TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi
Disusun Oleh:
Yohana Febrianti Sumardi NIM : 035114017
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Electrical Engineering Study Program
By:
Yohana Febrianti Sumardi Student Number : 035114017
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2008
(QUADRATURE PHASED SHIFT KEYING)
Disusun Oleh :
YOHANA FEBRIANTI SUMARDI
NIM : 035114017
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal : 8 Maret 2008
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Martanto, S.T., M.T. ...
Sekretaris : Damar Widjaja, S.T., M.T. ...
Anggota : A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng. ...
Anggota : Pius Yozy Merucahyo, S.T., M.T. ...
Yogyakarta, ...
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S.,B.S.T., M.A., M. Sc.
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Februari 2008
Penulis
Yohana Febrianti Sumardi
Orang yang tidak mau mendengarkan kritik
Tidak akan pernah belajar darinya
Ketika seorang sahabat melukai kita,
kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang
dan menghapus tulisan itu.
Dan bila sesuatu yang luar biasa baik terjadi, kita harus
memahatnya di atas batu hati kita, agar takkan pernah
bisa hilang tertiup angin.
Tugas akhir ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus atas kasih-Nya
Kedua orang tuaku tercinta (Bpk.Sumardi
& Ibu Ninik Sri Lestari)
Kakaku tersayang (Danang Indra Sumardi)
yang selalu memberikan cinta, doa,
dorongan dan nasehat.
INTISARI
QPSK merupakan salah satu teknik modulasi yang dapat digunakan untuk
IDR dan VSAT pada komunikasi satelit, modem ISDN, serta telepon seluler.
Demodulasi QPSK merupakan proses mengkodekan kembali sinyal analog yang memiliki empat keadaan fasa yang berbeda menjadi dua bit data digital pada
masing-masing keadaannya. Keunggulan QPSK adalah efisiensi bandwidth dan
lebih tahan terhadap interferensi yang disebabkan oleh perubahan amplitudo. Dengan banyaknya manfaat QPSK, maka perlu dibuat suatu modul sebagai alat bantu belajar.
Demodulator QPSK ini terdiri dari BPF untuk menyaring frekuensi
tertentu yang berasal dari modulator QPSK, Carrier Recovery untuk
menghasilkan sinyal pembawa, Product Detector untuk mengalikan sinyal
termodulasi dan sinyal pembawa, LPF, Komparator, Bit-timing recovery untuk
mengasilkan clock, dan register PISO untuk mengubah data paralel menjadi data
serial.
Demodulator QPSK yang dibuat dapat mengkodekan kembali sinyal informasi dari modulator QPSK jika mengunakan sinyal pembawa dari modulator. Tetapi tidak demikian jika digunakan sinyal pembawa dari Carrier Recovery.
Kata kunci : demodulator QPSK, modulasi fasa.
QPSK is one of the modulation technique that is used for IDR and VSAT in satellite communication, ISDN modem, and cell phone. QPSK demodulation is an encoding process of analog signal that have four different phase resulting two bit digital data on each phase. The benefit of QPSK is bandwidth efficiency and
more robust from interference signal that is caused by amplitude changing. With
the benefit of the QPSK modulation, so a practicum module is important to be made.
QPSK demodulator that has been made consist of BPF to filter a certain frequency from QPSK modulator, Carrier Recovery to produce carrier signal, Product Detector to multiply between modulated signal and carrier signal, LPF, Comparator, Bit-timing recovery to produce clock signal for PISO register, and PISO register to change parallel data to serial data.
QPSK demodulator that has been made can encode the information signal from QPSK modulator if use carrier signal from modulator. But if use carrier signal from Carrier Recovery, demodulator QPSK cannot encode the information signal.
Key word: QPSK demodulator, phase modulation.
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul. “Demodulatror QPSK ”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik. Dalam penyusunannya, banyak pihak yang telah membantu memberikan
dukungan dan dorongan pada penulis, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Damar Widjaja, ST., MT., yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membimbing penulis.
2. Bapak Martanto, ST.,MT., yang telah bersedia meluangkan waktu dan
kesabaran dalam membimbing. Terima kasih pula untuk seluruh
dosen-dosenku di Fakultas Teknik atas segala ilmu yang berguna
3. Papa, Mama, Yang Ti, Mbah putri di Kartasura, serta kakakku
Danang. Terima kasih atas segalanya. Thanx for you’re love…
4. Untuk Tante Yekti, Om Budi, Titin, terima kasih atas tumpangan
hidupnya selama di Yogya.
5. Untuk Ntong, terima kasih atas kebersamaan kita, susah ,senang, dan
belajar untuk hidup sabar.
6. Sahabat-sahabatku Inggit Suminggit, Amoh alias Gigih , Cik Mer,
Kiwil alias Suryo menggolo, Kokop alias Jakop, Gendut alias Alex,
Angga, Jeffry, Win, Cecep, Adit, terima kasih atas segala kebersamaan
kita yang selalu penuh dengan canda tawa.
7. Teman-teman di Purwokerto Mekar, Pitha, Ethink, Vevi, Veni, Novi,
dan Yaya, terima kasih support-nya I love you all.
bersama.
10.Teman-teman di PMK Apostolos, mari kita bertumbuh bersama.
Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari Pembaca agar dalam proses penulisan di kemudian hari dapat semakin
baik. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat secara luas, baik bagi penulis
maupun bagi semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, Februari 2008
Penulis
Halaman Judul...
Lembar Pengesahan Pembimbing ...
Lembar Pengesahan Tugas Akhir...
Lembar Pernyataan keaslian karya...
Motto...
Halaman Persembahan...
Intisari...
Abstract...
Kata Pengantar...
Daftar Isi ...
Daftar Gambar ...
Daftar Tabel ...
Daftar Lampiran ...
BAB I. Pendahuluan ...
1.1. Latar Belakang ...
1.2. Batasan Masalah ...
1.3. Tujuan Penelitian ...
1.4. Manfaat Penelitian ...
1.5. Metoda Penelitian ...
1.6. Sistematika Penulisan ...
i
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xvi
xx
xxi
1
1
2
2
2
2
3
2.2.1. Amplitude Shift Keying (ASK) ...
2.2.2. Frequency Shift Keying (FSK) ...
2.2.3 Phase Shift Keying (PSK) ...
2.3. Phase Shift Keying (PSK) ...
2.4. Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) ...
2.5. Demodulator QPSK ...
2.6. Komponen Pendukung ... ...
2.6.1 Band Pass Filter (BPF) ...
2.6.2 Carrier recovery ...
2.6.3 Penggeser Fasa ...
2.6.4 Product Detector ...
2.6.5 Low Pass Filter ...
2.6.6 Komparator (Pembanding) ...
2.6.7 Bit-Timing Recovery ...
2.6.7.1 Tunda waktu (delay) ...
2.6.7.2 Gerbang XOR ...
2.6.8 Masukan Paralel Keluaran Serial ...
BAB III. Perancangan ...
3.1.Cara kerja dan Blok Diagram Demodulator QPSK ... ...
3.2. Perancangan Perangkat Keras ... 5
6
6
7
8
11
13
13
17
21
24
25
26
27
28
30
31
35
35
36
3.2.4 Product Detector ...
3.2.5 Low Pass Filter ...
3.2.6 Komparator ...
3.2.7 Bit-Timing Recovery ...
3.2.7.1 Komparator ...
3.2.7.2 Tunda waktu (delay) ...
3.2.7.3 Gerbang XOR ...
3.2.7.4 PLL ...
3.2.8 Parallel In Serial Out ...
BAB IV Hasil dan Pembahasan ...
4.1 Perangkat Keras Hasil Perancangan ...
4.2 Analisis Demodulator QPSK secara keseluruhan ...
4.2.1 Menggunakan Sumber Sinyal Pembawa dari Moduator QPSK
4.2.2 Menggunakan Sumber Sinyal Pembawa dari Carrier
Recovery
4.3 Analisa pada tiap blok ...
4.3.1 Band Pass Filter ...
4.3.2 Carrier Recovery ...
4.3.3 Penggeser Fasa ...
4.3.4 Product Detector ...
43
45
47
48
48
49
50
51
52
55
55
56
57
66
73
73
76
80
81
4.3.8 PISO ...
BAB V Kesimpulan dan Saran ...
Daftar Pustaka ...
Lampiran ... 88
90
91
Gambar 2.1 Modulasi sinyal ASK ...
Gambar 2.2 Modulasi sinyal FSK...
Gambar 2.3 Modulasi sinyal PSK ...
Gambar 2.4 Sinyal dalam bentuk polar ...
Gambar 2.5 Diagaram fasor QPSK ...
Gambar 2.6 Empat keadaan fasa QPSK ...
Gambar 2.7 Sinyal termodulasi QPSK ...
Gambar 2.8 Diagram Blok Demoulator QPSK ...
Gambar 2.9 Karakteritik BPF ...
Gambar 2.10 Rangkaian multiple-feedback BPF ...
Gambar 2.11 Diagram Blok PLL ...
Gambar 2.12 Blok diagram LM 565 …………...
Gambar 2.13 IC PLL LM 565 ...
Gambar 2.14 Rangkaian Integrator dasar ...
Gambar 2.15 Rangkaian Integrator AC ...
Gambar 2.16 IC MC 1496...
Gambar 2.17 Karakteristik ideal LPF...
Gambar 2.18 Rangkaian LPF aktif dengan 2 pole...
Gambar 2.19 Rangkaian Komparator...
Gambar 2.20 Rangkaian Bit-timing recovery...
5
6
7
9
9
10
10
11
14
15
18
20
21
22
23
24
25
26
27
27
Gambar 2.24 IC 74LS86...
Gambar 2.25 Register geser PISO dengan D flip-flop ...
Gambar 2.26 Diagram blok flip-flop JK ...
Gambar 2.27 IC 74LS76...
Gambar 2.28 Diagram blok flip-flop D...
Gambar 2.29 IC 74LS74...
Gambar 3.1 Rangkaian tapis BPF aktual BPF...
Gambar 3.2 Tanggapan frekuensi BPF...
Gambar 3.3 Rangkaian PLL...
Gambar 3.4 Rangkaian integrator ...
Gambar 3.5 Gelombang keluaran integrator...
Gambar 3.6 Rangkaian Product detector menggunakan MC 1496 ...
Gambar 3.7 LPF dua kutub...
Gambar 3.8 Tanggapan frekuensi LPF ...
Gambar 3.9 Komprator ...
Gambar 3.10 Rangkaian tunda (delay) ...
Gambar 3.11 Simulasi tunda waktu ...
Gambar 3.12 Rangkaian PLL ...
Gambar 3.13 PISO menggunakan D flip-flop...
Gambar 3.14 Bentuk gelombang rangkaian PISO ... 31
31
32
33
33
34
37
39
41
42
43
44
45
47
48
49
50
52
52
53
Gambar 4.4 Sinyal SSB [CH1]dan keluaran PD kanal I [CH2]...
Gambar 4.5 Sinyal keluaran PD [CH1]dan komparator kanal I [CH2]...
Gambar 4.6 Perbandingan sinyal informasi Modulator Demodulator kanal I...
Gambar 4.7 Sinyal termodulasi [CH1] dan keluaran PD kanal Q [CH2]...
Gambar 4.8 Komparator kanal Q dan PD kanal Q...
Gambar 4.9 Perbandingan sinyal informasi Modulator Demodulator kanal Q.
Gambar 4.10 Keluaran sistem PISO...
Gambar 4.11 Perbandingan data serial Modulator Demodulator QPSK...
Gambar 4.12 Sinyal termudolasi dan sinyal keluaran PISO...
Gambar 4.13 Pengujian dengan sinyal pembawa dari carrier recovery………
Gambar 4.14 Sinyal keluaran carrier recovery pengambilan ke-1……….
Gambar 4.15 Sinyal keluaran carrier recovery pengambilan ke-2…………....
Gambar 4.16 Perbandingan sinyal SSB dengan sinyal carrier recovery...
Gambar 4.17 Sinyal SSB dan keluaran PD I...
Gambar 4.18 Sinyal keluaran PD kanal I dan sinyal keluaran komparator
kanal I...
Gambar 4.19 Sinyal SSB dan keluaran PD Q...
Gambar 4.20 Sinyal keluaran PD kanal Q dan sinyal keluaran komparator
kanal Q...
Gambar 4.21 Keluaran PISO... 58
59
60
61
62
63
64
64
65
66
67
67
68
69
69
70
71
73
Gambar 4.25 Keluaran PLL pada kondisi free running...
Gambar 4.26 Keluaran PLL pada kondisi capture ...
Gambar 4.27 Sinyal keluaran pengeser fasa 2...
Gambar 4.28 Sinyal keluaran BM dan keluaran PD kanal I...
Gambar 4.29 Sinyal keluaran BM dan keluaran PD kanal Q...
Gambar 4.30 PD dan komparator...
Gambar 4.31 Grafik LPF kanal I...
Gambar 4.32 Grafik LPF kanal Q...
Gambar 4.33 PD dengan Vref...
Gambar 4.34 Keluaran komparator...
Gambar 4.35 Sinyal tunda...
Gambar 4.36 Sinyal picu...
Gambar 4.37 Data D0 dan D1...
Gambar 4.38 Clock sistem PISO...
Gambar 4.39 Keluaran PISO... 78
79
80
81
82
83
84
85
86
86
87
88
88
89
89
Tabel 2.2.Tegangan keluaran yang mewakili bit keluaran demodulator ...
Tabel 2.3 Tabel kebenaran gerbang XOR...
Tabel 2.4 Tabel kebenaran flip-flop JK ...
Tabel 2.5 Tabel kebenaran flip-flop D...
Tabel 4.1 Perhitungan kanal I dan Q...
Tabel 4.2 Data Pengukuran BPF...
Tabel 4.3 Pengukuran PLL...
Tabel 4.4 Data Pengukuran LPF kanal I...
Tabel 4.5 Data Pengukuran LPF kanal Q... 13
30
32
34
72
74
78
84
85
Lampiran 2. Tunda Modulator Demodulator QPSK
Lampiran 3. Tunda tiap sistem Modulator Demodulator QPSK
Lampiran 4. Rangkaian Product Detector
Lampiran 5. Datasheet
1.1 Latar Belakang
Beberapa perangkat digital membutuhkan pengubahan data digital menjadi
sinyal analog agar dapat ditransmisikan kedalam media transmisi analog. Teknik
modulasi untuk mentransformasikan data digital menjadi sinyal-sinyal analog
antara lain Amplitude Shift Keying (ASK), Frequency Shift Keying (FSK), Phase
Shift Keying (PSK) [1].
QPSK merupakan salah satu teknik modulasi pengembangan dari PSK
yang dapat digunakan untuk IDR (Intermedite Data Rate) dan VSAT pada
komunikasi satelit, modem ISDN, telepon seluler [2][3]. Sebuah sinyal PSK dapat
dibangkitkan dengan menggunakan data digital untuk mengubah fasa yang
mempunyai frekuensi dan amplitudo tetap. Demodulasi QPSK merupakan proses
mengkodekan kembali sinyal analog menjadi sinyal digital berdasarkan perubahan
fasa dari sinyal termodulasi. Keunggulan QPSK adalah efisiensi bandwidth dan
lebih tahan terhadap interferensi yang disebabkan oleh perubahan amplitudo [1].
Karena fungsi dan keunggulan dari QPSK maka perlu dibuat suatu modul
QPSK dalam bentuk hardware. Sehingga nantinya dapat digunakan sebagai alat
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Demodulator QPSK memiliki empat perubahan fasa
4 7 , 4 5 , 4 3 , 4
π π π π
untuk
data digital 01,00,10 dan 11.
2. Frekuensi sinyal pembawa 100 kHz dengan kecepatan data 20kbps.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat suatu perangkat
demodulator QPSK.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu menjadi acuan dan
bahan pertimbangan untuk pengembangan teknik modulasi digital.
1.5 Metoda Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi pustaka menggunakan buku-buku dan jurnal-jurnal.
2. Perancangan dalam membuat perangkat demodulator QPSK.
3. Membuat perangkat keras demodulator QPSK.
4. Menguji perangkat demodulator QPSK.
5. Mengambil data dan melakukan analisa terhadap perangkat
demodulator QPSK.
1.6 Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi penjelasan tentang QPSK sebagai salah satu jenis teknik modulasi
digital, pemahaman demodulator QPSK dam perangkat-perangkat yang
digunakan untuk menunjang penelitian ini.
3. BAB III RANCANGAN PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan alur perhitungan, persamaan-persamaan matematis, serta
parameter-parameter dalam membuat perangkat demodulator QPSK.
4. BAB IV HASIL IMPLEMENTASI DEMODULATOR QPSK DAN
PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil pengamatan demodulator QPSK dan menganalisa data yang
diperoleh.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi ringkasan hasil penelitian yang telah dilakukan, spesifikasi peralatan
yang dibuat dan usulan berupa ide-ide untuk perbaikan atau pengembangan
terhadap penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Modulasi
Modulasi adalah pengaturan parameter sinyal pembawa (carrier) yang
berfrekuensi tinggi oleh sinyal informasi (pemodulasi) yang berfrekuensi lebih
rendah, sehingga informasi dapat tersampaikan. Tujuan dari modulasi yaitu untuk
memperkecil interferensi sinyal pada pengiriman informasi yang menggunakan
frekuensi sama atau berdekatan dan untuk mempermudah mewujudkan dimensi
antena. Sinyal temodulasi dapat ditransmisikan melalui sebuah saluran transmisi
menggunakan metode multiplexing [4].
Berdasarkan sumbernya, modulasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
modulasi analog dan modulasi digital. Jika sumbernya analog, maka teknik
modulasi yang digunakan adalah modulasi analog. Jika sumbernya digital, maka
menggunakan modulasi digital. Modulasi digital didapatkan dengan mengubah
parameter sinyal pembawa (amplitudo, frekuensi, fasa), berdasarkan aliran data
digital dari sumber informasi [1].
Teknik umum yang dipakai dalam modulasi analog adalah modulasi fasa
(Phase Modulation - PM), modulasi frekuensi (Frequency Modulation - FM), dan
modulasi amplitudo (Amplitude Modulation – AM). Teknik yang umum dipakai
dalam modulasi digital adalah Phase Shift Keying (PSK), Frekeunsi Shift Keying
2.2 Modulasi digital
Modulasi dipengaruhi oleh satu atau lebih dari tiga karakteristik sinyal
pembawa yaitu amplitudo, frekuensi, dan fasa. Sehingga terdapat tiga dasar teknik
modulasi untuk mentransformasikan data digital menjadi sinyal-sinyal analog.
2.2.1 Amplitude-shift keying (ASK)
Pada ASK, dua nilai biner diwakili oleh dua amplitudo yang berbeda dari
sinyal pembawa. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1. Umumnya
salah satu dari amplitudo adalah nol. Digit satu ditunjukkan dengan adanya sinyal
pada amplitudo yang konstan dari suatu sinyal pembawa, sedangkan untuk digit
nol ditunjukkan dengan ketidakadaan sinyal pembawa [1].
Gambar 2.1 Modulasi sinyal ASK [1]
Sinyal yang dihasilkan adalah [1]
A cos(2πfct) biner 1 (2.1)
=
) (t
s
dengan fc adalah frekuensi sinyal pembawa dan A adalah amplitudo sinyal
pembawa.
2.2.2 Frequency-shift keying (FSK)
Pada FSK, dua nilai biner diwakili oleh dua frekuensi yang berbeda di
dekat frekuensi sinyal pembawa seperti terlihat pada Gambar 2.2. Sinyal yang
dihasilkan adalah [1]
Acos(2πf1t) biner 1 (2.3)
s(t) =
Acos(2πf0t) biner 0 (2.4)
dengan f1adalah frekuensi tinggi dan f0 adalah frekuensi rendah di dekat frekuensi
sinyal pembawa.
Data
masukan
Modulasi sinyal FSK
Gambar 2.2 Modulasi sinyal FSK [1]
2.2.3 Phase-shift keying (PSK)
Pada PSK, fasa sinyal pembawa diubah untuk menampilkan data seperti
Acos(2πfct+θ)=s1 biner 1 (2.5)
s(t) =
Acos(2πfct)=so biner 0 (2.6)
dengan θ adalah sudut fasa sinyal, θ = π rad.
Gambar 2.3 Modulasi sinyal PSK [1]
2.3 PSK (Phase Shift Keying)
PSK (Phase Shift Keying) merupakan proses modulasi fasa gelombang
pembawa. Keadaan fasa yang digunakan pada PSK yaitu . Untuk n=1
memberikan dua keadaan fasa yang berbeda yang disebut Binary Phase Shift
Keying (BPSK). Untuk n=2 memberikan empat keadaan fasa yang berbeda yang
disebut Quadrature Phase Shift Keying (QPSK). Sedangkan untuk n=3
memberikan delapan keadaan fasa yang berbeda dan seterusnya yang disebut
M-ary PSK [5], [6].
n
2
Pada proses modulasi BPSK, perubahan sinyal informasi yang berupa data
digital 0 dan 1 akan merubah keadaan fasa sinyal pembawa, sehingga ada dua
modulasi QPSK, perubahan sinyal informasi yang merupakan data digital 2 bit
(00,10,11,01) akan merubah keadaan fasa sinyal pembawa, sehingga ada empat
keadaan fasa sinyal termodulasi yaitu 135°, -135°, -45°, 45° [4], [6].
2.4 QPSK (Quadrature Phase Shift Keying)
QPSK (Quadrature Phase Shift Keying) adalah salah satu teknik modulasi
digital yang menghasilkan sinyal dengan empat kondisi data yang berbeda pada
masukannya, sehingga akan menghasilkan empat fasa keluaran yang berbeda.
Masing-masing fasa mewakili dua bit data [1], [6]. Kombinasi tiap bit dan
keluaran fasa QPSK ditunjukkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel kebenaran [6]
Masukan bit
I Q
Keluaran fasa QPSK
0 1 45°
0 0 135°
1 0 -135°
1 1 -45°
Dari tabel dapat dilihat bahwa untuk bit 01 disandikan dengan fasa 45°, bit
00 disandikan dengan fasa 135°, bit 10 disandikan dengan fasa -135°, dan bit 11
disandikan dengan fasa -45°. Bit data masukan terdiri dari dua jenis yaitu I
(inphase) dan Q (quadrature).
Sebuah sinyal dapat digambarkan dalam bentuk polar dengan magnitude
dilihat pada Gambar 2.4. Koefisien menggambarkan amplitudo dari sinyal I (in
phase) dan koefisien menggambarkan amplitudo dari sinyal Q (quadrature) [7].
11
s
21
s
Magnitudo sinyal 2 2
Q I
S = + (2.7)
Fasa sinyal = arc tan I/Q (2.8)
) ( 1t φ
) ( 2t φ
21 11,s
s
° θ
11
s
21
s
Gambar 2.4 Sinyal dalam bentuk polar [6]
Sinyal QPSK dalam bentuk fasor dapat dilihat pada Gambar 2.5. Terlihat
bahwa jarak anguler antara kedua fasor yang berdekatan pada QPSK yaitu sebesar
90°. Karena itu suatu sinyal QPSK dapat mengalami pergeseran fasa +45° atau
-45° selama tranmisi. Keempat output QPSK mempunyai amplitudo dan frekuensi
yang sama [6].
Dalam QPSK terdapat dua proses penyandian sinyal yaitu modulasi QPSK
dan demodulasi QPSK. Modulasi QPSK merupakan suatu proses mengubah sinyal
informasi yang berupa data biner menjadi sinyal termodulasi berupa sinyal analog.
Referensi untuk perubahan fasa sinyal termodulasi QPSK dapat ditunjukkan pada
Gambar 2.6. Untuk data I bernilai 0 dan Q bernilai 1 diwakili fasa 45°. Untuk data
I bernilai 0 dan Q bernilai 0 diwakili fasa 135°. Untuk data I benilai 1 dan Q
bernilai 0 diwakili fasa -135°. Sedangkan untuk data I bernilai 1 dan Q bernilai 1
diwakili fasa -45°.
Gambar 2.6 Empat keadaan fasa QPSK [6]
Gambar 2.7 memperlihatkan sinyal QPSK yang termodulasi. Demodulasi QPSK
merupakan proses menyandikan kembali sinyal termodulasi yang berupa sinyal
analog menjadi sinyal informasi yang berupa data digital (2bit).
2.5Demodulator QPSK
Demodulator QPSK merupakan suatu perangkat yang berfungsi untuk
menyandikan kembali sinyal termodulasi yang berupa sinyal analog menjadi
sinyal informasi (data digital 2 bit) yang berasal dari modulator QPSK. Sebuah
demodulator QPSK tersusun atas beberapa perangkat yaitu Band Pass Filter
(BPF), Carrier recovery, penggeser fasa, Product Detector, Low Pass Filter
(LPF), komparator, Bit-timming recovery, dan Parallel In Serial Out (PISO)
[6],[8]. Gambar 2.8 memperlihatkan diagram blok demodulator QPSK.
Gambar 2.8 Diagram blok demodulator QPSK [6],[8]
Sinyal yang diterima demodulator QPSK setelah di-filter oleh BPF adalah
)
cos(ωct+θd . Kemudian sinyal tersebut langsung dipisah menuju ke bagian
product detector kanal I (inphase) dan Q (quadrature), serta ke rangkaian carrier
harus mempunyai frekuensi dan fasa yang konsisten dengan sinyal pembawa
referensi yang dikirimkan [8].
Masukan dari product detector (PD)berasal dari sinyal keluaran BPF yaitu
sinyal yang termodulasi dan sinyal keluaran dari carrier recovery. Apabila
masukan dari PD I adalah )cos(ωct+θd yang berasal dari sinyal termodulasi dan
yang berasal dari carrier recovery, maka keluaran dari PD I adalah
) 90 cos(ωct− o
) 90 cos(
)
cos(ωct+θd × ωct− °
)] 90 ( ) cos[( 2 1 )] 90 ( ) cos[( 2
1 + + − o + + − − o
= ωct θd ωct ωct θd ωct
) 90 cos( 2 1 ) 90 2 cos( 2
1 + − o + + o
= ωct θd θd
(2.9)
Keluaran dari product detector lalu diumpankan ke dalam Low Pass Filter (LPF)
sehingga [8]
) 90 cos(
2
1 + o
= d
oI
V θ
(2.10)
dengan VoI adalah tegangan keluaran pada I dan θd adalah fasa sinyal
termodulasi.
Apabila masukan dari PD Q adalah )cos(ωct+θd yang berasal dari sinyal
termodulasi dan cosωct yang berasal dari carrier recovery maka keluaran dari
PD Q adalah
] ) cos[( 2 1 ] ) cos[( 2 1 cos )
cos(ωct+θd × ωct = ωct+θd +ωct + ωct+θd −ωct
d d
ct θ θ
ω cos 2 1 ) 2 cos( 2
1 + +
= (2.11)
Keluaran dari product detector lalu diumpankan ke dalam Low Pass Filter (LPF)
d oQ
V cosθ
2 1 =
(2.12)
dengan VoQ adalah tegangan keluaran pada Q dan θd adalah fasa sinyal
termodulasi.
Keluaran dari dan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dengan
memasukkan fasa-fasa pada sinyal termodulasi yaitu 45°, 135°, 225°, 315°.
Tegangan positif (V) mewakili bit 1 dan tegangan negatif (-V) mewakili bit 0. I
Vo VoQ
Tabel 2.2 Tegangan keluaran yang mewakili bit keluaran demodulator.
I
Vo VoQ
Fasa Bit
keluaran
d oQ
V = 12cos θ )
90 cos( 2
1 + o
= d
oI
V θ
I Q
-0,35 0,35 01
45°
-0,35 -0,35 00
135°
0,35 -0,35 10
225°
0,35 0,35 11
315°
2.6 Komponen Pendukung
Sebuah demodulator QPSK tersusun atas beberapa perangkat yaitu Band
Pass Filter(BPF), Carrier recovery, Integrator, Product Detector, Low Pass Filter
(LPF),komparator, Bit-timming recovery, Parallel In Serial Out (PISO).
2.6.1 Band Pass Filter (BPF)
Band Pass Filter merupakan rangkaian yang menghasilkan karakteristik
tanggapan frekuensi dengan tujuan melewatkan frekuensi dari rentang bawah
hingga atas yang telah ditentukan dan menolak frekuensi yang tidak terdapat pada
frekuensi bawah (lower frequency) sampai dengan fh yaitu frekuensi atas (upper
frequency) yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 [9],[10].
Gambar 2.9 Karakteristik BPF [10]
Dari Gambar 2.9 terlihat bahwa passband (PB) merupkan semua frekuensi
yang letaknya berada diantara frekuensi bawah fl dan frekuensi atas fh. Semua
frekuensi tersebut berada di dalam suatu bidang pita frekuensi (bandwidth).
Sedangkan stopband adalah semua frekuensi yang nilainya lebih rendah dari fl
dan juga lebih tinggi dari fh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BPF antara lain :
1. Center Frequency (fo) yaitu frekuensi pusat dari sebuah BPF
l h f
f
fo= (2.13)
dengan fhadalah frekuensi atas dan fl adalah frekuensi bawah.
2. Bandwidth (BW) pada BPF adalah selisih antara frekuensi atas
dan frekuensi bawah.
l h f
f
3. Faktor kualitas (Q) menggambarkan pita dari pass-band. Semakin
kecil Q maka bandwidth akan semakin lebar, sedangkan semakin
besar Q menyebabkan bandwidth semakin sempit [11].
BW f
Q= o
(2.15)
Filter dapat diklasifikasi menjadi filter pasif dan filter aktif. Filter pasif
merupakan filter yang terdiri dari kombinasi resistor (R), kapasitor (C), dan
induktor (L). Sedangkan filter aktif merupakan filter yang terdiri dari kombinasi
resistor (R) dan kapasitor (C) saja [12]. Pada perancangan yang digunakan adalah
filter aktif.
Perancangan akan menggunakan multiple-feedback (MFB) BPF.
Rangkaian ini paling sesuai digunakan untuk perancangan BPF dengan nilai Q
yang rendah (kurang dari 20). Rangkaian multiple-feedback BPF ternormalisasi
adalah seperti Gambar 2.10. Frekuensi pusat geometris ternormalisasi adalah
ω0=1rad/s. Nilai resistansi ternormalisasi adalah fungsi dari Q. Nilai Q yang
diinginkan sudah ditentukan secara langsung dalam rancangan ternormalisasi,
sehingga nilai Q tidak berubah selama proses penskalaan [12].
Untuk merancang BPF aktif digunakan penskalaan frekuensi dan
impedansi (Frequency and Impedance Scaling) dengan prosedur penskalaan
sebaga berikut:
Prosedur penskalaan BPF [12]:
1. Konstanta penskalaan frekuensi (Kf)
r r r
r f
f K
ω π ω
ω 2
= =
(2.16)
r
ω
dengan = frekuensi referensi pada rancangan ternormalisasi ( bisa fo untuk
BPF, biasanya bernilai 1 rad/s)
ωr= frekuensi referensi pada rancangan aktual
2. Konstanta penskalaan impedansi (Kr)
Kr = Level Impedansi pada Rangkaian Aktual (2.17)
Level Impedanse pada Rangkaian Ternormalisasi
Tahap-tahap pengubahan dari rancangan ternormalisasi ke rancangan realistis
• Lakukan penskalaan frekuensi dengan membagi semua C dengan Kf (bisa
juga dilakukan untuk R).
• Tentukan Kr, sehingga nilai elemen aktual mudah didapatkan di pasaran.
• Kalikan semua R dengan Kr dan bagi semua C dengan Kr.
• R untuk gain dan bias ditentukan terpisah.
Dari tahapan pengubahan di atas, nilai komponen dapat diperoleh sebagai berikut:
f ternor basic
K C
C = (2.18)
b. Menentukan Kr
sasi ternormali
aktual r
R R
K =
c. Menentukan Caktual
r basic aktual
K C
C = (2.19)
d. Menentukan Raktual
r ternor aktual R K
R = × (2.20)
2.6.2 Carrier Recovery
Carrier recovery merupakan salah satu bagian penting dalam demodulator
QPSK. Rangkaian tersebut digunakan untuk menghasilkan sinyal pembawa yang
konsisten dengan sinyal pembawa modulator [6]. Carrier recovery dapat
dibangun dengan PLL (Phase Lock Loop) [8]. PLL adalah rangkaian umpan balik
kalang tertutup yang menghasilkan sinyal keluaran yang terkunci (lock) dengan
sinyal masukan [12].
Dua parameter penting dalam operasi PLL adalahcapture range dan lock
range. Capture Range (± fC ) adalah jangkauanfrekuensi di sekitar frekuensi pusat
saat PLL mulai terjadi sinkronisasi. Lock range (± fL ) adalah jangkauan frekuensi
di sekitar frekuensi pusat saat PLL dapat mempertahankan sinkronisasi dari sejak
dapat mempertahankan sinkronisasi pada jangkauan frekuensi yang lebih lebar
dari jangkauan saat terjadi sinkronisasi [12].
Bagian-bagian terpenting dari sebuah PLL antara lain phase comparator,
VCO (Voltage Control Oscilator), dan tapis (Filter) seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Diagram Blok PLL [13]
Jika tidak ada sinyal pemodulasi, maka fasa masukan φi (t) = 0. Jika frekuensi
radian sinyal keluaran VCO tanpa adanya sinyal masukan adalah ωc, maka sinyal
masukan dan keluaran VCO merupakan sinyal sinusoida dengan frekuensi radian
sebesar ωc tetapi berbeda fasa 90°. Sehingga keluaran dari pembanding fasa dan
keluaran dari tapis adalah ve(t) = 0 dan vo(t) = 0. Kalang (loop) menjadi terkunci
(lock) dalam keadaan yang setimbang.
Jika ada sinyal pemodulasi, maka fasa masukan φi (t) akan muncul pada
sinyal masukan. Kedua masukan pembanding fasa akan mempunyai beda
frekuensi dan beda fasa, dan tegangan koreksi ve(t) akan muncul. Tegangan
diumpankan pada masukan VCO. Sinyal ini menyebabkan frekuensi VCO
bergeser sehingga mempunyai frekuensi yang sama dengan sinyal masukan [12].
PLL yang digunakan pada perancangan ini adalah LM 565.
Diagram blok LM565 diperlihatkan pada Gambar 2.12. IC ini
mengandung detektor fasa, penguat, bagian dari tapis kalang (loop filter), dan
VCO. LM565 dapat digunakan pada jangkauan frekuensi dari 0,001 Hz sampai
500 kHz. Keluaran dari VCO mampu menghasilkan gelombang kotak yang cocok
untuk TTL. Bandwidth PLL dapat diatur dari ± 1% sampai lebih dari ± 60%
[12],[13].
Kebutuhan catu daya untuk LM565 adalah dari ±6 V sampai ±12 V dari
dua catu daya. Untuk beberapa penerapan, catu daya tunggal dapat dihubungkan
pada terminal V+ dan V- dengan tegangan dari 12 V sampai 24 V. Spesifikasi
tegangan maksimum untuk IC ini adalah 12 V [12],[13].
Sesuai Gambar 2.12, frekuensi pusat VCO (free running) ditentukan oleh
R1 dan C sebesar [12],[14] 1
1 1 1 1 0
3 , 0 4
2 , 1
C R C R
f = = (2.21)
dengan adalah frekuensi pusat VCO, adalah hambatan pada kaki 8 (timing
resistor) LM565, dan adalah kapasitansi pada kaki 9 (timing capasitor)
LM565.
1
R
o
f
1
Gambar 2.12 Diagram blok LM 565 [12]
Resistor 3,6 kΩ terdapat pada IC sebagai bagian dari loop filter. Jika τ
adalah konstanta waktu yang tergantung pada resistansi (pada data sheet disebut
R2) dan kapasitansi luar C2, maka
2 3 2
2C 3,6 10 C
R = ×
=
τ (2.22)
Lock range (fL) dinyatakan dengan
CC L
V f
f =±8 0 (2.23)
dengan VCC adalah tegangan DC total antara terminal V+ dan V-.
τ π π ±
= L
C
f
f 2
2 1
(2.24)
Gambar 2.13 memperlihatkan kaki-kaki IC PLL LM 565.
Gambar 2.13 IC PLL LM 565 [13],[14]
2.6.2 Penggeser Fasa
Penggeser fasa pada sistem demodulator QPSK digunakan untuk
menggeser fasa keluaran dari carrier recovery sebesar [8]. Rangkaian
penggeser fasa ini menggunakan rangkaian integrator. Integrator merupakan
sebuah rangkain Op-Am yang sinyal keluarannya merupakan integral dari sinyal
masukannya [15]. Rangkaian integrator mengunakan komponen kapasitor sebagai
feedback seperti pada Gambar 2.14.
o
∫
−
= vindt
CR
vo 1
Gambar 2.14 Rangkaian Integrator dasar [15]
Dari rangkaian integrator diatas impedansi masukan dan rangkaian feedback [12]
R Zi = dan
C j Zf
ω 1
= (2.25)
sehingga fungsi alih dari integrator
RC j R
C j Z
Z j
H
i f
ω ω
ω) 1/ 1
( =− =− =− (2.26)
Respon amplitudo
RC M
ω
ω) 1
( = (2.27)
Saat mengalami tegangan DC, kapasitor pada Gambar 2.14 mengalami rangkaian
terbuka (open circuit), sehingga rangkaian akan menjadi rangkaian inverting
dengan penguatan –Rf /Ri [12].
Hubungan kapasitif langsung antara terminal keluaran dan masukan
inverting dapat mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan sistem. Ketidakstabilan
ini merupakan hasil dari pergeseran fasa di jalur atau cabang rangkaian umpan
balikya. Kapasitor kompensasi frekuensi akan menghasilkan pergeseran fasa
parameter-parameter yang bergantung pada frekuensi karena adanya komponen
kapasitor umpan balik [16].
Rangkaian integrator harus dimodifikasi terlebih dahulu untuk mencegah
timbulnya ketidakstabilan Op-Am. Sebuah resistor Rf harus disisipkan diantara
kapasitor umpan balik (C) dan terminal masukan inverting. Resistor ini akan
membantu agar nilai minimum pada jalur umpan balik selalu ada, yang akan
membatasi gain rangkaian seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15 [16].
Gambar 2.15 Rangkaian integrator AC [16]
Impedansi masukan dan impedansi rangkaian feedback [12]
Zi = R dan
(
)
C R j R C j R C j R C j R Z f f f f ff ω ω
ω ω + = + × = = 1 ) / 1 ( / 1 1
|| (2.28)
Fungsi transfer f i f f i f j R R C R j R R j H ωτ ω ω + − = + − = 1 / 1 / )
( (2.29)
Jika τf = RfC adalah konstanta waktu rangkaian feedback
Respon amplitudo 2 2 ) ( 1 / ) ( 1 / ) ( f i f f i
f R R
C R R R M ωτ ω ω + = +
2.6.3 Product Detector (PD)
Product Detector disebut juda pencampur frekuensi (frequency mixer).
Product detector menggunakan prinsip mengalikan sinyal termodulasi dan sinyal
osilator lokal. Pada demodulator QPSK product detector digunakan untuk
mengalikan sinyal keluaran dari carrier recovery dengan sinyal masukan
termodulasi [17].
Product detector memanfaatkan persamaan matematis dari perkalian dua
sinyal. Apabila dua sinyal sinusoidal dikalikan maka, hasilnya terdiri atas
komponen frekuensi yang dijumlahkan dan selisihnya. Jika sinyal osilator
dinyatakan dengan vosc =Voscsinωosct dan sinyal termodulasi dinyatakan dengan
t V
vsig = sig sinωsig , maka perkalian kedua sinyal itu memberikan [17]
t V
V v
vosc sig = oscsinωosc sigsinωsig
= [cos( ) cos( ) ]
2 t t
V V
sig osc sig
osc sig
osc ω −ω − ω +ω
(2.31)
Suku yang mengandung frekuensi ωosc −ωsig biasanya dipilih dengan
penyaringan untuk menghasilkkan sinyal informasi. IC yang digunakan dalam
perancangan demodulator QPSK adalah IC MC 1496.
Arus bias internal pada MC 1496 dapat diatur pada pin 5. Asumsi arus
dinyatakan dengan [18]
12 6
5 I I
I = = (2.32)
sehingga besarnya nilai R5 pada pin 5 dinyatakan dengan
Ω − − −
= ( ) 500
5 5
I V
R φ (2.33)
dengan φ=0.75 pada suhu TA = 25°C dan V=12V
2.6.4 Low Pass Filter (LPF)
Low Pass Filter (LPF) merupakan suatu tapis yang berfungsi untuk
melewatkan semua frekuensi dari 0 (nol) sampai dengan frekuensi cutoff serta
memperlemah semua frekuensi yang berada di atas frekuensi cutoff. Frekuensi
cutoff adalah suatu frekuensi pada saat penguatan tegangannya turun menjadi
-3dB dari penguatan passband. Frekuensi cutoff juga menjadi titik pemisah antara
passband dan stopband [ 9],[10]. Karakteristik ideal dari LPF seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 2.17.
Perancangan menggunakan tapis jenis LPF Butterwoorth dan
diklasifikasikan sebagai filter aktif karena terdiri dari kombinasi RC dan satu
komponen aktif (seperti Op-Amp) dengan feedback [12]. Gambar 2.18 merupakan
rangkaian LPF aktif 2 pole dengan komponen ternormalisasi satu.
Gambar 2.18 Rangkaian LPF aktif dengan 2 pole [12]
Nilai kapasitor ternormalisasi untuk LPF 2 pole yaitu C1 = 1.414 dan C2 =
0.7071 [12]. Untuk merancang LPF aktif digunakan penskalaan frekuensi dan
impedansi (Frequency and Impedance Scaling) dengan prosedur penskalaan yang
sama dengan BPF (2.6.1).
2.6.5 Komparator (Pembanding)
Sebuah komparator akan membandingkan tegangan isyarat pada satu
masukan dengan suatu tegangan acuan pada masukan lainnya [16]. Rangkaian
komparator yang paling sederhana memiliki tegangan sinyal yang dikenakan
langsung pada salah satu dari terminal masukannya, sementara di terminal
masukan lainnya dikenakan tegangan referensi seperti ditunjukkan pada Gambar
Gambar 2.19 Rangkaian Komparator [16]
Keluaran rangkaian komparator akan bertransisi di antara
keadaan-keadaan saturasinya, pada saat sinyal masukan melampaui sebuah nilai tegangan
yang sama dengan tegangan referensi. Jika tegangan masukan lebih besar dari
tegangan referensi, maka tegangan keluaran sama dengan VC. Jika tegangan
masukan lebih kecil dari tegangan referensi, maka tegangan keluaran sama dengan
VE.
2.6.6 Bit-Timing Recovery
Setelah data I dan Q hasil demodulasi diperoleh, diperlukan sebuah detak
dengan frekuensi yang sinkron dengan aliran data I dan Q. Bit-timming recovery
merupakan perangkat yang digunakan sebagai sinkronisasi data yang tersusun
oleh beberapa komponen, di antaranya komparator, delay, gerbang XOR, PLL
[8].
Dari Gambar 2.20 diketahui bahwa komparator digunakan untuk
memperoleh sinyal kotak yang lebih mantap. Kemudian sinyal akan dipecah
menjadi dua, yaitu sinyal keluaran dari komparator dan sinyal yang telah ditunda
beberapa saat (kurang dari satu bit (agar data tidak hilang). Kedua sinyal tersebut
kemudian masuk ke gerbang logika XOR dan masuk ke sistem PLL untuk
memperoleh sinyal-sinyal pemicu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
2.21 [8].
Gambar 2.21 Sinyal pada Bit-timming recovery [8]
2.6.6.1Tunda waktu (Delay)
Untuk menghasilkan tunda waktu dapat menggunakan rangkaian RC
Gambar 2.22 Rangkaian RC
Step respon dari rangkain RC ditunjukkan pada Gambar 2.23 dalam sinyal
eksponensial [19]
τ
t
e t Vin
t
Vout −
= −
) (
) (
1
) 1
( e tτ Vin
Vout = − − (2.34)
dengan
τ= RC (2.35)
Berdasarkan Gambar 2.23 terdapat tiga parameter waktu untuk rangkain
RC yaitu [19]:
1. Rise time ( ) adalah inerval waktu sinyal antara 10% dan 90% saat sinyal
bertransisi dari tegangan rendah (L) ke tegangan rendah (H).
r
t
2. Fall time ( ) adalah interval waktu antara 90% dan 10% dari sinyal saat sinyal
bertransisi dari tegangan tinggi (H) ke tegangan rendah (L).
f
t
3. Delay time (waktu tunda propagasi) adalah interval waktu saat kedua sinyal
bertransisi antara 50% dari sinyal masukan dan 50% dari sinyal keluaran. Hal
ini tergantung pada dua tunda waktu, sinyal keluaran yang berasal dari L ke H
(tpL) atau berasal dari H ke L (tpH).
2.6.6.2Gerbang XOR
Prinsip kerja gerbang logika XOR yaitu jika pada masukan A keadaan
rendah (=0) dan B keadaan tinggi (=1), maka keluaran Y dalam keadaan 1.
Demikian juga jika keadaan masukan A tinggi (=1) dan keadaan masukan B
rendah (=0), maka keluaranY dalam keadaan 1. Tetapi jika kedua masukan A dan
B rendah atau tinggi, maka keluarannya 0 [20].
Tabel 2.3 Tabel kebenaran gerbang XOR [20]
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Tabel kebenaran XOR ditunjukkan pada Tabel 2.3. IC 74LS86 berisi empat
gerbang XOR, ditunjukkan pada Gambar 2.24.
Gambar 2.24 IC 74LS86 [21]
2.6.7 Masukan Paralel Keluaran Serial
Masukan Paralel Keluaran Serial atau Parallel In Serial Out (PISO) terdiri
dari beberapa flip-flop dengan bagian sinyal terkendali asinkron (berupa set data
atau SD) berfungsi sebagai masukan data, sedangkan masukan lainnya tetap atau
telah ditentukan. Elemen register dapat berupa flip-flop D, SR, atau JK [20]. Pada
perancangan akan menggunakan register D flip-flop seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.25. W/S CLK OUT CLR D0 U3 NAND2 U6 DFF D CLK CL R N P RN Q VCC U4 NAND2 U5 DFF D CLK CL R N P RN Q D1 U2 NAND2 Q D U1 NAND2 U7 JKFF J CLK K CL RN P RN Q
Dalam register ini, sinyal pendetak (clock) akan diumpankan secara
bersama-sama, atau serentak ke semua flip-flop. Sinyal pendetak ini akan
menggerakan pergeseran data flip-flop. Karena mode operasi yang digunakan
sinyal pendetak berubah dari negatif ke positif atau tepi naik dari sinyal pendetak,
flip-flop akan menanggapi untuk sinyal kendali D pada setiap tepi pulsa positif.
Setiap kali flip-flop menanggapi, akan terjadi pergesaran satu posisi ke kanan.
Rangkaian PISO diatas menggunakan flip-flop JK dan flip-flop D.
Flip-flop JK digunakan untuk menghasilkan pulsa W/S (Write/Shift). Gambar 2.26
merupakan diagram blok flip-flop JK.
Gambar 2.26 Diagram blok flip-flop JK
JK memiliki dua masukan kendali yang disebut masukan J dan K.
Masukan J dan K berfungsi mengatur apa yang akan dilakukan rangkaian pada
tepi sinyal pendetak. Tabel 2.4 merupakan tabel kebenaran JK flip-flop.
Tabel 2.4 Tabel kebenaran flip-flop JK [20]
Clk J K Q Keadaan
↑ 0 1 0 Reset
↑ 1 0 1 Set
↑ 1 1 Toogle
Jika masukan J dan K sama-sama berada dalam kondisi logika tinggi atau
1, maka flip-flop akan mengalami SET dan RESET secara bergantian. Keluaran Q
dan inverter Q akan dalam keadaan 0 dan 1 secara bergantian atau berlawanan.
Keluaran kedua Q dan komplemennya akan diumpanbalikkan kembali. Inilah
yang mengakibatkan flip-flop berada dalam keadaan SET dan RESET secara
bergantian. Keadaan ini disebut dengan keadaan toogle [20].
Gambar 2.27 IC 74LS76 [23]
IC 74LS76 ditunjukkan pada Gambar 2.27. IC 74LS76 berisi dua flip-flop
JK digunakan sebagai penghasil detak write/shift dengan mode operasi yang
digunakan berubah dari positif ke negatif atau picu turun.
Selanjutnya, data paralel akan dimasukkan ke dalam rangkaian flip-flop D.
Tabel kebenaran flip-flop D terdapat pada Tabel 2.5 dan diagram blok flip-flop D
pada Gambar 2.28.
Tabel 2.5 Tabel kebenarn D flip-flop [20]
D Q Keadaan
0 0 0
1 1 1
IC 74LS74 berisi dua flip-flop D yang akan digunakan sebagai register
geser dengan mode operasi yang digunakkan berubah dari negatif ke positif atau
picu naik [24]. IC 74LS74 ditunjukkan pada Gambar 2.29.
BAB III
PERANCANGAN
Untuk membuat suatu modul Demodulator QPSK diperlukan beberapa
tahapan. Pertama, menentukan cara kerja dan diagram blok Demodulator QPSK.
Kedua melakukan perhitungan nilai-nilai komponen yang akan digunakan. Ketiga
membuat perangkat keras (hardware).
3.1 Cara Kerja Demodulator QPSK
Berdasarkan diagram blok Gambar 2.8 BPF akan menyaring terlebih dahulu
sinyal-sinyal yang masuk pada sistem, kemudian keluarannya akan dipisah menuju ke
bagian Product Detector (PD) kanal I (inphase) dan kanal Q (quadrature) serta
kebagian Carrier Recovery. Rangkaian Carrier Recovery akan menghasilkan sinyal
pembawa seperti sinyal pembawa pada modulator. Sinyal pembawa yang dihasilkan
harus mempunyai frekuensi dan fasa yang konsisten dengan sinyal pembawa
referensi yang dikirimkan.
Sinyal keluaran dari Carrier Recovery akan dikalikan dengan sinyal
termodulasi SSB pada Product Detector I dan Q. Product Detector I akan
mengalikan sinyal termodulasi yang telah ditapis oleh BPF dengan sinyal pembawa
termodulasi yang telah ditapis oleh BPF dengan sinyal pembawa dari keluaran
Carrier Recovery yang telah digeser sebesar 90°.
Sinyal keluaran dari PD akan dimasukan kedalam sistem LPF untuk
melewatkan sinyal informasi saja. Komparator digunakan untuk menghasilkan
gelombang kotak yang mantap, tegangan positif digunakan untuk mewakili logika 1
dan tegangan negatif untuk mewakili logika 0. Bit timing recovery digunakan untuk
mensinkronisasi informasi data kanal I dan Q agar data yang satu tidak terpengaruh
oleh data yang lain. Proses terakhir adalah proses konversi dari data paralel menjadi
deretan data seri.
3.2 Perancangan Perangkat Keras
Untuk menghasilkan sebuah modul Demodulator QPSK dibutuhkan beberapa
perangkat antara lain BPF, Carrier Recovery, Integrator, Product Detector, LPF,
Komparator, Bit-timing recovery, dan register Parallel in serial out (PISO).
3.2.1 Band Pass Filter (BPF)
Perancangan menggunakan rangkaian MFB 2 kutub. Rangkaian ini paling
sesuai digunakan untuk perancangan BPF dengan nilai Q yang rendah (tidak melebihi
20). Rangkaian tapis BPF ternormalisasi ditunjukkan pada Gambar 2.10. Sedangkan
melewatkan sinyal SSB (single side band) saja dari sinyal termodulasi Modulator
QPSK.
Gambar 3.1 Rangkaian tapis BPF aktual
BPF pada Demodulator QPSK akan melewatkan rentang frekuensi dari 80
kHz sampai 100 kHz (bandwidth = 20 kHz) dengan frekuensi pusat 90 kHz. Untuk
merancang BPF aktif digunakan penskalaan frekuensi dan impedansi dengan
prosedur penskalaan seperti pada persamaan (2.16) sampai (2.20).
1. Menentukan Kf menggunakan persamaan (2.16)
Kf 565,486 10 rad/s
1 10 90
2 3 3
× =
× ×
= π
2. Menentukan Cbasicmenggunakan persamaan (2.18)
F
Kf C Cbasic ternor
6
3 1,768 10
10 486 , 565
1 = × −
× =
=
3. Menentukan Kr menggunakan persamaan (2.17)
sasi ternormali
aktual r
R R
R1aktual yang diinginkan 20kΩ, sedangkan Rternor untuk R1=Q
Q dipakai yaitu 4
sehingga
Kr 5000rad/s
4 10 20× 3 =
=
4. Menentukan Raktual menggunakan persamaan (2.20) dengan nilai R ternor
untuk R2 =
1 2Q2 −
Q
dan R3=R4= 2Q
Raktual =Rternor ×Kr
× = Ω
− ×
= 5000 645,16
1 4 2 4 2 2 R
R3 =R4 =2×4×5000=40kΩ
5. Menentukan Caktual menggunakan persamaan(2.19)
aktual basic r C C K = pF K C C r basic aktual 354 5000 10 768 ,
1 × 6 =
=
= −
Gambar 3.2 memperlihatkan tanggapan frekuensi BPF dengan frekuensi pusat 91
kHz. Dari hasil simulasi tersebut dapat diketahui bandwidth dan faktor kualitas dari
BPF berdasarkan persamaan (2.14) dan (2.15)
=100×103 −78×103 =22kHz
BW f
Q= o
09 , 4 10 22
10 90
3 3
= × ×
= (Sesuai dengan perancangan)
Dengan bandwidth 19 kHz, diharapkan frekuensi 100 kHz dapat diperoleh.
Gambar 3.2 Tanggapan frekuensi BPF
3.2.2 Carrier Recovery
Carrier Recovery dibangun dengan PLL menggunakan IC PLL LM 565 yang
dapat digunakan pada jangkauan frekuensi sampai 500 kHz. Frekuensi pusat yang
ingin dicapai adalah 100 kHz. IC LM 565 dapat dilihat pada Gambar 2.13 dan
diagram blok LM 565 pada Gambar 2.12. Perhitungan komponen eksternal IC LM
Dari data sheet dapat dilihat bahwa dengan frekuensi 100 kHz dan timing
resistor yang ingin dicapai 10 kΩ. Maka nilai kapasitor yang dianjurkan adalah Co =
1nF. Ro dapat ditentukan dengan persamaan (2.21)
(2.21)
Ω =
= − k
Ro 3 10 3 , 0 4
Catu daya yang digunakan adalah ±5V. Berdasarkan persamaan (2.23), fLock dapat
dihitung Vcc fo fLock 8 ± = 10 10 100
8× × 3
±
= =±80kHz
Frequency Capture yang diinginkan ±40kHz, sehingga dari persamaan (2.24) dapat
diperoleh nilai konstanta waktu yang tergantung pada resistansi τ
s f f c Lock μ π π
τ 7,958
) 40000 ( 2 10 80 2 2 3
2 × =
× =
=
Dari persamaan (2.22)τ = R2×C2. Jika R2 =3,6kΩ maka dapat dicari nilai C2
nF R
C 2,2
3600 10 958 , 7 6 2 2 = × = = τ −
Gambar 3.3 Rangkaian PLL
3.2.3 Penggeser Fasa
Integrator dapat digunakan sebagai penggeser fasa sebuah sinyal sinusoidal.
Jika sinyal masukan integrator adalah cosωct yang berasal dari Carrier Recovery,
maka berdasarkan persamaan (2.28) keluaran yang dihasilkan oleh integrator
∫
−
= tdt
CR
vo cosω
1
dt CR
vo sinω
1
− =
dt t
CR
Karena tegangan keluaran vo yang diperoleh memiliki fasa yang negatif, maka
diperlukan suatu rangkaian inverting agar diperoleh sinyal dengan fasa positif.
Sehingga keluarannya menjadi
dt t
CR
vo = 1 cos(ω −90°)
Nilai R dan C pada rangkaian integrator dapat diperoleh dari persamaan (2.27)
perbandingan sinyal keluaran dan masukan yang ingin dicapai adalah satu (unity
gain).
RC M
ω
ω) 1
( =
C
R×
× =
π
2 1 1
setelah dilakukan penyederhanaan
6
1 1,6 10
−
× = ×R C
Nilai kapasitor yang dipilih yaitu 100pF, sehingga nilai resistor R1 diperoleh yaitu 16
kΩ.
Rangkaian integrator ditunjukkan pada Gambar 3.4. Untuk mencegah timbulnya
ketidakstabilan Op-Am maka pada rangkaian integrator ditambahkan Rf yang
diparalel dengan kapasitor C1. Nilai Rf besarnya yaitu 10Ri, sehingga diperoleh nilai
Rf sebesar 160kΩ.
Keluaran dari integrator akan menjadi masukan rangkaian inverting unity gain
sehingga diperoleh sinyal keluaran seperti Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Gelombang keluaran integrator
3.2.4 Product Detector (PD)
Product Detector menggunakan IC MC 1496 yang mempunyai frekuensi
maksimum untuk sinyal pembawa sebesar 500kHz. Gambar 3.6 menunjukkan
Gambar 3.6 Rangkaian Product Detector menggunakan MC 1496 [18]
Berdasarkan Gambar 3.6 tegangan masukan sinyal pembawa yang dianjurkan adalah
300mV (rms), sehingga diperlukan pelemahan tegangan.
Arus bias internal MC 1496 diatur pada pin 5. Asumsi arus dinyatakan
berdasarkan persamaan (2.31). Besarnya nilai R5 pada pin 5 berdasarkan persamaan
(2.32) dengan φ = 0.75 pada suhu TA = 25°C dan V = 12V. Besarnya arus I5 pada
MC 1496 sebesar 1mA. Sehingga besarnya R5 adalah
R5 = − Ω
−
− 500
10 . 1
75 . 0 12
3
V
3.2.5 Low Pass Filter (LPF)
Perancangan akan menggunakan rangkaian filter aktif yang terdiri dari dua
kutub, karena dengan dua kutub sudah dapat melewatkan frekuensi 10 kHz. LPF
digunakan untuk menghilangkan frekuensi 100 kHz dan melewatkan frekuensi
informasi 10 kHz, sehingga digunakan frequency cutoff sebesar 15 kHz . Rangkaian
tapis LPF ternormalisasi ditunjukkan pada Gambar 2.18. Rangkaian tapis LPF aktual
ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 LPF dua kutub
Perhitungan nilai kapasitor dan resistor menggunakan penskalaan frekuensi
dan impedansi sebagai berikut:
1. Menentukan Kf berdasarkan persamaan (2.16)
r c f
f K
ω π 2
=
= x 9,42 10 rad/s
1 10 15
2 3 4
× = ×
2. Menentukan Cbasic berdasarkan persamaan (2.18)
Nilai kapasitor ternormalisasi C1 = 1,414 dan C2 = 0,7071
f i normalisas basic K C C = C F F C basic basic 6 4 2 5 4 1 10 5 , 7 10 42 , 9 7071 . 0 10 5 , 1 10 42 , 9 414 . 1 − − × = × = × = × =
3. Menentukan Krberdasarkan persamaan (2.17)
i normalisas aktual r R R K = s rad K K K R r aktual / 10 10 1 10 10 3 × = = Ω =
4. Menentukan Caktual berdasarkan persamaan (2.19)
r basic aktual K C C = pF x x C nF x x C aktual aktual 750 10 10 10 5 , 7 5 , 1 10 10 10 5 , 1 3 6 2 3 5 1 = = = = − −
5. Menentukan Raktual dan Rfaktual berdasarkan persamaan (2.20)
Rfaktual = RfternormalisaixKr
Hasil simulasi tanggapan frekuensi dari LPF buttterwooth dua kutub ini dapat
dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Tanggapan frekuensi LPF
Gambar 3.8 menunjukkan bahwa frekuensi 100 kHz telah dilemahkan
sebesar 33,069 dB, sehingga amplitudonya sangat kecil dan tidak akan
mempengaruhi frekuensi informasi. Frekuensi cut-off yang digunakan 15 kHz,
karena diinginkan pada saat frekuensi 10 kHz penguatan maksimum (0dB).
3.2.6 Komparator
Pada perancangan digunakan tegangan sumber Vcc +5V dan Vee 0V. Hal ini
dilakukan karena keluaran dari komparator selanjutnya akan digunakan sebagai salah
besar dari 2 volt untuk logika 1. Tegangan referensi yang akan digunakan pada
perancangan yaitu 0 volt. Rangkain komparator ditunjukkan pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Komparator
3.2.7 Bit-Timing Recovery
Bit-timing recovery berfungsi menghasilkan detak (clock) untuk rangkain
PISO. Karena pada Demodulator QPSK terdapat dua data yang paralel ( kanal I dan
kanal Q) sehingga diperlukan perioda detak yang besarnya dua kali lebih cepat dari
perioda informasi. Hal ini dilakukan supaya data dari kanal I tidak bertubrukan
dengan data dari kanal Q. Bit-timing recovery dapat dihubungkan pada salah satu
kanal, misalnya kanal I (inphase) atau kanal Q (quadrature) saja.
3.2.7.1Komparator
Komparator yang digunakan disini sama dengan komparator yang dirancang
3.2.7.2Tunda waktu (Delay)
Tunda waktu (delay) disini merupakan tunda waktu yang berasal dari
komparator timing. Tunda waktu pada perancangan akan menggunakan rangkaian RC
yang ditunjukkan pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Rangkaian tunda
Tegangan masukan berasal dari komparotor dengan Vcc 5V dan Vee -5V. Perioda (T)
dari gelombang kotak 0,1ms. Delay time yang ingin dicapai 0,025ms sedangkan
tegangan keluaran yang ingin dicapai 1V. Sehingga dari persamaan (2.34) diperoleh
) 1
( e tτ Vin
Vout = − −
1=5(1−e−0.025mτ)
τ
m
e
025 , 0
1 5
1 = − −
5 4
025 , 0
=
− mτ
e
8 , 0 ln 025
,
0 =
m 0,112m
223 , 0
025 ,
0 =
− − = τ
Dari persamaan (2.35) dengan C = 12nF, maka diperoleh
C
R =τ
Ω =
× ×
= −
−
k
336 , 9 10 12 10 112 , 0
9 3
Keluaran dari tunda waktu (delay) akan dimasukkan ke dalam rangkaian komparator
agar didapatkan sinyal kotak sehingga dapat menjadi masukan gerbang XOR. Hasil
simulasi ditunjukkan pada Gambar 3.11. Tunda waktu yang ingin dicapai tidak
melebihi 1 bit data. Hal ini dilakukan agar data tidak hilang.
Gambar 3.11 Simulasi tunda waktu
3.2.7.3Gerbang XOR
Gerbang XOR ini mendapat masukan dari keluaran komparator timing dan
tunda waktu yang sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan perioda yang dua
3.2.7.4PLL
Keluaran dari XOR akan menjadi masukan bagi PLL, frekuensi yang ingin
dicapai 20kHz. Adapun perancangannya berdasarkan persamaan (2.21 sampai 2.24).
Berdasarkan persamaan (2.21) dan dari data sheet dapat diperoleh nilai Co = 0.01µF
(dari data sheet), sehingga
Ω = ×
= − k
Ro 1,5
10 2 3 , 0 4
Catu daya yang digunakan adalah ±5V. Berdasarkan persamaan (2.23), fLock dapat
dihitung Vcc fo fLock 8 ± = 10 10 20
8× × 3
±
= =±16kHz
Frequency Capture yang diinginkan ±1000Hz, sehingga dari persamaan (2.24) dapat
diperoleh nilai konstanta waktu yang tergantung pada resistansi τ
ms f f c Lock 55 , 2 ) 1000 ( 2 10 16 2 2 3
2 × =
× = × = π π τ
Berdasarkan persamaan (2.22) τ =R2×C2. Jika R2 =3,6kΩ maka nilai C2
nF R
C 707,36
3600 10 55 , 2 3 2 2 = × = = τ −
Gambar 3.12 Rangkaian PLL
3.2.8 Paralell in Serial Out (PISO)
Rangkaian PISO dalam perancangan menggunakan register D flip-flop seperti
pada Gambar 3.13.
W/S CLR U4 NAND2 U6 7476 J1 CLK1 PRN1 CLRN1 K1 Q1 QN1 J2 CLK2 PRN2 CLRN2 K2 Q2 QN2 D1 D0 U3 NAND2 VCC OUT U7 INV U1 NAND2 CLK U2 NAND2 U5 7474 D1 CLK1 PRN1 CLRN1 Q1 QN1 D2 CLK2 PRN2 CLRN2 Q2 QN2
Langkah awal dimulai dengan sinyal kendali reset, sehingga semua keluaran Q akan
menjadi nol. Kemudian data yang masuk D0 dan D1 dimasukkan secara bersamaan
(paralel input) ke flip-flop D. Data D0 sebagai LSB (least significant bit) dan D1
sebagai MSB (most significant bit).
Masukan W/S (WRITE/SHIFT) merupakan kondisi yang menunjukkan
flip-flop D menulis atau menggeser. Jika logika masukan yang digunakan rendah
(Low=0), maka flip-flop D