PEMANCAR MODULASI AMPLITUDO DENGAN
4
FREQUENCY HOPPING
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
disusun oleh :
YOHANES DEDEO INDRA
NIM : 045114060
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
AMPLITUDE MODULATION TRANSMITTER WITH 4
FREQUENCY HOPPING
In partial fulfilment of requirements
for the degree of Sarjana Teknik
Electrical Engineering Study Program
Electrical Engineering Department
Science and Tecnology Faculty Sanata Dharma University
YOHANES DEDEO INDRA
NIM : 045114060
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
Tugas akhir ini dipersembahkan untuk :
Yesus Kristus dan Bunda Maria atas karuniaNya
Kedua orang tuaku tercinta (Agustinus Wuryanto (Alm) dan Rohana Pandiangan)
Kedua adikku tercinta (Bernat dan Wira) , Eyang putri
Atas semangat, doa, serta dukungan secara moril maupun materiil
Teman-temanku semua, khususnya almamaterku Teknik Elektro 2004
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. ( Filipi 4 : 6 – 7 )
vi
pada sistem komunikasi. Frequency hopping mempunyai kelebihan dalam aplikasinya, meliputi kemampuan antijam, penekanan interferensi dari luar,
kemampuan melawan multipath fading, dan keamanan komunikasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan pemancar AM dengan frequency hopping.
Pemancar AM dengan frequency hopping ini terdiri tiga bagian utama yaitu
phase-locked loop, driver dan booster. Phase-locked loop berfungsi sebagai
pembangkit sinyal carrier. Komponen utama phase-locked loop adalah pembangkit
frekuensi referensi, phase detector, low pass filter, voltage-controlled oscillator, pembagi terprogram dan pengendali data masukan pembagi terprogram.
Hasil dari penelitian ini adalah pemancar AM dengan frequency hopping yang
dapat bekerja secara efektif dan dapat digunakan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan dalam radius 5 meter. Pemancar bekerja dengan frekuensi carrier yang bergantian pada empat frekuensi yang berbeda yaitu 900 kHz, 950 kHz,1000 kHz, dan 1050 kHz.
Kata kunci : frequency hopping, phase-locked loop, AM
Frequency hopping technique is one off the spread spectrum technique in communication system. Frequency hopping have several advantages in its application, that are antijam ability, repression of interferensi from the outside, ability to combat multipath fading, and communication security. This research goal is to produce AM transmitter with frequency hopping.
The transmitter consists of three main parts that are phase-locked loop as a carrier signal generator, driver, and booster. The main component of phase-locked loop are reference frequency generator, phase detector, low pass filter, voltage controlled oscillator, programmed divider, and programmed divider input data controller.
The result of the research is that the AM transmitter with hopping frequency can work effectively and can be used both indoor and outdoor in the range of 5 meters. The transmitter operates at four carrier frequencies, 900 kHz, 950 kHz, 1000 kHz, and 1050 kHz.
Keyword : frequency hopping, phase-locked loop, AM.
Halaman
Halaman Judul……….i
Halaman Persetujuan...iii
Halaman Pengesahan...vi
Pernyataan Keaslian Karya...v
Halaman Persembahan dan Motto Hidup...vi
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis...vii
Intisari...viii
Abstract...ix
Kata Pengantar...x
Daftar Isi...xii
Daftar Gambar...xv
Daftar Tabel...xviii
Daftar Lampiran...xix
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Judul...1
1.2 Latar Belakang ...1
1.3. Batasan Masalah...2
1.4 Tujuan dan Mamfaat ...2
1.5 Motodologi Penulisan...3
1.6 Siatematika Penulisan...3
BAB II DASAR TEORI...5
2.1 Modulasi Amplitudo ... 5
2.2 Blok diagram pamancar AM………...7
2.3 Phase Locked Loop…………...………...8
2.3.1 Operasi Phase Locked Loop...10
2.3.2 Detektor Fasa...11
2.3.3 Voltage Controlled Oscillator...12
2.3.4 Low Pass Filter...13
2.4 Osilator...14
2.5 Frequency Hopping...17
2.6 Penguat Kelas A...19
2.7 Penguat Tertala...24
2.7.1 Rangkaian Tala………....………...25
2.7.2 Penguat RF yang Ditala………..………....26
BAB III PERANCANGAN ……….………..…………31
3.1 Diagram Blok Sistem Komunikasi Radio AM Frequency Hopping……….….…...31
3.2 Diagram Blok Perancangan Pemancar AM Frequency Hopping ...32
3.3 Rancangan Rangkaian Tiap Blok……….…..…..33
3.3.1 Osilator dengan Menggunakan PLL………33
3.3.1.1 Rangkaian Osilator Referensi.……….33
Controlled Oscillator... 35
3.3.1.3 Rangkaian Pembagi Terprogram...37
3.4 Rangkaian Driver………...40
3.5 Rangkaian Booster...43
3.6 Modulator AM……….43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perangkat Keras Hasil Perancangan……….47
4.2 Hasil Pengujian Alat Secara Keseluruhan………48
4.2.1 Pengujian Transmisi Pemancar………..48
4.2.2 Pengujian Saat Hopping……...52
4.3 Pengujian Setiap Blok………...54
4.3.1 Frekuensi Pembagi 10 kHz……….54
4.3.2 Frekuensi Referensi 1 kHz………..55
4.3.3 Voltage Controlled Oscillator………56
4.3.4 Pembagi Terprogram………..58
4.3.5 Driver dan Booster……….60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………63
5.2 Saran………..63
DAFTAR PUSTAKA...64
LAMPIRAN ...L
Gambar 2.1 Bentuk gelombang carrier …….…………... 6
Gambar 2.2 Bentuk gelombang pemodulasi ………. 6
Gambar 2.3 Bentuk gelombang termodulasi... 7
Gambar 2.4 Diagram blok sistem pemancar AM...……… 7
Gambar 2.5 Diagram blok umum PLL...………. 9
Gambar 2.6 Operasi phase-locked loop………. 10
Gambar 2.7 Dua gelombang sinus dengan fasa berbeda.………... 11
Gambar 2.8 Karakteristik VCO...………. 13
Gambar 2.9 Tanggapan frekuensi low pass filter (LPF).……… 14
Gambar 2.10 Low pass filter (LPF) pasif RC...….. 14
Gambar 2.11 Diagram blok osilator... 15
Gambar 2.12 Pemodelan amplifier untuk kondisi sinyal kecil...…… 16
Gambar 2.13 Teknik frequency hopping...……… 17
Gambar 2.14 Interferensi pada transmisi frequency hopping... 19
Gambar 2.15 Garis beban AC dan DC penguat kelas A……….. 20
Gambar 2.16 Rangkaian Penguat Kelas A………... 21
Gambar 2.17 Rangkaian Ekivalen AC………. 23
Gambar 2.18 Rangkaian tertala seri ……….……..………... 25
Gambar 2.19 Rangkaian tertala paralel..………. 26
Gambar 2.20 Rangkaian Penguat Common Emitter (CE) Tertala... 27
Gambar 2.21 Grafik Ic-hfe transistor 2N2222A ………. 28
Gambar 2.22 Rangkaian ekivalen hybrid-πuntuk BJT.. ……... 28
Gambar 3.3 Tampak atas IC pembagi 1.000 CD4060B ………….……... 34
Gambar 3.4 Tampak atas IC pembagi 10 74LS90……….. 34
Gambar 3.5 Rangkaian pembangkit frekuensi referensi 1kHz... 35
Gambar 3.6 Blok diagram IC CD4046...………... 36
Gambar 3.7 Rangkaian Detektor Fasa dan VCO dengan IC4046... 37
Gambar 3.8 IC TC9122P.………... 38
Gambar 3.9 Diagram blok IC TC9122P ………….………. 38
Gambar 3.10 Rangkaian lengkap pembagi terprogram……… 39
Gambar 3.11 Rangkaian Driver……… 43
Gambar 3.12 Rangkaian penguat tertala RF... 46
Gambar 3.13 Rangkaian Modulator... 46
Gambar 4.1 Blok Pemancar AM Hopping……….. 47
Gambar 4.2 Pengujian Transmisi Pemancar……….. 49
Gambar 4.3 Sinyal Informasi 1 kHz yang dikirim………. 49
Gambar 4.4 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 900 kHz.. 50
Gambar 4.5 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 950 kHz.. 50
Gambar 4.6 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 1000 kHz. 50 Gambar 4.7 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 1050 kHz. 50 Gambar 4.8 Spektrum Frekuensi dengan Frekuensi Carrier 900 kHz…... 51
Gambar 4.9 Spektrum Frekuensi dengan Frekuensi Carrier 950 kHz…... 51
Gambar 4.10 Spektrum Frekuensi dengan Frekuensi Carrier 1000 kHz…. 52
Gambar 4.11 Spektrum Frekuensi dengan Frekuensi Carrier 1050 kHz…. 52
Gambar 4.14 Gelombang keluaran IC 74LS90 frekuensi referensi 1 kHz.. 55
Gambar 4.15 Sinyal keluaran Rangkaian VCO 900 kHz……….. 56
Gambar 4.16 Sinyal keluaran Rangkaian VCO 950 kHz ………. 56
Gambar 4.17 Sinyal keluaran Rangkaian VCO 1000 kHz ………... 57
Gambar 4.18 Sinyal keluaran Rangkaian VCO 1500 kHz ………... 57
Gambar 4.19 Sinyal keluaran pembagi terprogram ………. 59
Gambar 4.20 Grafik perbandingan frekuensi dengan penguatan rangkaian booster……….. 61
Tabel 3.1 Pembagian frekuensi dalam bentuk BCD... 39
Tabel 4.1. Keterangan dan fungsi umum blok – blok rangkaian pemancar
AM……….. 48
Tabel 4.2. Data Pengamatan kestabilan Frekuensi Hopping... 53 Tabel 4.3. Galat Frekuensi Carrier pada Rangkaian VCO... 58
Tabel 4.4. Penguatan Tegangan (Av) masing - masing Frequency Hopping
dengan perubahan amplitudo masukan dengan frekuensi
tetap (1 kHz)... 60
Tabel 4.5. Jarak Pancar Maksimum masing-masing Sinyal termodulasi
pada Pemancar AM………. 61
Rangkaian lengkap pemancar AM dengan 4 frequency hopping……… L1
Datasheet CD4060B ……… L2
Datasheet SN74LS90……….. L3
Datasheet CD4046……… L4
Datasheet TC9122P ………... L5
Datasheet 2SC2026……….. L6
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Pemancar Modulasi Amplitudo dengan 4 Frequency Hopping (Amplitude
Modulation Transmitter with 4 Frequency Hopping).
1.2 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir, perkembangan sistem komunikasi berbasis
spread spectrum sangat pesat [1]. Sistem komunikasi dengan teknik spread spectrum mempunyai kelebihan dalam aplikasinya, meliputi kemampuan antijam, penekanan interferensi dari luar, kemampuan melawan multipath fading, dan keamanan komunikasi.
Pada teknik spread spectrum, lebar bidang transmisi yang digunakan jauh
lebih besar dari pada bandwidth minimum yang dibutuhkan untuk mentrasmisikan
informasi. Salah satu teknik spread spectrum adalah Frequency Hopping Spread
Spectrum (FHSS).
Frequency hopping merupakan perpindahan atau lompatan dari satu frekuensi yang satu ke frekuensi yang lain dalam satu pita frekuensi. Frekuensi-
frekuensi yang berada dalam satu bandwidth akan menempati frekuensi-frekuensi tersebut secara acak ataupun yang telah ditentukan sebelumnya secara otomatis
per satuan detik [2]. Teknik frequency hopping sangat bagus digunakan dalam
sistem komunikasi wireless seperti pada sistem komunikasi radio AM broadcast.
Bandwidth yang padat karena semakin banyak stasiun radio AM yang beroperasi sehingga beresiko muncul permasalahan-permasalahan diatas.
Penelitian sebelumnya telah menghasilkan sistem komunikasi AM
broadcast yang hanya menggunakan dua frekuensi carrier dan tidak ada sinkronisasi antara pemancar dan penerima. Oleh karena itu penulis
mengembangkan suatu perangkat pemancar AM dengan empat frequency hopping
yang tersinkronisasi dengan penerima. Pengembangan ini dilakukan agar
diperoleh mamfaat yang lebih efektif dalam mengatasi resiko masalah.
1.3 Batasan Masalah
Perangkat pemancar AM dengan frequency hopping yang dibuat memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
1. Menggunakan frekuensi carrier 900 kHz, 950 kHz, 1000 kHz, dan 1050 kHz.
2. Periode perpindahan tiap frekuensi carrier (frequency hopping period) yang terjadi sebesar 0,25 detik.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah merancang dan
membuat suatu perangkat pemancar AM dengan frequency hopping.
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca dalam
memanfaatkan teknologi komunikasi serta sebagai referensi yang dapat
mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan komunikasi termodulasi
1.5 Metodologi Penelitian
Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa metodologi penelitian
yang terdiri dari :
1. Studi pustaka dengan mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi,
baik dari buku, makalah maupun internet mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pemancar AM dan frequency hopping.
2. Merealisasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk perancangan dan
pembuatan hardware.
3. Melakukan pengujian terhadap hasil perancangan agar dapat diketahui hasil
secara realistis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan penerima AM
dengan 4 frekuensi hopping. Sinyal keluaran dari pemancar akan disinkronisasi oleh sebuah perangkat sinkronisasi. Penerima harus bisa
menerima sinyal yang telah disinkronisasi pada empat frekuensi berbeda
secara bergantian. Jika pada pengujiannya tidak terdapat penerima, maka
menggunakan empat contoh frekuensi radio broadcast yang sama.
4. Menganalisis hasil pengujian dan membandingkan dengan teori yang ada.
5. Mengambil kesimpulan terhadap perancangan dan pengujian yang telah
dilakukan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada tugas akhir ini adalah:
Bab ini berisi judul, latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan pemancar AM dan
frequency hopping.
BAB III PERANCANGAN
Bab ini berisi penjelaskan tentang alur perancangan pemancar AM dengan
frequency hopping.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi data hasil pengujian alat dan analisa pembahasan dari hasil
penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DASAR TEORI
Pemancar AM (Amplitude Modulation) merupakan alat yang digunakan
untuk memancarkan sinyal yang telah dimodulasi amplitudo. Penulis mencoba
untuk menerapkan teknik frequency hopping dalam pemancar AM ini. Frequency
hopping diterapkan dengan mengubah-ubah frekuensi carrier secara periodis yang
diatur dengan urutan tertentu. Pengaturan perubahan frekuensi carrier
menggunakan PLL (phase locked loop). PLL memberi kemudahan dalam
mengatur frekuensi carrier secara periodis.
2.1 Modulasi Amplitudo
Modulasi adalah proses penumpangan sinyal-sinyal informasi yang
berfrekuensi rendah pada sinyal pembawa (carrier) [3]. Modulasi amplitudo
merupakan salah satu jenis modulasi yang mengubah amplitudo sinyal carrier
dengan frekuensi tetap. Dalam modulasi amplitudo, suatu tegangan yang
sebanding dengan sinyal modulasi ditambahkan kepada amplitudo sinyal carrier.
Sinyal carrier dinyatakan dengan [3]
( )
(
)
ec t = Ec max cos
ω
c t +φ
c (2.1)dengan Ec max merupakan amplitudo sinyal carrier,
ω
c adalah frekuensi sudutcarrier, dan
φ
c adalah fasa carrier. Bentuk gelombang pembawa ditunjukkanpada Gambar 2.1.
Sedangkan sinyal pemodulasi dinyatakan dengan
( )
(
)
em t = Em max cos
ω
m t +φ
m (2.2)dengan Em max merupakan amplitudo sinyal pemodulasi,
ω
m adalah frekuensisudut pemodulasi, dan
φ
m adalah fasa pemodulasi. Bentuk gelombang pemodulasiditunjukkan pada Gambar 2.2.
Proses modulasi menghasilkan sinyal termodulasi yang dinyatakan dengan
e
(
t)
=[
Ec max e+ t]
(
ω
t +φ
)
m ( ) cos (2.3)
Bentuk gelombang termodulasi ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.1 Bentuk Gelombang Carrier [3]
Gambar 2.3 Bentuk Gelombang Termodulasi [3]
2.2 Blok diagram pemancar AM
Bentuk dasar pemancar AM ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Osilator Driver Booster
Modula tor
Gambar 2.4 Diagram Blok Sistem Pemancar AM [3]
Keterangan dari setiap blok sistem adalah sebagai berikut [3]:
1. Osilator digunakan sebagai penghasil sinyal carrier yang akan dimodulasi oleh sinyal informasi.
2. Driver berfungsi untuk menguatkan tegangan karena amplitudo sinyal keluaran osilator masih kecil.
4. Modulator adalah pengubah parameter sinyal carrier agar informasi yang akan ditumpangkan pada sinyal carrier lewat sebuah trafo modulator mempunyai daya yang cukup. Modulator AM digunakan
sebagai alat untuk memodulasi sinyal informasi dengan sinyal dari
osilator, sehingga menghasilkan gelombang termodulasi.
5. Antena pemancar digunakan untuk memancarkan sinyal termodulasi
yang berupa sinyal elektromagnetik.
2.3 Phase Locked Loop
Phase Locked Loop (PLL) adalah suatu sistem dengan sinyal umpan balik yang digunakan untuk menghasilkan fasa sinyal keluaran yang tersinkronisasi
(lock) dengan fasa sinyal masukan[4]. Bentuk sinyal masukan bisa berupa sinyal sinus atau digital. PLL dapat digunakan sebagai filter, sintesa frekuensi, kontrol
kecepatan motor, modulasi-demodulasi dan beragam aplikasi lain. Kemampuan
self-correcting membuat PLL mampu untuk melacak perubahan frekuensi dari sinyal masukan.
Dua parameter penting dalam operasi PLL adalah Capture Range dan
Lock Range. Capture Range ± fC adalah jangkauan/range frekuensi di sekitar frekuensi pusat saat PLL mulai terjadi sinkronisasi. Lock range ± fL adalah jangkauan/range frekuensi di sekitar frekuensi pusat saat PLL dapat
mempertahankan sinkronisasi, dari sejak mulai terjadi. Secara umum lock range
jangkauan frekuensi yang lebih lebar dari jangkauan saat terjadi sinkronisasi.
Diagram blok PLL terlihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Diagram Blok Umum PLL [5]
Sinyal masukan dapat berupa gelombang sinus atau kotak yang memiliki
frekuensi radian ωi dan fasa θi. Keluaran dari phase detector diumpankan ke filter dan dikuatkan untuk mengontrol frekuensi osilator (VCO). Keluaran VCO adalah
gelombang sinus atau kotak dengan frekuensi ωo dan menjadi masukan kedua
phase detector. Pada dasarnya PLL memiliki dua kegunaan utama, yaitu menghasilkan tegangan V3 yang mengontrol VCO dan frekuensi ωo sebagai masukan VCO. Secara sederhana fasa dan frekuensi sudut dapat dirumuskan
dengan [5]
ω = dθi (2.4)
i dt
ω = dθo (2.5)
2.3.1 Operasi
Phase Locked Loop
Gambar 2.6a menunjukkan jika kedua masukan detektor fasa adalah sinyal
sinusoida dengan frekuensi ωFR dengan fasa sama, maka beda fasa akan sama
dengan nol dan tegangan v1, v2, v3 pada Gambar 2.5. juga sama dengan nol. Tegangan v3 menjadi masukan VCO agar keluaran tetap pada frekuensi ωFR yang sama dengan ωi, sehingga loop terjaga atau yang sering disebut equilibrium loop. Jika frekuensi naik maka ωi berubah naik dan θi semakin besar, sehingga θi
dengan θo yang menyebabkan terjadi bada fasa seperti pada Gambar 2.6 b [5].
Gambar 2.6 (a) Kedua masukan memiliki frekuensi dan fasa yang sama, beda fasa konstan. (b) Peningkatan frekuensi masukan menyebabkan kesalahan positif fasa
∆θ[5]
Dengan adanya beda fasa (∆θ), maka muncul tegangan v1 yang ditapis dan dikuatkan sehingga tegangan v3 semakin tinggi. Kecepatan sudut ωo akan naik mencapai ωo yang sama dengan ωi, sehingga kedua vektor berotasi pada
Saat kondisi lock tercapai, tegangan v3 proposional terhadap frekuensi VCO. Jika ωi sama dengan ωo, maka
3
v = ωi −ωFR ko
(2.6)
dengan ωFR adalah kecepatan radian frekuensi running, ko adalah konstanta.
2.3.2 Detektor Fasa
Detektor fasa adalah rangkaian pendeteksi perbedaan sudut fasa dan beda
frekuensi antara dua gelombang masukan dan membangkitkan suatu keluaran
berupa tegangan koreksi dari perbedaan fasa yang terjadi [6]. Gambar 2.7
menunjukkan ada perbedaan fasa pada dua gelombang sinus f 1 sebagai sinyal
referensi dan f 2 sebagai sinyal dari VCO dengan perbedaan sudut sebesar sudut
θ
e (phase error).Gambar 2.7 Dua Gelombang Sinus dengan Fasa berbeda [6]
Sinyal referensi pembanding fasa dianggap gelombang sinus, dengan
persamaan
)( sin[
( )
]u1 t = U1
ω
n t +θ
1 tdengan sudut fasa
θ
1 merupakan bagian dari fungsi waktu (t) dan dianggapθ
1 = 0untuk t < 0. Sedangkan pada t ≥ 0 nilai
θ
1 = ∆φθ
1 (t) = ∆ uφ
(t) (2.8)dengan u
( )
t adalah fungsi unit step. Fungsi merupakan bagian dari modulasi fasa(modulasi berbeda), sedang untuk perubahan frekuensi (frekuensi dan fasa
berbeda) yaitu pada modulasi frekuensi, maka persamaan sinyal referensi menjadi
(
)
u1 = U1 sin(
ω
o t +ω
∆ t ) = U1 sin
ω
o t +θ
1(2.9)
Sudut fasa
θ
1 dapat ditulis sebagaiθ
(
t)
= ∆ tω
1 (2.10)
Sinyal yang akan dibandingkan ( f 2 ), yaitu sinyal dari osilator VCO,
adalah sinyal keluaran dengan persamaan
2
u
(
t)
U=[
2 cos
ω
o t +θ
2(
t)
]
(2.11)Jika pembanding fasa digunakan pada sistem PLL linier dan bekerja pada
π frekuensi tengahnya, maka terdapat beda fasa sebesar
( )
antara sinyal2 90o
referensi dengan sinyal keluaran. Jika dua sinyal adalah sinyal fungsi sinus dan
fungsi kosinus, maka beda fasa
θ
e =θ
1 −θ
2 menjadi bernilai 0.2.3.3 Voltage Controlled Oscillator
Voltage controlled oscillator (VCO) adalah suatu osilator elektronik yang frekuensi keluarannya diatur oleh suatu tegangan masukan DC yang diberikan[4].
Pada saat tegangan masukan pada VCO sama dengan nol, VCO akan
yang masuk ke dalam VCO bernilai positif, frekuensi VCO akan lebih besar dari
pada fo. Saat tegangan yang masuk ke dalam VCO bernilai negatif, maka
frekuensi VCO akan bernilai lebih kecil daripada fo. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Karakteristik VCO [14]
2.3.4 Low Pass Filter
Filter adalah rangkaian yang menghasilkan karakteristik tanggapan frekuensi yang telah ditentukan dengan tujuan melewatkan rentang frekuensi
tertentu dan menekan/menolak rentang frekuensi yang lain[7]. Sedangkan low pass filter (LPF) adalah filter yang mampu melewatkan frekuensi rendah saja. Penapisan diperlukan agar tegangan kendali pada VCO berupa tegangan dc murni.
Untuk itu diperlukan filter pelewat rendah. Filter pelewat rendah ini dapat dibangun dengan kombinasi resistor dan kapasitor. Tanggapan frekuensi untuk
Gambar 2.9 Tanggapan Frekuensi Low Pass Filter (LPF)
R1
input C1 output
Gambar 2.10 Low Pass Filter (LPF) Pasif RC
Frekuensi cut off filter (fc) dihitung menggunakan persamaan (2.12) dengan fc adalah frekuensi cut off filter, R1 adalah resistor filter dan C1 adalah kapasitor filter.
= 1
f c
π
(2.12)
2 1R1C
2.4 Osilator
Rangkaian osilator merupakan rangkaian yang dapat membangkitkan
gelombang sendiri. Pada dasarnya osilasi dapat dibangkitkan dengan adanya
umpan balik untuk berosilasi dan adanya pembangkitan sendiri (self-excitation).
Osilator juga dapat dimodelkan sebagai amplifier berumpan balik positif. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 2.11[3]. Setiap gangguan kecil pada masukan terhadap
kepada masukan. Jika sinyal umpan balik mempunyai amplitudo yang cukup dan
fasanya tepat, maka proses dapat menghasilkan pembentukan suatu sinyal yang
menopang sendiri atau osilasi.
Pada Gambar 2.11 masukan dikalikan penguatan depan A untuk
memberikan keluaran . Keluaran dari B diumpan balikan untuk memberikan
masukan . Jadi, AB = atau AB=1 adalah kondisi yang diperlukan untuk
menopang osilasi. Hal ini dikenal sebagai kriteria Barkausen.
Gambar 2.11 Diagram Blok Osilator [3]
Dalam praktek, biasanya penguatan A tidak bergantung pada frekuensi dan
mendapatkan suatu pergeseran fasa 180°. Dalam kondisi close-loop, besarnya A
harus sama dengan besarnya 1/B agar dapat mempertahankan osilasi. Jaringan
umpan balik B terdiri atas komponen pasif yang merupakan elemen penentu
frekuensi dan memberikan pergeseran fasa 180°, sehingga total pergeseran fasa
saat close-loop menjadi 360°.
Analisis sinyal kecil pada umumnya digunakan untuk memantapkan
kondisi start bagi osilasi dan frekuensi saat osilasi itu terjadi. Analisis sinyal kecil memanfaatkan konsep impedansi dan admitansi yang ditetapkan untuk bentuk
akan melewati tahapan transient dari keadaan awal permulaan hingga keadaan
steady akhir. Dalam steady state akhir, transistor biasanya bekerja dalam kondisi sinyal besar, sehingga parameter sinyal kecil tidak berpengaruh. Sinyal kecil
menghasilkan kondisi minimum yang diperlukan agar osilasi dapat dipertahankan
dan menunjukkan ketergantungan frekuensi pada parameter rangkaian.
Rangkaian umpan balik harus dalam kondisi close-loop sehingga
persamaan Barkhausen AB=1 selalu berlaku. Jaringan umpan baliknya merupakan
suatu rangkaian pasif, oleh karena itu amplifier gain harus berubah secara otomatis untuk mempertahankan A=1/B seiring dengan meningkatnya osilasi
sampai kepada kondisi steady state.
Gambar 2.12 (a) Rangkaian amplifier sinyal kecil ekivalen dengan generator arus bergantung tegangan dan (b) Generator tegangan bergantung
tegangan [3]
Gambar 2.12(a) menunjukkan pemodelan amplifier untuk kondisi sinyal
kecil yang didasarkan pada model hybrid-π sinyal sinyal kecil. Impedansi
masukan merupakan impedansi masukan transistor yang peralel dengan
transistor yang paralel dengan komponen bias keluaran. Impedansi umpan balik adalah yang ada di dalam amplifier seiring dengan yang diberikan oleh
jaringan umpan balik eksternal B. Gambar 2.12(b) diperoleh dari Gambar 2.12(a)
dengan mengubah sumber arus Norton menjadi sumber tegangan ekivalen
Thevenin.
2.5 Frequency Hopping
Frequency hopping (FH) atau lompatan frekuensi adalah perubahan frekuensi sinyal pembawa secara periodis yang diatur oleh algoritma tertentu.
Frekuensi ini akan membawa informasi selama periode tertentu dan berpindah ke
frekuensi yang lain , begitu seterusnya seperti diperlihatkan Gambar 2.13[9].
Gambar 2.13 Teknik Frequency Hopping [9]
Stasiun penerima juga harus melakukan perpindahan frekuensi dengan lompatan
yang sama supaya informasi yang dikirimkan dapat diperoleh kembali.
Frequency hopping (FH) merupakan salah satu dari teknik spektrum tersebar (spread spectrum). Bandwidth yang digunakan jauh lebih lebar dari
bandwidth minimum yang diperlukan untuk mengirimkan informasi yang sama jika menggunakan frekuensi pembawa tunggal.
Pemancar FH hanya dapat mengirimkan data pada setiap frekuensi dalam
jumlah yang sangat terbatas, karena perioda antar lompatan frekuensi sangat
singkat (400µs – 577 µs) berbeda untuk setiap sistem komunikasi digital. Perioda
antar lompatan ini disebut chip atau time slot.
Lompatan dari satu frekuensi ke frekuensi yang lain diatur secara
berurutan atau secara acak dengan menggunakan sandi pseudorandom. Sandi
pseudorandom adalah sandi acak yang mempunyai deretan sandi yang akan terulang secara periodis dalam perioda yang cukup lama. Dengan mengacak pola
lompatan, sinyal pengganggu (interfering signal) diharapkan dapat dihindari. Jika interferensi muncul dan mengganggu salah satu kanal berfrekuensi, misal f2, maka sinyal pembawa akan selalu mengalami gangguan tetapi hanya saat berada pada
Gambar 2.14 Interferensi pada Transmisi Frequency Hopping [9]
Sinkronisasi merupakan hal yang sangat penting dalam FH karena waktu
dan frekuensi harus terdeteksi secara benar pada penerima. Pemancar harus selalu
melakukan sinkronisasi dengan penerima. Untuk sinkronisasi awal, pemancar
akan berada pada frekuensi tertentu (parking frequency) sebelum komunikasi dimulai. Jika interferensi muncul pada frekuensi ini, maka pemancar akan
kesulitan dalam melakukan FH dan melakukan sinkronisasi dengan penerima.
2.6 Penguat Kelas A
Driver dibangun dari penguat kelas A karena lebih efisien dalam penguatan sinyal kecil. Gambar 2.15 menunjukkan garis beban AC dan DC
beserta titik kerja penguat kelas A. Garis yang dibatasi oleh titik A dan B
merupakan garis beban AC dan garis yang dibatasi oleh titik C dan D merupakan
putus AC. Penguat kelas A mempunyai titik kerja sepanjang garis beban antara
titik A dan titik B atau daerah aktif transistor.
Pada saat transistor mencapai titik jenuh, VCE sama dengan nol sehingga diperoleh [10]
(
I C sat ) =
T
CQ I
CEQV
+
T
rC
(2.13)
Sedangkan pada saat transistor mencapai titik putus, IC sama dengan nol, sehingga tegangan putus AC sebesar
CEV ( cut ) =
CEQV
+ I CQ Cr
T T (2.14)
dengan IC(sat) adalah arus jenuh AC, VCE(sat) adalah tegangan putus AC, ICQT adalah arus kolektor DC, VCEQT adalah tegangan kolektor emitor DC dan rC merupakan resistansi AC.
Gambar 2.15 Garis Beban AC dan DC Penguat Kelas A [10]
Penguatan tegangan penguat kelas A dapat dinyatakan dengan
A = − Cr (2.15)
dengan AV adalah penguatan tegangan dan re merupakan resistansi dalam transistor. Resistansi dalam transistor merupakan resistansi yang dihasilkan
dengan adanya arus DC yang mengalir dalam transistor. Harga resistansi dalam
dapat dinyatakan dengan
r = mV25
I e
T
CQ
(2.16)
dengan ICQT adalah arus kolektor DC. Gambar 2.16 merupakan rangkaian penguat
kelas A.
Vcc
R1 L
C3
C1 RL
Input
R2
RE C2
Gambar 2.16 Rangkaian Penguat Kelas A [10]
Persamaan loop tegangan yang melingkari basis adalah
VBE + I E RE −VBQ + I B RBQ = 0 VB = VBE + VE
Karena I E I B
β
, maka persamaan 2.17 dapat disederhanakan menjadi(
)
(2.17)
(2.18)
dengan I E I C adalah arus kolektor, β adalah penguatan arus transistor, RBQ
adalah resistansi thevenin, RE adalah resistansi emitor, VBQ adalah tegangan
thevenin dan VBE merupakan tegangan basis emitor. Resistansi thevenin dari Gambar 2.16 adalah
R = 1R 2R
BQ
+
1
R 2R (2.20)
Sedangkan tegangan thevenin diperoleh dengan
VBQ = R2
R1 + R2
CCV (2.21)
Tegangan kolektor ke emitor sebesar
CEQ V
=
CCV
−I EQ RE ; IEQRE = VE (2.22)
Agar menjadi penguat kelas A yang baik, rangkaian harus mempunyai
faktor kualitas rangkaian Q dan faktor kualitas kumparan QL yang tinggi. Secara praktis harga minimum faktor kualitas rangkaian sebesar 10, sedangkan faktor
kualitas induktor sebesar 50. Harga faktor kualitas induktor adalah
Q = X L L RS
(2.23)
dengan XL adalah reaktansi induktif dan RS merupakan resistansi kumparan seri Reaktansi induktif dapat dinyatakan dengan
X L =
π
2 f r L (2.24)dengan XL adalah reaktansi induktif, fr adalah frekuensi sinyal masukan dan L merupakan induktor. Sesuai dengan teorema kumparan, persamaan 2.23 dapat
diubah menjadi
dengan RP adalah resistansi paralel kumparan.
Gambar 2.17 Rangkaian Ekivalen AC [10]
Pada Gambar 2.17 terdapat kapasitor gandeng masukan (C1) dan kapasitor gandeng keluaran (C3). Dengan menggunakan rangkaian ekivalen AC seperti ditunjukkan Gambar 2.17 dapat ditentukan impedansi masukan (Rin) sebesar
inR = R1 // R2 //
β
er (2.26)Jaringan masukan mempunyai frekuensi sebesar
= 1
fin
π
(2.27)
2 (1CRin )
dengan fin adalah frekuensi masukan. Demikian pula jaringan keluaran mempunyai frekuensi keluaran
f out = 1 +
2
π
(Rp RL )C3(2.28)
dengan fout adalah frekuensi keluaran, Rp adalah resistansi kumparan, RL adalah resistansi beban dan C3 adalah kapasitor gandeng keluaran.
Rout re + 1
R // 2R (2.29)
β
Frekuensi pada jaringan emitor (fE) adalah
= 1 (2.30)
f E
π
2 Rout C2
dengan Rout adalah resistansi keluar yang menghadap kapasitor emitor dan C2 merupakan kapasitor emitor.
Daya pada penguat berkaitan erat dengan tegangan catu yang diberikan
[10]
i
P dc) = VccICQ(
(2.31)
Daya output AC diberikan ke beban (RL) dengan persamaan
P (ac) = V
2
CE ( p) (2.32)
o
R
2 L
Efisiensi daya maksimum (ηMAX) adalah
η
MAX = Po (ac) Pi (dc)(2.33)
dengan Po(ac) adalah daya output dan Pi(dc) adalah daya input [10].
2.7 Penguat Tertala
Penguat tertala adalah penguat yang mempunyai bandwidth sangat sempit,
karena memiliki Quality Factor (Faktor Q) yang besar [3]. Faktor Q disebut juga dengan faktor kualitas yang dapat didefinisikan sebagai perbandingan reaktansi
2.6.1 Rangkaian Tala
Rangkaian ini biasa dipakai dalam tapis ( filter), osilator, dan penguat radio. Rangkaian tala terdiri induktor dan kapasitor baik secara seri seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.18 maupun paralel seperti ditunjukkan pada Gambar
2.19[3].
C1 r L1
V1
1 2
SIGNAL AC
Gambar 2.18 Rangkaian tertala Seri [3]
Persamaan rangkaian tertala seri adalah [3]
Zs = r + jX (2.34)
Zs = r + j ( ωL - 1 ) (2.35)
C
ω
dengan adalah impedansi sumber, r adalah resistor, ω adalah kecepatan radian, L adalah lilitan, dan C adalah kapasitor.
Besarnya impedansi adalah
Karena
Zs = r 2 +
X 2 (2.36)
ωL = 1 (2.37)
maka
ω = 1 (2.38)
LC
sehingga frekuensi tala/resonansi dapat dihitung dengan
fo = 1 (2.39)
2
π
LCR L
C
1 2
SIGNAL AC
Gambar 2.19 Rangkaian tertala Paralel [3]
Frekuensi resonansi pada rangkaian tertala paralel adalah
1 2
fo = 1
− R (2.40)
Jika L2 >> R2 , maka
fo =
π
2 LC 2L
1
(2.41)
2
π
LC2.6.2 Penguat RF Yang Ditala
Gambar 2.20 menunjukkan rangkaian penguat common emitter (CE) dengan rangkaian keluaran dan masukan tertala. C3 dan C4 adalah kapasitor
pemblokir dc dengan reaktansi yang dapat diabaikan pada frekuensi tinggi.
Gambar 2.20 Rangkaian Penguat Common Emitter (CE) Tertala [3]
Penguat-penguat tertala untuk frekuensi radio (radio frequency, RF)
digunakan untuk memberikan penguatan dan selektivitas ujung depan (front end)
pada pesawat penerima radio untuk memisahkan sinyal masuk dari antena,
sehingga didapatkan penyaringan (filtering) bandpass yang tepat yang diperlukan penguat intermediated frequency (IF).
Analisis DC pada rangkaian tertala CE adalah sebagai berikut[11]
a. Bagian Keluaran
Vcc = Ic.Rc + Vce + Ie.Re (2.42)
dengan Vcc adalah sumber tegangan, Ic adalah arus pada collector, Vce adalah tegangan antara collector dan emitter, dan Ie adalah arus pada emitter.
b. Bagian Masukan
Vcc = .Ib Rb + Vbe + .Ie Re
(2.43)
Nilai Ic dan β dapat diperoleh dengan grafik Ic-hfe (pada suhu kamar) yang
Gambar 2.21 Grafik Ic-hfe Transistor 2N2222A [12]
Analisis AC Pada Rangkaian Tertala CE Menggunakan Rangkaian
hybrid-π Untuk BJT[3]. Rangkaian ekivalen hybrid-π adalah konfigurasi
rangkaian berbentuk π, dan unit-unitnya campuran (hybrid) yang mengandung
pembangkit arus yang tergantung tegangan. Rangkaian ekivalen hybrid-π untuk
transistor bipolar junction (sambungan dua kutub) yang disederhanakan ditunjukkan Gambar 2.22.
Terminal B,E, dan C adalah terminal base, emitter, dan collector. Terminal B' adalah internal bagi transistor dan ditunjukkan karena extrinsic base resistance
( ) harus diperhitungkan pada frekuensi tinggi.
Rangkaian pada Gambar 2.19 memiliki elemen yang berpengaruh pada
tanggapan frekuensi tinggi. Elemen-elemen tersebut adalah :
a. Transkonduktans yang dirumuskan dengan
= (2.44)
dengan = 26 mV pada suhu ruang.
b. Resistansi keluaran
=
(2.45)dengan sebagai tegangan awal.
c. Resistansi masukan adalah
=
(2.46)dengan βo adalah penguatan arus pada frekuensi rendah.
d. Kapasitansi keluaran collector ( ) adalah kapasitansi deplesi sambungan isolasi collector ke substrate yang terjadi pada bias terbalik (reverse-biased). Biasanya bernilai kecil dibanding kapasitansi lain.
e. Kapasitansi collector ke-base ( ) adalah kapasitansi deplesi sambungan
collector ke-base pada bias terbalik. Nilai ( ) dapat diperbesar dengan efek
f. Kapasitansi base-to-base ( ) adalah kapasitansi dari sambungan base ke
emitter pada bias maju ( forward bias) yang terdiri dari
• adalah fungsi bias maju pada sambungan dan dispesifekasikan
untuk kondisi tertentu.
• adalah kapasitansi difusi dengan fungsi terkonduktans
= (2.47)
dengan adalah waktu untuk pembawa minoritas melalui basis.
g. Resistansi bulk base material ( ) adalah resistansi yang muncul antara
terminal luar dan bagian aktif sambungan base-emitter. Biasanya ( ) diabaikan
PERANCANGAN
3.1 Diagram Blok Sistem Komunikasi Radio AM
Frequency
Hopping
Sistem komunikasi radio AM Frequency Hopping (FH) mempunyai blok-
blok utama penyusun sistem seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 Pada
bagian pemancar (Transmitter, Tx) terdapat blok tone generator yang berfungsi
untuk membangkitkan sinyal sinkronisasi dari empat frekuensi carrier. Empat
frekuensi carrier yang telah tersinkronisasi tersebut kemudian diterima oleh
penerima AM (Receiver, Rx) secara bergantian sesuai waktu yang telah ditentukan. Rx mempunyai blok tone detector untuk menerima sinyal sinkronisasi yang berfungsi untuk mendeteksi sinyal yang diterima sesuai dengan sinyal yang
ditransmisikan dari tone generator.
Gambar 3.1 Blok Diagram Umum Sistem Komunikasi Radio AM FH
3.2 Diagram Blok Perancangan Pemancar AM
Frequency
Hopping
Sistem perangkat pemancar AM FH terdiri dari osilator referensi, detektor
fasa, Low Pass Filter, Voltage Controlled Oscillator, pembagi terprogram, dan komponen-komponen pendukung lainnya. Diagram blok dari sistem pemancar
AM FH yang akan dirancang ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram Blok Pemancar AM FH
Pemancar AM ini bekerja pada empat frekuensi carrier yaitu 900 kHz,
950 kHz, 1000 kHz, 1050 kHz. Sinyal informasi yang digunakan berasal dari
AFG (Audio Function Generator), sedangkan untuk osilator referensi menggunakan osilator kristal yang akan dibandingkan dengan sinyal keluaran
pembagi terprogram yang masuk ke detektor fasa. Keluaran pembagi terprogram
ini akan dibandingkan dengan frekuensi referensi di detektor fasa, sehingga
carrier yang diinginkan. Keluaran detektor fasa merupakan sinyal dengan tegangan rata-rata sesuai karakteristik detektor fasa. LPF berfungsi untuk meloloskan komponen frekuensi rendah dan menghilangkan komponen frekuensi
tinggi dari keluaran detektor fasa.
Waktu tunda perpindahan antar frekuensi carrier yang direncanakan sebesar 0,25 detik. Driver dan booster digunakan untuk menguatkan tegangan sinyal agar dapat ditransmisikan menuju perangkat penerima AM. Sinkronisasi
tidak dibahas pada penelitian ini dan akan dibahas pada penelitian lain.
3.3
Rancangan Rangkaian Tiap Blok
3.3.1 Osilator Dengan Menggunakan PLL
Penentuan spesifikasi sistem perlu dilakukan untuk memberikan batasan
dalam menentukan ukuran dan kemampuan alat yang akan dibuat. PLL yang
dirancang mempunyai frekuensi keluaran 900 kHz, 950 kHz, 1000 kHz, dan 1050
kHz , frequency step 1 kHz, dan waktu 0.25 detik. Frekuensi keluaran merupakan
frekuensi carrier yang diharapkan. Frequency steps adalah perubahan frekuensi tiap clock. Waktu 0.25 detik adalah waktu perpindahan antar frekuensi carrier.
3.3.1.1 Rangkaian Osilator Referensi
Osilator referensi akan menentukan besar langkah frekuensi (frequency
step) yang terjadi. Osilator kristal dipilih agar frekuensi yang dihasilkan
stabil. Osilator referensi menggunakan kristal berfrekuensi 10,245 MHz.
digunakan untuk masukan IC CD4060B. Frekuensi dari osilator referensi adalah
1kHz namun tidak ada osilator kristal dengan frekuensi 1 kHz, sehingga
digunakan osilator kristal 10.245 MHz. Oleh karena itu perlu ada IC pembagi dan
kapasitor variabel.
IC CD4060B digunakan sebagai pembagi 1000 sehingga keluaran dari IC
ini adalah 10,245kHz. Tampak atas IC CD4060B ditunjukkan pada Gambar 3.3
Sinyal keluaran IC CD4060B diumpankan ke IC 74LS90 yang berfungsi sebagai
pembagi 10 sehingga frekuensi yang dihasilkan nantinya adalah 1 kHz. Tampak
atas IC 74LS90 ditunjukkan pada Gambar 3.4 Rangkaian pembangkit frekuensi
referensi 1 kHz ditunjukkan pada Gambar 3.5
Gambar 3.3 Tampak Atas IC pembagi 1.000 CD4060B [12]
vcc 5volt R17 9 10 11 12 16 CD4060B/SO U10 Ø0 Ø0 Ø1 RST VDD Q4 7 Q5 5 Q6 4 Q7 6 Q8 14 13
Q9 Q10 15 Q12 1 Q13 2
3
U5
14
A
1 B 2 R0(1) 3
R0(2)
6 R9(1) 7
R9(2)
12
QA 9 QB 8 QC 11 QD ke VCO 100K Q14 74LS90 10.240Mhz Y 1 C20 100pF C15 39pF DIV 10 DIV 1000
Gambar 3.5 Rangkaian pembangkit frekuensi referensi 1 kHz [12]
3.3.1.2 Rangkaian Detektor Fasa,
Filter
dan
Voltage Controlled
Oscilaltor
Perancangan VCO dan detektor fasa menggunakan IC CD4046. Blok
diagram IC CD4046 ditunjukkan pada Gambar 3.6 VCO pada IC CD4046
Gambar 3.6 Blok diagram IC CD4046 [14]
Gambar 3.7 merupakan rangkaian VCO dan detektor fasa dengan IC
CD4046 dan rangkaian eksternal. Tegangan yang akan diberikan pada masukan
VCO akan mengendalikan frekuensi yang dibangkitkan. Frequency range
ditentukan oleh kapasitor trimmer yang terhubung ke pin 6 dan pin 7. Pada pin 13 dan pin 9 terdapat resistor (R3) dan kapasitor (C2) yang berfungsi sebagai filter. Jika menggunakan tegangan Vcc 5 volt, maka nilai C2 ≥100 pF dan
vcc 5volt
output pembagi terprogram input pembagi terprogram
output osilator referensi C1
100pF
U12
3
CIN
4 VCOUT 14 SIN
6 CX 7
5 CX
INH
11 R1 12
R2
1
PP P1 2 P2 13
9 VCOIN DEMO 10 15 ZEN R3 10K C2 74HC4046/SO 0.1uF R1 10K VCO RS 10K R4 10K
Gambar 3.7 Rangkaian Detektor Fasa dan VCO dengan IC4046 [14]
3.3.1.3 Rangkaian Pembagi Terprogram
Pembagi terprogram (programmable divider) menggunakan IC TC9122P.
Sistem ini menggunakan pembagian langsung, yaitu 4 digit bilangan bagi yang
terdiri dari N1, N2, N3, dan N4. Masing-masing adalah pembagi ribuan, ratusan,
puluhan, dan satuan.
Logika pembagi ini adalah logika TTL dengan tegangan Vdd = 5 volt. IC
ini akan membagi sinyal masukan sesuai dengan bilangan desimal yang
diumpankan pada masukan IC. Masukan berasal dari keluaran VCO dan keluaran
diumpankan ke masukan rangkaian detektor fasa sebagai masukan yang akan
dibandingkan dengan VCO. Gelombang dengan Vpp max = 5 V diumpankan ke
TC9122P ditunjukkan pada Gambar 3.8 Diagram blok IC TC9122P ditunjukkan
pada Gambar 3.9.
Gambar 3.8 IC TC9122P [15]
Gambar 3.9 Diagram blok IC TC9122P [15]
Pembagian bilangan ditunjukkan pada Tabel 3.1. dengan frekuensi yang
digunakan adalah f1 = 900 kHz, 2f = 950 kHz, = 1000 kHz, = 1050 kHz.
Frekuensi yang diharapkan dari keluaran pembagi terprogram adalah 1kHz untuk
dibandingkan dengan frekuensi dari osilator referensi. Keluaran dari VCO 900
kHz dibagi 900, 950 kHz dibagi 950, 1000 kHz dibagi 1000, 1050 kHz dibagi
1050 untuk menghasilkan frekuensi 1 kHz. Tabel 3.1. menunjukkan pembagian
Tabel 3.1. Pembagian Frekuensi dalam Bentuk BCD [15]
Frekuensi
Ribuan
(N1)
Ratusan
(N2)
Puluhan
(N3) Satuan (N4)
900kHz 00 1001 0000 0000
950kHz 00 1001 0101 0000
1000kHz 01 0000 0000 0000
1050kHz 01 0000 0101 0000
Rangkaian lengkap pembagi terprogram ditunjukkan pada Gambar 3.10.
out v co v cc gnd in v co J20 1 1050 D5 DIODE D2 DIODE D3 J16
1 18 2 17 3 16 4 15 5 14 6 13 7 12
1 1000 1 1 950 DIODE
8 11 9 10
TC9122P
900
D1
DIODE
3.4 Rangkaian
Driver
Driver dirancang dengan penguat kelas A dengan menggunakan transistor 2SC2026[16]. Pada datasheet arus kolektor IC yang dibutuhkan untuk mengaktifkan transistor adalah sebesar 50 mA. Dalam penguat kelas A yang
ideal, arus kolektor sama dengan arus DC yang mengalir pada emitor dan
tegangan VCE bernilai ½ Vcc, sehingga dengan persamaan (2.22) tegangan emitter diperoleh sebesar
VE = Vcc −VCE = 12 −6 = V6
Menurut hukum Ohm arus dan tegangan, resistansi RE adalah
R = VE = 6 = Ω
120 50 10−
E I x 3
C
Tegangan basis dihitung dengan persamaan (2.18)
VB = 0 7, + VE = 0 7, + 6 = ,6 V7
Dengan tegangan catu (Vcc) 12 V, tegangan basis 6,7 V dan R2 sebesar 20 KΩ
maka R1 adalah
( )
31
R = Vcc −VB VB
R2
=
12( − ,6 7)20 x10 = 15 8
, ,6 7
x103 = 15 8, KΩ≈15KΩ
Dalam rangkaian AC setiap induktor mempunyai reaktansi. Sehingga
1050 kHz dan dengan menggunakan persamaan (2.24), reaktansi induktor
diperoleh sebesar
X L = 2 f
π
r LX L (900) = 2
π
900. 103
33.x 10−6 =
,186 Ω6x
X L (950) = 2
π
950. 103
33.x 10−6 =
.196 Ω9x
X L
1000(
) = 2
π
10 00.
103
33.x 10−6 = ,207 Ω3x
X L
1050(
) = 2
π
10 50.
103
33.x 10−6 = 217 7,x Ω
Secara praktis harga faktor kualitas induktor minimal adalah 50, sehingga
resistansi paralel dari hasil konversi resistansi induktor didapat dari persamaan
(2.25) sebesar
RP = LQ X L
RP (90) = 50
186.
,6 = Ω9330
RP (95) = 50
196.
,9 = Ω9845
RP
1000(
=
) 50
207. ,3 = Ω10365
RP
1050(
=
) 50
disesuaikan. Dengan menggunakan persamaan (2.28), nilai kapasitor gandeng
keluaran adalah
C 1 1 18 95, pF
(1 90) =
π
= =π
+ 3
+
2 f 90 (RP (90) RL (90) ) 2 900. x10 9330.( )0
C 1 1 17 01, pF
(1 950) =
π
= =π
+ 3
+
2 f 950 (RP (950) RL (950) ) 250. 9 x10 9845.( )0
C 1 1 15 35, pF
1 1000 ( =
)
π
= =π
+ 3
+
2 f1000 (RP
1000( ) RL 1000( ) ) 2 1000. x10 10365.( )0
C 1 1 13 92, pF
1 1050 ( =
)
π
= =π
+ 3
+
2 f1050 (RP
1050( ) RL 1050( ) ) 2 1050. x10 10885.( )0
Dari perhitungan di atas nilai kapasitor C1 dipilih sebesar 39 pF.
Kapasitor pintas emitter digunakan untuk melewatkan arus AC dan menahan arus DC. Dengan persamaan (2.29) dan β sebesar 200, resistansi
theveninya adalah
r = 25mV
3
−
= 25 10x = 0 5,
I e
T
CQ 50 10x
−3
R re + 1R // 2R = 0 5,
+ 15KΩ// 20KΩ= ,43 Ω355
out
β
200Dengan persamaan (2.30) nilai kapasitor pintas emitor didapatkan sebesar
C 1 1 ,4 07nF
C 1 1 3 86, nF
2(950 ) = π = π = 3
2 f r Rout 2 .950 x10 .43 355,
C 1 1 3 67, nF
2 1000 ( =
) π = π =
3 2 f r Rout 2 .1000x10 .43 355,
C 1 1 .3 49nF
2 1050 ( =
) π = π =
3 2 f r Rout 2 .1050x10 .43 355,
Dengan perbandingan perhitungan di atas, nilai kapasitor C2 dipilih
sebesar 10nF. Gambar 3.11 menunjukkan rangkaian lengkap driver.
Gambar 3.11 Rangkaian Driver
3.5 Rangkaian
Booster
Rangkaian booster yang digunakan adalah penguat RF (Radio Frequency)
yang berfungsi sebagai penguat sinyal yang dipancarkan ke antena dan juga
berfungsi sebagai pembatas frekuesi-frekuensi lain selain yang diinginkan.
Perancangan penguat RF tertala untuk pemancar AM ini memiliki spesifikasi
frekuensi tengah 975 kHz dengan bandwidth sebesar 25 kHz.
Penentuan nilai-nilai komponen dilakukan dengan perhitungan-
perhitungan berikut:
1. Perancangan untuk sinyal AC:
Dengan menggunakan persamaan (2.39) diperoleh
Jika kita mengasumsikan nilai L adalah 1µH, maka
1 × 10 −6 × C = 0.02665 × 10 −12
2. Perancangan bias DC:
• Bagian keluaran:
Transistor yang digunakan adalah 2SC2026. Dari datasheet bisa diketahui
nilai β dan nilai Ic yang digunakan adalah 50 mA. Diasumsikan nilai hambatan
Nilai IB adalah
Maka, nilai Re dapat dihitung sebagai berikut:
• Bagian masukan :
Dengan menggunakan persamaan (2.43) akan dihitung nilai-nilai
komponen lain,
12 = 6,599
Rangkaian penguat tertala RF ditunjukkan Gambar 3.12.
26.65n C1 21600
RB
1u 33u
L1 C3 v o
12V 33u
C2
V2
Q1
117.4 R2
100u C4
200 R3
Gambar 3.12 Rangkaian Penguat tertala RF
3.6 Modulator AM
Modulator adalah sebuah penguat suara yang berguna untuk menghasilkan
sinyal informasi yang akan dimodulasi pada sinyal frekuensi radio. Modulator
AM digunakan sebagai alat untuk memodulasi sinyal informasi dengan sinyal
carrier, sehingga menghasilkan gelombang termodulasi. Dalam perancangan ini rangkaian modulator dibangun oleh sebuah penguat suara yang memiliki daya
keluaran sebesar 1W. Pada keluaran penguat ini disambung dengan masukan
transformator (OT 426). Rangkaian modulator ditunjukkan pada Gambar 3.13.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perangkat Keras Hasil Perancangan
Hasil perangkat keras yang dirancang terdiri dari satu bagian perangkat
keras pemancar AM. Gambar 4.1 merupakan perangkat pemancar AM frequency
hopping yang telah dibuat. Keterangan pada blok rangkaian dari pemancar AM berdasarkan nomor – nomor yang tertera pada Gambar 4.1 ditunjukkan pada
Tabel 4.1.
1 5
4
3 2
6
Gambar 4.1 Blok Pemancar AM Hopping
Tabel 4.1. Keterangan dan fungsi umum blok – blok rangkaian pemancar AM
No Nama Bagian Fungsi Umum
1. Power supply Sumber catu daya pada pemancar AM.
2. Osilator referensi dan VCO Pembangkit frekuensi referensi dan
mengendalikan frekuensi yang
dibangkitkan.
3. Pembagi Terprogram Pengatur pembangkit frekuensi carrier.
4. Driver dan Booster Penguat sinyal modulasi sebelum dipancarkan.
5. Modulator Memodulasi sinyal informasi dengan sinyal
carrier.
6. Switcht frekuensi carrier Pembangkit frekuensi carrier 900 kHz sampai 1050 kHz.
4.2 Hasil Pengujian Alat Secara Keseluruhan
4.2.1 Pengujian Transmisi Pemancar
Pengujian transmisi sinyal termodulasi dilakukan dengan model sistem
yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 Pengambilan data transmisi menggunakan
satu pemancar AM FH serta satu penerima AM FH. Pemancar mengirimkan
sinyal informasi dengan empat frekuensi carrier 900 kHz, 950 kHz, 1000 kHz,
1050 kHz. Sinyal yang dikirim akan diterima oleh pesawat penerima AM yang
Gambar 4.2 Pengujian Transmisi Pemancar
Pemancar juga diuji untuk membuktikan bahwa pemancar bekerja dengan
modulasi amplitudo. Dengan sinyal informasi sinusoida berfrekuensi 1 kHz yang
terlihat pada Gambar 4.3 didapat bentuk gelombang seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.4 sampai Gambar 4.7. Dari keempat gambar tersebut terlihat
bahwa pemancar bekerja dengan modulasi amplitudo.
Gambar 4.4 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 900 kHz
Gambar 4.5 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 950 kHz
Gambar 4.6 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 1000 kHz
Gambar 4.7 Modulasi Amplitudo dengan Gelombang Carrier 1050 kHz
Gambar 4.8 sampai Gambar 4.11 menunjukkan spektrum frekuensi
frekuensi 900 kHz, 950 kHz, 1000 kHz, 1050 kHz memiliki spektrum frekuensi
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi yang stabil di 900 kHz, 950 kHz,
1000 kHz, 1050 kHz. Pengamatan spektrum frekuensi pada pemancar bertujuan
mengetahui ketepatan penalaan sinyal modulasi yang dipancarkan.
Gambar 4.8 Spektrum Frekuensi dengan Frekuensi Carrier 900 kHz
Gambar 4.10 Spektrum Frekuensi dengan Frekuensi Carrier 1000 kHz
Gambar 4.11 Spektrum Frekuensi dengan Frekuensi Carrier 1050 kHz
4.2.2 Pengujian Saat
Hopping
Pengujian saat hopping dilakukan dengan sistem yang ditunjukkan pada
Gambar 4.12 Sinyal keluaran blok pemancar diukur dengan menggunakan
frequency counter dari 0 - 180 detik, pengambilan data dilakukan sebanyak 6 kali
dengan kelipatan waktu tiap 30 detik. Data yang didapat ketika proses hopping
PEMANCAR AM DENGAN HOPPING
frequency counter
Gambar 4.12 Pengujian kestabilan Pemancar Saat Hopping
Dari Tabel 4.2. nilai rata-rata dan prosentase rata-rata error dari empat frekuensi carrier dapat dihitung. Nilai rata-rata dihitung dengan persamaan
X =
∑
frekuensiN (4.1)dengan X adalah nilai rata-rata,
∑
frekuensi adalah penjumlahan seluruh nilaifrekuensi yang diuji, dan N adalah banyaknya data yang diuji. Prosentase rata-rata
error dapat dihitung dengan persamaan.
Prosentase error = NilaiPerancangan −X
NilaiPerancangan 100x % (4.2)
Tabel 4.2. Data Pengamatan kestabilan Frequency Hopping
Waktu (detik)
Frekuensi 1 (kHz)
Frekuensi 2 (kHz)
Frekuensi 3 (kHz)
Frekuensi 4 (kHz) 30 899.092 950.583 1000.94 1051.37
60 899.094 950.628 1000.95 1051.29
90 899.051 950.652 1001.26 1051.47
120 899.111 950.682 1004.85 1052.23
150 899.061 950.693 10001.07 1021.11
180 898.965 950.760 1001.25 1053.88
X 899.1 950.667 1001.72 1051.89
Dari Tabel 4.2. terlihat bahwa persen rata-rata error (%) frekuensi carrier kecil yaitu 0.104 % untuk frekuensi carrier 900 kHz, 0,07 % untuk frekuensi carrier
950 kHz, 0,173 % untuk frekuensi carrier 1000 kHz dan 0,18 % untuk frekuensi
carrier 1050 kHz. Prosentase error tersebut menunjukkan bahwa pemancar memiliki frekuensi carrier yang stabil saat hopping berlangsung.
4.3 Pengujian Setiap Blok
4.3.1 Pembagi Frekuensi 10 kHz
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai tingkat
kestabilan frekuensi pembagi. Gambar 4.13 menunjukkan gelombang keluaran
rangkaian pembangkit frekuensi referensi 10 kHz dari IC 4060.
Gambar 4.13 Gelombang keluaran IC 4060 Frekuensi pembagi 10 kHz
Berdasarkan Gambar 4.13 nilai frekuensi yang terukur dapat dihitung
f = 1 (4.3)
T2 − 1T
Nilai pembangkit frekuensi pembagi adalah
f = 1 = 1 = 10kHz
−150 ×10 −6 −
50( ×10
−6
) 100 ×10 −6
Jadi rangkaian pembangkit frekuensi pembagi yang dibuat telah bekerja sesuai
dengan perancangan yaitu 10 kHz.
4.3.2. Frekuensi referensi 1KHz
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai frekuensi
referensi. Keluaran osilator referensi menentukan frekuensi keluaran yang
digunakan sebagai step frekuensi 1kHz. Gambar 4.14 menunjukkan gelombang
keluaran rangkaian pembangkit frekuensi referensi 1 kHz dari IC 74LS90. Nilai
frekuensi referensi pada Gambar 4.14 memperlihatkan bahwa rangkaian
pembangkit frekuensi pembagi yang dibuat telah bekerja sesuai dengan
perancangan yaitu 1 kHz.
4.3.3.
Voltage Controlled Oscillator
Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa VCO mampu
menghasilkan 4 frekuensi carrier yang berbeda tanpa sinyal informasi. Frekuensi yang dihasilkan sesuai dengan perancangan yaitu 900 kHz, 950 kHz, 1000 kHz,
1050 kHz yang ditunjukkan pada Gambar 4.15 sampai Gambar 4.18.
Gambar 4.15 Sinyal keluaran Rangkaian VCO 900 kHz
Gambar 4.17 Sinyal keluaran Rangkaian VCO 1000 kHz
Gambar 4.18 Sinyal keluaran Rangkaian VCO 1050 kHz
VCO menghasilkan tegangan yang sama saat frekuensi bergantian yaitu
sebesar V = V