang sebelumnya disusun dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang
kemudian dianalisa dan diinterpretasikan
Merupakan pengujian dan statistik untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan dapat diterima atau ditolak
4.2. Analisis Data Tabel Tunggal
Analisa tabel tunggal merupakan langkah awal dalam melakukan analisis data
yang terdiri dari kolom uraian, jumlah frekuensi dan prosentase untuk setiap kategori
skor. Dalam melakukan analisis tabel tunggal ini peneliti menggunakan perangkat
lunak SPSS versi 15, yang meliputi: (1) data umum responden, (2) komunikasi
interpersonal dan (3) prestasi belajar, yang secara lengkap dapat peneliti sampaikan
seperti dibawah ini.
4.2.1. Data Responden
Dibawah ini penulis sampaikan mengenai analisis table tunggal untuk data
responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan jurusan atau departemen
responden berasal, sebagai berikut:
Tabel 4 Usia Responden
JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
< 20 tahun 27 28.7%
20,1 - 21 tahun 31 33.0%
21,1 - 22 tahun 21 22.3%
22,1 - 23 tahun 6 6.4%
> 23 tahun 9 9.6%
TOTAL 94 100.0%
Data di atas menunjukkan bahwa 27 responden (28,7%) berusia kurang dari 20 tahun,
31 responden (33,0%) berusia antara 20,1 hingga 21 tahun, 21 responden (22,3%)
berusia 21,1 hingga 22 tahun, 6 responden (6,4%) berusia 22,1 hingga 23 tahun serta
9 responden (9,6%) berusia diatas 23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
(FISIP USU) berusia antara 20,1 hingga 22 tahun yang merupakan usia yang relatif
muda sehingga masih dengan mudah untuk bisa dididik dan diarah agar kedepannya
mempunyai kemauan yang kuat untuk belajar dan menjadi mahasiswa berprestasi.
Tabel 5
Jenis Kelamin Responden
Data di atas menunjukkan bahwa 33 responden (35,1%) mempunyai jenis kelamin
laki-laki dan 61 responden (64,9%) mempunyai jenis kelamin perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) berjenis kelamin perempuan.
4.2.2. Komunikasi Interpersonal
Dibawah ini penulis sampaikan mengenai analisis tabel tunggal untuk variabel
komunikasi interpersonal, sebagai berikut:
JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
Laki-laki 33 35.1%
Perempuan 61 64.9%
TOTAL 94 100.0%
Tabel 6
Jurusan atau Departemen
Data di atas menunjukkan bahwa 25 responden (26,6%) berasal dari jurusan
komunikasi, 12 responden (12,8%) jurusan administrasi Negara, 6 responden (6,4%)
jurusan antropologi, 11 responden (11,7%) jurusan politik, 9 responden (9,6%)
jurusan sosiologi, 8 responden (8,5%) jurusan kesejahteraan social, 16 responden
(17,0%) jurusan administrasi perpajakan serta 7 responden (7,4%) merupakan dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU). Data
diatas menunjukkan bahwa mahasiswa FISIP USU yang paling banyak mengambil
jurusan komunikasi.
Tabel 7
Dosen Melakukan Pendekatan Khusus Kepada Mahasiswa
JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE
Sangat Tidak Setuju 4 4.3%