31
HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN
IBU DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI
DI DESA BONTO MARANNU
Syerlia Darman1, Lydia Fanny2, Hj. Fatmawaty Suaib2, Nadimin2 1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2
Alumni Diploma III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
Abstract
Background: Good feeding practices and the right is essential for survival, growth and development, as well as health and nutrition for infants.
Objective: This study aims to determine the relationship of education, knowledge, and work with the mother giving complementary feeding early in Bonto Marannu, Moncongloe District, Maros.
Methods: This research is analytic. The sample is a mother who has children aged 6-24 months, amounting to 42 people were selected by sampling purposive. Primary data were collected through direct interviews using questionnaires and the data was processed using SPSS computer program then the data level of knowledge, education and maternal employment that provides complementary feeding early compared with those not providing early complementary feeding. Relationships between unknown variables through the chi square test.
Results: The results showed that highly educated mothers are 50% which gives an early complementary feeding and the 50% who do not provide the same early complementary feeding by mothers with low education is 50%, which gives an early complementary feeding and the 50% who do not give MP -ASI early. Mothers who have a good knowledge about complementary feeding are 44.8% which gives an early complementary feeding and 55.2% who did not give an early complementary feeding while mothers who have less knowledge there is 61.5%, which gives an early complementary feeding and 38.5 which does not give an early complementary feeding, and for mothers who work in the home there is 52.9% which gives an early complementary feeding and 47.1% who did not give an early complementary feeding while mothers work outside the home are 37,5% which gives an early complementary feeding and 62.5% who do not give complementary feeding early. The results of statistical tests between the variables of education, knowledge, and work with the administration of early complementary feeding showed that there was no meaningful relationship.
Suggestion: It is recommended that health workers give a deeper understanding to the mother in Complementary feeding (MP-ASI) for infants and retain knowledge about complementary feeding mothers.
Keywords: Education, Knowledge, Work and Early complementary feeding
PENDAHULUAN
Di awal kelahiran bayi makanan utama yang diberikan adalah Air Susu Ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal dimana apabila kebutuhan bayi dimasa sekarang terpenuhi akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa yang akan datang (Arisman, 2009).
ASI diberikan kepada bayi hingga berumur 24 bulan sebab ASI mempunyai keunggulan yang tak tergantikan oleh makanan apapun. ASI mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan mengandung semua zat gizi yang tepat dan lengkap dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa
anak-anak yang semasa bayi mendapatkan utamanya ASI eksklusif umumnya memiliki daya tahan tubuh yang kuat serta lebih cerdas sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (Prabantini 2010).
Bayi umur 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya sangat pesat yang sering kali disebut sebagai periode kritis sekaligus periode emas, dimana periode kritis akan terjadi apabila bayi pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, dan periode emas akan terjadi apabila bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Pencapaian tumbuh kembang yang optimal di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feedin, WHO/UNICEF telah
merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu : pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara ekslusif sejak lahir hingga bayi berumur 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berumur 6 bulan sampai 24 bulan, dan yang keempat meneruskan pemberian air susu ibu (ASI) sampai anak berumur 24 bulan (DEPKES, 2006).
Praktek pemberian makan yang baik dan tepat sangat penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan dan gizi bagi bayi. Pada umur enam bulan bayi sudah mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (ASI). Sebagian besar pemberian MP-ASI belum sesuai dengan umur bayi dan anak seperti pemberian MP-ASI dini dan terlambat memberikan MP-ASI yang keduanya sama-sama menimbulkan resiko atau efek negatif bagi bayi (KEMENKES, 2010) .
Banyak orang tua menganggap bahwa kebutuhan makanan bayi tidak tercukupi jika hanya dengan memberikan ASI sehingga pemberian MP-ASI berupa susu formula dan makanan lainnya pada kalangan orang tua sudah biasa namun tidak memperhatikan beberapa resiko apabila ibu memberikan makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terlalu dini pada bayi, seperti MP-ASI akan menggantikan ASI sehingga dapat menimbulkan efek negatif seperti sulit memenuhi kebutuhan bayi, dapat menimbulkan resiko diare karena MP-ASI tidak sebersih dan tidak mudah dicerna seperti ASI, kurang mengonsumsi zat anti
infeksi pada ASI sehingga bayi rentang terkena penyakit, dan masih banyak efek negatif yang ditimbulkan dari pemberian MP-ASI dini pada bayi (KEMENKES, 2010).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI dini pada bayi, seperti faktor dari ibu sendiri atau faktor dari luar. Faktor dari ibu yaitu pengetahuan ibu, sosial budaya, pendidikan, sikap ibu dan ibu yang bekerja diluar rumah sedangkan faktor dari luar seperti promosi susu formula, promosi kesehatan, fasilitas kesehatan dan sebagainya (Padang, 2008).
Berdasarkan hasil RISKESDAS 2013, pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dini di Indonesia sudah tergolong tinggi karena pada umur bayi masih 0 bulan sudah diberikan makanan atau minuman selain ASI saja selama 24 jam terakhir sebanyak 47,3 %, dan pada umur dibawah 6 bulan rata-rata pemberian MP-ASI dini sebanyak 66, 4 %. Ini berarti lebih dari setengah bayi di Indonesia sudah diberikan MP-ASI terlalu dini.
Pada profil kesehatan Kabupaten Maros terdapat 28,08% bayi dibawah 6 bulan sudah mendapatkan MP-ASI terlalu dini. Kecamatan yang memiliki tingkat tertinggi yaitu Kecamatan Turikale sebesar 47,8 % dan tingkat terendah terdapat pada Kecamatan Bantimurung yaitu sebesar 7,27 %. Untuk kecamatan Moncongloe masih terdapat 23,6 % bayi yang mendapatkan MP-ASI terlalu dini (Dinkes, Maros 2012).
Berdasarkan data dan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian guna mengetahui hubungan pendidikan, pengetahuan, dan pekerjaan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini di Desa Bonto Marannu, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros. METODE PENLITIAN
Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang akan menilaihubungan pendidikan, pengetahuan, dan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini di Desa Bonto Marannu KecamatanMoncongloe, Kabupaten Maros. Waktu penelitian pada bulan Januari sampai bulan Juli 2014. Sampel adalah ibu yang mempunyai anak balita umur 6-24 bulan di Desa Bonto Marannu, Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros yang memberikan MP-ASI dini dan tidak memberikan MP-ASI dini sebanyak 42 orang, dengan kriteria Bersedia menjadi responden, Ibu dalam keadaan sehat dan tidak memiliki hambatan menyusui saat bayi umur 0-6
33 bulan. Dan penduduk tetap di desa tersebut.
Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Purpossive Sampling yaitu salah satu teknik pengumpulan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah menggunakan lembar kuesioner untuk mendapatkan data tentang pendidikan, pengetahuan, dan pekerjaan ibu. dan setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data antara lain editing, coding, tabulasi dan narasi.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel
Tabel 03
Distribusi Karakteristik Ibu di Desa Bonto Marannu
Karakteristik n=42 % Umur <20 tahun 20 – 30 tahun >30 tahun 2 36 4 4,8 85,7 9,5 Pekerjaan Bekerja di rumah Bekerja di luar rumah
34 8 80,9 19,1 Pendidikan Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
Tamat Perguruan tinggi 1 16 11 13 1 2,4 38,1 26,2 31,0 2,1 Suku Bugis Makassar 9 33 21,4 78,6 Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa umur ibu pada umumnya 20-30 tahun sebanyak 36 orang (85,7%). Pada umumnya ibu bekerja di dalam rumah yaitu sebanyak 34 orang (80,9 %), pendidikan terakhir ibu pada umumnya tamat SD sebanyak 16 orang (38,1%) Suku ibu pada umumnya suku Makassar yaitu sebanyak 33 orang (78,6%) dan sebanyak 21 ibu yang memberikan MP-ASI dini (50%).
Tabel 04
Distribusi Karakteristik Ayah di Desa Bonto Marannu
Karakteristik n=42 % Umur 20 – 30 tahun >30 tahun 26 16 61,9 38,1 Pekerjaan Bekerja di rumah Bekerja di luar rumah
1 41 2,4 97,6 Pendidikan Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
Tamat Perguruan tinggi 2 7 13 19 1 4,8 16,7 26,7 50,0 2,4 Suku Bugis Makassar 11 31 26,2 73,8 Berdasarkan penelitian ini diketahui umur ayah 20-30 tahun sebanyak 26 orang (61,9%). pada umumnya bekerja di luar rumahyaitu sebanyak 41 orang (97,6%). Pendidikan terakhir ayah pada umumnya Tamat SMA yaitu sebanyak 19 orang (45,2%) suku ayah pada umumnya suku Makassar yaitu 31 orang (73,8%). Agama orang tua adalah Islam yaitu sebanyak 42 orang (100%).
Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Pekerjaan Sampel Serta Pemberian MP-ASI Dini
Tabel 05
Distribusi Pendidikan, Pekerjaan dan Pengetahuan Ibu di Desa Bontomarannu
Karakteristik n=42 % Pendidikan Pendidikan rendah Pendidikan tinggi 30 12 71,4 28,6 Pengetahuan Kurang Baik 13 29 31,0 69,0 Pekerjaan Bekerja dirumah Bekerja di luar rumah
34 8
81,0 19,0 Pemberian MP-ASI Dini
Ya Tidak 21 21 50,0 50,0 Pada umumnya tingkat pendidikan terakhir ibu yaitu 30 orang (71,4%), tingkat pengetahuan pada umumnya baik yaitu
sebanyak 29 orang (69,0%) , sebagian besar ibu bekerja di dalam rumah yaitu 34 orang
(81,0%) dan ibu memberikan MP-ASI dini sebanyak 21 orang (50%).
Hubungan Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini Tabel 06
Distribusi Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini di Desa Bontomarannu
Pendidikan
Pemberian MP-ASI dini
Total p Ya Tidak n % n % n % Tinggi rendah 6 15 50 50 6 15 50 50 12 30 28,5 71,5 1,00 Total 21 50 21 50 42 100
Tabel 06 menunjukkan bahwa dari ibu yang berppendidikan tinggi terdapat 50% yang memberikan MP-ASI dini dan 50% yang tidak memberikan MP-ASI dini sama
dengan ibu yang berpendidikan rendah yaitu 50% yang memberikan MP-ASI dini dan 50% yang tidak memberikan MP-ASI dini.
Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini Tabel 07
Distribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini di Desa Bontomarannu
Pengetahuan
Pemberian MP-ASI dini
Total p Ya Tidak n % n % n % Baik Kurang 13 8 44,8 61,5 16 5 55,2 38,5 29 13 69 31 0,317 Total 21 50 21 50 42 100
Tabel 07 menunjukkan bahwa dari ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI terdapat 44,8% yang memberikan MP-ASI dini dan 55,2% yang tidak memberikan MP-ASI sedangkan ibu yang
berpengetahuan rendah yaitu 61,5% yang memberikan MP-ASI dini dan 38,5% yang tidak memberikan MP-ASI dini.
Distribusi Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini Tabel 08
Distribusi Pekerjaan Terhadap Pemberian MP-ASI Dini di Desa Bonto Marannu
Pekerjaan
Pemberian MP-ASI dini
Total Nilai p Ya Tidak n % n % n % Di rumah Di luar rumah 18 3 52,9 37,5 16 5 47,1 62,5 34 8 81 19 1,00 Total 21 50 21 50 42 100
Berdasarkan tabel 08 menunjukkan bahwa ibu yang bekerja di rumah terdapat 52,9% yang memberikan MP-ASI dini dan 47,1% yang tidak memberikan MP-ASI dini sedangkan ibu yang bekerja di luar rumah terdapat 37,5% yang memberikan MP-ASI
dini dan 62,5% yang tidak memberikan MP-ASI dini.
PEMBAHASAN
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan saat bayi mulai berumur 6 bulan. Makanan
35 pendamping ASI bukan merupakan makanan
pengganti ASI tetapi hanya membantu melengkapi kebutuhan bayi saat umur mulai memasuki 6 bulan setelah pemberian ASI eksklusif sejak umur 0-6 bulan.
Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan ibu untuk memberikan MP-ASI dini, misalnya karena ibu bekerja sehingga tidak sempat memberikan ASI saja kepada bayi dan mengambil jalan lain seperti memberikan MP-ASI terlalu dini pada bayinya. Selain itu ada faktor lainnya seperti pengetahuan dan pendidikan ibu.
Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Dini
Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di usia bayi memasuki 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi akan lebih cepat jika ibu berpendidikan tinggi (Amiruddin, 2007).
Uji statistik dengan menggunakan komputer dengan program SPSS dengan uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada usia bayi 6-24 bulan, dengan nilai p =1.00 > α 0,05.
Hasil analisa statistik tersebut menunjukkan bahwa faktor pendidikan tidak mempengaruhi seorang ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini pada bayinya. Berdasarkan hasil wawancara, banyak ibu yang berpendidikan tinggi, namun mereka belum tahu dan mengerti tentang MP-ASI. Ada pula ibu yang berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI tetapi tidak menerapkan pemberian MP-ASI tepat pada waktunya hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang MP-ASI itu sendiri.
Ibu dengan pendidikan rendah belum tentu tidak memberikan MP-ASI tepat pada waktu kepada bayinya karena meskipun berpendidikan rendah, kalau ibu tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai MP-ASI, tidak mustahil pengetahuan mereka akan lebih baik.
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASi Dini
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang tanpa syarat tertentu, misalnya sesuatu yang didapatkan secara alami ataupun dengan metode ilmiah. Seseorang bisa saja mendapatkan
pengetahuan tanpa adanya unsur kesengajaan.
Uji statistik dengan menggunakan komputer dengan program SPSS yaitu uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI terlalu dini pada anak umur 6-24 bulan, dengan nilai p = 0,317 > α =0,05.
Berdasarkan hasil analisa statistik diketahui bahwa pengetahuan tidak berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI dini, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Asdan (2008) yang menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan ibu namun tidak mempengaruhi ibu untuk memberikan MP-ASI yang tepat waktu pada bayinya. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi hal tersebut misalkan faktor keluarga dan kebudayaan yang sangat mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI saja saat usia bayi 0-6 bulan. Ibu yang baru melahirkan lebih percaya kepada kebiasaan-kebiasaan keluarganya atau orang tuanya yang dilakukan secara turun temurun dari pada mengaplikasikan informasi dari petugas kesehatan .
Pada umumnya meningkatnya pengetahuan diikuti dengan meningkatnya keterampilan dan sikap seseorang. Ibu yang memiliki pengetahuan serta sikap yang baik dapat memahami dan mengerti tentang arti penting pemberian MP-ASI, sehingga akan lebih cerdas dalam memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan bayinya (Elyawati, 2009).
Hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini
Pekerjaan bukan merupakan halangan bagi ibu untuk memberikan ASI saja atau tidak memberikan MP-ASI terlalu dini untuk bayinya yang masih berumur 0 sampai 6 bulan, ada berbagai cara yang dapat dilakukan seorang ibu agar tetap memberikan ASI saja seperti memerah ASI kemudian di simpan pada lemari es dan dukungan lingkungan kerja sehingga seorang yang bekerja tetap dapat memberikan ASI saja kepada bayi tanpa Makanan tambahan lainnya.
Uji statistik dengan menggunakan program komputer program SPSS dengan uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna dalam memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 6-24 bulan, hal ini di buktikan dengan nilai p=0,432 > α = 0,05.
Hal ini disebabkan karena adanya faktor yang lebih dominan seperti faktor sosial budaya yang bisa mempengaruhi ibu untuk memberikan MP-ASI dini saja pada bayinya di antaranya ibu berfikiran dengan ASI saja maka pertumbuhan anak akan lambat dan tidak merasa kenyang sehingga responden berfikir untuk memberikan makanan tambahan.
Ibu yang hanya bekerja di rumah dan mempunyai banyak waktu di rumah tidak selamanya memberikan MP-ASI tepat pada waktunya, ini terbukti dari hasil penelitian dimana banyak ibu yang bekerja di rumah atau hanya sebagai ibu rumah tangga sudah memberikan makanan tambahan sebelum waktu yang di anjurkan. Banyak ibu yang bekerja di rumah dan bekerja di luar rumah yang mengkombinasikan ASI dengan makanan tambahan seperti bubur instan, walaupun bayi belum layak diberikan MP-ASI.
KESIMPULAN
1. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini di Desa Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros.
2. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini di Desa Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros
3. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini di Desa Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros. SARAN
1. Diharapkan Petugas Kesehatan yang ada diwilayah kerja Desa Bonto Marannu Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros dapat melakukan pemantauan terhadap ibu Balita agar lebih memperhatikan kebutuhan yang lebih baik untuk anaknya.
2. Diharapkan pada peneliti lain untuk melanjutkan penelitian yang serupa dengan faktor lainnya seperti dukungan keluarga sikap ibu dan jarak rumah responden dengan sarana kesehatan DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. (2009). Pendidikan untuk
Pembangunan Nasional. Jakarta; Grasindo.
Arisman. (2004). Gizi dalam Daur
Kehidupan. Jakarta; Buku
Kedokteran EGC.
Arisman. (2009). Gizi dalam Daur
Kehidupan. Jakarta; Buku
Kedokteran EGC.
Depkes. (2006). Pedoman Umum Pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal tahun 2006 . Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
Depkes. (2006). Glosarium data dan
informasi . Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dinkes Kab. Maros (2012). Profil Kesehatan
Kabupaten Maros pada Tahun 2012.
Dinkes Kab. Maros
Sulawesi-Selatan.
Fanny, Lydia, dkk. (2009). Gizi Dalam Daur
Kehidupan. Makassar; Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Gizi.
Hasnidar. (2012). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi pemberian ASI
ekslusif di Kelurahan Mangasa
Kecamatan Tamalate Kota
Makassar. Karya Tulis Ilmiah
Program D-III Jurusan Gizi Poltekkes Makassar.
Husnaria. (2011). Hubungan Pendidikan dan
Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Mekar Sulawesi
Tenggara. Karya Tulis Ilmiah
Program D-III Akademi Pelita Ibu Kendari.
KEMENKES. (2010). Pelatihan Konseling
Makanan Pendamping Air Susu Ibu.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Litbangkes. (2013). Penyajian pokok-pokok
hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
www.litbang.depkes.go.id Mutmainnah, Fithriatul. (2010).
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bi tstream/123456789/2398/1/FITHRIA TUL%20MUTHMAINNAH-FKIK.pdf. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Padang, Asdan. (2008).
henyratna.files.wordpress.com/2012/ 06/08e00834.pdf . Universitas Sumatera Utara. (di akses 25 september 2013)
Prabantini, Dwi. (2010). A To Z Makanan
Pendamping ASI. Yogyakarta; Andi Offeset.
Rahmadi, Antun. (2012).
http://nutrisicare.wordpress.com/201 2/04/16/pentingnya-mp-asi/
37 Pentingnya MP-ASI (di akses 12
februari 2014)
Santoso, Budi. (2012). Definisi Pekerjaan.
http://inisantoso.wordpress.com/2012 /09/25/definisi-pekerjaan/ (diakses pada 5 Januari 2014)
Yuliarti, Nurheti. (2010). Keajaiban
ASI-Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil.