• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA: PENDEKATAN ORGANISASI INDUSTRI. Oleh ENENG DAHLIA SRI LESTARI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA: PENDEKATAN ORGANISASI INDUSTRI. Oleh ENENG DAHLIA SRI LESTARI H"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA:

PENDEKATAN ORGANISASI INDUSTRI

Oleh

ENENG DAHLIA SRI LESTARI H01400090

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

▸ Baca selengkapnya: berikut ini beberapa jabatan dalam struktur organisasi industri farmasi adalah

(2)

RINGKASAN

ENENG DAHLIA SRI LESTARI. Analisis Industri Farmasi di Indonesia: Pendekatan Organisasi Industri. Di bawah bimbingan BAMBANG JUANDA.

Farmasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Tujuan utama industri farmasi adalah untuk menghasilkan obat yang aman dan efektif dan untuk kepentingan ekonomi suatu negara. Industri farmasi juga bertujuan untuk daya tahan setiap negara.

Ada berbagai masalah yang dihadapi industri farmasi di Indonesia mulai dari strukturnya, perilaku, kinerja sampai kebijakan yang menjadi pondasi dasarnya. Industri farmasi di Indonesia selama tiga puluh tahun terakhir tidak mengalami perubahan. Sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk mampu melihat dan memperkirakan aspek mana yang sedang atau akan mengalami hambatan serta alternatif-alternatif terbaik yang diperlukan untuk mengatasinya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis industri farmasi di Indonesia dengan menggunakan pendekatan organisasi industri. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah mengkaji bagaimana struktur, perilaku, kinerja dan hubungan ketiganya dalam industri farmasi Indonesia. Selain itu penelitian ini juga mengkaji kinerja undang-undang farmasi, dan peraturan pemerintah yang mendukungnya serta dampaknya bagi industri farmasi di Indonesia.

Analisis ini menggunakan pendekatan analisis Structure-Conduct-Performance (SCP) dan analisis kebijakan. Data yang digunakan untuk analisis deskriptif adalah data dari tahun 1993 sampai 2005. Data statistiknya berjumlah 20 observasi dari tahun 1984 sampai 2003. Data diolah menggunakan software Excel, dan Microfit. Data ini diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dan studi kepustakaan serta literatur dari media masa dan pemberitaan resmi perusahaan.

Untuk mengetahui struktur industri farmasi, dilakukan perhitungan konsentrasi empat perusahaan besar (CR4). Konsentrasi rasio empat perusahaan

terbesar dari tahun 1984-2003 adalah 47,33 persen. Ini menunjukkan bahwa industri farmasi di Indonesia memiliki struktur pasar oligopoli. Ukuran pangsa pasar paling besar diduduki oleh Sanbe Farma dengan HHI sebesar 0.07. Dari tahun 2002 sampai 2004, pangsa pasar dikuasai oleh Sanbe Farma dan Kalbe Farma. Sementara itu posisi ketiga dan keempat perebutkan Dexa Medica, Tempo Scan dan Bintang 7. Hambatan untuk masuk ke industri farmasi adalah modal yang besar, sumber daya, dan undang-undang.

Untuk menganalisis perilaku industri digunakan pendekatan strategi harga, strategi produksi, strategi distribusi dan strategi promosi. Secara resmi struktur harga di Indonesia diatur dalam beberapa faktor harga yaitu harga paten 100 persen, Original Off Patent 100 persen, Branded Generik Branded Generik 40 persen-80 persen, Branded Generik Berharga Murah 30 persen, Obat Generik Berlogo 10 persen-30 persen dan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 10 persen-25 persen. Strategi produksi diatur dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sebagai standar atau persyaratan pembuatan obat yang menyangkut

(3)

seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu serta bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Strategi distribusi diatur oleh PP No.72/98 maupun Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.918/93 dan Permenkes No.1191/02. Terakhir adalah strategi promosi. Kecuali obat bebas yang boleh dipromosikan lewat iklan dan media massa, produk farmasi dipromosikan oleh Medical Refresentatif.

Analisis kinerja dilakukan dengan menggunakan analisis Price-Cost Margin (PCM) sebagai proksi keuntungan. Selain itu ada Variabel lain yang dianggap mempengaruhi kinerja yaitu pertumbuhan dan x-efisiensi. Rata-rata marjin keuntungan industri farmasi selama 20 tahun sebesar 17,28 persen, efisiensi industri farmasi dari tahun ke tahun besar yaitu sekitar 76,82 persen yang menggambarkan bahwa industri farmasi sudah dikelola dengan baik. Tahun 2004 pertumbuhan total sebesar 19,56 persen, pertumbuhan tertinggi dipegang oleh Dexa Medica sebesar 40,87 persen.

Keragaman model yang menggunakan PCM sebesar 62,92 persen dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model yang digunakan. Dari analisa hubungan dilihat bahwa konstanta, pertumbuhan, impor dan dummy hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap variabel endogen PCM. Variabel struktur yang secara nyata mempengaruhi kinerja industri farmasi adalah CR4 dan

effisiensi-x. CR4 berubungan negatif dengan PCM yang berarti jika konsentrasi

empat perusahaan naik satu persen maka margin keuntungan akan berkurang sebesar 0,39 persen. Hal ini disebabkan karena makin bertambahnya perusahaan farmasi namun dalam skala kecil. Sedangkan arti positif pada XEFF adalah jika tingkat efisiensi perusahaan dalam industri meningkat satu persen maka margin keuntungan akan meningkat sebesar 0,41 persen. Ini terjadi karena adanya Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sebagai standar pembuatan obat.

Berdasarkan analisis SCP, kebijakan yang harus dianalisis berkaitan dengan industri farmasi adalah Kebijakan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Kebijakan ini dianggap solusi yang baik dalam memecahkan permasalahan industri farmasi. Diprediksi, melalui sistem kesehatan nasional pasar farmasi akan berkembang. Kenyataannya, walaupun tujuan undang-undang ini sangat berani dan bagus tapi belum membawa dampak yang berarti bagi industri farmasi terbukti dengan masih belum bertambahnya peserta asuransi di Indonesia pasca UU SJSN diterapkan.

(4)

ANALISIS INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA:

PENDEKATAN ORGANISASI INDUSTRI

Oleh

ENENG DAHLIA SRI LESTARI H01400090

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Eneng Dahlia Sri Lestari

NRP : H01400090

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Industri Farmasi di Indonesia : Pendekatan Organisasi Industri

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Bambang Juanda, MS. NIP. 131 779 498 Mengetahui, Ketua Departemen

Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP.131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2006

Eneng Dahlia Sri Lestari H01400090

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 November 1981 di Cianjur-Jawa Barat sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara dari ayahanda H. Julisyam Sulyana dan ibunda Hj. Djubaedah Hayati. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Sukaresmi tahun 2000. Pada tahun yang sama, lulus masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa kuliah, penulis aktif dalam kegiatan ekstra maupun intra kampus. Penulis menjadi sekretaris dan anggota bidang eksternal Dewan Perwakilan Mahasiswa periode 2001-2002. Pada periode yang sama, penulis juga menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FEM IPB. Periode 2003-2004, penulis menjadi ketua bidang pelatihan Lembaga Pers Mahasiswa Islam. Penulis juga aktif dalam kegiatan olah raga dan seni Bela Diri Tangan Kosong Merpati Putih dan pernah menjabat sebagai bendaharanya selama beberapa waktu.

Selain organisasi, penulis mencoba mencari pengalaman di dunia kerja seperti menjadi Staff General Affair di PT. Saranapapan Ekasejati (Kota Bunga Nusantara) pada tahun 2002, menjadi pengajar private pada tahun 2003, menjadi Financial Advisor AIG Lippo pada tahun 2004 dan terakhir menjadi Enumerator Jasa Riset Pemasaran Q-Mark Consultant pada tahun 2005. Penulis juga pernah bekerja untuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai Short Term Employer di World Agroforestry Centre (ICRAF) – CIFOR.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Farmasi di Indonesia ... 7

2.2. Teori Structure-Conduct-Performance (SCP) ... 9

2.2.1. Struktur (Structure) ... 10

2.2.1.1. Pangsa Pasar (Market Share) ... 11

2.2.1.2. Konsentrasi ... 12

2.2.1.3. Hambatan Masuk Pasar (Barrier to Entry) ... 12

2.2.2. Perilaku (Conduct) ... 13

2.2.3. Kinerja (Performance) ... 14

2.2.4. Hubungan antara Structure-Conduct-Performance (SCP) ... 15

2.3. Kebijakan Industri Farmasi di Indonesia ... 17

2.4. Penelitian Terdahulu ... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran ... 20

3.2. Hipotesis ... 22

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.2. Metode Analisis ... 24

4.2.1. Tahap Analisis Structure-Conduct-Performance (SCP)... 25

(9)

4.2.1.2. Analisis Perilaku (Conduct) ... 27

4.2.1.3. Analisis Kinerja (Performance) ... 28

4.2.1.4. Hubungan antara Struktur dan Kinerja ... 29

4.2.2. Tahap Analisis Kebijakan ... 33

V.GAMBARAN INDUSTRI FARMASI INDONESIA ... 35

VI.PEMBAHASAN 6.1. Analisis Structure-Conduct-Performance... 45

6.1.1. Struktur Industri Farmasi ... 45

6.1.2. Perilaku Industri Farmasi ... 48

6.1.2.1. Strategi Harga ... 48

6.1.2.2. Strategi Produksi ... 50

6.1.2.3. Strategi Distribusi ... 51

6.1.2.4. Strategi Promosi ... 55

6.1.3. Kinerja Industri Farmasi ... 56

6.1.4. Hubungan Struktur dan Kinerja ... 58

6.2. Analisis Kebijakan Industri Farmasi ... 61

6.2.1. Garis Besar Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) ... 62

6.2.2. Analisis Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial (UU SJSN)... 64

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 72

7.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Kondisi Industri Farmasi Indonesia ... 7

6.2. Tingkat Konsentrasi Industri Farmasi Tahun 1984-2003 ... 45

6.3. Posisi Sepuluh Perusahaan Farmasi Terbesar Tahun 2001-2004... 46

6.4. Indeks Hischman-Herfindahl (HHI) dan Growth tahun 2004... 47

6.5. Price Cost Margin (PCM) Industri Farmasi Indonesia ... 57

6.6. Effisiensi-x Industri Farmasi di Indonesia. ... 58

6.7. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Farmasi ... 59

Referensi

Dokumen terkait

Variabel GROWTH berpengaruh positif yang signifikan pada taraf nyata 10 persen ( α = 10%) terhadap tingkat keuntungan industri minyak goreng sawit dengan koefisien sebesar

Sektor yang paling rendah pencapaian nilai efisiensinya adalah sektor industri mesin dan peralatannya (kode 29) yaitu 48,20 persen, namun pada tahun 2004

Sektor yang paling rendah pencapaian nilai efisiensinya adalah sektor industri mesin dan peralatannya (kode 29) yaitu 48,20 persen, namun pada tahun 2004 rata-rata pencapaian

Data API menyebutkan bahwa pada industri pakaian jadi terdapat sekitar 81 persen mesin tua yang memerlukan adanya peremajaan (Kompas, 2006). Berbagai tantangan yang harus

Sektor yang paling rendah pencapaian nilai efisiensinya adalah sektor industri mesin dan peralatannya (kode 29) yaitu 48,20 persen, namun pada tahun 2004

Kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia yang dicirikan dari tingkat keuntungan (PCM) dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan produksi, efisiensi internal, hambatan masuk pasar

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada industri gula Indonesia selama tahun 2005-2013 dengan kode

Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk diketahui bahwa dari tahun 2018 hingga 2021 didapatkan rata-rata return on assets pada saat sebelum pandemi 2018 dan 2019 sebesar 22%