ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, SIKAP, LINGKUNGAN BELAJAR DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMU KOLESE DE BRITTO
Studi Kasus: Siswa Kelas X SMU Kolese De Britto
SKRIPSI
Disusun Oleh :
THOMAS EDY NOOR YUNANI 991324038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Juli 2007
Penulis
Thomas Edy Noor Yunani
vii ABSTRAK
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, SIKAP, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA KOLESE DE BRITTO
Studi Kasus: Siswa Kelas X SMA Kolese de Britto
Thomas Edy Noor Yunani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara: (1) motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi; (2) sikap dengan prestasi belajar ekonomi; (3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar ekonomi;(4) strategi pembelajaran dengan prestasi belajar ekonomi.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kolese de Britto yang berjumlah 242 siswa. Sampel yang diambil berjumlah 60 siswa, dengan metode random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Spearman Rank.
viii ABSTRACK
THE CORRELATION ANALYSIS BETWEEN LEARNING MOTIVATION, ATTITUDE, LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING STRATEGY AND
LEARNING ACHIEVEMENT IN STUDYING ECONOMICS OF
THE FIRST GRADE STUDENTS OF DE BRITTO SENIOR HIGH SCHOOL A Case Study at the First Grade Students of De Britto Senior High School
Thomas Edy Noor Yunani Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The aim of this research is to examine and analyze whether there is positive and significant correlation between: (1) learning motivation and learning achievement in studying economics; (2) attitude and learning achievement in studying economics; (3) learning environment and learning achievement in studying economics; (4) learning strategy ang learning achievement in studying economics.
The populations of this research were 242 students of the first grade of De Britto Senior High School, and 60 students taken as samples. The technique of samples drawing was Random Sampling. The techniques of data collection were questionnaire and documentation. The technique of data analysis was Spearman Rank.
The result of this research shows that there is positive and significant correlation
between: (1) learning motivation and learning achievement in studying economics (r = 0,326, p = 0,011 < 0,05); (2) attitude and learning achievement in studying
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
rahmat dan karuniaNya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga skripsi
yang berjudul “Analisis Hubungan antara Motivasi Belajar, Sikap,
Lingkungan Belajar, dan Strategi Pembelajaran dengan Prestasi Belajar
Ekonomi Siswa Kelas X SMA Kolese De Britto”, dapat penulis selesaikan
dengan baik.
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini, juga dikarenakan bantuan dari
berbagai pihak, yaitu dalam bentuk dorongan, saran, bimbingan dan perhatian,
sehingga sepantasnya penulis haturkan terima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan sabar membimbing serta memberi masukan dan dorongan
kepada penulis selama menyusun skripsi.
5. Drs. P.A. Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
x
6. Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd., yang telah memberi masukan
kepada penulis selama menyusun skripsi.
7. Drs. Th. Sukristiyono selaku kepala sekolah SMA Kolese De Britto,
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
8. F.X. Agus Hariyanto, S.E., S.Pd., yang telah membantu penulis dalam
melakukan studi dokumentasi.
9. H. Franky Ari Andri Prianto, S.Pd., selaku guru mata pelajaran
ekonomi yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
10.Siswa Kelas X SMA Kolese De Britto yang telah meluangkan waktu
untuk mengisi angket penelitian.
11.Sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan
Akuntansi (Mbak Titin, Mbak Aris, Pak Wawiek) yang
telah membantu dalam berbagai macam urusan dalam penyusunan
skripsi ini sampai selesai.
12.Kedua orang tuaku (Calixtus Sudijana dan Antonia
Sunarti): tiada kata dari anakmu ini yang
mampu membalas perhatian, nasehat,
bimbingan, dorongan dan doa kalian,
sehingga aku bisa menyelesaikan
xi
13.Kakakku Albertus Hery Novie Artha; Mas aku
lulus..!! Thanks doamu!! Mbak Rose..makasih
juga doanya!! Semoga kalian langgeng....
14.Emiliana Uut Swisty Kusuma, thanks for your
kindness...!!!!
15.Indra “Gendol” pokokke sip-sip.., Iswanto
“Gendon”, Tatang “Goaangg”, Doddy “Kobiss”,
Anton “Bagyo”, Niken, Andi”02, Kirjo, pokokke
‘merdekaaa...’!! ojo lali lé kekancan!!
16.Mas Dedy: jebul sido lulus aku, nuwun
doané!
17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
1. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi ... 9
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 11
B. Motivasi Belajar ... 14
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 14
2. Tipe-tipe Motivasi ... 15
3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi ... 20
4. Manfaat Motivasi dalam Belajar ... 22
5. Karakteristik Siswa yang Mempengaruhi Motivasi ... 23
6. Prinsip-prinsip Motivasi ... 24
1. Pengertian Lingkungan Belajar ... 31
2. Klasifikasi Lingkungan Belajar ... 31
E. Strategi Pembelajaran ... 35
2. Syarat-syarat Penggunaan Metode Mengajar ... 37
3. Macam-macam Metode Mengajar ... 37
4. Ciri-ciri Pengajar yang Baik ... 46
F. Penelitian Sebelumnya ... 50
G. Kerangka Berpikir dan Hipotesis ... 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliatian ... 56
2. Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel ... 58
E. Variabel Penelitian, Indikator dan pengukuran ... 59
1. Motivasi Belajar ... 59
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMA Kolese De Britto ... 78
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 90
1. Motivasi Belajar ... 91
2. Sikap ... 92
3. Lingkungan Belajar ... 93
4. Strategi Pembelajaran ... 94
5. Prestasi Belajar Ekonomi ... 96
B. Teknik Analisis Data ... 97
1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 97
a. Uji Normalitas ... 97
b. Uji Linearitas ... 99
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 103
1. Pengujian Hipotesis ke-1 ... 103
2. Pengujian Hipotesis ke-2 ... 104
3. Pengujian Hipotesis ke-3 ... 105
4. Pengujian Hipotesis ke-4 ... 105
D. Pembahasan ... 106
1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 106
2. Hubungan antara Sikap dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 107
3. Hubungan antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 107
4. Hubungan antara Strategi Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 108
BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 109
B. Keterbatasan Penelitian ... 112
C. Saran-saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 65
Tabel III.2 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 69
Tabel III.3 Hasil Uji Validitas Sikap ... 70
Tabel III.4 Hasil Uji Validitas Lingkungan Belajar ... 71
Tabel III.5 Hasil Uji Validitas Strategi Pembelajaran ... 72
Tabel III.6. Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian ... 74
Tabel III.7. Hasil Uji Reliabilitas ... 74
Tabel III.8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 77
Tabel V.1. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 92
Tabel V.2. Distribusi Frekuensi Sikap ... 93
Tabel V.3. Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar ... 94
Tabel V.4. Distribusi Frekuensi Strategi Pembelajaran ... 95
Tabel V.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ekonomi ... 96
Tabel V.6. Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 98
Tabel V.7. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ... 102
Tabel V.8. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 103
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Kuesioner
Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4. Uji Normalitas dan Linearitas
Lampiran 5. Uji Korelasi Spearman Rank
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral (utuh
terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar, guru sebagai pengajar
yang sedang mengajar serta mata pelajaran yang diberikan guru kepada siswa.
Peran guru dalam proses belajar mengajar sangat penting, karena guru berfungsi
sebagai komunikator, begitu pula peran siswa yaitu sebagai komunikan.
Mata pelajaran merupakan pesan yang diajarkan oleh guru kepada siswa
dan seterusnya diadopsi sebagai bekal siswa setelah menyelesaikan studinya.
Semakin banyak siswa melakukan adopsi materi pelajaran yang diberikan guru,
maka makin banyak bekal yang siswa peroleh.
Namun, tidak semua siswa rajin melakukan adopsi terhadap mata
pelajaran, terutama mata pelajaran yang sifatnya menghafal, contohnya mata
pelajaran ekonomi. Pelajaran IPS pada umumnya merupakan salah satu mata
pelajaran yang kurang populer dan kurang diminati di kalangan siswa. Kekurang
populeran dan kurang diminatinya pelajaran IPS oleh siswa SMA, lebih dari
sekedar anggapan umum yang sering dipertentangkan antara ilmu eksakta dengan
ilmu non eksakta. Terdapat pihak yang beranggapan bahwa ilmu eksakta lebih
menantang dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hasan (1996: 45),
menyatakan sejak dulu IPS kurang diminati dan kurang populer di kalangan siswa.
Siswa merasa tidak senang dengan banyaknya hafalan yang harus
dikuasainya yang menyebabkan siswa kurang berminat untuk menekuni ilmu-ilmu
sosial, khususnya mata pelajaran ekonomi atau siswa hanya belajar tanpa
kesungguhan sekedar mengikuti salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari di
SMA. Minat maupun bakat seseorang berkaitan erat dengan sikap terhadap mata
pelajaran tertentu. Siswa yang memang tidak berminat dan tidak berbakat dalam
bidang ekonomi akan memiliki sikap kurang mendukung keberhasilan belajarnya.
Siswa yang tidak berminat terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru, namun siswa diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan di dalam diri
siswa perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, bahkan untuk selanjutnya tidak
akan pernah mempelajarinya, sehingga prestasi belajarnya juga kurang baik (Good
yang dikutip Prayitno, 1989: 3).
Kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam proses belajar mengajar mata
pelajaran ekonomi tersebut, memberikan akibat yang kurang baik bagi siswa itu
sendiri, yaitu menurunnya prestasi belajar ekonomi. Prestasi belajar ekonomi
adalah hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang berupa
penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang ditunjukkan dengan
nilai-nilai tes, atau simbol-simbol yang diberikan secara periodik oleh guru.
Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai
prestasi belajar yang memuaskan. Namun, siswa memiliki perbedaan dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan
Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, prestasi belajar antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain juga berbeda.
Menurut Syah (1995: 132), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa meliputi: (1) faktor internal yakni faktor dari dalam diri siswa
meliputi keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa antara lain kesehatan
tubuh, indera pendengar, indera penglihat, sikap, motivasi, kecerdasan, minat;
(2) faktor eksternal yakni faktor dari luar siswa meliputi kondisi lingkungan di
sekitar siswa; (3) pendekatan belajar siswa dan metode mengajar guru.
Pada proses belajar mengajar mata pelajaran ekonomi, yang hampir
seluruhnya bersifat hafalan dan teori-teori, banyak ditemukan reaksi siswa terhadap
berbagai tugas yang diberikan guru. Sebagian siswa ada yang langsung tertarik dan
menyenangi topik-topik pelajaran, sebagian siswa lainnya menerima dengan
perasaan jengkel, dan ada pula yang benar-benar menolak untuk mengikuti proses
belajar mengajar.
Siswa tertentu yang biasanya mendapat nilai bagus disertai pujian dan
penghargaan dari orang tua dan guru, akan termotivasi untuk belajar lebih lanjut,
sedangkan siswa yang tidak mendapat nilai bagus serta pujian akan kurang
termotivasi untuk belajar selanjutnya. Pujian dan penghargaan merupakan salah
satu motivasi yang dapat menggerakkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Siswa yang termotivasi kuat untuk memperoleh prestasi belajar yang baik,
biasanya akan mencapainya sesuai dengan kemampuannya, dan pengalaman sukses
meningkatkan usaha untuk mengalami sukses dikemudian hari. Sebaliknya, siswa
diri sepenuhnya dalam usaha mengerjakan tugas belajar, cepat bosan dan berusaha
menghindar dari kegiatan belajar.
Lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah penting peranannya dalam
merangsang minat siswa untuk belajar. Guru maupun orang tua hendaknya dapat
menciptakan lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang memungkinkan
motivasi dan minat siswa untuk belajar menjadi meningkat. Lingkungan fisik
sekolah seperti pengaturan ruang kelas, pengaturan jumlah siswa dalam satu kelas
yang mempertimbangkan persyaratan fisik maupun psikologis dapat menunjang
keefektifan siswa dalam belajar.
Peranan orang tua dalam membimbing dan membantu kesulitan siswa
dalam belajar, sangat diperlukan. Penyediaan kesempatan yang dibutuhkan anak
dalam belajar di rumah sangat menunjang kesuksesan anak dalam belajar.
Membina hubungan akrab dengan anak dan memberikan perhatian yang tinggi
penting dilakukan, apabila anaknya berhasil dalam belajar. Jadi, pengaruh
lingkungan belajar yang semakin baik, akan diikuti prestasi belajar suswa yang
semakin baik pula. Sebaliknya, semakin buruk pengaruh lingkungan akan diikuti
oleh semakin buruknya prestasi belajar siswa.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, guru dan siswa berinteraksi,
dan mengkomuniksikan sikap dan perasaan-perasaan. Sikap adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, baik secara positif maupun negatif
(Syah, 1995: 135). Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, diiringi sikap
benci terhadap guru dan mata pelajaran menimbulkan kesulitan belajar pada siswa
tersebut, yang akhirnya prestasi belajar juga menurun.
Tingkat prestasi belajar siswa dipengaruhi juga oleh strategi pembelajaran
dari guru. Strategi pembelajaran adalah sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam kenyataan
sehari-hari terdapat beberapa guru yang menggunakan strategi tertentu yang kurang atau
tidak cocok dengan isi dan tujuan pembelajaran, namun terdapat pula guru yang
mampu memilih metode yang tepat untuk mengerjakan materi tertentu, namun
kurang mampu mengaplikasikannya secara baik, sehingga hasilnya tidak memadai,
bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama siswa. Siswa menjadi bosan
terhadap cara guru mengajar, sehingga timbul sikap menyepelekan guru dan mata
pelajaran, dan akhirnya siswa menjadi tidak terarah tujuan belajarnya.
Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal, tidak
sekedar karena strategi pembelajaran yang digunakan guru, melainkan dari faktor
pendekatan belajar yang digunakan siswa. Pendekatan belajar adalah cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu.
Sering terjadi siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi
daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama
dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika siswa
yang cerdas mengalami kemerosotan prestasi sampai ke titik yang lebih rendah
memiliki kemampuan ranah kognitif rata-rata atau sedang dapat mencapai puncak
prestasi yang memuaskan dengan menggunakan pendekatan belajar yang efisien
dan efektif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menguji
Analisis Hubungan Antara Motivasi Belajar, Sikap, Lingkungan Belajar, Strategi
Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Kolese De
Britto.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan prestasi belajar ekonomi yang
dipengaruhi oleh motivasi belajar, sikap, lingkungan belajar dan strategi
pembelajaran. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Kolese De Britto,
dengan pertimbangan bahwa siswa kelas X sudah pernah diberikan pshycotest
untuk mengukur prestasi belajarnya, dengan hasil prestasi belajar siswa kelas X
rendah. Disamping itu, dalam permohonan ijin penelitian di sekolah tersebut
diharapkan tidak mengalami kesulitan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan, yaitu :
1. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Motivasi Belajar dengan
2. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Sikap dengan Prestasi
Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Kolese De Britto?
3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Lingkungan Belajar
dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Kolese De Britto?
4. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Strategi Pembelajaran
dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA Kolese De Britto?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk menguji dan menganalisis:
1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas
X SMA Kolese De Britto.
2. Hubungan antara Sikap dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa kelas X SMA
Kolese De Britto.
3. Hubungan antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa
kelas X SMA Kolese De Britto.
4. Hubungan antara Strategi Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Ekonomi siswa
kelas X SMA Kolese De Britto.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian yang diperoleh peneliti adalah sebagai sarana untuk
menerapkan ilmu yang telah diterima selama studi dan menjadikan bekal
2. Bagi Sekolah Menengah Uumum
Manfaat penelitian bagi sekolah menengah umum adalah dapat memberikan
bahan masukan untuk meningkatkan prestasi belajar ekonomi siswa, dengan
lebih memperhatikan faktor motivasi belajar, sikap, lingkungan belajar dan
strategi pembelajaran.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Manfaat penelitian bagi Universitas Sanata Dharma adalah sebagai tambahan
referensi perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
A. Prestasi Belajar Ekonomi
Sasaran utama proses belajar mengajar adalah tercapainya hasil belajar yang
maksimal oleh siswa. Hasil belajar yang maksimal, diperoleh siswa sesuai dengan
batas-batas kemampuannya, yang berbeda antar masing-masing siswa. Hasil belajar
diberikan oleh guru dalam bentuk nilai atau angka-angka, yang dapat dijadikan
standar penilaian prestasi belajar siswa.
1. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi
Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar akan nampak dalam
prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
yang dikembangkan oleh siswa, dan ditunjukkan oleh nilai tes atau angka-angka
yang diberikan oleh guru (Mulyono, 1990: 30). Prestasi belajar siswa diketahui
dari hasil evaluasi belajar. Evaluasi mengandung penilaian terhadap hasil belajar
dan proses belajar, sampai sejauh mana keduanya berjalan dengan baik. Untuk
mengukur prestasi belajar siswa, digunakan alat ukur yaitu tes. Tes adalah suatu
alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab dalam situasi
yang telah distandarisasi, yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar individu
atau kelompok (Masidjo, 1995: 30).
Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
siswa tersebut meliputi kemampuan bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang
psikomotorik (Sudjana, 1989: 92).
Komponen kognitif menunjuk pada perkembangan fungsi intelektual atau
kecerdasan siswa. Komponen kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.
Komponen afektif menunjuk pada perkembangan mental siswa yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan cara siswa berkomunikasi dengan
orang lain sebagai individu maupun kelompok. Komponen afektif meliputi
aspek penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan
pola hidup.
Komponen psikomotorik menunjuk pada perkembangan yang progresif
dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam ketrampilan fisik siswa.
Komponen ini mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Pendapat Salahudin yang dikutip Suyata (1993: 5), menyatakan prestasi
belajar atau out put dapat dicapai siswa melalui proses belajar mengajar dan proses tersebut dapat berjalan apabila mendapat dukungan dari berbagai faktor,
yang bersumber dari siswa, sarana dan prasarana pendidikan, serta lingkungan
dan guru. Proses belajar mengajar yang didukung oleh faktor-faktor tersebut
dapat berjalan lancar apabila guru sebagai pemimpin proses belajar, dapat
menyeimbangkan peran masing-masing faktor.
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan prestasi belajar ekonomi
mata pelajaran ekonomi, dan dinyatakan dengan nilai-nilai dari guru secara
periodik.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar
Kesuksesan belajar ditentukan sebagian besar oleh pribadi siswa sebagai
peserta didik yang sedang belajar. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas
membantu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Demikian juga fasilitas
belajar, media, sumber dan tenaga kependidikan yang ada merupakan fasilitator
yang membantu, mendorong dan membimbing agar siswa yang belajar
memperoleh kesuksesan dalam belajar.
Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Rusyan (1992: 21), faktor yang
mempengaruhi proses belajar siswa, yang pada akhirnya juga berpengaruh pada
prestasi belajar dokategorikan kedalam 2 faktor, yaitu faktor dari dalam diri
siswa, dan faktor yang datang dari luar diri siswa.
Faktor yang datang dari dalam siri siswa yang paling utama adalah
kemampuan yang dimiliki siswa. Semakin tinggi tingkat kemampuan siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Disamping kemampuan,
terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses belajar, yaitu motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis.
Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh lingkungan belajar siswa, sebab
belajar pada prinsipnya adalah perpaduan antara individu dengan
lingkungannya, atau ada faktor di luar diri siswa yang menentukan atau
lain sistem pengajaran, cara belajar siswa, sumber-sumber belajar, keluarga,
media dan teknologi.
Prestasi belajar pada dasrnya tersirat dalam tujuan yang dikehendaki, oleh
sebab itu kesuksesan belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan dan
faktor-faktor lainnya yang ada dalam diri siswa dan didorong oleh lingkungan yang ada
di luar diri siswa.
Arikunto (1992: 21), memberikan pendapatnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang digolongkan kedalam 2 faktor, yaitu:
1. Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, disebut faktor internal. Faktor ini diklasifikasikan menjadi 2, yaitu (1) faktor biologis meliputi usia, kematangan, kesehatan dan (2) faktor psikologis meliputi kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, kebiasaan belajar, kemampuan. 2. Faktor yang bersumber dari luar diri siswa, diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
(1) faktor manusia meliputi di keluarga, sekolah, masyarakat dan (2) faktor non manusia meliputi udara, cuaca, suara, bau-bauan, iklim, suhu, penerangan, kebersihan.
Siswa yang mampu memaksimalkan semua potensi yang ada di dalam
dirinya dan di luar dirinya seperti tersebut di atas, maka prestasi belajar yang
tinggi dapat dicapainya, sebab faktor-faktor tersebut berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Arikunto (1990: 194), menambahkan pendapatnya tentang faktor yang
mempengaruhi proses belajar. Menurut Arikunto, prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh :
1. Faktor yang berhubungan dengan pengelolaan kelas. Faktor ini meliputi lingkungan belajar yang kondusif, pemaksimalan pemanfaatan sarana, menjaga keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tujuan utama kegiatan pengelolaan kelas adalah untuk memberikan layanan agar tercipta situasi kelas yang kondusif untuk terjadinya proses pengajaran yang efektif.
pelajaran yang akan dijadikan tntunan dalam penyusunan rencana pelajaran wajib dilakukan guru dengan melakukan modifikasi dan pengembangan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan, keadaan siswa, situasi setempat, fasilitas dan waktu.
3. Memilih pendekatan atau strategi untuk menyampaikan materi pelajaran dengan memperhatikan tujuan pelajaran, minat, usia siswa, dan waktu. Strategi pembelajaran dalam hal ini menitikberatkan pada metode mengajar dan cara siswa belajar. Metode mengajar yang digunakan guru apabila tidak sesuai dengan kemampuan siswa, dan sifat materi pelajaran bisa menimbulkan tidak tercapainya tujuan belajar secara efektif dan efisien. Cara siswa belajar berbeda antar siswa yang satu dengan siswa lainnya. Terdapat siswa yang lebih menyenangi belajar sendiri, ada yang menyenangi belajar kelompok atau diskusi.
4. Memilih alat-alat pelajaran. Faktor ini meliputi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses belajar, antara lain kapur tulis, OHP, papan tulis, buku sumber, jangka, penggaris. Kelengkapan alat-alat pelajaran mempermudah pelaksanaan proses belajar mengajar.
5. Memilih strategi evaluasi yang akan diambil untuk penilaian prestasi belajar siswa. Terdapat bermacam-macam strategi evaluasi yang dapat dilakukan guru, antara lain metode tes.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri
(faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) siswa. Dengan diketahuinya
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun
pelaku kegiatan belajar dapat memberikan intervensi positif untuk
meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.
Penelitian skripsi ini, akan dibatasi pada motivasi belajar, sikap,
lingkungan belajar, dan strategi pembelajaran, sebagi faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar ekonomi, dengan alasan keterbatasan waktu,
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
motivasi. Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai
dalam kehidupan seseorang. Untuk mencapai tujuan tersebut, seseorang perlu
berbuat atau berusaha, sedangkan yang menjadi penyebab terkuat adalah motif,
yaitu sebagai daya penggerak atau pendorong.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1986: 73). Kesadaran siswa mempelajari materi tertentu yaitu
untuk kesuksesan pada masa yang akan datang, mendorong siswa giat dalam
mempelajari materi tersebut.
Fudyartanto (2002: 258) mendefinisikan motivasi sebagai usaha untuk
meningkatkan kegiatan dalam mencapai tujuan. Motivasi ini berlaku untuk
semua kegiatan termasuk kegiatan belajar. Jadi, jika dikaitkan dengan belajar,
maka motivasi mendorong atau memberi semangat kepada siswa yang
melakukan kegiatan belajar, agar lebih giat belajar supaya prestasinya
meningkat.
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan
untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu
tujuan tertentu (Surya, 2004: 62). Upaya ini berasal dari diri siswa sendiri dan
dari orang lain seperti orang tua, saudara, guru, teman, dan benda-benda yang
Pendapat Sertain yang dikutip Purwanto (1990: 61), tentang pengertian
motivasi adalah pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang. Cita-cita yang
diharapkan siswa, dapat memotivasi siswa untuk belajar giat demi mendapatkan
semua ilmu yang mendukung tercapainya cita-citanya tersebut.
Berdasar definisi-definisi di atas, disimpulkan pengertian motivasi belajar
sebagai keadaan dari dalam dan luar diri siswa yang mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar demi mencapai prestasi yang maksimal.
2. Tipe-tipe Motivasi
Menurut Otto Wilman yang dikutip oleh Pasaribu (1983; 54), motivasi
dikelompokkan menjadi 6, yaitu:
a. Motivasi Psikologi
Setiap makhluk memiliki dorongan alam untuk berkembang. Motivasi yang
tidak disadari (unconcious/ primary motive) dalam belajar merupakan dorongan instinktip mengembangkan diri. Motivasi ini merupakan dorongan
yang spontan, sehingga menimbulkan minat yang spontan. Pengajaran
hendaknya menggunakan yang spontan ini agar menjadi hal yang positif.
Dorongan alam untuk berkembang, di sekolah berwujud sebagai dorongan
untuk belajar.
b. Motivasi Praktis
Semua pengetahuan mempunyai nilai praktis. Dalam hidup, kita harus
c. Motivasi Pembentukan Kepribadian
Pengetahuan dan kecakapan dapat membentuk kepribadian manusia dalam
segi estetis dan intelektualistis. Kebudayaan pada umumnya dapat
memperkaya hidup manusia, sehingga dapat membangkitkan motiv terhadap
pembentukan kepribadian.
d. Motivasi Kesusilaan
Motivasi ini mendorong individu belajar supaya lebih baik secara susila.
Motivasi ini merupakan kelanjutan dari motivasi pembentukan kepribadian,
sebab terbentuk kepribadian yang beraspek susila. Dalam pendidikan,
motivasi ini mendasari tindakan kita dalam mencapai tujuan yaitu manusia
dewasa susila. Manusia dewasa susial adalah manusia yang mempertanggung
jawabkan semua tindakan terhadap manusia lain dan juga terhadap Tuhan.
e. Motivasi Sosial
Sebagai makhluk sosial, dituntut mempelajari segala sesuatu yang layak
dikerjakan dalam hidup pergaulan dan interaksi dengan orang lain. Individu
hendaknya belajar memperhatikan kepentingan orang lain agar dengan
demikian dapat bekerja sama dengan orang lain. Kepentingan umum lebih
ditinggikan daripada kepentingan pribadi.
f. Motivasi Ketuhanan
Motivasi ini mendorong individu untuk belajar supaya mengabdi kepada
Syah (1995: 136), membagi motivasi ke dalam 2 tipe, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Termasuk dalam
motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi dan kebutuhan siswa terhadap
materi pelajaran.
Siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya
yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan
ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang
sebenarnya adalah untuk menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Sifat-sifat khusus dari siswa yang memiliki motivasi intrinsik adalah
siswa pendiam dan siswa yang aktif (Prayitno, 1989: 12). Siswa yang
pendiam menunjukkan tingkah laku pendiam, suka berpikir keras dan tidak
terlalu banyak bicara, menyenangi perubahan dan berpandangan bahwa
belajar memiliki berbagai macam cara. Siswa pendiam yang intrinsik
merupakan siswa yang berhasil baik dalam belajar (Prayitno, 1989: 13).
Dalam membimbing siswa yang seperti ini guru hendaknya memakai sistem
self-check, artinya siswa dibiarkan memonitor dirinya sendiri, dan tidak perlu banyak diatur.
Siswa yang aktif menunjukkan aktivitas yang tinggi, banyak bicara dan
membuat berbagai penemuan, banyak ide, dan berbakat jadi pemimpin.
sendiri atau self-motivated. Cara guru dalam membimbing siswa yang aktif adalah dengan mengarahkan mereka untuk bekerja dengan tepat, sehingga
energi mereka yang tinggi tersalur secara efisien. Hal ini perlu dilakukan,
sebab terdapat juga sejumlah siswa yang memiliki energi tinggi namun
tersalur dengan cara yang salah, tidak mampu mendisiplinkan diri sendiri
dalam mengerahkan dan mempergunakan energi mereka.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar siswa
yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Termasuk dalam
motivasi ekstrinsik adalah pujian, hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah,
tingkat kemajuan belajar, dan guru.
Dalam proses belajar, siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik
selalu mengharapkan persetujuan guru untuk meyakinkan dirinya bahwa
yang sedang dikerjakannya itu benar. Siswa memerlukan perhatian dan
pengarahan yang khusus dari guru, apabila mereka tidak menerima umpan
balik yang baik berkenaan dengan hasil pekerjaan mereka dan tidak
dibagikan tepat pada waktunya, maka kerja mereka menjadi lamban.
Hasil penelitian Grace yang dikutip Prayitno (1989: 17), membuktikan
bahwa siswa menampakkan hasil belajar yang lebih baik jika mereka dipuji.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa siswa-siswa
yang berhasil dalam belajar karena dipuji menampakkan kecenderungan
Hadiah sebagai alat untuk memotivasi siswa dapat menjadi penguat
tingkah laku siswa. Siswa yang melakukan pekerjaan dengan baik diberi
penghargaan oleh guru, baik dalam bentuk verbal atau ucapan maupun non
verbal meliputi benda atau angka, dapat menimbulkan perasaan makin
bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang diberikan guru. Namun,
motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik yang pada mulanya
sudah ada, tetapi jika pemberian hadiah terlalu sering, maka motivasi
intrinsik akan menurun. Siswa akhirnya bekerja dengan mengharapkan
hadiah. Ketergantungan ini dapat diatasi dengan memasangkan mereka dalam
belajar dengan memasangkan siswa yang memiliki motivasi intrinsik.
Siswa yang diberi tahu tingkat kemajuan belajar yang telah dicapainya
akan timbul kegembiraan dan keinginan untuk lebih meningkatkan kegiatan
belajar dalam diri siswa. Perasaan sukses dalam diri siswa dapat membangun
motivasi siswa dalam belajar.
Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar.
Namun, rasa persaingan yang berlebihan diantara siswa dalam belajar, dapat
menimbulkan persaingan tidak sehat, yaitu munculnya berbagai cara
berusaha mengalahkan siswa lain untuk mendapatkan status.
Persaingan antara siswa dengan diri sendiri menimbulkan motivasi
yang sehat dan efektif dalam belajar. Persaingan ini dilakukan dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada waktu
dengan menggunakan grafik kemajuan belajar kepada siswa yang
bersangkutan, sedangkan siswa lain tidak perlu mengetahuinya.
3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi
Dimyati (1999: 100), menyebutkan unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi yaitu :
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita atau aspirasi merupakan hal yang ingin dicapai setiap siswa,
sehingga diperlukan usaha serta perjuangan untuk meraihnya. Jadi, dengan
adanya cita-cita atau aspirasi siswa ini, sangat mempengaruhi motivasi
belajar mengajar.
b. Kemampuan belajar siswa
Kemampuan belajar siswa berbeda antara siswa yang satu dengan yang
lain, sehingga hasil yang dicapai berbeda dengan tingkat kemampuan
masing-masing individu. Siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi,
cenderung prestasi belajarnya juga tinggi, sedangkan siswa yang memiliki
kemampuan belajar rendah, cenderung prestasi belajarnya juga rendah.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologi dan kedua
kondisi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan psikologi
siswa yang tidak kekurangan atau tidak memiliki cacat, membuat minat
belajar siswa tidak terganggu. Sebaliknya, kondisi fisik dan psikologi siswa
yang memiliki cacat atau kekurangan, membuat siswa minder bergaul,
d. Kondisi lingkungan belajar siswa
Kondisi lingkungan meliputi lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan
fisik yaitu tempat siswa melakukan belajar, sedangkan lingkungan sosial
adalah lingkungan siswa dalam kaitannya dengan orang lain. Semakin baik
kondisi lingkungan belajar siswa, maka minat siswa untuk belajar juga
meningkat, sehingga prestasi belajarnya juga baik.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran meliputi perasaan,
perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran siswa yang mengalami perubahan
berkat pengalaman hidup. Siswa yang masih berkembang jiwa raganya,
lingkungan yang semakin baik akibat dibangun, merupakan kondisi dinamis
yang baik bagi pembelajaran. Guru yang profesional diharapkan mampu
memanfaatkan surat kabar, majalah, radion, televisi dan sumber belajar di
sekitar sekolah untuk memotivasi belajar siswa.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah.
Upaya guru di sekolah meliputi menyelenggarakan tertib belajar di sekolah,
membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, membina belajar tertib
pergaulan, dan membina belajar tertib lingkungan sekolah.
Disamping penyelengaraan tertib yang umum tersebut, maka secara
individual tiap guru menghadapi siswa. Upaya pembelajaran tersebut
belajar, (2) pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara
tepat guna, dan (3) mendidik cinta belajar.
Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar
sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang paling penting adalah keluarga,
lembaga agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda. Siswa sekolah pada
umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru profesional
dituntut menjalin kerjasama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan
tersebut. Upaya mendidikkan belajar tertib hidup merupakan kerja sama
sekolah dan luar sekolah. Belajar tertib hidup meliputi pemeliharaan
kebersihan, pemeliharaan fasilitas umum, tertib lalu lintas, tertib pergaulan,
tertib hidup sebagai umat beragama.
4. Manfaat Motivasi dalam Belajar
Manfaat motivasi dalam belajar menurut Dimyati (1999: 84-86), adalah: a. Manfaat bagi Siswa
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya.
3) Mengarahkan kegiatan belajar.
4) Membesarkan semangat belajar
5) Menyadarkan tentang adanya pengalaman belajar dan kemudian bekerja
Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi belajar
disadari oleh siswa sendiri. Apabila motivasi disadari oleh siswa, maka
sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.
b. Manfaat bagi Guru
1) Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil. Membangkitkan bila siswa tidak bersemangat,
meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam, memelihara
bila semangat belajar telah kuat untuk mencapai tujuan belajar.
2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas
bermacam-macam, ada yang acuh tak acuh, ada yang memusatkan perhatian, ada
yang bermain, namun ada pula yang bersemangat.
3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara
bermacam-macam peran, seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur,
teman diskusi, dan penyemangat.
4) Memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis. Tugas guru
adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil.
5. Karakteristik Siswa yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Brown yang dikutip Imron (1996: 88), karakteristik siswa yang mempengaruhi motivasi adalah :
a. Tertarik kepada guru, yang artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak
acuh.
c. Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama
pada guru.
d. Mempunyai keinginan selalu bergabung dalam kelas
e. Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain
f. Tindakan, kebiasaan dan kontrolnya selalu dalam kontrol diri.
g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali.
h. Selalu terkontrol oleh lingkungannya.
6. Prinsip-prinsip Motivasi
Prinsip motivasi yang dikemukakan oleh Surya (2004: 65) adalah:
a. Prinsip kompetisi
Persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan
dalam dimensi tempat dan waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan
antar siswa yang satu dengan yang lain.
b. Prinsip pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada
pemacu tertentu, misalnya informasi, nasehat, peringatan.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima oleh siswa dapat meningkatkan motivasi untuk
melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran itu. Namun, ganjaran atau
hukuman itu dapat diterapkan secara profesional dan benar-benar dapat
d. Pemahaman hasil
Hasil belajar yang diketahui oleh siswa dapat memacu untuk belajar lebih
giat lagi, atau meningkatkan hasil yang telah diterima.
e. Kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan. Maka siswa harus memahami tujuan
belajar secara jelas.
f. Pengembangan minat
Prinsip dasarnya adalah motivasi siswa cenderung akan meningkat apabila
siswa memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.
g. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan psikologi dapat
menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan
produktif.
h. Keteladanan
Perilaku guru secara langsung atau tidak langsung punya pengaruh terhadap
perilaku siswa, baik yang sifatnya positif maupun negatif. Dengan
contoh-contoh yang dapat diteladani, siswa dapat lebih meningkatkan motivasi
belajar dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
C. Sikap
Siswa memiliki kemampuan berpikir, latar belakang pendidikan, motivasi
Perbedaan ini menunjukkan bahwa siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda
dalam kesiapan untuk menerima pelajaran dan untuk mencapai tujuan belajar.
1. Pengertian Sikap
Menurut pendapat Thurstone yang dikutip Walgito (1990: 48), sikap
adalah derajat kepositifan atau kenegatifan sebagai akibat hubungan dengan
objek-objek psikologi. Jadi, pernyataan kesiapan bertindak seseorang berkaitan
erat dengan pengalaman lama terhadap suatu objek atau situasi yang
menyenangkan, maka kesiapan bertindak terhadap hal yang sama cenderung
positif.
Sikap adalah konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang
berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek.
Siswa yang berprestasi baik dalam suatu mata pelajaran, karena siswa tersebut
mampu memahami materi pelajaran, merasakan dan bertingkah laku
berdasarkan ilmu yang telah diperolehnya.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
pengertian sikap yaitu kumpulan atau situasi yang relatif tetap, yang
memberikan pedoman pada siswa untuk membuat respon atau perilaku dalam
cara tertentu yang dipilihnya.
2. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap yaitu :
a. Sikap adalah sesuatu yang tidak dibawa sejak lahir. Seseorang ketika
dilahirkan tidak membawa sikap tertentu, karena sikap terbentuk dalam
b. Sikap selalu ada hubungan antara individu dengan objek. Hubungan yang
bersifat positif atau negatif, antara individu dengan objek akan menimbulkan
sikap tertentu pada diri individu terhadap objek yang bersangkutan.
c. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi. Sikap dapat dipandang
sebagai sebab timbulnya suatu objek, maka kemungkinan untuk gagal adalah
kecil. Sikap memberi kemungkinan yang besar akan sukses dan gagalnya
seseorang, karena sikap berfungsi sebagai motivasi dalam bertingkah laku.
3. Fungsi Sikap
Fungsi sikap adalah :
a. Fungsi instrumental, berkaitan dengan sarana dan tujuan seseorang. Sikap
akan mempermudah seseorang untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
b. Fungsi nilai. Seseorang yang mengambil sikap tertentu dapat
mengekspresikan diri, sehingga akan mendapat kepuasan.
c. Fungsi pertahanan ego. Seseorang akan mengambil sikap tertentu untuk
mempertahankan egonya.
d. Fungsi pengetahuan. Individu mempunyai dorongan ingin tahu untuk
membentuk pengalamannya.
Berdasarkan fungsi sikap di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, perlu
ditumbuhkan sikap positif terhadap mata pelajaran ekonomi pada siswa,
4. Komponen Sikap
a. Komponen Kognitif (the Cognitive Component)
Komponen ini merupakan suatu sikap yang terdiri dari kepercayaan mengenai suatu
objek tertentu. Kognisi yang melekat pada sistem sikap itu, merupakan kepercayaan
evaluatif terhadap objeknya, yang meliputi penilaian menguntungkan atau tidak
menguntungkan, dapat diterima atau tidak dapat diterima.
b. Komponen Perasaan (the Feeling Component)
Komponen ini merupakan komponen yang menunjukkan adanya emosi
dalam hubungannya dengan objek. Suatu objek dapat dirasakan
menyenangkan atau tidak, disukai atau tidak. Bobot emosional ininlah yang
membuat sikap mempunyai sifat mendesak atau bergerak dalam
hubungannya dengan objek.
c. Komponen Kecenderungan Bertindak (the Action Tendency Component). Komponen ini mencakup kesiapan bertingkah laku yang berkaitan dengan
sikap. Jika seseorang bersikap positif terhadap suatu objek, maka ia
cenderung membantu atau mendukung objek tersebut. Sebaliknya, apabila ia
bersikap negatif, cenderung merusak atau memusnahkan objek tertentu.
Komponen-komponen sikap tersebut berpengaruh terhadap kesiapan
bertindak seseorang dalam menghadapi suatu objek. Objek yang dihadapi
seseorang menentukan apakah sikap itu termasuk sikap individual atau sikap
sosial. Sikap individual adalah sikap yang terdapat pada seseorang dalam
hubungannya dengan kesukaan atau ketidaksukaan secara pribadi terhadap suatu
masyarakat yang dimanifestasikan dalam bentuk kegiatan yang sama dan
dilakukan berulang-ulang (Effendy, 1983: 90).
5. Pengukuran Sikap
Menurut Walgito (1990: 69), pengukuran sikap ada beberapa macam
cara, yang pada garis besarnya dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) secara
langsung, yaitu subyek secara langsung dimintai pendapat, bagaimana sikapnya
terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapinya; (b) secara tidak langsung,
yaitu pengukuran sikap dijalankan dengan menggunakan tes.
Untuk memahami sikap, dapat dilakukan dengan cara memahami kondisi
psikisnya yang merupakan manifestasi dari sikapnya. Misalnya
pikiran-pikirannya, minat-minatnya, penilaiannya, pandangan atau opininya. Metode
yang dapat dilakukan adalah melalui skala sikap. Skala sikap adalah kumpulan
pernyataan sikap, sedangkan pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang diukur.
Mengenai pernyataan sikap ini Azwar (1995: 56), berpendapat struktur
sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang. Pertama adalah
komponen kognitif yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang benar
bagi objek sikap. Kedua adalah komponen afektif, yang berisikan mengenai
masalah emosional subyektif seseorang mengenai sikap obyek. Ketiga adalah
komponen konatif yang berisikan perilaku yang ada dalam diri seseorang
Untuk bertindak terhadap suatu obyek, tidak akan lepas dari pikiran dan
perasaannya. Pikiran dan perasaan seseorang merupakan interaksi dari tiga
komponen sikap tersebut. Sikap sebagai kecenderungan untuk bertindak
seseorang, dapat terbentuk melalui pengalaman, dan berkaitan dengan emosinya.
Rasa senang, sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan menurut
seseorang menunjuk pada derajat sikap terhadap objek atau situasi yang
dihadapinya. Dengan melalui perasaannya, siswa mengadakan penilaian yang
spontan terhadap pengalaman belajar di sekolah.
Penilaian yang positif dapat terungkap dalam perasaan senang (rasa puas,
gembira dan simpati), sedangkan penilaian yang negatif dapat terungkap dalam
perasaan yang tidak senang (takut, benci, segan). Sikap yang positif terhadap
mata pelajaran ekonomi, merupakan tanda awal yang baik bagi proses belajar.
Apabila siswa bersikap positif, maka akan ada kecenderungan bahwa siswa
berusaha serius dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu. Sebaliknya,
jika sikapnya negatif, maka siswa cenderung tidak serius dalam belajar.
Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai sikap siswa terhadap mata
pelajaran ekonomi, yang merupakan penilaian siswa yang berdasarkan
pengalaman belajarnya dan disertai perasaan senang atau tidak senang terhadap
D. Lingkungan Belajar
1. Pengertian Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar adalah keadaan yang timbul dan berpengaruh terhadap
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas atau di rumah, namun tidak
menjadi tanggung jawab langsung para guru, siswa ataupun orang tua
(Hutabarat, 1995:203). Keadaan dalam hal ini berkaitan dengan corak kehidupan
masyarakat, atau bersumber pada lingkungan alam, misalnya lingkungan sosial
budaya, politik, ekonomi, alokasi tempat, waktu dan musim.
Surachmad (1982: 23), mengemukakan bahwa untuk dapat belajar dengan
baik, maka diperlukan lingkungan yang merangsang suasana belajar.
Maksudnya, lingkungan tempat siswa belajar perlu memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan dapat memberikan suasana nyaman bagi siswa dalam belajar.
Berdasarkan definisi di atas, disimpulkan pengertian lingkungan belajar
yaitu keadaan atau situasi di sekitar siswa yang berpengaruh pada tingkah laku,
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan siswa.
2. Klasifikasi Lingkungan Belajar
Suryabrata (1984: 253), membagi lingkungan belajar kedalam dua bagian,
yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Lingkungan sosial mencakup guru,
para karyawan, teman-teman sekelas, orang tua, saudara, tetangga, teman-teman
Guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta
memperlihatkan suri teladan yang baik, khususnya dalam hal belajar, menjadi
daya dorong positif bagi kegiatan belajar siswa. Hubungan antara siswa dengan
siswa yang terjalin dengan baik, memungkinkan timbulnya sifat saling tolong
menolong antar siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Walgito (1990: 78), berpendapat fungsi orang tua dalam keluarga
memegang peranan penting dalam proses belajar siswa. Siswa yang tinggal satu
rumah dengan orang tua lebih mendapat perhatian, bimbingan dan dorongan
yang khusus dalam kegiatan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang
tinggalnya jauh dari orang tua. Sikap orang tua yang lembut dan ramah terhadap
anak, tetapi mempunyai aturan tentang tingkah laku anak adalah ciri orang tua
yang sukses dalam menunjang prestasi dan proses belajar anak.
Peran saudara terutama kakak kandung sangat diperlukan siswa, baik
dalam membantu kesulitan belajar, maupun sebagai tempat konsultasi siswa
mengenai permasalahan pribadi dan sekolah. Teman sepermainan yang juga
masih seorang pelajar, dapat menjadi teman bertukar pendapat tentang
kesulitan-kesulitan yang dialami selama belajar.
b. Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial adalah keadaan atau situasi di luar faktor manusia
yang mempengaruhi siswa dalam belajar. Lingkungan non sosial meliputi
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, fasilitas
Gedung sekolah yang dekat dengan jalan raya yang ramai dan bising oleh
suara kendaraan bermotor, mengurangi konsentrasi siswa dalam belajar. Suara
guru yang sedang mengajar terdengar kecil, sehingga pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan guru menjadi berkurang. Sebaliknya, gedung
sekolah yang letaknya jauh dari jalan raya sangat mendukung proses belajar
mengajar, suara kendaraan bermotor kurang terdengar atau kecil sekali,
sehingga suara guru dalam menyampaikan materi pelajaran terdengar jelas.
Pengaturan tempat duduk siswa berpengaruh terhadap minat siswa dalam
belajar, karena memungkinkan siswa terlibat dan berpartisipasi secara aktif
dalam belajar. Pengaturan tempat duduk yang disesuaikan dengan aktivitas yang
dilakukan siswa menurut tuntutan program belajar, mempengaruhi siswa dalam
melakukan aktivitas belajar secara maksimal dalam menerima pelajaran.
Ukuran kelas dengan jumlah siswa di dalamnya juga berpengaruh pada
proses belajar siswa. Pendapat Glass dan Smith yang dikutip Prayitno (1989:
139), mengemukakan hasil penelitiannya, yaitu ukuran kelas yang kecil,
siswa-siswanya memperoleh prestasi belajar lebih tinggi daripada siswa-siswa dalam
kelas yang berukuran besar. Ukuran kelas yang kecil memungkinkan
pengelolaan kelas lebih mudah, siswa banyak terlibat secara aktif dalam
aktivitas belajar, menambah seringnya hubungan siswa dan guru, meningkatkan
pemahaman guru terhadap kebutuhan-kebutuhan siswa, sehingga kualitas
belajar siswa meningkat.
Ruang kelas yang aliran udaranya lancar memberikan rasa segar dan
dalam kelas. Pencahayaan yang tidak terlalu silau tetapi tidak terlalu gelap,
membuat kesehatan mata siswa dan guru terjaga baik, Kebersihan lingkungan
sekolah yang terjaga baik, menjamin kesehatan siswa dan guru tetap terjaga.
Kondisi-kondisi di sekolah seperti tersebut di atas, dapat memotivasi dan
menimbulkan minat siswa dalam belajar, sehingga tujuan belajar yang dicapai
siswa dapat tercapai.
Kondisi rumah yang sempit, berantakan, perkampungan yang padat dan
tidak ada sarana umum untuk kegiatan remaja, mendorong siswa untuk
berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi, sehingga
aktivitas belajarnya menjadi terlupakan. Pendapat Biggers yang dikutip Syah
(1995: 138), menjelaskan belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar
pada waktu-waktu lainnya. Hasil belajar tidak tergantung pada waktu secara
mutlak, tetapi tergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapan siswa.
Diantara siswa ada yang siap belajar pada waktu pagi hari, siswa yang lain siap
belajar pada waktu malam atau sore hari.
Lingkungan sangat dominan peranannya dalam membentuk pribadi dan
belajar siswa. Berkaitan dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas,
lingkungan belajar yang baik akan mendukung proses belajar siswa dan
berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa. Sebaliknya, jika lingkungan
belajar siswa kurang baik, maka akan memberi dampak yang kurang baik
E. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merujuk pada suatu proses mengatur lingkungan
belajar. Setiap strategi mengajar merupakan gabungan dari beberapa variabel.
Variabel yang penting dalam strategi pembelajaran adalah metode penyampaian
bahan ajar, pola organisasi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi dan
bentuk komunikasi yang digunakan (Kurikulum 2004: 5).
Strategi dapat juga ditafsirkan sebagai garis besar haluan bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi merupakan dasar dari setiap usaha
yang mencakup 4 hal (Rusyan, 1992: 34):
1. Penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera yang memerlukan. 2. Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan utama yang ampuh guna
mencapai sasaran.
3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik dimana sasaran tercapai.
4. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku untuk dipergunakan dalam mengukur taraf keberhasilan dan kesuksesan usaha.
Jika strategi tersebut diterapkan dalam konteks belajar, sejalan dengan
tahapan langkah utama dari pola dasar belajar yaitu:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku dan pribadi seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran dalam kegiatan belajar.
2. Memilih sistem pendekatan belajar utama yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
3. Melihat dan menetapkan prosedur, cara dan teknik belajar yang dipandang paling efektif dan efisien sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Strategi pembelajaran mencakup metode dan teknik pembelajaran. Strategi
pembelajaran dirinjau dari peran guru ada dua, yaitu melalui tatap muka dan
melalui pengalaman belajar. Pada pembelajaran tatap muka, peran guru sangat
dominan, yaitu mengatur kegiatan belajar siswa. Pembelajaran pada tatap muka,
guru menggunakan berbagai metode mengajar, alat bantu dan teknologi
pembelajaran. Pembelajaran tatap muka pada umumnya dilaksanakan di kelas,
laboratorium, studio atau di bengkel. Keberhasilan pembelajaran tatap muka sangat
ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas dan memotivasi siswa
belajar.
Pengalaman belajar adalah interaksi antara siswa dengan bahan ajar tanpa
dihadiri guru. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas.
Pengalaman belajar di dalam kelas berbentuk interaksi antara siswa dengan bahan
ajar, mislanya telaah buku, telaah Undang-undang, telaah hasil penelitian,
percobaan di laboratorium. Pengalaman belajar di luar kelas berbentuk
mengunjungi objek wisata yang berada di luar kelas, misalnya kunjungan pasar
untuk mengetahui proses jual beli yang terjadi.
1. Pengertian Metode Mengajar
Syah (1995: 202), mengartikan metode mengajar sebagai cara yang berisi
prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan
penyajian materi pelajaran kepada siswa. Cara mengajar seorang guru berbeda
dengan cara mengajar guru yang lain, karena setiap guru memiliki kapasitas
pengetahuan yang diberikan kepada para siswa. Mengajar ilmu sosial berbeda
dengan mengajar ilmu kedokteran, bila dilihat dari teknik yang dipakai dalam
mengajar. Cara mengajar yang baik dan benar adalah cara mengajar yang dapat
dipraktekkan dan menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan.
2. Syarat-syarat Penggunaan Metode Mengajar
Ahmadi dan Prasetya (1997: 52-53), menyebutkan beberapa syarat yang
penggunaan metode mengajaryaitu : a) membangkitkan motif, minat atau gairah
belajar siswa; b) menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa;
c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mewujudkan hasil karyanya;
d) merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi
dan inovasi; e) mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi; f) meniadakan penyajian yang
bersifat verbalitas; g) menanamkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang
diharapkan dalam kebiasaan cara belajar yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
3. Macam-macam Metode Mengajar
Soekartawi (1995: 17), mengklasifikasikan metode mengajar kedalam 11
metode, yaitu Ceramah, Studi Kasus, Diskusi, Demonstrasi, Tanya Jawab,
Belajar Sendiri, Wawancara, Laboratorium, Simulasi, Pekerjaan rumah, dan
Tutorial.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa yang pada umumnya
hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Namun, bagi guru yang bersifat
terbuka, kadang-kadang memberi peluang kepada siswa untuk bertanya.
Metode ceramah merupakan satu-satunya metode yang paling
ekonomis dalam penyampaian materi pelajaran ilmu-ilmu sosial, karena tidak
membutuhkan pengeluaran biaya yang banyak. Namun, dalam kenyataan
yang terjadi pada proses belajar mengajar ekonomi, sering metode ceramah
membuat siswa cepat bosan dan mengantuk, siswa menjadi pasif dan tidak
kritis, karena aktivitas belajar mengajar hanya berpusat pada guru.
Oleh karena sebab di atas, maka penggunaan metode ceramah perlu
didukung dengan alat-alat pengajaran, antara lain gambar, lembar peraga,
OHP, supaya pemahaman siswa tentang materi lebih tepat dan jelas.
Penggunaan metode ceramah sebagai cara menyajikan materi pelajaran
memungkinkan lebih banyak materi yang dapat disajikan guru, sehingga
penguasaan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran lebih mudah.
b. Studi Kasus
Studi kasus adalah cara lain dalam upaya meningkatkan pengenalan ilmu
kepada siswa. Dengan studi kasus, diharapkan siswa dapat mengetahui dan
memahami dengan baik materi yang dipelajari. Metode studi kasus, dapat
dilakukan dalam kelas kecil dengan jumlah siswa sedikit dan kelas besar dengan
jumlah siswa banyak, sebab dengan studi kasus siswa dapat mendengar, melihat
dan melakukan dari obyek yang dipelajari. Namun, metode studi kasus
memerlukan waktu yang lama, waktu pengajaran terbatas dan memerlukan