• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, SIKAP, LINGKUNGAN BELAJAR DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMU KOLESE DE BRITTO Studi Kasus: Siswa Kelas X SMU Kolese De Britto SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, SIKAP, LINGKUNGAN BELAJAR DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMU KOLESE DE BRITTO Studi Kasus: Siswa Kelas X SMU Kolese De Britto SKRIPSI"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, SIKAP, LINGKUNGAN BELAJAR DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMU KOLESE DE BRITTO

Studi Kasus: Siswa Kelas X SMU Kolese De Britto

SKRIPSI

Disusun Oleh :

THOMAS EDY NOOR YUNANI 991324038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juli 2007

Penulis

Thomas Edy Noor Yunani

(7)

vii ABSTRAK

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, SIKAP, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA KOLESE DE BRITTO

Studi Kasus: Siswa Kelas X SMA Kolese de Britto

Thomas Edy Noor Yunani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara: (1) motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi; (2) sikap dengan prestasi belajar ekonomi; (3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar ekonomi;(4) strategi pembelajaran dengan prestasi belajar ekonomi.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kolese de Britto yang berjumlah 242 siswa. Sampel yang diambil berjumlah 60 siswa, dengan metode random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Spearman Rank.

(8)

viii ABSTRACK

THE CORRELATION ANALYSIS BETWEEN LEARNING MOTIVATION, ATTITUDE, LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING STRATEGY AND

LEARNING ACHIEVEMENT IN STUDYING ECONOMICS OF

THE FIRST GRADE STUDENTS OF DE BRITTO SENIOR HIGH SCHOOL A Case Study at the First Grade Students of De Britto Senior High School

Thomas Edy Noor Yunani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aim of this research is to examine and analyze whether there is positive and significant correlation between: (1) learning motivation and learning achievement in studying economics; (2) attitude and learning achievement in studying economics; (3) learning environment and learning achievement in studying economics; (4) learning strategy ang learning achievement in studying economics.

The populations of this research were 242 students of the first grade of De Britto Senior High School, and 60 students taken as samples. The technique of samples drawing was Random Sampling. The techniques of data collection were questionnaire and documentation. The technique of data analysis was Spearman Rank.

The result of this research shows that there is positive and significant correlation

between: (1) learning motivation and learning achievement in studying economics (r = 0,326, p = 0,011 < 0,05); (2) attitude and learning achievement in studying

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas

rahmat dan karuniaNya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga skripsi

yang berjudul “Analisis Hubungan antara Motivasi Belajar, Sikap,

Lingkungan Belajar, dan Strategi Pembelajaran dengan Prestasi Belajar

Ekonomi Siswa Kelas X SMA Kolese De Britto”, dapat penulis selesaikan

dengan baik.

Terselesaikannya penyusunan skripsi ini, juga dikarenakan bantuan dari

berbagai pihak, yaitu dalam bentuk dorongan, saran, bimbingan dan perhatian,

sehingga sepantasnya penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang

dengan sabar membimbing serta memberi masukan dan dorongan

kepada penulis selama menyusun skripsi.

5. Drs. P.A. Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

(10)

x

6. Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd., yang telah memberi masukan

kepada penulis selama menyusun skripsi.

7. Drs. Th. Sukristiyono selaku kepala sekolah SMA Kolese De Britto,

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

8. F.X. Agus Hariyanto, S.E., S.Pd., yang telah membantu penulis dalam

melakukan studi dokumentasi.

9. H. Franky Ari Andri Prianto, S.Pd., selaku guru mata pelajaran

ekonomi yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Siswa Kelas X SMA Kolese De Britto yang telah meluangkan waktu

untuk mengisi angket penelitian.

11.Sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan

Akuntansi (Mbak Titin, Mbak Aris, Pak Wawiek) yang

telah membantu dalam berbagai macam urusan dalam penyusunan

skripsi ini sampai selesai.

12.Kedua orang tuaku (Calixtus Sudijana dan Antonia

Sunarti): tiada kata dari anakmu ini yang

mampu membalas perhatian, nasehat,

bimbingan, dorongan dan doa kalian,

sehingga aku bisa menyelesaikan

(11)

xi

13.Kakakku Albertus Hery Novie Artha; Mas aku

lulus..!! Thanks doamu!! Mbak Rose..makasih

juga doanya!! Semoga kalian langgeng....

14.Emiliana Uut Swisty Kusuma, thanks for your

kindness...!!!!

15.Indra “Gendol” pokokke sip-sip.., Iswanto

“Gendon”, Tatang “Goaangg”, Doddy “Kobiss”,

Anton “Bagyo”, Niken, Andi”02, Kirjo, pokokke

‘merdekaaa...’!! ojo lali lé kekancan!!

16.Mas Dedy: jebul sido lulus aku, nuwun

doané!

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang

telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir

kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

1. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi ... 9

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11

B. Motivasi Belajar ... 14

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 14

2. Tipe-tipe Motivasi ... 15

3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi ... 20

4. Manfaat Motivasi dalam Belajar ... 22

5. Karakteristik Siswa yang Mempengaruhi Motivasi ... 23

6. Prinsip-prinsip Motivasi ... 24

1. Pengertian Lingkungan Belajar ... 31

2. Klasifikasi Lingkungan Belajar ... 31

E. Strategi Pembelajaran ... 35

(13)

2. Syarat-syarat Penggunaan Metode Mengajar ... 37

3. Macam-macam Metode Mengajar ... 37

4. Ciri-ciri Pengajar yang Baik ... 46

F. Penelitian Sebelumnya ... 50

G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliatian ... 56

2. Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel ... 58

E. Variabel Penelitian, Indikator dan pengukuran ... 59

1. Motivasi Belajar ... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMA Kolese De Britto ... 78

(14)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 90

1. Motivasi Belajar ... 91

2. Sikap ... 92

3. Lingkungan Belajar ... 93

4. Strategi Pembelajaran ... 94

5. Prestasi Belajar Ekonomi ... 96

B. Teknik Analisis Data ... 97

1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 97

a. Uji Normalitas ... 97

b. Uji Linearitas ... 99

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 103

1. Pengujian Hipotesis ke-1 ... 103

2. Pengujian Hipotesis ke-2 ... 104

3. Pengujian Hipotesis ke-3 ... 105

4. Pengujian Hipotesis ke-4 ... 105

D. Pembahasan ... 106

1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 106

2. Hubungan antara Sikap dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 107

3. Hubungan antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 107

4. Hubungan antara Strategi Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 108

BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 109

B. Keterbatasan Penelitian ... 112

C. Saran-saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 65

Tabel III.2 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 69

Tabel III.3 Hasil Uji Validitas Sikap ... 70

Tabel III.4 Hasil Uji Validitas Lingkungan Belajar ... 71

Tabel III.5 Hasil Uji Validitas Strategi Pembelajaran ... 72

Tabel III.6. Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian ... 74

Tabel III.7. Hasil Uji Reliabilitas ... 74

Tabel III.8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 77

Tabel V.1. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 92

Tabel V.2. Distribusi Frekuensi Sikap ... 93

Tabel V.3. Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar ... 94

Tabel V.4. Distribusi Frekuensi Strategi Pembelajaran ... 95

Tabel V.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ekonomi ... 96

Tabel V.6. Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 98

Tabel V.7. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ... 102

Tabel V.8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 103

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Kuesioner

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4. Uji Normalitas dan Linearitas

Lampiran 5. Uji Korelasi Spearman Rank

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral (utuh

terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar, guru sebagai pengajar

yang sedang mengajar serta mata pelajaran yang diberikan guru kepada siswa.

Peran guru dalam proses belajar mengajar sangat penting, karena guru berfungsi

sebagai komunikator, begitu pula peran siswa yaitu sebagai komunikan.

Mata pelajaran merupakan pesan yang diajarkan oleh guru kepada siswa

dan seterusnya diadopsi sebagai bekal siswa setelah menyelesaikan studinya.

Semakin banyak siswa melakukan adopsi materi pelajaran yang diberikan guru,

maka makin banyak bekal yang siswa peroleh.

Namun, tidak semua siswa rajin melakukan adopsi terhadap mata

pelajaran, terutama mata pelajaran yang sifatnya menghafal, contohnya mata

pelajaran ekonomi. Pelajaran IPS pada umumnya merupakan salah satu mata

pelajaran yang kurang populer dan kurang diminati di kalangan siswa. Kekurang

populeran dan kurang diminatinya pelajaran IPS oleh siswa SMA, lebih dari

sekedar anggapan umum yang sering dipertentangkan antara ilmu eksakta dengan

ilmu non eksakta. Terdapat pihak yang beranggapan bahwa ilmu eksakta lebih

menantang dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hasan (1996: 45),

menyatakan sejak dulu IPS kurang diminati dan kurang populer di kalangan siswa.

(19)

Siswa merasa tidak senang dengan banyaknya hafalan yang harus

dikuasainya yang menyebabkan siswa kurang berminat untuk menekuni ilmu-ilmu

sosial, khususnya mata pelajaran ekonomi atau siswa hanya belajar tanpa

kesungguhan sekedar mengikuti salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari di

SMA. Minat maupun bakat seseorang berkaitan erat dengan sikap terhadap mata

pelajaran tertentu. Siswa yang memang tidak berminat dan tidak berbakat dalam

bidang ekonomi akan memiliki sikap kurang mendukung keberhasilan belajarnya.

Siswa yang tidak berminat terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh

guru, namun siswa diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan di dalam diri

siswa perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, bahkan untuk selanjutnya tidak

akan pernah mempelajarinya, sehingga prestasi belajarnya juga kurang baik (Good

yang dikutip Prayitno, 1989: 3).

Kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam proses belajar mengajar mata

pelajaran ekonomi tersebut, memberikan akibat yang kurang baik bagi siswa itu

sendiri, yaitu menurunnya prestasi belajar ekonomi. Prestasi belajar ekonomi

adalah hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang berupa

penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang ditunjukkan dengan

nilai-nilai tes, atau simbol-simbol yang diberikan secara periodik oleh guru.

Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai

prestasi belajar yang memuaskan. Namun, siswa memiliki perbedaan dalam hal

kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan

(20)

Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, prestasi belajar antara siswa yang satu

dengan siswa yang lain juga berbeda.

Menurut Syah (1995: 132), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa meliputi: (1) faktor internal yakni faktor dari dalam diri siswa

meliputi keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa antara lain kesehatan

tubuh, indera pendengar, indera penglihat, sikap, motivasi, kecerdasan, minat;

(2) faktor eksternal yakni faktor dari luar siswa meliputi kondisi lingkungan di

sekitar siswa; (3) pendekatan belajar siswa dan metode mengajar guru.

Pada proses belajar mengajar mata pelajaran ekonomi, yang hampir

seluruhnya bersifat hafalan dan teori-teori, banyak ditemukan reaksi siswa terhadap

berbagai tugas yang diberikan guru. Sebagian siswa ada yang langsung tertarik dan

menyenangi topik-topik pelajaran, sebagian siswa lainnya menerima dengan

perasaan jengkel, dan ada pula yang benar-benar menolak untuk mengikuti proses

belajar mengajar.

Siswa tertentu yang biasanya mendapat nilai bagus disertai pujian dan

penghargaan dari orang tua dan guru, akan termotivasi untuk belajar lebih lanjut,

sedangkan siswa yang tidak mendapat nilai bagus serta pujian akan kurang

termotivasi untuk belajar selanjutnya. Pujian dan penghargaan merupakan salah

satu motivasi yang dapat menggerakkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

Siswa yang termotivasi kuat untuk memperoleh prestasi belajar yang baik,

biasanya akan mencapainya sesuai dengan kemampuannya, dan pengalaman sukses

meningkatkan usaha untuk mengalami sukses dikemudian hari. Sebaliknya, siswa

(21)

diri sepenuhnya dalam usaha mengerjakan tugas belajar, cepat bosan dan berusaha

menghindar dari kegiatan belajar.

Lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah penting peranannya dalam

merangsang minat siswa untuk belajar. Guru maupun orang tua hendaknya dapat

menciptakan lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang memungkinkan

motivasi dan minat siswa untuk belajar menjadi meningkat. Lingkungan fisik

sekolah seperti pengaturan ruang kelas, pengaturan jumlah siswa dalam satu kelas

yang mempertimbangkan persyaratan fisik maupun psikologis dapat menunjang

keefektifan siswa dalam belajar.

Peranan orang tua dalam membimbing dan membantu kesulitan siswa

dalam belajar, sangat diperlukan. Penyediaan kesempatan yang dibutuhkan anak

dalam belajar di rumah sangat menunjang kesuksesan anak dalam belajar.

Membina hubungan akrab dengan anak dan memberikan perhatian yang tinggi

penting dilakukan, apabila anaknya berhasil dalam belajar. Jadi, pengaruh

lingkungan belajar yang semakin baik, akan diikuti prestasi belajar suswa yang

semakin baik pula. Sebaliknya, semakin buruk pengaruh lingkungan akan diikuti

oleh semakin buruknya prestasi belajar siswa.

Selama proses belajar mengajar berlangsung, guru dan siswa berinteraksi,

dan mengkomuniksikan sikap dan perasaan-perasaan. Sikap adalah gejala internal

yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon

dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, baik secara positif maupun negatif

(Syah, 1995: 135). Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata

(22)

Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, diiringi sikap

benci terhadap guru dan mata pelajaran menimbulkan kesulitan belajar pada siswa

tersebut, yang akhirnya prestasi belajar juga menurun.

Tingkat prestasi belajar siswa dipengaruhi juga oleh strategi pembelajaran

dari guru. Strategi pembelajaran adalah sejumlah langkah yang direkayasa

sedemikian rupa untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam kenyataan

sehari-hari terdapat beberapa guru yang menggunakan strategi tertentu yang kurang atau

tidak cocok dengan isi dan tujuan pembelajaran, namun terdapat pula guru yang

mampu memilih metode yang tepat untuk mengerjakan materi tertentu, namun

kurang mampu mengaplikasikannya secara baik, sehingga hasilnya tidak memadai,

bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama siswa. Siswa menjadi bosan

terhadap cara guru mengajar, sehingga timbul sikap menyepelekan guru dan mata

pelajaran, dan akhirnya siswa menjadi tidak terarah tujuan belajarnya.

Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal, tidak

sekedar karena strategi pembelajaran yang digunakan guru, melainkan dari faktor

pendekatan belajar yang digunakan siswa. Pendekatan belajar adalah cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu.

Sering terjadi siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi

daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama

dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika siswa

yang cerdas mengalami kemerosotan prestasi sampai ke titik yang lebih rendah

(23)

memiliki kemampuan ranah kognitif rata-rata atau sedang dapat mencapai puncak

prestasi yang memuaskan dengan menggunakan pendekatan belajar yang efisien

dan efektif.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menguji

Analisis Hubungan Antara Motivasi Belajar, Sikap, Lingkungan Belajar, Strategi

Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Kolese De

Britto.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan prestasi belajar ekonomi yang

dipengaruhi oleh motivasi belajar, sikap, lingkungan belajar dan strategi

pembelajaran. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Kolese De Britto,

dengan pertimbangan bahwa siswa kelas X sudah pernah diberikan pshycotest

untuk mengukur prestasi belajarnya, dengan hasil prestasi belajar siswa kelas X

rendah. Disamping itu, dalam permohonan ijin penelitian di sekolah tersebut

diharapkan tidak mengalami kesulitan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan, yaitu :

1. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Motivasi Belajar dengan

(24)

2. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap dengan Prestasi

Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Kolese De Britto?

3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Lingkungan Belajar

dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Kolese De Britto?

4. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Strategi Pembelajaran

dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Kolese De Britto?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk menguji dan menganalisis:

1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas

X SMA Kolese De Britto.

2. Hubungan antara Sikap dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA

Kolese De Britto.

3. Hubungan antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa

kelas X SMA Kolese De Britto.

4. Hubungan antara Strategi Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa

kelas X SMA Kolese De Britto.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian yang diperoleh peneliti adalah sebagai sarana untuk

menerapkan ilmu yang telah diterima selama studi dan menjadikan bekal

(25)

2. Bagi Sekolah Menengah Uumum

Manfaat penelitian bagi sekolah menengah umum adalah dapat memberikan

bahan masukan untuk meningkatkan prestasi belajar ekonomi siswa, dengan

lebih memperhatikan faktor motivasi belajar, sikap, lingkungan belajar dan

strategi pembelajaran.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Manfaat penelitian bagi Universitas Sanata Dharma adalah sebagai tambahan

referensi perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan penelitian

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Prestasi Belajar Ekonomi

Sasaran utama proses belajar mengajar adalah tercapainya hasil belajar yang

maksimal oleh siswa. Hasil belajar yang maksimal, diperoleh siswa sesuai dengan

batas-batas kemampuannya, yang berbeda antar masing-masing siswa. Hasil belajar

diberikan oleh guru dalam bentuk nilai atau angka-angka, yang dapat dijadikan

standar penilaian prestasi belajar siswa.

1. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi

Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar akan nampak dalam

prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

yang dikembangkan oleh siswa, dan ditunjukkan oleh nilai tes atau angka-angka

yang diberikan oleh guru (Mulyono, 1990: 30). Prestasi belajar siswa diketahui

dari hasil evaluasi belajar. Evaluasi mengandung penilaian terhadap hasil belajar

dan proses belajar, sampai sejauh mana keduanya berjalan dengan baik. Untuk

mengukur prestasi belajar siswa, digunakan alat ukur yaitu tes. Tes adalah suatu

alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab dalam situasi

yang telah distandarisasi, yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar individu

atau kelompok (Masidjo, 1995: 30).

Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

(27)

siswa tersebut meliputi kemampuan bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang

psikomotorik (Sudjana, 1989: 92).

Komponen kognitif menunjuk pada perkembangan fungsi intelektual atau

kecerdasan siswa. Komponen kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

Komponen afektif menunjuk pada perkembangan mental siswa yang

berhubungan dengan perubahan-perubahan cara siswa berkomunikasi dengan

orang lain sebagai individu maupun kelompok. Komponen afektif meliputi

aspek penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan

pola hidup.

Komponen psikomotorik menunjuk pada perkembangan yang progresif

dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam ketrampilan fisik siswa.

Komponen ini mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang

terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Pendapat Salahudin yang dikutip Suyata (1993: 5), menyatakan prestasi

belajar atau out put dapat dicapai siswa melalui proses belajar mengajar dan proses tersebut dapat berjalan apabila mendapat dukungan dari berbagai faktor,

yang bersumber dari siswa, sarana dan prasarana pendidikan, serta lingkungan

dan guru. Proses belajar mengajar yang didukung oleh faktor-faktor tersebut

dapat berjalan lancar apabila guru sebagai pemimpin proses belajar, dapat

menyeimbangkan peran masing-masing faktor.

Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan prestasi belajar ekonomi

(28)

mata pelajaran ekonomi, dan dinyatakan dengan nilai-nilai dari guru secara

periodik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar

Kesuksesan belajar ditentukan sebagian besar oleh pribadi siswa sebagai

peserta didik yang sedang belajar. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas

membantu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Demikian juga fasilitas

belajar, media, sumber dan tenaga kependidikan yang ada merupakan fasilitator

yang membantu, mendorong dan membimbing agar siswa yang belajar

memperoleh kesuksesan dalam belajar.

Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Rusyan (1992: 21), faktor yang

mempengaruhi proses belajar siswa, yang pada akhirnya juga berpengaruh pada

prestasi belajar dokategorikan kedalam 2 faktor, yaitu faktor dari dalam diri

siswa, dan faktor yang datang dari luar diri siswa.

Faktor yang datang dari dalam siri siswa yang paling utama adalah

kemampuan yang dimiliki siswa. Semakin tinggi tingkat kemampuan siswa

maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Disamping kemampuan,

terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses belajar, yaitu motivasi belajar,

minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

faktor fisik dan psikis.

Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh lingkungan belajar siswa, sebab

belajar pada prinsipnya adalah perpaduan antara individu dengan

lingkungannya, atau ada faktor di luar diri siswa yang menentukan atau

(29)

lain sistem pengajaran, cara belajar siswa, sumber-sumber belajar, keluarga,

media dan teknologi.

Prestasi belajar pada dasrnya tersirat dalam tujuan yang dikehendaki, oleh

sebab itu kesuksesan belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan dan

faktor-faktor lainnya yang ada dalam diri siswa dan didorong oleh lingkungan yang ada

di luar diri siswa.

Arikunto (1992: 21), memberikan pendapatnya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang digolongkan kedalam 2 faktor, yaitu:

1. Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, disebut faktor internal. Faktor ini diklasifikasikan menjadi 2, yaitu (1) faktor biologis meliputi usia, kematangan, kesehatan dan (2) faktor psikologis meliputi kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, kebiasaan belajar, kemampuan. 2. Faktor yang bersumber dari luar diri siswa, diklasifikasikan menjadi 2, yaitu

(1) faktor manusia meliputi di keluarga, sekolah, masyarakat dan (2) faktor non manusia meliputi udara, cuaca, suara, bau-bauan, iklim, suhu, penerangan, kebersihan.

Siswa yang mampu memaksimalkan semua potensi yang ada di dalam

dirinya dan di luar dirinya seperti tersebut di atas, maka prestasi belajar yang

tinggi dapat dicapainya, sebab faktor-faktor tersebut berkaitan dan saling

mempengaruhi satu sama lain.

Arikunto (1990: 194), menambahkan pendapatnya tentang faktor yang

mempengaruhi proses belajar. Menurut Arikunto, prestasi belajar juga

dipengaruhi oleh :

1. Faktor yang berhubungan dengan pengelolaan kelas. Faktor ini meliputi lingkungan belajar yang kondusif, pemaksimalan pemanfaatan sarana, menjaga keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tujuan utama kegiatan pengelolaan kelas adalah untuk memberikan layanan agar tercipta situasi kelas yang kondusif untuk terjadinya proses pengajaran yang efektif.

(30)

pelajaran yang akan dijadikan tntunan dalam penyusunan rencana pelajaran wajib dilakukan guru dengan melakukan modifikasi dan pengembangan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan, keadaan siswa, situasi setempat, fasilitas dan waktu.

3. Memilih pendekatan atau strategi untuk menyampaikan materi pelajaran dengan memperhatikan tujuan pelajaran, minat, usia siswa, dan waktu. Strategi pembelajaran dalam hal ini menitikberatkan pada metode mengajar dan cara siswa belajar. Metode mengajar yang digunakan guru apabila tidak sesuai dengan kemampuan siswa, dan sifat materi pelajaran bisa menimbulkan tidak tercapainya tujuan belajar secara efektif dan efisien. Cara siswa belajar berbeda antar siswa yang satu dengan siswa lainnya. Terdapat siswa yang lebih menyenangi belajar sendiri, ada yang menyenangi belajar kelompok atau diskusi.

4. Memilih alat-alat pelajaran. Faktor ini meliputi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses belajar, antara lain kapur tulis, OHP, papan tulis, buku sumber, jangka, penggaris. Kelengkapan alat-alat pelajaran mempermudah pelaksanaan proses belajar mengajar.

5. Memilih strategi evaluasi yang akan diambil untuk penilaian prestasi belajar siswa. Terdapat bermacam-macam strategi evaluasi yang dapat dilakukan guru, antara lain metode tes.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan

hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri

(faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) siswa. Dengan diketahuinya

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun

pelaku kegiatan belajar dapat memberikan intervensi positif untuk

meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.

Penelitian skripsi ini, akan dibatasi pada motivasi belajar, sikap,

lingkungan belajar, dan strategi pembelajaran, sebagi faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar ekonomi, dengan alasan keterbatasan waktu,

(31)

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

motivasi. Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai

dalam kehidupan seseorang. Untuk mencapai tujuan tersebut, seseorang perlu

berbuat atau berusaha, sedangkan yang menjadi penyebab terkuat adalah motif,

yaitu sebagai daya penggerak atau pendorong.

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1986: 73). Kesadaran siswa mempelajari materi tertentu yaitu

untuk kesuksesan pada masa yang akan datang, mendorong siswa giat dalam

mempelajari materi tersebut.

Fudyartanto (2002: 258) mendefinisikan motivasi sebagai usaha untuk

meningkatkan kegiatan dalam mencapai tujuan. Motivasi ini berlaku untuk

semua kegiatan termasuk kegiatan belajar. Jadi, jika dikaitkan dengan belajar,

maka motivasi mendorong atau memberi semangat kepada siswa yang

melakukan kegiatan belajar, agar lebih giat belajar supaya prestasinya

meningkat.

Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan

untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu

tujuan tertentu (Surya, 2004: 62). Upaya ini berasal dari diri siswa sendiri dan

dari orang lain seperti orang tua, saudara, guru, teman, dan benda-benda yang

(32)

Pendapat Sertain yang dikutip Purwanto (1990: 61), tentang pengertian

motivasi adalah pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang

mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang. Cita-cita yang

diharapkan siswa, dapat memotivasi siswa untuk belajar giat demi mendapatkan

semua ilmu yang mendukung tercapainya cita-citanya tersebut.

Berdasar definisi-definisi di atas, disimpulkan pengertian motivasi belajar

sebagai keadaan dari dalam dan luar diri siswa yang mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar demi mencapai prestasi yang maksimal.

2. Tipe-tipe Motivasi

Menurut Otto Wilman yang dikutip oleh Pasaribu (1983; 54), motivasi

dikelompokkan menjadi 6, yaitu:

a. Motivasi Psikologi

Setiap makhluk memiliki dorongan alam untuk berkembang. Motivasi yang

tidak disadari (unconcious/ primary motive) dalam belajar merupakan dorongan instinktip mengembangkan diri. Motivasi ini merupakan dorongan

yang spontan, sehingga menimbulkan minat yang spontan. Pengajaran

hendaknya menggunakan yang spontan ini agar menjadi hal yang positif.

Dorongan alam untuk berkembang, di sekolah berwujud sebagai dorongan

untuk belajar.

b. Motivasi Praktis

Semua pengetahuan mempunyai nilai praktis. Dalam hidup, kita harus

(33)

c. Motivasi Pembentukan Kepribadian

Pengetahuan dan kecakapan dapat membentuk kepribadian manusia dalam

segi estetis dan intelektualistis. Kebudayaan pada umumnya dapat

memperkaya hidup manusia, sehingga dapat membangkitkan motiv terhadap

pembentukan kepribadian.

d. Motivasi Kesusilaan

Motivasi ini mendorong individu belajar supaya lebih baik secara susila.

Motivasi ini merupakan kelanjutan dari motivasi pembentukan kepribadian,

sebab terbentuk kepribadian yang beraspek susila. Dalam pendidikan,

motivasi ini mendasari tindakan kita dalam mencapai tujuan yaitu manusia

dewasa susila. Manusia dewasa susial adalah manusia yang mempertanggung

jawabkan semua tindakan terhadap manusia lain dan juga terhadap Tuhan.

e. Motivasi Sosial

Sebagai makhluk sosial, dituntut mempelajari segala sesuatu yang layak

dikerjakan dalam hidup pergaulan dan interaksi dengan orang lain. Individu

hendaknya belajar memperhatikan kepentingan orang lain agar dengan

demikian dapat bekerja sama dengan orang lain. Kepentingan umum lebih

ditinggikan daripada kepentingan pribadi.

f. Motivasi Ketuhanan

Motivasi ini mendorong individu untuk belajar supaya mengabdi kepada

(34)

Syah (1995: 136), membagi motivasi ke dalam 2 tipe, yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri

siswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Termasuk dalam

motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi dan kebutuhan siswa terhadap

materi pelajaran.

Siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya

yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan

ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang

sebenarnya adalah untuk menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Sifat-sifat khusus dari siswa yang memiliki motivasi intrinsik adalah

siswa pendiam dan siswa yang aktif (Prayitno, 1989: 12). Siswa yang

pendiam menunjukkan tingkah laku pendiam, suka berpikir keras dan tidak

terlalu banyak bicara, menyenangi perubahan dan berpandangan bahwa

belajar memiliki berbagai macam cara. Siswa pendiam yang intrinsik

merupakan siswa yang berhasil baik dalam belajar (Prayitno, 1989: 13).

Dalam membimbing siswa yang seperti ini guru hendaknya memakai sistem

self-check, artinya siswa dibiarkan memonitor dirinya sendiri, dan tidak perlu banyak diatur.

Siswa yang aktif menunjukkan aktivitas yang tinggi, banyak bicara dan

membuat berbagai penemuan, banyak ide, dan berbakat jadi pemimpin.

(35)

sendiri atau self-motivated. Cara guru dalam membimbing siswa yang aktif adalah dengan mengarahkan mereka untuk bekerja dengan tepat, sehingga

energi mereka yang tinggi tersalur secara efisien. Hal ini perlu dilakukan,

sebab terdapat juga sejumlah siswa yang memiliki energi tinggi namun

tersalur dengan cara yang salah, tidak mampu mendisiplinkan diri sendiri

dalam mengerahkan dan mempergunakan energi mereka.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar siswa

yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Termasuk dalam

motivasi ekstrinsik adalah pujian, hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah,

tingkat kemajuan belajar, dan guru.

Dalam proses belajar, siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik

selalu mengharapkan persetujuan guru untuk meyakinkan dirinya bahwa

yang sedang dikerjakannya itu benar. Siswa memerlukan perhatian dan

pengarahan yang khusus dari guru, apabila mereka tidak menerima umpan

balik yang baik berkenaan dengan hasil pekerjaan mereka dan tidak

dibagikan tepat pada waktunya, maka kerja mereka menjadi lamban.

Hasil penelitian Grace yang dikutip Prayitno (1989: 17), membuktikan

bahwa siswa menampakkan hasil belajar yang lebih baik jika mereka dipuji.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa siswa-siswa

yang berhasil dalam belajar karena dipuji menampakkan kecenderungan

(36)

Hadiah sebagai alat untuk memotivasi siswa dapat menjadi penguat

tingkah laku siswa. Siswa yang melakukan pekerjaan dengan baik diberi

penghargaan oleh guru, baik dalam bentuk verbal atau ucapan maupun non

verbal meliputi benda atau angka, dapat menimbulkan perasaan makin

bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang diberikan guru. Namun,

motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik yang pada mulanya

sudah ada, tetapi jika pemberian hadiah terlalu sering, maka motivasi

intrinsik akan menurun. Siswa akhirnya bekerja dengan mengharapkan

hadiah. Ketergantungan ini dapat diatasi dengan memasangkan mereka dalam

belajar dengan memasangkan siswa yang memiliki motivasi intrinsik.

Siswa yang diberi tahu tingkat kemajuan belajar yang telah dicapainya

akan timbul kegembiraan dan keinginan untuk lebih meningkatkan kegiatan

belajar dalam diri siswa. Perasaan sukses dalam diri siswa dapat membangun

motivasi siswa dalam belajar.

Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar.

Namun, rasa persaingan yang berlebihan diantara siswa dalam belajar, dapat

menimbulkan persaingan tidak sehat, yaitu munculnya berbagai cara

berusaha mengalahkan siswa lain untuk mendapatkan status.

Persaingan antara siswa dengan diri sendiri menimbulkan motivasi

yang sehat dan efektif dalam belajar. Persaingan ini dilakukan dengan

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal kemajuan-kemajuan

yang telah dicapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada waktu

(37)

dengan menggunakan grafik kemajuan belajar kepada siswa yang

bersangkutan, sedangkan siswa lain tidak perlu mengetahuinya.

3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi

Dimyati (1999: 100), menyebutkan unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi yaitu :

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita atau aspirasi merupakan hal yang ingin dicapai setiap siswa,

sehingga diperlukan usaha serta perjuangan untuk meraihnya. Jadi, dengan

adanya cita-cita atau aspirasi siswa ini, sangat mempengaruhi motivasi

belajar mengajar.

b. Kemampuan belajar siswa

Kemampuan belajar siswa berbeda antara siswa yang satu dengan yang

lain, sehingga hasil yang dicapai berbeda dengan tingkat kemampuan

masing-masing individu. Siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi,

cenderung prestasi belajarnya juga tinggi, sedangkan siswa yang memiliki

kemampuan belajar rendah, cenderung prestasi belajarnya juga rendah.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologi dan kedua

kondisi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan psikologi

siswa yang tidak kekurangan atau tidak memiliki cacat, membuat minat

belajar siswa tidak terganggu. Sebaliknya, kondisi fisik dan psikologi siswa

yang memiliki cacat atau kekurangan, membuat siswa minder bergaul,

(38)

d. Kondisi lingkungan belajar siswa

Kondisi lingkungan meliputi lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan

fisik yaitu tempat siswa melakukan belajar, sedangkan lingkungan sosial

adalah lingkungan siswa dalam kaitannya dengan orang lain. Semakin baik

kondisi lingkungan belajar siswa, maka minat siswa untuk belajar juga

meningkat, sehingga prestasi belajarnya juga baik.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran meliputi perasaan,

perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran siswa yang mengalami perubahan

berkat pengalaman hidup. Siswa yang masih berkembang jiwa raganya,

lingkungan yang semakin baik akibat dibangun, merupakan kondisi dinamis

yang baik bagi pembelajaran. Guru yang profesional diharapkan mampu

memanfaatkan surat kabar, majalah, radion, televisi dan sumber belajar di

sekitar sekolah untuk memotivasi belajar siswa.

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah.

Upaya guru di sekolah meliputi menyelenggarakan tertib belajar di sekolah,

membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, membina belajar tertib

pergaulan, dan membina belajar tertib lingkungan sekolah.

Disamping penyelengaraan tertib yang umum tersebut, maka secara

individual tiap guru menghadapi siswa. Upaya pembelajaran tersebut

(39)

belajar, (2) pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara

tepat guna, dan (3) mendidik cinta belajar.

Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar

sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang paling penting adalah keluarga,

lembaga agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda. Siswa sekolah pada

umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru profesional

dituntut menjalin kerjasama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan

tersebut. Upaya mendidikkan belajar tertib hidup merupakan kerja sama

sekolah dan luar sekolah. Belajar tertib hidup meliputi pemeliharaan

kebersihan, pemeliharaan fasilitas umum, tertib lalu lintas, tertib pergaulan,

tertib hidup sebagai umat beragama.

4. Manfaat Motivasi dalam Belajar

Manfaat motivasi dalam belajar menurut Dimyati (1999: 84-86), adalah: a. Manfaat bagi Siswa

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebaya.

3) Mengarahkan kegiatan belajar.

4) Membesarkan semangat belajar

5) Menyadarkan tentang adanya pengalaman belajar dan kemudian bekerja

(40)

Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi belajar

disadari oleh siswa sendiri. Apabila motivasi disadari oleh siswa, maka

sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

b. Manfaat bagi Guru

1) Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk

belajar sampai berhasil. Membangkitkan bila siswa tidak bersemangat,

meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam, memelihara

bila semangat belajar telah kuat untuk mencapai tujuan belajar.

2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas

bermacam-macam, ada yang acuh tak acuh, ada yang memusatkan perhatian, ada

yang bermain, namun ada pula yang bersemangat.

3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara

bermacam-macam peran, seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur,

teman diskusi, dan penyemangat.

4) Memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis. Tugas guru

adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil.

5. Karakteristik Siswa yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Brown yang dikutip Imron (1996: 88), karakteristik siswa yang mempengaruhi motivasi adalah :

a. Tertarik kepada guru, yang artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak

acuh.

(41)

c. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama

pada guru.

d. Mempunyai keinginan selalu bergabung dalam kelas

e. Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain

f. Tindakan, kebiasaan dan kontrolnya selalu dalam kontrol diri.

g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali.

h. Selalu terkontrol oleh lingkungannya.

6. Prinsip-prinsip Motivasi

Prinsip motivasi yang dikemukakan oleh Surya (2004: 65) adalah:

a. Prinsip kompetisi

Persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter

pribadi adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan

dalam dimensi tempat dan waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan

antar siswa yang satu dengan yang lain.

b. Prinsip pemacu

Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada

pemacu tertentu, misalnya informasi, nasehat, peringatan.

c. Prinsip ganjaran dan hukuman

Ganjaran yang diterima oleh siswa dapat meningkatkan motivasi untuk

melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran itu. Namun, ganjaran atau

hukuman itu dapat diterapkan secara profesional dan benar-benar dapat

(42)

d. Pemahaman hasil

Hasil belajar yang diketahui oleh siswa dapat memacu untuk belajar lebih

giat lagi, atau meningkatkan hasil yang telah diterima.

e. Kejelasan dan kedekatan tujuan

Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong

seseorang untuk melakukan tindakan. Maka siswa harus memahami tujuan

belajar secara jelas.

f. Pengembangan minat

Prinsip dasarnya adalah motivasi siswa cenderung akan meningkat apabila

siswa memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

g. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan psikologi dapat

menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan

produktif.

h. Keteladanan

Perilaku guru secara langsung atau tidak langsung punya pengaruh terhadap

perilaku siswa, baik yang sifatnya positif maupun negatif. Dengan

contoh-contoh yang dapat diteladani, siswa dapat lebih meningkatkan motivasi

belajar dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

C. Sikap

Siswa memiliki kemampuan berpikir, latar belakang pendidikan, motivasi

(43)

Perbedaan ini menunjukkan bahwa siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda

dalam kesiapan untuk menerima pelajaran dan untuk mencapai tujuan belajar.

1. Pengertian Sikap

Menurut pendapat Thurstone yang dikutip Walgito (1990: 48), sikap

adalah derajat kepositifan atau kenegatifan sebagai akibat hubungan dengan

objek-objek psikologi. Jadi, pernyataan kesiapan bertindak seseorang berkaitan

erat dengan pengalaman lama terhadap suatu objek atau situasi yang

menyenangkan, maka kesiapan bertindak terhadap hal yang sama cenderung

positif.

Sikap adalah konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang

berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek.

Siswa yang berprestasi baik dalam suatu mata pelajaran, karena siswa tersebut

mampu memahami materi pelajaran, merasakan dan bertingkah laku

berdasarkan ilmu yang telah diperolehnya.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan

pengertian sikap yaitu kumpulan atau situasi yang relatif tetap, yang

memberikan pedoman pada siswa untuk membuat respon atau perilaku dalam

cara tertentu yang dipilihnya.

2. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap yaitu :

a. Sikap adalah sesuatu yang tidak dibawa sejak lahir. Seseorang ketika

dilahirkan tidak membawa sikap tertentu, karena sikap terbentuk dalam

(44)

b. Sikap selalu ada hubungan antara individu dengan objek. Hubungan yang

bersifat positif atau negatif, antara individu dengan objek akan menimbulkan

sikap tertentu pada diri individu terhadap objek yang bersangkutan.

c. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi. Sikap dapat dipandang

sebagai sebab timbulnya suatu objek, maka kemungkinan untuk gagal adalah

kecil. Sikap memberi kemungkinan yang besar akan sukses dan gagalnya

seseorang, karena sikap berfungsi sebagai motivasi dalam bertingkah laku.

3. Fungsi Sikap

Fungsi sikap adalah :

a. Fungsi instrumental, berkaitan dengan sarana dan tujuan seseorang. Sikap

akan mempermudah seseorang untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

b. Fungsi nilai. Seseorang yang mengambil sikap tertentu dapat

mengekspresikan diri, sehingga akan mendapat kepuasan.

c. Fungsi pertahanan ego. Seseorang akan mengambil sikap tertentu untuk

mempertahankan egonya.

d. Fungsi pengetahuan. Individu mempunyai dorongan ingin tahu untuk

membentuk pengalamannya.

Berdasarkan fungsi sikap di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, perlu

ditumbuhkan sikap positif terhadap mata pelajaran ekonomi pada siswa,

(45)

4. Komponen Sikap

a. Komponen Kognitif (the Cognitive Component)

Komponen ini merupakan suatu sikap yang terdiri dari kepercayaan mengenai suatu

objek tertentu. Kognisi yang melekat pada sistem sikap itu, merupakan kepercayaan

evaluatif terhadap objeknya, yang meliputi penilaian menguntungkan atau tidak

menguntungkan, dapat diterima atau tidak dapat diterima.

b. Komponen Perasaan (the Feeling Component)

Komponen ini merupakan komponen yang menunjukkan adanya emosi

dalam hubungannya dengan objek. Suatu objek dapat dirasakan

menyenangkan atau tidak, disukai atau tidak. Bobot emosional ininlah yang

membuat sikap mempunyai sifat mendesak atau bergerak dalam

hubungannya dengan objek.

c. Komponen Kecenderungan Bertindak (the Action Tendency Component). Komponen ini mencakup kesiapan bertingkah laku yang berkaitan dengan

sikap. Jika seseorang bersikap positif terhadap suatu objek, maka ia

cenderung membantu atau mendukung objek tersebut. Sebaliknya, apabila ia

bersikap negatif, cenderung merusak atau memusnahkan objek tertentu.

Komponen-komponen sikap tersebut berpengaruh terhadap kesiapan

bertindak seseorang dalam menghadapi suatu objek. Objek yang dihadapi

seseorang menentukan apakah sikap itu termasuk sikap individual atau sikap

sosial. Sikap individual adalah sikap yang terdapat pada seseorang dalam

hubungannya dengan kesukaan atau ketidaksukaan secara pribadi terhadap suatu

(46)

masyarakat yang dimanifestasikan dalam bentuk kegiatan yang sama dan

dilakukan berulang-ulang (Effendy, 1983: 90).

5. Pengukuran Sikap

Menurut Walgito (1990: 69), pengukuran sikap ada beberapa macam

cara, yang pada garis besarnya dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) secara

langsung, yaitu subyek secara langsung dimintai pendapat, bagaimana sikapnya

terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapinya; (b) secara tidak langsung,

yaitu pengukuran sikap dijalankan dengan menggunakan tes.

Untuk memahami sikap, dapat dilakukan dengan cara memahami kondisi

psikisnya yang merupakan manifestasi dari sikapnya. Misalnya

pikiran-pikirannya, minat-minatnya, penilaiannya, pandangan atau opininya. Metode

yang dapat dilakukan adalah melalui skala sikap. Skala sikap adalah kumpulan

pernyataan sikap, sedangkan pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang

menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang diukur.

Mengenai pernyataan sikap ini Azwar (1995: 56), berpendapat struktur

sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang. Pertama adalah

komponen kognitif yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar

bagi objek sikap. Kedua adalah komponen afektif, yang berisikan mengenai

masalah emosional subyektif seseorang mengenai sikap obyek. Ketiga adalah

komponen konatif yang berisikan perilaku yang ada dalam diri seseorang

(47)

Untuk bertindak terhadap suatu obyek, tidak akan lepas dari pikiran dan

perasaannya. Pikiran dan perasaan seseorang merupakan interaksi dari tiga

komponen sikap tersebut. Sikap sebagai kecenderungan untuk bertindak

seseorang, dapat terbentuk melalui pengalaman, dan berkaitan dengan emosinya.

Rasa senang, sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan menurut

seseorang menunjuk pada derajat sikap terhadap objek atau situasi yang

dihadapinya. Dengan melalui perasaannya, siswa mengadakan penilaian yang

spontan terhadap pengalaman belajar di sekolah.

Penilaian yang positif dapat terungkap dalam perasaan senang (rasa puas,

gembira dan simpati), sedangkan penilaian yang negatif dapat terungkap dalam

perasaan yang tidak senang (takut, benci, segan). Sikap yang positif terhadap

mata pelajaran ekonomi, merupakan tanda awal yang baik bagi proses belajar.

Apabila siswa bersikap positif, maka akan ada kecenderungan bahwa siswa

berusaha serius dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu. Sebaliknya,

jika sikapnya negatif, maka siswa cenderung tidak serius dalam belajar.

Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai sikap siswa terhadap mata

pelajaran ekonomi, yang merupakan penilaian siswa yang berdasarkan

pengalaman belajarnya dan disertai perasaan senang atau tidak senang terhadap

(48)

D. Lingkungan Belajar

1. Pengertian Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah keadaan yang timbul dan berpengaruh terhadap

pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas atau di rumah, namun tidak

menjadi tanggung jawab langsung para guru, siswa ataupun orang tua

(Hutabarat, 1995:203). Keadaan dalam hal ini berkaitan dengan corak kehidupan

masyarakat, atau bersumber pada lingkungan alam, misalnya lingkungan sosial

budaya, politik, ekonomi, alokasi tempat, waktu dan musim.

Surachmad (1982: 23), mengemukakan bahwa untuk dapat belajar dengan

baik, maka diperlukan lingkungan yang merangsang suasana belajar.

Maksudnya, lingkungan tempat siswa belajar perlu memenuhi syarat-syarat

kesehatan dan dapat memberikan suasana nyaman bagi siswa dalam belajar.

Berdasarkan definisi di atas, disimpulkan pengertian lingkungan belajar

yaitu keadaan atau situasi di sekitar siswa yang berpengaruh pada tingkah laku,

pertumbuhan dan perkembangan pendidikan siswa.

2. Klasifikasi Lingkungan Belajar

Suryabrata (1984: 253), membagi lingkungan belajar kedalam dua bagian,

yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang

mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Lingkungan sosial mencakup guru,

para karyawan, teman-teman sekelas, orang tua, saudara, tetangga, teman-teman

(49)

Guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta

memperlihatkan suri teladan yang baik, khususnya dalam hal belajar, menjadi

daya dorong positif bagi kegiatan belajar siswa. Hubungan antara siswa dengan

siswa yang terjalin dengan baik, memungkinkan timbulnya sifat saling tolong

menolong antar siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Walgito (1990: 78), berpendapat fungsi orang tua dalam keluarga

memegang peranan penting dalam proses belajar siswa. Siswa yang tinggal satu

rumah dengan orang tua lebih mendapat perhatian, bimbingan dan dorongan

yang khusus dalam kegiatan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang

tinggalnya jauh dari orang tua. Sikap orang tua yang lembut dan ramah terhadap

anak, tetapi mempunyai aturan tentang tingkah laku anak adalah ciri orang tua

yang sukses dalam menunjang prestasi dan proses belajar anak.

Peran saudara terutama kakak kandung sangat diperlukan siswa, baik

dalam membantu kesulitan belajar, maupun sebagai tempat konsultasi siswa

mengenai permasalahan pribadi dan sekolah. Teman sepermainan yang juga

masih seorang pelajar, dapat menjadi teman bertukar pendapat tentang

kesulitan-kesulitan yang dialami selama belajar.

b. Lingkungan Non Sosial

Lingkungan non sosial adalah keadaan atau situasi di luar faktor manusia

yang mempengaruhi siswa dalam belajar. Lingkungan non sosial meliputi

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, fasilitas

(50)

Gedung sekolah yang dekat dengan jalan raya yang ramai dan bising oleh

suara kendaraan bermotor, mengurangi konsentrasi siswa dalam belajar. Suara

guru yang sedang mengajar terdengar kecil, sehingga pemahaman siswa

terhadap materi yang diajarkan guru menjadi berkurang. Sebaliknya, gedung

sekolah yang letaknya jauh dari jalan raya sangat mendukung proses belajar

mengajar, suara kendaraan bermotor kurang terdengar atau kecil sekali,

sehingga suara guru dalam menyampaikan materi pelajaran terdengar jelas.

Pengaturan tempat duduk siswa berpengaruh terhadap minat siswa dalam

belajar, karena memungkinkan siswa terlibat dan berpartisipasi secara aktif

dalam belajar. Pengaturan tempat duduk yang disesuaikan dengan aktivitas yang

dilakukan siswa menurut tuntutan program belajar, mempengaruhi siswa dalam

melakukan aktivitas belajar secara maksimal dalam menerima pelajaran.

Ukuran kelas dengan jumlah siswa di dalamnya juga berpengaruh pada

proses belajar siswa. Pendapat Glass dan Smith yang dikutip Prayitno (1989:

139), mengemukakan hasil penelitiannya, yaitu ukuran kelas yang kecil,

siswa-siswanya memperoleh prestasi belajar lebih tinggi daripada siswa-siswa dalam

kelas yang berukuran besar. Ukuran kelas yang kecil memungkinkan

pengelolaan kelas lebih mudah, siswa banyak terlibat secara aktif dalam

aktivitas belajar, menambah seringnya hubungan siswa dan guru, meningkatkan

pemahaman guru terhadap kebutuhan-kebutuhan siswa, sehingga kualitas

belajar siswa meningkat.

Ruang kelas yang aliran udaranya lancar memberikan rasa segar dan

(51)

dalam kelas. Pencahayaan yang tidak terlalu silau tetapi tidak terlalu gelap,

membuat kesehatan mata siswa dan guru terjaga baik, Kebersihan lingkungan

sekolah yang terjaga baik, menjamin kesehatan siswa dan guru tetap terjaga.

Kondisi-kondisi di sekolah seperti tersebut di atas, dapat memotivasi dan

menimbulkan minat siswa dalam belajar, sehingga tujuan belajar yang dicapai

siswa dapat tercapai.

Kondisi rumah yang sempit, berantakan, perkampungan yang padat dan

tidak ada sarana umum untuk kegiatan remaja, mendorong siswa untuk

berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi, sehingga

aktivitas belajarnya menjadi terlupakan. Pendapat Biggers yang dikutip Syah

(1995: 138), menjelaskan belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar

pada waktu-waktu lainnya. Hasil belajar tidak tergantung pada waktu secara

mutlak, tetapi tergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapan siswa.

Diantara siswa ada yang siap belajar pada waktu pagi hari, siswa yang lain siap

belajar pada waktu malam atau sore hari.

Lingkungan sangat dominan peranannya dalam membentuk pribadi dan

belajar siswa. Berkaitan dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas,

lingkungan belajar yang baik akan mendukung proses belajar siswa dan

berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa. Sebaliknya, jika lingkungan

belajar siswa kurang baik, maka akan memberi dampak yang kurang baik

(52)

E. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merujuk pada suatu proses mengatur lingkungan

belajar. Setiap strategi mengajar merupakan gabungan dari beberapa variabel.

Variabel yang penting dalam strategi pembelajaran adalah metode penyampaian

bahan ajar, pola organisasi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi dan

bentuk komunikasi yang digunakan (Kurikulum 2004: 5).

Strategi dapat juga ditafsirkan sebagai garis besar haluan bertindak untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi merupakan dasar dari setiap usaha

yang mencakup 4 hal (Rusyan, 1992: 34):

1. Penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera yang memerlukan. 2. Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan utama yang ampuh guna

mencapai sasaran.

3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik dimana sasaran tercapai.

4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku untuk dipergunakan dalam mengukur taraf keberhasilan dan kesuksesan usaha.

Jika strategi tersebut diterapkan dalam konteks belajar, sejalan dengan

tahapan langkah utama dari pola dasar belajar yaitu:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku dan pribadi seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran dalam kegiatan belajar.

2. Memilih sistem pendekatan belajar utama yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan belajar.

3. Melihat dan menetapkan prosedur, cara dan teknik belajar yang dipandang paling efektif dan efisien sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan belajar.

(53)

Strategi pembelajaran mencakup metode dan teknik pembelajaran. Strategi

pembelajaran dirinjau dari peran guru ada dua, yaitu melalui tatap muka dan

melalui pengalaman belajar. Pada pembelajaran tatap muka, peran guru sangat

dominan, yaitu mengatur kegiatan belajar siswa. Pembelajaran pada tatap muka,

guru menggunakan berbagai metode mengajar, alat bantu dan teknologi

pembelajaran. Pembelajaran tatap muka pada umumnya dilaksanakan di kelas,

laboratorium, studio atau di bengkel. Keberhasilan pembelajaran tatap muka sangat

ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas dan memotivasi siswa

belajar.

Pengalaman belajar adalah interaksi antara siswa dengan bahan ajar tanpa

dihadiri guru. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas.

Pengalaman belajar di dalam kelas berbentuk interaksi antara siswa dengan bahan

ajar, mislanya telaah buku, telaah Undang-undang, telaah hasil penelitian,

percobaan di laboratorium. Pengalaman belajar di luar kelas berbentuk

mengunjungi objek wisata yang berada di luar kelas, misalnya kunjungan pasar

untuk mengetahui proses jual beli yang terjadi.

1. Pengertian Metode Mengajar

Syah (1995: 202), mengartikan metode mengajar sebagai cara yang berisi

prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan

penyajian materi pelajaran kepada siswa. Cara mengajar seorang guru berbeda

dengan cara mengajar guru yang lain, karena setiap guru memiliki kapasitas

(54)

pengetahuan yang diberikan kepada para siswa. Mengajar ilmu sosial berbeda

dengan mengajar ilmu kedokteran, bila dilihat dari teknik yang dipakai dalam

mengajar. Cara mengajar yang baik dan benar adalah cara mengajar yang dapat

dipraktekkan dan menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan.

2. Syarat-syarat Penggunaan Metode Mengajar

Ahmadi dan Prasetya (1997: 52-53), menyebutkan beberapa syarat yang

penggunaan metode mengajaryaitu : a) membangkitkan motif, minat atau gairah

belajar siswa; b) menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa;

c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mewujudkan hasil karyanya;

d) merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi

dan inovasi; e) mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi; f) meniadakan penyajian yang

bersifat verbalitas; g) menanamkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang

diharapkan dalam kebiasaan cara belajar yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

3. Macam-macam Metode Mengajar

Soekartawi (1995: 17), mengklasifikasikan metode mengajar kedalam 11

metode, yaitu Ceramah, Studi Kasus, Diskusi, Demonstrasi, Tanya Jawab,

Belajar Sendiri, Wawancara, Laboratorium, Simulasi, Pekerjaan rumah, dan

Tutorial.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa yang pada umumnya

(55)

hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Namun, bagi guru yang bersifat

terbuka, kadang-kadang memberi peluang kepada siswa untuk bertanya.

Metode ceramah merupakan satu-satunya metode yang paling

ekonomis dalam penyampaian materi pelajaran ilmu-ilmu sosial, karena tidak

membutuhkan pengeluaran biaya yang banyak. Namun, dalam kenyataan

yang terjadi pada proses belajar mengajar ekonomi, sering metode ceramah

membuat siswa cepat bosan dan mengantuk, siswa menjadi pasif dan tidak

kritis, karena aktivitas belajar mengajar hanya berpusat pada guru.

Oleh karena sebab di atas, maka penggunaan metode ceramah perlu

didukung dengan alat-alat pengajaran, antara lain gambar, lembar peraga,

OHP, supaya pemahaman siswa tentang materi lebih tepat dan jelas.

Penggunaan metode ceramah sebagai cara menyajikan materi pelajaran

memungkinkan lebih banyak materi yang dapat disajikan guru, sehingga

penguasaan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran lebih mudah.

b. Studi Kasus

Studi kasus adalah cara lain dalam upaya meningkatkan pengenalan ilmu

kepada siswa. Dengan studi kasus, diharapkan siswa dapat mengetahui dan

memahami dengan baik materi yang dipelajari. Metode studi kasus, dapat

dilakukan dalam kelas kecil dengan jumlah siswa sedikit dan kelas besar dengan

jumlah siswa banyak, sebab dengan studi kasus siswa dapat mendengar, melihat

dan melakukan dari obyek yang dipelajari. Namun, metode studi kasus

memerlukan waktu yang lama, waktu pengajaran terbatas dan memerlukan

Gambar

Gambar 1 Model Penelitian
Tabel III. 2.
Tabel III. 3.
Tabel III. 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika diantara suku – suku tersebut disisipkan empat bilangan, dengan cara : antara suku kedua dan ketiga disisipkan satu bilangan dan antara suku ketiga dan keempat disisipkan tiga

[r]

Actual result Test Status Proses 11 Mengambil dan menampilkan data jenis aset sesuai database Sistem menampilkan data sesuai dengan database Sistem sudah menampilkan

[r]

Manfaat penelitian bagi instansi kesehatan khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas adalah data dan hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dijadikan

Yang dapat menentukan cepat atau lambatnya kesembuhan sifat pendendam adalah dari sendiri melalui perenungan akibat negatif dari sifat pendendam, baik dari orang lain maupun dari

[r]

[r]