• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI KOMPOSISI PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OPTIMASI KOMPOSISI PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI KOMPOSISI PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS

EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Marlinna NIM : 038114122

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

OPTIMASI KOMPOSISI PROPILEN GLIKOL DAN SORBITOL SEBAGAI HUMECTANT DALAM FORMULA KRIM ANTI HAIR LOSS

EKSTRAK SAW PALMETTO (Serenoa repens): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Marlinna NIM : 038114122

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)

v

Take time to be friendly

It is the road of happiness

Take time to laugh

It is the music of the soul

Take time to think

It is the source of power

Take time to read

It is the foundation of wisdom

Take time to dream

It is what the future is made of

Take time to be quiet

It is the opportunity to seek God

Take time to pray

It is greatest power on earth

“I can do ALL THINGS through CHRIST who STRENGTHENS me”

Philippians 4 : 13

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk

My Lord Jesus Christ

who loves me very much

Papa (Alm), Mama dan Kukuh

untuk segalanya yang terbaik

Ci Nofie dan Oh Willy

yang tidak pernah lelah mendukungku

Adikku

Afen

yang kusayangi

Chemistry dan PMK Apostolos

yang kucintai dan kubanggakan

(6)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan

penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Optimasi

Komposisi Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai Humectant dalam Formula Krim

Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain

Faktorial”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi, penulis telah

banyak mendapat bantuan, sarana, dukungan, nasehat, bimbingan, saran dan kritik

dari berbagai pihak. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan pengarahan dan masukan baik selama kuliah maupun dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia mendampingi, memberikan bimbingan, nasehat, saran dan kritik

mulai dari penyusunan proposal hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, masukan,

nasehat dan kritik bagi skripsi ini.

(7)

5. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas kesediannya

memberikan masukan, nasehat, kritik dan saran bagi skripsi ini.

6. PT. Nufarindo Semarang yang telah bersedia memberikan bahan baku

penelitian yaitu ekstrak saw palmetto.

7. Clara Diana Setyawati S.Farm., Apt. atas bantuan dan kerjasamanya sehinga

penelitian ini bisa dilaksanakan.

8. Pak Mus, Mas Agung, Mas Is, Mas Ottok, Mas Andre dan Mas Yuwono

selaku laboran dan karyawan yang telah membantu selama penelitian.

9. Ratna, Erma dan Yenny dan teman-teman seperjuanganku yang tidak pernah

berhenti memberikanku semangat, bantuan dan masukan dari awal

penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Teman-teman Chemistry, teman-teman angkatan 2003, PMK Apostolos,

teman-teman kost dan semua sahabat-sahabatku atas doa, bantuan, dukungan,

kebersamaan dan persahabatan yang terjalin selama ini.

11.Pinto Hatmoko, Sigit Pamungkas, Adityo P.D, Feri D.S, Novia Melita,

Rikhard A.T, Agus Wisudawan, Willy Hartanto, Ranti, Livie, Jeffry, Nugraha

A.H, Gallaeh R.E, Anny, Anggara E.N, Ariyanto, Surya D.A, Beatrix

Marendeng, Stefan, Febri Isdariyanto, Oline, Citra P.S, Yacob Adi Nugroho,

Pramuditya A.Y, Nana K, Welinda, Diah Regziana, Hengky, Irwan F yang

telah bersedia untuk menjadi responden subjective assessment.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis.

(8)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai

banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis.

Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini dari pembaca semuanya. Semoga skripsi ini berguna

untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 8 Januari 2007

Penulis

(9)
(10)

INTISARI

Penelitian mengenai Optimasi Komposisi Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial bertujuan untuk mengetahui formula dengan komposisi propilen glikol dan sorbitol yang optimum dalam krim anti hair loss ekstrak saw palmetto. Selain itu penelitian ini juga dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh propilen glikol, sorbitol atau interaksinya terhadap sifat fisik krim.

Metode optimasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain faktorial yang termasuk dalam rancangan eksperimental murni bersifat eksploratif dengan variabel ganda. Optimasi menggunakan desain faktorial memerlukan 4 formula dengan level rendah dan level tinggi, dimana dalam tiap formula terdapat komposisi propilen glikol dan sorbitol yang berbeda. Optimasi dilakukan dengan parameter sifat fisik krim yang diuji meliputi: daya sebar, viskositas dan stabilitas krim. Sedangkan untuk mengetahui keamanannya dilakukan uji iritasi primer menggunakan metodeDraize.

Dari penelitian ini diketahui bahwa interaksi antara propilen glikol dan sorbitol merupakan faktor dominan yang menentukan daya sebar krim, sorbitol merupakan faktor dominan yang menentukan viskositas krim dan propilen glikol merupakan faktor dominan yang menentukan perubahan viskositas krim. Selain itu dari penelitian ini juga ditemukan komposisi optimum propilen glikol dan sorbitol dalam formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto. Berdasarkan uji Draize formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto bersifat kurang merangsang.

Kata kunci: krim anti hair loss, saw palmetto, propilen glikol, sorbitol, desain faktorial

(11)

ABSTRACT

The research about optimization of propylene glycol and sorbitol composition as humectants in anti hair loss cream formula of saw palmetto (Serenoa repens) extract: factorial designs application was aimed for determine the optimal composition of propylene glycol and sorbitol in anti hair loss cream formula and also to know the effect of propylene glycol, sorbitol or their interaction to the physical properties of cream.

The method have been used for optimization in this research was factorial designs that include the exploratively pure experimental with double variable. The Optimization using factorial designs needs four formula with low and high level which in each formula consist propylene glycol and sorbitol in different composition. The parameters of phisycal properties of cream that used to optimization include spreadibility, viscosity and stability of cream. While to determine the safety of saw palmetto extract cream was done the primary irritation test with Draize method.

The result that the interaction propylene glycol and sorbitol was dominant factor in determining spreadability, sorbitol was dominant factor in determining viscosity and propylene glycol was dominant factor in determining alteration of viscosity. Also from this research could find optimum composition propylene glycol and sorbitol in anti hair loss cream formula of saw palmetto extract. Based on Draize test, anti hair loss cream formula of saw palmetto extract given mildly effect.

Key word: anti hair loss cream, saw palmetto, propylene glycol, sorbitol, factorial designs

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ix

INTISARI... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN... 1-6 A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Keaslian Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

(13)

E. Tujuan Penelitian... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 7-22 A. Rambut... 7

B. Androgenetic Alopecia.... 11

C. EkstrakSaw Palmetto... 12

D. Vanishing Krim... 13

E. Humectant... 14

F. Metode Desain Faktorial... 17

G. Uji Iritasi Primer... 20

H. Landasan Teori... 21

I. Hipotesis... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 23-31 A. Jenis Rancangan Penelitian... 23

B. Variabel Penelitian... 23

1. Variabel Bebas... 23

2. Variabel Tergantung... 23

3. Variabel Pengacau Terkendali... 23

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali... 23

C. Definisi Operasional... 24

(14)

D. Alat dan Bahan... 25

E. Tata Cara Penelitian... 25

1. Optimasi Formula dan Pembuatan Krim... 25

a. Formula... 25

b. Cara kerja pembuatan formula... 27

2. Uji Sifat Fisik Krim Saw Palmetto... 28

a. Uji daya sebar... 28

b. Uji viskositas... 28

3. Uji Iritasi Primer... 28

4. Subjective Assesment... 30

F. Analisis Data dan Optimasi... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32-48 A. Pembuatan Krim... 32

B. Sifat Fisik Krim... 33

1. Daya Sebar ... 37

2. Viskositas ... 38

3. Perubahan Viskositas ... 40

C. Uji Iritasi Primer... 42

D. Optimasi Formula... 43

(15)

1. Contour Plot Daya Sebar ... 44

2. Contour Plot Viskositas ... 45

3. Contour Plot Perubahan Viskositas ... 46

4. Contour PlotSuper Imposed... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 49

A. Kesimpulan... 49

B. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA... 50

LAMPIRAN... 53

BIOGRAFI PENULIS... 83

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan

dua level ... 18

II. Desain penelitian ... 27

III. Bahan dalam tiap formula ... 27

IV. Evaluasi reaksi kulit... 29

V. Kriteria iritasi………. 30

VI. Data pengukuran sifat fisik krim... 35

VII. Efek propilen glikol, efek sorbitol atau efek interaksi propilen glikol dan sorbitol dalam menentukan sifat fisik krim... 37

VII. Hasil pengukuran indeks iritasi primer krim dan sifat iritannya... 42

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Struktur propilen glikol ... 15

2. Struktur sorbitol ... 16

3. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap

daya sebar krim ekstrak saw palmetto... 37

4. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap

viskositas krim ekstrak saw palmetto... 38

5. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap

perubahan viskositas krim ekstrak saw palmetto ... 40

Contour plot daya sebar krim anti hair loss ekstrak saw

palmetto... 6.

44

Contour plot viskositas krim anti hair loss ekstrak saw

palmetto... 7.

45

Contour plot perubahan viskositas krim anti hair loss ekstrak

saw palmetto... 8.

46

Contour plot super imposeddaya sebar, viskositas dan perubahan

viskositas krim anti hair loss ekstrak saw palmetto... 10.

48

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Foto saw palmetto... 53-54

a. Pohon saw palmetto... 53

b. Bunga saw palmetto... 53

c. Buah saw pametto... 54

2. Foto ekstrak kering saw palmetto... 54

3. COA (Certificate of Analysis) ekstrak saw palmetto... 55

4. Perhitungan konsentrasi ekstrak saw palmetto... 58

5. Foto krim ekstrak saw palmetto... 59

Data uji sifat fisik krim anti hair loss ekstrak saw palmetto... 6. 61 7. Foto uji iritasi primer... 63

8. Data uji iritasi primer... 64

9. Perhitungan persamaan uji daya sebar... 66

10. Perhitungan persamaan uji viskositas... 69

11. Perhitungan persamaan uji perubahan viskositas... 72

12. Perhitungan evaluasi uji iritasi primer... 75

13. Kuisioner subjective assesment... 78

14. Perhitungan subjective assesment... 79

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rambut mempunyai peranan yang penting dalam sejarah kehidupan

manusia. Rambut tidak hanya berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas,

dingin, atau sebab-sebab lain yang dapat melukai kepala tetapi juga berpengaruh

pada segi estetika. Rambut yang sehat akan cenderung memberikan kesan positif

pada seseorang misalnya tampak lebih cantik, tampan, muda atau percaya diri

(Trancik, 2000). Oleh karena itu banyak orang baik pria maupun wanita tidak

segan-segan melakukan perawatan rambut untuk menjaga kesehatan rambutnya.

Orang dewasa rata-rata mempunyai 90 ribu sampai 150 ribu helai rambut

di kepala. Walaupun ada rambut yang rontok setiap harinya namun masih

dianggap normal bila banyaknya rambut yang rontok kurang dari 50-100 helai

rambut per hari (Trancik, 2000). Beberapa penyebab kerontokan rambut antara

lain: stress, obat-obatan, kondisi tubuh tertentu, perawatan rambut yang tidak

tepat dan pengaruh genetik atau hormonal.

Androgenetic alopecia (AGA) merupakan salah satu tipe kerontokan

rambut yang disebabkan oleh pengaruh hormonal. Kerontokan rambut ini terjadi

karena adanya enzim 5-AR (5-alpha-reductase) yang mengubah testosterone

menjadi DHT (dihydroxytestosteron). Ada dua tipe enzim 5-AR yaitu tipe I dan

tipe II yang terdapat di berbagai jaringan tubuh. Enzim 5-AR tipe I terdapat di

newborn scalp, kulit dan hati sedangkan enzim 5-AR tipe II terdapat di kulit

(20)

kelamin, hati dan prostat. Dihydrotestosteron yang terbentuk akibat aksi enzim

5-AR apabila berikatan dengan reseptor di folikel rambut maka akan

menyebabkan kerontokan rambut dan pada akhirnya dapat terjadi kebotakan

(Prager, Bicketi, French dan Marcovidi, 2002).

Saat ini saw palmetto banyak digunakan untuk mengobati Benign

Prostate Hyperplasia (BPH), yaitu pembesaran kelenjar prostat yang disebabkan

terakumulasinya DHT (dihydrotestosteron) di kelenjar prostat. Penelitian lebih

lanjut menyebutkan bahwa saw palmetto secara per oral memberikan respon

positif untuk mengobati androgenetic alopecia (Prager et al., 2002). Saw palmetto

mencegah terjadinya androgenetic alopecia dengan mekanisme kerja yaitu

menghambat enzim 5-AR, menghambat pengikatan DHT dengan reseptor di

folikel rambut, serta meningkatkan metabolisme dan ekskresi DHT (Anonim,

2005).

Dalam penelitian ini ekstrak saw palmetto dibuat dalam bentuk sediaan

topikal dengan tujuan untuk mendapatkan efek penghambatan ikatan DHT dengan

reseptor pada kulit kepala secara langsung. Bentuk sediaan topikal yang dipilih

yaitu sediaan cair semi padat karena bentuk sediaan tersebut mempunyai

viskositas tertentu yang mudah diaplikasikan ke kulit, selain itu bentuk sediaan

cair semi padat juga memiliki waktu kontak yang lebih lama. Vanishing krim

yang merupakan emulsi bertipe M/A dipilih sebagai basis sediaan topikal karena

mudah dibuat, harganya murah, tidak berminyak, penampilan menarik, warna

krim putih, cenderung stabil dalam rentang temperatur yang luas dan fase

minyaknya tidak mudah tengik (Jellineck, 1970).

(21)

3

Humectant merupakan bahan penahan lembab yang sering ditambahkan

dalam krim yang berfungsi menjaga kelembaban krim baik saat krim dalam

kemasan maupun saat dioleskan. Humectant mempunyai peranan penting menjaga

kadar air dalam sediaan, dimana air tersebut dapat menjadi absorption enhancer

yang dapat melembabkan kulit sehingga dapat mempermudah obat penetrasi ke

dalam kulit (Allen, 2002).

Pada krim anti hair loss yang dibuat dalam penelitian ini, humectant

yang digunakan yaitu propilen glikol dan sorbitol. Pemilihan kedua humectant

tersebut dikarenakan keduanya merupakan humectant yang paling luas

penggunaannya dalam berbagai sediaan cair semi padat.

Keberadaan propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant dalam

formula krim memiliki presentase yang cukup besar yaitu 5-20% (Martin,

Swarbrick, Cammarata, 1993), besarnya presentase humectant tersebut dalam

formula dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sifat fisik krim.

Penggunaan komposisi propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant

dalam krim perlu dioptimasi mengingat adanya perbedaan sifat fisika dan kimia

kedua humectant tersebut yang dapat mempengaruhi sifat fisik krim yang

dihasilkan. Optimasi humectant dalam formula krim anti hair loss ekstrak saw

palmetto meliputi sifat fisik krim yang terdiri dari optimasi daya sebar, viskositas

dan stabilitas krim.

Suatu sediaan layak untuk digunakan oleh masyarakat apabila memenuhi

syarat keamanan. Oleh karena itu selain optimasi, dalam penelitian ini juga

dilakukan uji iritasi primer sebagai uji awal untuk mengetahui tingkat

(22)

keamanannya. Diharapkan melalui optimasi komposisi propilen glikol dan

sorbitol diperoleh sediaan yang aman, stabil dalam penyimpanan dan memiliki

sifat fisik yang baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat.

Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan

mengevaluasi secara obyektif efek dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kualitas produk. Desain faktorial digunakan dalam penelitian di mana efek dari

faktor atau kondisi yang berbeda dalam penelitian akan diketahui. Desain faktorial

merupakan desain yang dipilih untuk mendeterminasi efek-efek secara simultan

dari beberapa faktor dan interaksinya. Dengan demikian, metode ini merupakan

metode yang sesuai untuk menentukan formula yang optimum dalam krim,

dimana sebagai faktor yang akan dideterminasi dalam penelitian yaitu dua

humectant yang digunakan dalam berbagai konsentrasi. Dengan metode ini akan

dapat dilihat efek konsentrasi tiap-tiap humectant dan dapat pula terlihat

bagaimana hasil interaksi kedua humectant tersebut (Bolton, 1990).

B. Perumusan Masalah

1. Manakah diantara propilen glikol, sorbitol dan interaksinya yang paling

dominan / berpengaruh terhadap sifat fisik krim?

2. Dapatkah ditemukan area komposisi optimum propilen glikol dan sorbitol

pada countour plot super imposed yang diprediksi sebagai formula optimum

krim anti hair loss ekstrak saw palmetto?

3. Apakah formula krim anti hair loss ekstrak saw palmetto memberikan efek

iritasi primer?

(23)

5

C. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai Optimasi Komposisi

Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai Humectant dalam Formula Krim Anti Hair

Loss Ekstrak Saw palmetto (Serenoa repens): Aplikasi Desain Faktorial belum

pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan acuan bentuk sediaan topikal

anti hair loss khususnya untuk androgenetic alopecia dari bahan alami ekstrak

saw palmetto dengan humectant propilen glikol dan sorbitol.

2. Manfaat Metodologis

Menambah informasi ilmu pengetahuan kefarmasian mengenai upaya

pengembangan dan aplikasi metode desain faktorial dalam menemukan komposisi

optimum propilen glikol dan sorbitol dalam formula krim anti hair loss ekstrak

saw palmetto.

3. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan alternatif sediaan anti

hair loss untuk androgenetic alopecia dengan sifat fisik yang sesuai, aman dan

dapat diterima masyarakat.

(24)

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan formula

dengan komposisi propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant yang optimum

dalam krim anti hair loss untuk androgenetic alopecia yang berasal dari bahan

alami yaitu ekstrak saw palmetto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui manakah diantara propilen glikol, sorbitol dan interaksinya yang

lebih dominan/ berpengaruh terhadap sifat fisik krim.

b. Menemukan area komposisi optimum propilen glikol dan sorbitol pada

countour plot super imposed yang diprediksi sebagai formula optimum krim

anti hair loss untuk androgenetic alopecia.

c. Mengetahui apakah krim anti hair loss ekstrak saw palmetto tidak

memberikan efek iritasi primer atau sebaliknya memberikan efek iritasi

primer.

(25)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rambut 1. Definisi

Rambut adalah keratin yang tumbuh keluar dari folikel rambut di kulit

kepala. Rambut di kulit kepala tumbuh dengan kecepatan 0,37 sampai 0,44

mm/hari dan normalnya rambut di kulit kepala pada orang dewasa rontok

sebanyak 50-100 rambut/hari. Rambut tumbuh dari invaginasi tubular pada

epidermis yang disebut folikel dan folikel rambut beserta kelenjar sebacea yang

disebut sebagai unit sebacea (Graham-Brown dan Burns, 2002).

2. Fungsi

Fungsi utama rambut adalah sebagai perlindungan, walaupun

perlindungan ini terbatas. Rambut melindungi kulit kepala dari luka dan cahaya

matahari (Basoeki, 1988). Selain melindungi tubuh dari rangsangan fisik seperti

panas, dingin, udara kering, kelembaban, rambut juga melindungi tubuh dari

rangsangan kimia seperti zat kimia dan keringat. Khusus untuk rambut di kepala

juga berfungsi sebagai estetika. Rambut pada telinga dan hidung berfungsi

melindungi telinga dan hidung dari serangga dan debu. Alis dan bulu mata

melindungi mata dari benda asing. Di samping itu, plexus akar rambut berfungsi

sebagai panca indera karena adanya saraf yang mengelilingi dasar dari folikel

rambut (Basoeki, 1988).

(26)

3. Jenis

Ada empat tipe rambut yaitu:

a Rambut lanugo yang halus dan lembut terdapat sewaktu dalam kandungan dan

menghilang pada waktu usia janin mencapai bulan kedelapan.

b Rambut velus yang tipis dan halus menutupi sebagian besar tubuh kecuali

pada tempat-tempat di mana rambut terminal tumbuh (Graham-Brown dan

Burns, 2002). Rambut velus pendek, halus (< 0,3 mm diameternya), lembut,

biasanya tidak berpigmen.

c Rambut intermediet adalah rambut dalam perubahan distribusi antara rambut

velus dan rambut terminal, seperti rambut di lengan dan kaki (Martini et al.,

1995).

d Rambut terminal yang tebal dan berpigmen, terdapat pada kulit kepala, alis,

dan bulu mata yang tumbuh sebelum pubertas-sesudah pubertas, di bawah

pengaruh androgen (Graham-Brown dan Burns, 2002). Rambut terminal tebal,

(>0,3 mm diameternya), berpigmen gelap dan mempunyai medula (Trancik,

2000).

4. Struktur

Setiap rambut terdiri dari sebuah batang dan sebuah akar. Batang rambut

adalah bagian permukaan, sebagian besar menjorok ke atas permukaan kulit.

Batang rambut kasar terdiri dari tiga bagian utama :

a. Medula tersusun oleh barisan sel-sel polihedral yang berisi granula eleidin

dan rongga udara.

(27)

9

b. Bagian kortex membentuk bagian terbesar batang dan terdiri dari sel-sel

elongata yang berisi granula pigmen pada rambut hitam, tetapi pada rambut

putih sebagian besar berisi udara

c. Kutikula adalah lapisan terluar, terdiri dari sebuah lapisan sel tunggal tipis, pipih, seperti sisik yang merupakan bagian terbesar yang terkeratinkan.

Akar rambut adalah bagian yang terletak di bawah permukaan yang

menembus dermis, juga lapisan subcutaneous, seperti bagian batang rambut juga

berisi medula, kortex, dan kutikula. Akar rambut dibungkus oleh folikuli rambut,

yang dibuat dari selubung akar eksternal dan internal (Basoeki, 1988).

5. Folikel Rambut

Folikel rambut adalahpertumbuhan epitel dalam dari kulit yang berakhir

sebagai bulbus dengan lekukan papilla jaringan ikat. Papilla mempunyai

pembuluh darah yang membawa makanan ke rambut yang sedang dibentuk.

Bagian bulbus mengandung kelompokan sel-sel yang disebut matriks germinal,

yang menghasilkan rambut dalam suatu proses yang digunakan stratum

germinativum untuk menghasilkan stratum corneum.

Kerapatan folikel menurun seiring bertambahnya usia (1135/cm2 pada

saat lahir, 485/cm2 pada usia tahun dan 435/cm pada usia 80 tahun). Folikel 2

rambut dihasilkan oleh sel-sel stratum germinativum yang berada di dalam dermis

dan hipodermis. Folikel rambut dibatasi oleh sel-sel epidermis dan di atas

dasarnya terdapat papilla tempat dasar rambut tumbuh (Nangsari, 1995).

(28)

6. Fase Pertumbuhan dan Pergantian Rambut

Folikel rambut mempunyai fase siklis pertumbuhan rambut yang terdiri

dari 3 fase, yaitu:

a. Fase anagen. Fase anagen merupakan fase pertumbuhan rambut. Fase ini berlangsung selama 2 – 8 tahun, folikel mencapai panjang yang maksimum

dan terjadi proliferasi matriks sel. Rambut pada fase anagen biasanya

tangkainya tebal dan memberikan segmen pada medula yang jelas.

b. Fase katagen. Fase katagen merupakan fase transisi singkat. Pada fase ini terjadi degenerasi papila dermis dan berlangsung selama beberapa hari sampai

2 minggu. Rambut akan berhenti tumbuh, diikuti dengan kerusakan bulbus

yang menyebabkan terpisahnya helai rambut dari dinding folikel rambut.

c. Fase telogen. Fase telogen merupakan fase istirahat. Pada fase ini, folikel istirahat meskipun rambut masih ada di dalamnya. Matriks tidak aktif lagi

kemudian atrofi mengalami penandukan. Papila mengecil dan atrofi

menghilang. Akar rambut akan lepas dari matriks dan lambat laun bergerak ke

permukaan, akhirnya rambut menjadi rontok. Untuk rambut kepala masa

istirahat adalah 100 hari atau tiga sampai empat bulan (Harahap, 1990).

Lama masing-masing fase siklis tergantung pada usia individu dan lokasi

folikel tumbuh. Setiap saat kira-kira 85% dari rambut kepala pada fase anagen,

1% pada katagen, dan 14% pada telogen (Graham-Brown, Burns, 2002).

7. Permasalahan Pada Rambut

Macam-macam penyebab alopecia (kerontokan rambut) yaitu:

(29)

11

a. Keadaan psikis, ketegangan syaraf yang berlangsung lama, terlalu banyak

pikiran atau syok mental.

b. Penyakit umum, misal: kurang makan, zat kapur, vitamin, dan kurang darah,

kelenjar-kelenjar dalam tubuh tidak bekerja dengan baik, penyakit infeksi

seperti tifus, sipilis.

c. Penyakit kulit kepala, misalnya tinea.

d. Penyakit rambut misalnya penyakit mutiara.

e. Keadaan mekanik, memakai topi terus menerus, terutama topi berat seperti

helm.

f. Keadaan khemis, misalnya pengaruh obat, bahan kimia yang dimakan atau

diminum penderita.

g. Faktor keturunan

h. Umur yang semakin bertambah akan menyebabkan kerontokan (Srilestari,

Budiman, Hudori cit Panggabean E., 2000).

B. Androgenetic Alopecia

Androgenetic alopecia (AGA) merupakan jenis kerontokan rambut yang

sering terjadi pada manusia. Androgenetic alopecia disebabkan sensitivitas folikel

rambut di kulit kepala terhadap DHT (dihydrotestosteron). Produksi DHT

dikatalisis oleh 5-AR (5-Alpha-Reduktase) dimana 5-AR adalah enzim yang

terikat di membran yang mengkatalisis perubahan ireversibel testosteron menjadi

dihydrotestosteron. Terdapat dua tipe enzim 5-AR yaitu tipe I dan tipe II yang

terdapat di berbagai jaringan tubuh. Enzim 5-AR tipe I terdapat di new born scalp,

(30)

kulit dan hati sedangkan enzim 5-AR tipe II terdapat di kulit kelamin, hati dan

prostat. Pengikatan DHT yang terbentuk dengan reseptor di kulit kepala akan

memicu percepatan fase pertumbuhan rambut (anagen) dan memperlama fase

istirahat (telogen) sehingga lama kelamaan muncul rambut velus dan pada

akhirnya terjadi kebotakan (Trancik, 2000).

C. Ekstrak Saw Palmetto

Ekstrak saw palmetto disebut juga Serenoa repens. Saw palmetto

merupakan famili Arecaceae (Palmae) yang berasal dari pedalaman asli Amerika

Serikat. Deskripsi saw palmetto yaitu berupa tumbuhan palma, sangat pendek,

dekat tanah atau merayap dengan serat yang membentuk koloni. Daunnya

berjatuhan, terbagi-bagi dengan bagian kaku berwarna hijau atau hijau kebiruan,

hijau kekuningan; mempunyai duri kecil dengan bunga putih. Buahnya

menyerupai bentuk pear yang panjangnya mencapai 2,5 cm (Peris, Stubing,

Vanaclocha, 1995).

Ekstrak saw palmetto mengandung beberapa jenis asam lemak, meliputi

kaprat, kaprilat, kaproat, laurat, oleat, dan asam palmitat serta sejumlah besar

fitosterol (beta-sitosterol, sikloartenol, lupeol, lupenone, dan 24-metil

sikloartenol) (Simonis, 2000).

Ekstrak saw palmetto sebagai anti androgenetic alopecia bekerja dengan

cara menginhibisi enzim 5-AR sehingga mengurangi pengubahan testosterone

menjadi DHT yang aktif. Selain itu ekstrak saw palmetto juga dapat menghambat

(31)

13

pengikatan DHT dengan reseptor di berbagai jaringan khususnya di folikel

rambut, serta meningkatkan metabolisme dan ekskresi DHT (Anonim, 2005).

D. Vanishing Krim

Krim merupakan sediaan tak tembus cahaya, padatan yang lunak atau

cairan kental yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim mengandung bahan

obat yang terlarut atau tesuspensi dalam basis vanishing krim atau basis larut air

dan dalam tipe emulsi air dalam minyak (w/o) atau minyak dalam air (o/w)

(Allen, 2002).

Vanishing krim adalah suatu emulsi dari asam stearat dimana emulsi

tersebut selalu bertipe M/A (Young, 1972). Dalam krim tersebut asam stearat

merupakan unsur utama fase minyak sedangkan emulgatornya yaitu alkali stearat

yang merupakan hasil dari reaksi suatu basa yang terlarut dalam fase cair dengan

sebagian asam stearat (Jellineck, 1970). Alkali stearat yang terbentuk bertipe

anionik (Sagarin, 1957).

Dalam formulasi hand lotion, sabun asam lemak yang sering digunakan

yaitu triethanolamin stearat, digunakan dalam rentang 0,5-3%. Sabun asam lemak

mempunyai sifat hidrofilik yang kuat dan cenderung akan memproduksi emulsi

M/A. Garam amine dari asam lemak pada umumnya menghasilkan krim putih

(Jellineck, 1970).

Untuk perlindungan terhadap dekomposisi bahan oleh mikroorganisme,

pada krim sering ditambahkan nipagin 0,12%–0,18% sebagai pengawet

(preservative) (Anief, 2000).

(32)

Beberapa keuntungan penggunaan krim asam stearat antara lain : mudah

dibuat, harganya murah, cenderung stabil dalam rentang temperatur yang luas,

fase minyaknya tidak mudah tengik, sistem emulsinya kuat dan penampilannya

menarik karena krim yang dihasilkan berwarna putih (Jellineck, 1970).

E. Humectant

Humectant adalah bahan yang berfungsi untuk mengontrol perubahan

kelembaban antara sediaan dan udara baik dalam kemasan maupun saat dioleskan

di kulit sehingga meminimalisasi kekeringan pada krim (Sagarin, 1957).

Humectant juga berfungsi untuk memperbaiki daya sebar krim dan menjaga

konsistensi krim (Young, 1972).

Humectant merupakan bahan bersifat higroskopik yang mempunyai sifat

mengabsorpsi uap air dari udara lembab sampai mencapai suatu derajat

kelembaban tertentu. Terdapat banyak bahan yang mempunyai sifat sebagai

humectant namun yang terlihat digunakan secara luas untuk hand creams dan

lotion, yaitu gliserol, propilen glikol dan sorbitol. Ketiga senyawa organik

tersebut mirip karena semuanya merupakan polihidrat alkohol dan humectant

organik (Sagarin, 1957). Tetapi walaupun memiliki kemiripan, ketiganya berbeda

dalam hal berat molekul, viskositas, volatilitas dan higroskopisitasnya. Propilen

glikol mempunyai berat molekul dan viskositas terendah, namun mempunyai

volatilitas yang paling tinggi. Sedangkan sorbitol mempunyai berat molekul dan

viskositas paling tinggi, selain itu bersifat non volatil (Sagarin, 1957). Dari

kesemuanya gliserol paling higroskopik dan sorbitol sirup mempunyai sifat

(33)

15

higroskopik terendah pada keadaan equilibrium (Sagarin, 1957). Propilen glikol

lebih bersifat higroskopis dibandingkan dengan sorbitol (Barel, Paye, Mailbach,

2001).

Gliserol, propilen glikol dan sorbitol sudah digunakan dalam hand

creams, lotion maupun kosmetik-kosmetik yang lain selama bertahun-tahun tanpa

menimbulkan adanya iritasi maupun sensitisasi. (Sagarin, 1957).

1. Propilen glikol

OH

CH CH CH OH 3 2

Gambar 1

Rumus molekul propilen glikol BM 76,9 Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C H O3 8 2. Pemerian

propilen glikol yaitu cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak

berbau, menyerap air pada udara lembab. Propilen glikol dapat bercampur

dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam

beberapa minyak essensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak

(Anonim, 1995).

Propilen glikol digunakan secara luas dalam kosmetik dan industri

farmasi sebagai pelarut dan pembawa untuk bahan-bahan yang larut dan tidak

larut dalam air. Propilen glikol sering digunakan dalam makanan sebagai

antifreeze dan emulgator. Propilen glikol juga digunakan sebagai penghambat

fermentasi dan pertumbuhan mikroorganisme (Barel, Paye, Mailbach, 2001).

(34)

Propilen glikol dianggap sebagai bahan yang tidak berbahaya untuk

produk kosmetik dan aman digunakan dalam produk kosmetik sampai 50%.

(Barel, Paye, Mailbach, 2001).

Propilen glikol digunakan secara luas sebagai pelarut, pengekstrak dan

preservative. Propilen glikol merupakan pelarut umum yang lebih baik daripada

gliserin dan dapat terlarut dalam berbagai bahan seperti kortikosteroid, fenol,

obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), sebagian alkaloid dan banyak lokal

anestesi (Boylan, 1986).

Propilen glikol memiliki daya antiseptik yang mirip dengan etanol dan

melawan pertumbuhan mikroorganisme mirip dengan gliserin namun sedikit

kurang efektif dibandingkan etanol (Boylan, 1986).

2. Sorbitol (hexahydrohexane)

Gambar 2

Rumus molekul sorbitol BM 182,17 Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari

100,5% C H6 14O6, dihitung terhadap zat anhidrat. Dapat mengandung sejumlah

kecil alkohol polihidrik yang lain. Sorbitol sangat mudah larut dalam air; sukar

larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat (Anonim, 1995).

(35)

17

Sorbitol digunakan sebagai bahan pemanis, humectant dan sebagai diluen

pada tablet dan kapsul. Sorbitol merupakan bahan kimia yang relatif inert dan

kompatibel dengan sebagian besar eksipien. Sorbitol tidak membuat inflamasi,

tidak korosif, dan tidak volatil. Pada konsentrasi tinggi sorbitol merupakan

penstabil untuk vitamin dan antibiotik yang labil (Boylan, 1986).

F. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan dalam penelitian di mana efek dari faktor atau

kondisi yang berbeda dalam penelitian akan ditentukan. Desain faktorial

merupakan desain yang dipilih untuk mendeterminasi efek-efek secara simultan

dari beberapa faktor dan interaksinya (Bolton, 1990).

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi untuk

memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih

variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan

matematika (Bolton, 1990).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang

masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan

level tinggi. Dengan desain faktorial dapat dirancang suatu percobaan untuk

mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu

respon. Efek dan interaksi dapat ditentukan dengan pasti melalui hasil dari

rancangan desain faktorial. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua

faktor dan dua level :

(36)

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula A (faktor I) B (faktor II)

(1) - - a + -

b - +

ab + +

Keterangan:

(-) = level rendah

(+) = level tinggi

Formula (1) = faktor I level rendah, faktor II level rendah

Formula (a) = faktor I level tinggi, faktor II level rendah

Formula (b) = faktor I level rendah, faktor II level tinggi

Formula (ab) = faktor I level tinggi, faktor II level tinggi (Bolton, 1990).

Rancangan faktorial yang paling sederhana ialah menggunakan dua

faktor dan masing-masing faktor menggunakan dua kategori. Rancangan yang

demikian itu biasanya digambarkan sebagai rancangan faktorial 2 x 2. Pada desain

faktorial ada dua variabel eksperimental yang diselidiki secara serempak.

Informasi yang dapat diperoleh dari rancangan penelitian ini adalah efek utama

dari masing-masing variabel bebas, simple effect dan efek interaksi antara kedua

variabel bebas (Suryabrata, 1998).

Besarnya efek masing–masing faktor maupun interaksinya dapat

ditentukan dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan

rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton

(1990) sebagai berikut :

(37)

19

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain

faktorial (dua leveldua faktor) dilakukan berdasarkan rumus:

+ b

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat

percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah

faktor). Penamaan formula untuk jumlah percobaan sama dengan 4 adalah

formula (1), formula a, formula b, dan formula ab (Bolton, 1990). Respon yang

ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan.

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki

efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam

menentukan respon jika tidak ada interaksi yang terjadi. Jika terjadi interaksi

desain faktorial memungkinkan untuk mengungkapkan dan mengidentifikasi

(38)

interaksi. Kesimpulan dapat diaplikasikan pada rentang kondisi yang lebar, karena

efek dari faktor ditentukan melalui variasi level dari faktor-faktor lain. Fungsi

maksimal tergantung pada data, karena semua efek utama dan interaksinya

ditentukan berdasarkan data. Desain faktorial bersifat orthogonal; semua efek dan

interaksi yang ditentukan tidak tergantung pada efek dari faktor lain (Bolton,

1990).

G. Uji Iritasi Primer

Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat,

asam kuat, pelarut, dan deterjen. Beratnya bermacam-macam, dari hiperemia,

edema, dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi di tempat kontak

dan umumnya pada sentuhan pertama, karenanya berbeda dengan sensitisasi (Lu,

1995). Iritasi primer yang paling sering dimodifikasi dideskripsikan oleh John

Draize dan teman-temannya pada tahun 1944 (Hayes, 2001).

Tujuan dilakukannya uji Draize yaitu untuk mengidentifikasi

bahan-bahan kimia yang merupakan bahan-bahan yang sangat berbahaya, bukan untuk

membandingkan produk (Hayes, 2001). Ada beberapa uji iritasi kulit yang

dimodifikasi berdasarkan prosedur Draize. Modifikasi dilakukan pada spesies

hewan yang digunakan, jumlah bahan uji yang dipakai, pengolesan berulang dan

jenis pemeriksaan, misalnya histologi. Untuk sebagian besar efek pada kulit,

hewan uji pilihan adalah kelinci albino, meskipun marmot albino, mencit putih,

dan hewan lainnya digunakan (Lu, 1995).

(39)

21

H. Landasan Teori

Sediaan topikal anti hair loss yang paling cocok untuk penggunaan

ekstrak saw palmetto pada kulit kepala adalah sediaan cair semi padat. Hal ini

selain dikarenakan sediaan cair semi padat mempunyai viskositas tertentu, sediaan

cair semi padat juga mudah diaplikasikan secara merata di kulit dan memiliki

waktu kontak yang lebih lama. Dalam penelitian ini dipilih bentuk sediaan krim

berbasis vanishing krim karena memberikan banyak keuntungan.

Propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant sangat cocok digunakan

untuk sediaan topikal karena sifatnya yang aman dan menguntungkan. Pada

pembuatan krim anti hair loss ekstrak saw palmetto, propilen glikol

dikombinasikan dengan sorbitol dimana keduanya selain berfungsi sebagai

humectant atau penahan lembab juga berfungsi untuk mengontrol daya sebar serta

konsistensi krim. Walaupun keduanya merupakan polihidrat alkohol namun

secara teori keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal berat

molekul, viskositas, higroskopisitas dan volatilitasnya. Diantara propilen glikol,

sorbitol dan gliserol, propilen glikol mempunyai berat molekul dan viskositas

terendah, namun mempunyai volatilitas yang paling tinggi. Sedangkan sorbitol

mempunyai berat molekul dan viskositas paling tinggi, selain itu bersifat non

volatil. Propilen glikol lebih bersifat higroskopis dibandingkan dengan sorbitol.

Perbedaan komposisi propilen glikol dan sorbitol yang digunakan dalam formula

krim akan mempengaruhi sifat fisik krim yang dihasilkan. Sorbitol mempunyai

viskositas yang lebih tinggi daripada propilen glikol maka dimungkinkan sorbitol

menjadi faktor dominan viskositas sehingga krim yang dihasilkan akan semakin

(40)

kental dengan semakin meningkatnya sorbitol yang digunakan. Sedangkan

propilen glikol memiliki higroskopositas yang lebih tinggi daripada sorbitol maka

dimungkinkan propilen glikol dapat menjadi faktor dominan perubahan viskositas

dimana semakin banyak propilen glikol yang digunakan maka krim yang

dihasilkan dalam penyimpanannya akan semakin encer.

I. Hipotesis

Pada penelitian Optimasi Komposisi Propilen Glikoldan Sorbitol sebagai

Humectant dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto diduga

terdapat efek dominan dan interaksi dari propilen glikol dan sorbitol yang

berperan dalam menentukan daya sebar, viskositas dan stabilitas krim.

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni dengan variabel

eksperimental ganda dan bersifat eksploratif, yaitu mencari komposisi humectant

(propilen glikol dan sorbitol) dalam formula krim anti hair loss ekstrak saw

palmetto yang optimum dengan parameter sifat fisik krim meliputi daya sebar,

viskositas dan stabilitas krim.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah jumlah dan jenis humectant yang digunakan (propilen glikol dan sorbitol).

2. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik krim meliputi daya sebar, viskositas, perubahan viskositas dan keamanan (iritasi primer)

krim anti hair loss ekstrak saw palmetto.

3. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah pembacaan

viscometer, alat percobaan, wadah penyimpanan, intensitas cahaya

penyimpanan, dan kelinci albino.

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini meliputi lama pengadukan, intensitas (kekuatan) pengadukan, suhu ruang pada

penyimpanan, kelembaban ruangan, luka pada punggung kelinci saat

melakukan uji iritasi primer.

(42)

C. Definisi Operasional

1. Ekstrak saw palmetto adalah ekstrak etanol buah saw palmetto yang

dikeringkan dengan bahan pengering yaitu laktosa (30 %) dan silika (30 %).

2. Krim anti hair loss adalah sediaan semi padat yang dibuat dari sistem

vanishing krim dengan propilen glikol dan sorbitol sebagai humectant dan

ekstrak saw palmetto sebagai bahan aktif sesuai dengan formula yang telah

ditentukan dan dibuat sesuai prosedur pembuatan krim pada penelitian ini.

3. Sistem vanishing krim adalah komponen penyusun krim (selain ekstrak saw

palmetto) yang terdiri dari fase minyak (asam stearat, propilen glikol, TEA,

cetyl alkohol), emulgator (trietanolamin stearat) dan fase air (aquades,

sorbitol, nipagin).

4. Sifat fisik krim adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas

fisik krim dalam penelitian ini, meliputi daya sebar, viskositas, dan perubahan

viskositas selama penyimpanan.

5. Perubahan viskositas adalah selisih viskositas setelah 1 bulan penyimpanan

dengan viskositas segera setelah krim dibuat dibagi viskositas krim segera

setelah dibuat dikalikan 100 %. Rumus untuk perubahan viskositas adalah

sebagaiberikut

cm pada pengukuran massa krim 1 gram, diberi beban 150 gram (beserta

horizontal plate penutup) dan diukur setelah didiamkan selama 1 menit.

(43)

25

7. Viskositas optimal adalah viskositas yang mendukung kemudahan krim

diisikan ke dalam wadah dan dikeluarkan saat digunakan serta spreadability

yang baik. Viskositas yang optimal dalam penelitian ini adalah 200-300 d.Pas.

8. Perubahan viskositas yang optimal adalah selisih viskositas krim setelah

disimpan 1 bulan pada suhu kamar dibandingkan dengan viskositas awal

segera setelah krim dibuat dibagi viskositas awal segera setelah krim dibuat

dikalikan 100 % memberikan hasil kurang dari 10%.

D. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glasswares

(PYREX-GERMANY), timbangan analitik, mortir, stamper, horizontal double plate,

viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN), silet, gunting, dan kandang kelinci.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak saw palmetto dan bahan-bahan

penyusun basis krim yang berkualitas farmasetis meliputi asam stearat, cetyl

alkohol, triethanolamin, propilen glikol, sorbitol, nipagin, parfum dan aquades.

E. Tata Cara Penelitian 1. Optimasi Formula dan Pembuatan Krim a Formula

Eksipien yang dipilih sebagai basis sediaan krim mengacu pada formula

vanishing krim dalam Practical Cosmetics Science (Young, 1972) dengan

perincian formula sebagai berikut :

(44)

A. Asam stearat 12,0 gram

Cetyl Alkohol 0,5 gram

Sorbitol syrup 5,0 gram

Isopropyl myristate

or propilen glycol 3,0 gram

Triethanolamin 1,0 gram

B. Glycerine one to five drops

Distilled water 78,2 gram

Preservative (Nipagin M) one microspatula-full

C. Perfume three or four drops

Komposisi formula baru setelah modifikasi (untuk 100 gram) sebagai berikut:

A. Asam stearat 10,16 gram

Cetyl Alkohol 0,5 gram

Triethanolamin 1,2 gram

Propilen glycol (6-12) gram

B. Sorbitol (2-8) gram

Nipagin 0,15 gram

Aquadest 60,0 gram

C. Ekstrak saw palmetto 15,385 gram

D. Perfume 0,36 gram

Dari formula di atas dibuat komposisi propilen glikol dan sorbitol level

rendah dan level tinggi seperti pada tabel II.

(45)

27

Tabel II. Desain penelitian

Formula Propilen glikol (g) Sorbitol (g)

(1) 6 2 a 12 2 b 6 8 ab 12 8

Dari desain penelitian di atas diperoleh komposisi setiap bahan pada

masing-masing formula sebagai berikut:

Tabel III. Bahan dalam tiap formula

Bahan (1) a b ab

Total 95,755 101,755 101,755 107,755

b. Cara Kerja Pembuatan Formula

Campur asam stearat, cetyl alkohol, triethanolamin dan propilen glikol

(fase A) dalam satu cawan porselen. Campur sorbitol, nipagin dan aquadest (fase

B) dalam satu cawan porselen yang berbeda dengan fase A. Panaskan

masing-masing fase di atas waterbath sampai suhu ± 75OC. Campur kedua fase dalam

mortir yang telah dihangatkan sebelumnya, aduk pelan dengan stamper sampai

terbentuk krim yang berwarna putih. Setelah dingin, masukkan ekstrak saw

palmetto (fase C) sedikit demi sedikit dalam basis krim sambil terus di aduk

hingga homogen. Teteskan parfum (fase D) 40 tetes ke dalam krim saw palmetto.

(46)

2. Uji Sifat Fisik Krim Ekstrak Saw Palmetto a. Uji daya sebar

Uji daya sebar sediaan krim anti hair loss ekstrak saw palmetto

dilakukan langsung setelah pembuatan krim dengan batas waktu pengukuran dua

hari setelah krim dibuat. Krim seberat 1 g ditimbang dan diletakkan di tengah

horizontal plate. Di atas krim diletakkan horizontal plate yang lain dan pemberat

sehingga berat horizontal plate penutup dan pemberat 125 g, didiamkan selama 1

menit dan catat diameter penyebarannya dari bebagai sisi kemudian dihitung

diameter rata-ratanya. Replikasi pengukuran diameter dilakukan sebanyak 6 kali.

b. Uji viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Viscometer

seri VT 04. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan krim ke dalam wadah dan

dipasang pada portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati

gerakan jarum penunjuk viskositas. Untuk tiap formula dilakukan pengulangan

pengukuran sebanyak 6 kali dengan pendiaman selama 15 menit setiap

pengukuran. Pengukuran viskositas dilakukan dua kali, yaitu (1) segera setelah

krim selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan (Instruction Manual

Viscotester VT-04E).

3. Uji iritasi primer

Punggung kelinci masing-masing dicukur dengan ukuran 2,5 X 2,5 cm.

Timbang 0,5 gram krim ekstrak saw palmetto. Hewan dikurung dalam kandang

dengan ukuran terbatas agar tidak banyak bergerak selama uji iritasi primer.

Oleskan formula krim pada punggung kelinci yang telah dicukur kemudian tutup

(47)

29

dengan kassa dan lekatkan dengan plester. Seluruh badan hewan dibungkus

dengan kain kassa selama 4 jam periode pejanan. Kemudian lepas semua kain

yang membungkus, biarkan punggung kelinci terbuka. Amati reaksi yang timbul

setelah 1 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 1 minggu. Reaksi yang timbul

dievaluasikan berdasarkan skor dalam tabel IV. Dari evaluasi skor dapat dihitung

indeks iritasi primer untuk tiap hewan uji berdasarkan persamaan (6). Kemudian

dihitung indeks iritasi untuk tiap formula dari persamaan (7). Berdasarkan indeks

iritasi tiap formula dapat diketahui kriteria iritasi untuk tiap formula pada tabel V.

Tabel IV. Evaluasi reaksi kulit

(1) Eritrema dan Pembentukan Kerak Skor

Tanpa eritrema 0

Eritrema sangat sedikit (hampir tidak tampak) 1 Eritrema berbatas jelas 2 Eritrema moderat sampai berat 3 Eritrema berat (merah bit) sampai sedikit membentuk

kerak (luka dalam)

4

Total skor eritrema yang mungkin 4

(2) Pembentukan edema Skor

Tanpa edema 0

Edema sangat sedikit (hampir tidak tampak) 1 Edema sedikit (tepi daerah berbatas jelas) 2 Edema moderat (tepi naik kira-kira 1 mm) 3 Edema berat (naik lebih dari 1 mm dan meluas ke luar

daerah pajanan)

4

Total skor edema yang mungkin 4

Rumus perhitungan indeks iritasi primer untuk tiap hewan uji

Skor epidema 24jam+ 48jam+72jam + Skor oedema 24jam+48jam+72jam

Rumus perhitungan indeks iritasi untuk tiap formula

3 3

Jumlah indeks iritasi primer tiap hewan uji Banyak hewan uji

….(6)

………...(7)

(48)

Tabel V. Kriteria iritasi

Indeks Iritasi Kriteria Iritasi Senyawa Kimia

0 Tidak mengiritasi

< 2 Kurang merangsang

2-5 Iritan Moderat

>5 Iritan Berat

(Hayes, 2001)

4. Subjective Assesment

Sebanyak 29 responden mencoba krim dari tiap formula yang dibuat.

Kemudian responden mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk

memberikan penilaian terhadap masing-masing formula yang dibuat. Pertanyaan

tersebut antara lain terkait dengan : penampilan, bau, viskositas, kehalusan, daya

sebar, kelengketan, efek lembab, sensasi dingin, efek ke rambut, dan kenyamanan

krim ekstrak saw palmetto.

Hasil untuk tiap jawaban kuisioner dari semua responden diberi skor

kemudian dirata-rata sehingga dapat diketahui gambaran penerimaan masyarakat

terhadap tiap formula krim yang dibuat.

F. Analisis Data dan Optimasi

Data daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas yang terkumpul di

rata-rata untuk tiap formula. Kemudian respon rata-rata dari tiap uji dianalisis

dengan perhitungan efek menurut desain faktorial dan grafik hubungan untuk

mengetahui besarnya efek dari propilen glikol, sorbitol dan interaksinya.

Selanjutnya dilakukan analisis statistik varian dua arah (desain faktorial) untuk

menentukan komposisi antara propilen glikol dengan sorbitol dalam formula krim

anti hair loss yang optimal dengan membuat contour plot untuk masing-masing

(49)

31

uji sifat fisik. Formula yang optimal diperoleh dari penggabungan contour plot

masing-masing parameter sifat fisik krim yang dikenal dengan contour plot super

imposed.

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Krim

Krim yang dibuat merupakan vanishing krim yaitu krim berbasis emulsi

bertipe M/A. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari fase internal (medium

terdispersi) dan fase eksternal (medium pendispersi). Dalam krim anti hair loss

ekstrak saw palmetto ini sebagai fase internal yaitu asam stearat, cetyl alkohol,

propilen glikol dan triethanolamin. Sedangkan sebagai fase eksternal yaitu

sorbitol, aquades dan nipagin.

Untuk dapat mendispersikan kedua fase tersebut diperlukan adanya suatu

emulgator. Dalam hal ini digunakan sabun asam lemak yaitu triethanolamin

stearat sebagai emulgator. Triethanolamin stearat diperoleh dengan mereaksikan

sebagian asam stearat dengan triethanolamin pada saat pencampuran kedua fase.

Emulgator tersebut akan mengurangi tegangan permukaan antara kedua fase,

sehingga keduanya dapat bercampur. Penggunaan Triethanolamin stearat sebagai

emulgator menguntungkan karena akan menghasilkan krim yang lunak dan

berbutir halus ( Jellineck, 1970).

Masing-masing fase dalam pembuatannya dipanaskan hingga ± 75oC.

Pada suhu tersebut partikel-partikel kedua fase akan meregang sehingga

mempermudah proses pencampuran kedua fase. Pengadukan dilakukan dalam

mortir yang telah dihangatkan sebelumnya untuk menghindari perubahan suhu

yang mendadak. Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan

(51)

33

bahan dengan titik lebur tinggi menjadi mudah memadat sehingga krim menjadi

tidak halus.

Selama pencampuran kedua fase, pengadukan tidak boleh terlalu cepat

karena dapat mengakibatkan terjadinya foaming yang dapat mempengaruhi

penerimaannya oleh masyarakat. Pengadukan sebaiknya dilakukan dengan pelan

namun konstan dan cukup kuat.

Ekstrak saw palmetto yang digunakan sebagai bahan aktif dalam krim

anti hair loss ini berupa serbuk dan mengandung sebagian besar senyawa

fitosterol yang tidak tahan panas. Oleh karena itu ekstrak saw palmetto tidak

ditambahkan saat pembentukan basis krim tetapi ditambahkan sedikit demi sedikit

setelah basis krim terbentuk dan suhunya ± 35oC. Untuk mengurangi bau yang

tidak enak dari saw palmetto ditambahkan parfum secukupnya.

B. Sifat Fisik Krim

Sifat fisik krim merupakan hal yang sangat penting untuk

dipertimbangkan dalam pembuatan krim terutama terkait dengan acceptability

masyarakat. Masyarakat menyukai krim yang mudah menyebar saat dioleskan,

viskositas yang cukup dan stabil dalam penyimpanannya. Selain itu mengingat

krim ini akan digunakan dengan tujuan zat aktif dapat terabsorpsi hingga hair

folicle maka selain terkait acceptability masyarakat, sifat fisik juga

dipertimbangkan agar dapat memberikan efek farmakologis yang optimal. Sifat

fisik yang tidak sesuai dapat menyebabkan proses absorpsi menjadi tidak optimal.

(52)

Pada penelitian ini sifat fisik krim yang diuji yaitu daya sebar, viskositas

dan stabilitas krim. Pengujian daya sebar dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui mudah tidaknya krim menyebar saat dioleskan. Pengujian viskositas

bertujuan untuk mengetahui profil kekentalan dari krim yang dibuat. Sedangkan

stabilitas krim bertujuan untuk mengetahui profil kestabilan dari krim yang

dibuat. Stabilitas fisik krim dapat diketahui dari besarnya persentase perubahan

viskositas yang terjadi setelah krim disimpan selama satu bulan. Setelah

penyimpanan selama satu bulan viskositas krim dapat meningkat atau menurun

dibandingkan dengan viskositas awal segera setelah krim dibuat, selisih viskositas

tersebut yang dimaksud dengan perubahan viskositas. Semakin kecil nilai

perubahan viskositas, krim semakin stabil. Sebaliknya semakin besar presentase

perubahan viskositas maka krim semakin tidak stabil.

Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang 1 gram krim, diletakkan di

tengah horizontal plate, kemudian ditimpa dengan beban sebesar 125 gram

(termasuk horizontal plate penutup). Setelah itu didiamkan selama 1 menit dan

diukur diameternya dari berbagai sisi. Rata-rata diameter yang diperoleh dianggap

mewakili daya sebar dari krim yang dibuat. Pemberian beban pada uji daya sebar

ini dapat dianalogkan sebagai tekanan yang diberikan pada saat krim

diaplikasikan ke kulit. Daya sebar yang baik menjamin pemerataan dan

kemudahan dioleskan saat krim diaplikasikan pada kulit.

Uji viskositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil rheologi

dan konsistensi krim. Uji ini dilakukan dengan menimbang krim seberat 110

gram, kemudian rotor pada viscometer dimasukkan dalam massa krim sampai

(53)

35

tenggelam. Daerah sekitar rotor diusahakan penuh dengan massa krim. Adanya

rongga di sekitar rotor dapat mempengaruhi hasil pengukuran viskositas.

Viscometer dinyalakan kemudian dibaca viskositasnya sesuai skala yang

digunakan dengan satuan viskositas yang diperoleh yaitu d.Pas.

Pengukuran viskositas dilakukan sebanyak dua kali yaitu viskositas

segera setelah krim dibuat dan viskositas setelah krim disimpan selama satu bulan.

Pengukuran viskositas setelah 1 bulan penyimpanan bertujuan untuk mengetahui

besarnya perubahan viskositas krim yang menggambarkan perubahan stabilitas

dari krim yang dibuat.

Berubahnya viskositas krim setelah disimpan selama satu bulan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya kelembaban, penguapan air dari

sediaan, adanya kerja dari mikroorganisme, dsb. Dalam penelitian ini hal yang

membedakan tiap formula yaitu yaitu komposisi humectant, maka perbedaan

komposisi humectant yang digunakan merupakan faktor yang mempengaruhi

perbedaan perubahan viskositas tiap formula yang dibuat. Semakin tinggi sifat

higroskopis humectant yang digunakan maka viskositas krim pada

penyimpanannya akan cenderung makin menurun (makin encer).

Berikut tabel pengukuran sifat fisik krim dari berbagai komposisi formula.

Tabel VI. Data pengukuran sifat fisik krim

Formula Daya Sebar Viskositas Perubahan

(cm) (dPas) Viskositas (%)

(1) 4,00 ± 0,19 200 ± 11,86 -11,48 a 3,62 ± 0,26 227,08 ± 9,41 -19,74 b 2,96 ± 0,07 284,16 ± 5,40 -6,16 ab 3,91 ± 0,1 232,70 ± 11,19 -18,07

(54)

Dari data sifat fisik krim yang diperoleh terlihat bahwa masing-masing

formula memberikan respon yang berbeda-beda baik untuk daya sebar, viskositas

maupun stabilitasnya. Hal ini dikarenakan perbedaan level propilen glikol dan

level sorbitol yang digunakan untuk tiap formula.

Untuk uji daya sebar, formula (1) mempunyai daya sebar terbesar

sebaliknya formula b mempunyai daya sebar terkecil. Sedangkan pada uji

viskositas formula b memiliki viskositas terbesar sebaliknya formula (1) memiliki

daya sebar terkecil. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas pada

sediaan cair semi padat, dimana semakin besar daya sebar sediaan semi padat

maka viskositasnya akan semakin kecil, sebaliknya semakin kecil daya sebar

sediaan semi padat maka semakin besar viskositasnya (Garg, Aggarwal, Garg, and

Singla, 2002).

Uji perubahan viskositas untuk keempat formula krim memberikan hasil

lebih dari 5 %. Formula krim yang paling stabil dibandingkan formula krim yang

lain yaitu formula b dimana perubahan viskositasnya paling kecil yaitu |-6,16| %.

Perubahan viskositas dari semua formula bernilai negatif, artinya setelah disimpan

selama satu bulan viskositas krim menurun dibandingkan viskositas awal.

Untuk mengetahui faktor dominan antara propilen glikol, sorbitol atau

interaksi antara propilen glikol dan sorbitol terhadap daya sebar, viskositas dan

perubahan viskositas dari krim, dapat dihitung nilai efek menggunakan desain

faktorial seperti tertera pada tabel VII.

(55)

37

Tabel VII. Efek propilen glikol, efek sorbitol atau efek interaksi propilen glikol dan sorbitol dalam menentukan sifat fisik krim

Perubahan viskositas Daya sebar Viskositas

Efek

Interaksi 0,66 |-39,27| 1,82

1. Daya Sebar

Gambar 3. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap daya sebar krim ekstrak saw palmetto

Faktor dominan yang menentukan daya sebar krim yaitu interaksi dari

propilen glikol dan sorbitol. Interaksi propilen glikol dan sorbitol mempunyai

nilai perhitungan efek yang paling besar dibandingkan nilai perhitungan efek

untuk propilen glikoldan nilai mutlak perhitungan efek pada sorbitol (Tabel VII).

Dari perhitungan menggunakan desain faktorial diketahui bahwa efek interaksi

dari propilen glikoldan sorbitol mempunyai nilai terbesar yaitu 0,66. Sedangkan

di urutan kedua yaitu sorbitol dengan nilai perhitungan efek |-0,37| dan di urutan

ketiga yaitu propilen glikol dengan nilai perhitungan efek 0,29.

Peningkatan level propilen glikol (semakin banyak propilen glikol

digunakan), akan menaikkan daya sebar krim pada level tinggi sorbitol dan

(56)

menurunkan daya sebar krim pada level rendah sorbitol (Gambar 3a). Begitu pula

peningkatan level sorbitol (semakin banyak sorbitol digunakan) diketahui

menaikkan daya sebar pada level tinggi propilen glikol dan menurunkan daya

sebar krim pada level rendah propilen glikol (Gambar 3b).

Pada grafik terlihat adanya dua garis level yang berpotongan yaitu level

tinggi dan level rendah. Hal itu menunjukkan terjadinya interaksi antara propilen

glikol dan sorbitol dalam krim. Interaksi tersebut yang paling berpengaruh

terhadap daya sebar krim.

Propilen glikoldan sorbitol memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda.

Sorbitol memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan propilen glikol

sedangkan propilen glikol memiliki sifat higroskopis yang lebih tinggi

dibandingkan dengan sorbitol (Sagarin, 1957). Kedua sifat dari humectant

tersebut dapat berinteraksi menghasilkan krim dengan daya sebar tertentu.

2. Viskositas

Gambar 4. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap viskositas krim ekstrak saw palmetto

Semakin banyak propilen glikol yang digunakan, akan menaikkan

viskositas krim pada level rendah sorbitol dan menurunkan viskositas krim pada

(57)

39

level tinggi sorbitol (Gambar 4a). Semakin banyak sorbitol digunakan akan

menaikkan viskositas pada level rendah propilen glikol. Sedangkan pada level

tinggi propilen glikol dengan semakin banyak sorbitol yang digunakan tidak

menyebabkan perubahan viskositas yang signifikan (Gambar 4b).

Grafik yang menunjukkan adanya dua garis yang tidak sejajar pada garis

level yaitu level tinggi dan level rendah menunjukkan adanya interaksi antara

propilen glikol dan sorbitoldalam krim.

Sorbitol merupakan faktor dominan yang menentukan viskositas krim.

Hal ini dapat dilihat dari perhitungan harga mutlak nilai efek pada desain faktorial

yang tertera pada tabel VII. Dari perhitungan diketahui bahwa efek sorbitol

mempunyai nilai terbesar yaitu 44,90. Sedangkan di urutan kedua yaitu interaksi

antara propilen glikol dan sorbitol dengan nilai perhitungan efek |-39,27| dan di

urutan ketiga yaitu propilen glikol dengan nilai perhitungan efek |-12,19|. Sorbitol

sebagai faktor dominan menaikkan viskositas krim, hal ini dapat dilihat dari nilai

perhitungan efek yang bernilai positif sedangkan efek dari interaksi dan propilen

glikol bernilai negatif yang berarti menurunkan viskositas krim.

Sorbitol sebagai faktor dominan yang menentukan viskositas krim

mempunyai viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan propilen glikol. Dengan

semakin meningkatnya jumlah sorbitol yang digunakan maka krim yang

dihasilkan akan mempunyai viskositas yang semakin tinggi. Hal ini didukung oleh

data viskositas dimana formula (1) dan formula b dengan jumlah propilen glikol

yang sama dihasilkan krim dengan viskositas yang lebih tinggi pada formula b, ini

dikarenakan penggunaan sorbitol pada formula b lebih banyak dibandingkan

(58)

dengan formula (1). Demikian juga pada formula a dan formula ab pada jumlah

propilen glikol yang sama dihasilkan krim dengan viskositas yang lebih besar

pada formula ab karena digunakan sorbitol yang lebih banyak.

3. Perubahan Viskositas

LEVEL RENDAH

Gambar 5. Hubungan pengaruh propilen glikol (a) dan sorbitol (b) terhadap perubahan viskositas krim

Peningkatan level propilen glikol (semakin banyak propilen glikol

digunakan) pada level rendah sorbitol maupun pada level tinggi sorbitol akan

meningkatkan perubahan viskositas (Gambar 5a). Peningkatan level sorbitol

(semakin banyak sorbitol digunakan) pada level rendah propilen glikol dan pada

level tinggi propilen glikol akan menurunkan perubahan viskositas (Gambar 5b).

Pada grafik terlihat adanya dua garis yang tidak sejajar yaitu garis level

tinggi dan level rendah, hal tersebut menunjukkan adanya interaksi antara

propilen glikol dan sorbitolyang dapat mempengaruhi perubahan viskositas krim.

Propilen glikol merupakan faktor dominan yang menentukan perubahan

viskositas krim jika dibandingkan dengan sorbitol dan interaksi keduanya. Hal ini

dapat dilihat dari perhitungan harga mutlak nilai efek dengan desain faktorial

Gambar

Tabel II. Desain penelitian
Tabel IV. Evaluasi reaksi kulit
Tabel V. Kriteria iritasi
Tabel VI. Data pengukuran sifat fisik krim
+6

Referensi

Dokumen terkait

3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 4) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia. 5)

Berdasarkan faktor penting dalam sistem tebang muat angkut, penebangan yang sesuai di kedua pabrik gula adalah dengan tenaga manusia, proses pemuatan dengan mekanis dan

Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan yang signifikan antara

Dari uraian kerangka teori dan konseptual di atas, maka rumusan hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran pendidikan agama islam dengan

59 /PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan sistem akuntansi dan

Sedang menurut Piaget (Depdiknas, 2000:6) bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak

Mikroskop cahaya yang biasa digunakan di laboratorium IPA/ Biologi yang pengamatannya menggunakan mata secara langsung, dengan sedikit sentuhan inovasi, diubah

Korelasi ganda Regresi linier berganda merupakan korelasi simultan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini adalah untuk mencari nilai koefisien