• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pengertian dasar pasar modal sama seperti pasar pada umumya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan. Pasar modal sesuai Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) tentang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

Dengan adanya pasar modal, terdapat suatu wadah untuk pengalokasian dana baik dari dalam negeri maupun luar negeri secara efisien. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek baru yang ditawarkan atau diperdagangkan di pasar modal. Pasar modal memberikan alternatif investasi dengan memberikan sejumlah keuntungan dan resiko tertentu. Pasar modal juga memudahkan para investor untuk memiliki kepemilikan dalam perusahaan yang sehat dengan pelaksanaan manajemen yang baik dan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dalam skala nasional. Menurut UU RI No.8 Tahun 1995, lembaga yang dapat menyelenggarakan kegiatan sebagai bursa efek adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan perusahaan efek yang telah memperoleh izin usaha dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.

Pada tahun 1912 bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia (Jakarta sekarang) oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Tahun 1925-1942 pembukaan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Di tahun 1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya, hingga tahun 2007 mengalami penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke

(2)

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah lembaga penyelenggara yang sah sesuai undang-undang. BEI menyediakan produk dan layanan berupa saham, surat utang, derivatif, reksadana, layanan syariah dan layanan berupa informasi yang berkaitan dengan efek yang diperdagangkan. “Anggota bursa efek adalah perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana bursa efek sesuai dengan peraturan bursa efek” (UU No.8 Tahun 1995 Bab I Pasal I). Anggota bursa efek terdiri perantara pedagang efek dan penjamin emisi efek dari perusahaan yang go public. Hingga akhir tahun 2013 terdapat sembilan sektor perusahaan go public yang terdaftar di BEI yaitu sektor pertanian; pertambangan; industri dasar dan kimia; aneka industri; barang konsumsi; properti, real estate dan konstruksi bangunan; infrastruktur, utilitas dan transportasi; keuangan; serta perdagangan, jasa, dan investasi. Terdapat tiga puluh delapan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI hingga tahun 2013.

Tabel 1.1

Daftar Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun 2013

Consumer Goods Industry Jumlah Perusahaan

Food and Beverages 16

Tobacco Manufactures 4

Pharmaceuticals 11

Cosmetics and Household 4

Houseware 3

Total 38

(3)

Sektor barang konsumsi menawarkan kebutuhan mendasar konsumen, seperti makanan dan minuman menyebabkan sektor ini setiap harinya berinteraksi dengan masyarakat. Perkembangan industri di tanah air, khususnya sektor barang konsumsi mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat konsumsi masyarakat seiring meningkatnya pendapatan kelas menengah dan perubahan gaya hidup mereka dan sektor barang konsumsi menawarkan kebutuhan mendasar konsumen, seperti makanan dan minuman. Contohnya selama tahun 2012-2014 persaingan di bisnis ritel semakin kompetitif dan penjualan produk akan sangat menentukan seberapa besar pertumbuhan perusahaan. Di tahun 2012, Kementerian Perdagangan mencatat perkiraan pembelian barang konsumsi mencapai Rp 3.800 triliun, sedangkan impor barang konsumsi Rp 220 triliun. Karena hasil penjualan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dan keuntungan usaha, khususnya untuk sektor barang konsumsi (dapat dilihat pada lampiran 1).

MS Hidayat, Menteri Perindustrian dalam sebuah artikel website www.kemenperin.go.id menjelaskan indeks manufaktur yang sebagian besar komponen pembentuknya terdiri dari perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi, industri dasar, dan aneka industri mengalami kenaikan 9,37% sejak awal tahun hingga 2 Agustus 2013. Perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi sebanyak 31 emiten memiliki bobot 44% dari pembentukan indeks manufaktur (dapat dilihat pada lampiran 2).

Perusahaan sektor industri barang konsumsi memiliki prospek yang baik dan berpeluang untuk semakin berkembang. Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya, sektor industri barang konsumsi akan dijadikan sebagai objek penelitian oleh peneliti.

(4)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Perekonomian di Indonesia selalu mengalami perubahan. Persaingan bisnis di antara perusahaan semakin kuat setiap tahunnya yang membuat para manajer terus meningkatkan kinerja perusahaan dalam mengembangkan dan menjalankan usahanya. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Wehmeier, Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2005) mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut: “performance is: (1) the act of performing a play, concert or some other form of entertainment, (3) how well or badly you do something, (4) the act or process of performing a task, an action, etc”.

Meningkatkan kinerja perusahaan salah satu dapat dilakukan dengan meningkatkan profitabilitas. Oleh karena itu perusahaan memerlukan dana untuk untuk meningkatkan profit perusahaannya. Kebutuhan dana akan semakin bertambah seiring dengan besarnya kegiatan ekspansi yang dilakukan perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan. Banyak lembaga-lembaga keuangan yang mengalami masalah kesulitan keuangan seperti kemacetan kredit, kelayakan kredit dan masalah pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Untuk menghindari hal tersebut maka manajer keuangan dalam perusahaan harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal dan mempertimbangkan besarnya penggunaan masing-masing sumber dana agar tidak membebani perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Struktur keuangan (financial leverage) merupakan cara aktiva-aktiva dibelanjai/dibiayai; hal ini seluruhnya merupakan bagian kanan neraca, sedangkan struktur modal (capital structure) merupakan pembiayaan pembelanjaan permanen, yang terutama berupa hutang jangka panjang, saham preferen dan modal saham biasa, tetapi tidak semua masuk kredit jangka pendek(Weston dan Brigham dalam Hermuningsih, 2013). Jadi struktur keuangan mencakup struktur modal. Struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan shareholder’s equity, dimana stockholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained earnings(Fahmi, 2011: 106). Penggunaan sumber dana jangka panjang seperti hutang jangka

(5)

panjang, saham dan laba ditahan akan membentuk struktur modal. Penggunaan hutang dapat diistilahkan dengan financial leverage (pengungkit keuangan). Hutang yang dimaksud adalah hutang untuk pendanaan perusahaan yang tidak selalu sama dengan kewajiban (liabilities) dan tagihan (payable).

Dalam suatu perusahaan sering kali muncul adanya kenyataan bahwa perusahaan tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajiban) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Kasmir menyatakan kasus seperti ini akan sangat mengganggu perusahaan dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada pelanggan/konsumen (Kasmir, 2012: 128).

Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah hutang mengakibatkan beban bunga yang dapat mengurangi pajak. Menurut Sudana (2011: 149), konsekuensi dari penggunaan hutang yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh kreditor dan pemegang saham pada perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Selain itu hutang memiliki saat jatuh tempo yang pasti, dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang dan tidak adanya perubahan pengendalian atas perusahaan bila pembiayaan memakai hutang. Kerugiannya antara lain walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi, namun beban bunga yang harus dibayarkan juga tinggi. Pendanaan dengan hutang juga dapat mengakibatkan biaya keagenan dan biaya kepailitan.

Jika pendanaan berasal dari ekuitas, maka tidak terdapat beban yang dapat mengurangi pajak perusahaan. Menurut Riyanto (2010: 241), biaya penggunaan dana yang berasal dari saham baru (cost of new common stock) adalah yang paling mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Keuntungan dari penggunaan ekuitas yang diperoleh oleh perusahaan adalah sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen.

(6)

Keuntungan dan kerugian dari hutang dan ekuitas membuat perlu diusahakannya keseimbangan antara kedua sumber dana tersebut. Struktur modal mencerminkan keseimbangan finansial antara jumlah modal yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan. Selain itu, keputusan perusahaan dalam menentukan modal yang optimal, dapat menyeimbangkan antara risiko dan keuntungan (Atmaja, 2001: 275). Penentuan target strukur modal optimal adalah salah satu tugas dari manajer perusahaan.

Subramanyam & Wild (2010: 263) menjelaskan bahwa struktur modal juga memiliki peran penting dalam menganalisis kinerja keuangan. Menurut Subramanyam & Wild (2010: 270) terdapat rasio yang menjadi bagian dari rasio struktur modal yaitu, rasio total utang terhadap total modal, rasio total utang terhadap modal ekuitas, dan rasio utang jangka panjang terhadap modal ekuitas. Penelitian ini selain rasio DAR dan DER, rasio LDER dan Time Interest Ratio (TIER) digunakan dalam mengukur struktur modal. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) menunjukkan presentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap jangka panjang. Dari kemampuan jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang, semakin besar rasio ini menunjukkan beban perusahaan untuk membayar bunga untuk jangka panjang semakin tinggi yang dapat mengurangi profitabilitas perusahaan. Menurut Smith, et al dalam Fahmi (2011: 182) selain DER, ratio number of times interest is earned juga menjelaskan tentang rumus struktur modal. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga dengan menggunakan EBIT. Semakin besar rasio ini berarti kemampuan perusahaan untuk membayar bunga semakin baik, dan peluang untuk mendapatkan tambahan pinjaman juga semakin tinggi (Sudana, 2011: 21).

Penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah suatu langkah dalam pengambilan keputusan manajemen dan merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut tuntutan yang timbul terhadap perusahaan.

(7)

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, maka dari itu perusahaan perlu melakukan analisis laporan keuangan. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam menentukan keputusan struktur modal dan mengelola perusahaan dapat tercermin dari rasio profitabilitas. Menurut Kesuma dalam Setiana dan Rahayu (2009) profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal.

Kebijakan perusahaan dapat berubah dari waktu ke waktu, termasuk dalam kebijakan struktur modal. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Perusahaan harus mampu menentukan struktur modal yang optimal, yang dapat meminimumkan biaya dan memaksimalkan return yang diterima. Dengan menganalisa Return On Equity (ROE) kita tidak hanya dapat menentukan besarnya penghasilan yang didapat dari investasi modal yang dilakukan, tetapi juga dapat mengetahui kualitas penghasilan yang didapatkan dari perusahaan.

Menurut Keown, et al (2010: 150) menjelaskan bahwa secara ekonomis masuk akal bagi perusahaan kalau berusaha meminimumkan biaya penggunaan modal keuangan. Biaya modal maupun biaya lain, seperti biaya manufaktur, sama-sama memiliki ciri bahwa secara potensial mereka bisa mengurangi besarnya dividen tunai yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Bila biaya modal ini bisa dipertahankan tetap minimum, aliran dividen yang mengalir ke pemegang saham biasa akan dimaksimalkan. ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Menurut Sartono (2013: 125) menyatakan bahwa ROE penting bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan laba bersih (net income). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah Return On Equity (ROE).

(8)

Berikut akan disajikan hasil perhitungan rata-rata Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity (DER) dan Return On Equity (ROE) untuk perusahaan industri barang konsumsi di tahun 2009-2013.

Tabel 1.1

Rata-Rata Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE)

Perusahaan Industri Barang Konsumsi Tahun 2009-2013

Tahun DAR DER ROE

2009 0,39 0,80 15,19

2010 0,38 0,82 16,71

2011 0,36 0,72 17,17

2012 0,39 0,75 16,36

2013 0,40 0,94 11,38

sumber:www.idx.co.id(data diolah kembali)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan total utang perusahaan industri barang konsumsi pada tahun 2009-2013 berfluktuasi dan terus meningkat dari tahun 2011-2013. Di tahun 2009-2010 DAR menurun 1% dan DER meningkat 2%. Untuk tahun 2010-2011 DAR menurun 2% dan DER menurun 10%. Tetapi di tahun 2011-2012 DAR dan DER meningkat 3%. Penggunaan hutang yang besar di tahun 2013 dengan DAR sebanyak 40% dan DER 94% memberikan bunga yang besar dan risiko denda untuk perusahaan jika terlambat bayar. Bunga yang besar dapat mengurangi laba perusahaan.

Perbandingan hutang dengan ekuitas selama tahun 2009-2013 melebihi 50% dan bahkan di tahun 2013 mendekati 100%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan hutang yang besar untuk perusahaan industri barang konsumsi dalam pendanaan kegiatan usahanya. Besarnya hutang pada perusahaan industri barang

(9)

tingkat pengembalian perusahaan. Hal ini yang mendorong penulis memilih industri barang konsumsi menjadi objek dalam penelitian ini.

ROE untuk perusahaan industri barang konsumsi selama tahun 2009-2013 juga berfluktuasi. Tahun 2009 ROE sebesar 15,19%, tahun 2010 ROE sebesar 16,71%, tahun 2011 ROE sebesar 17,17%, tahun 2012 ROE sebesar 16,36% dan di tahun 2013 ROE sebesar 11,38%. Tahun 2011-2012 ketika DAR dan DER mengalami peningkatan 3% tetapi ROE mengalami penurunan 0,81%. Di tahun 2013 mengalami penurunan ROE tertinggi dengan penuruan 4,98%. Besarnya penggunaan hutang di tahun 2013 dilihat dari DAR meningkat 1% dan DER meningkat 19% diperkirakan dapat menurunkan tingkat kinerja keuangan perusahaan (ROE) dan menimbulkan resiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar keajibannya. Kasmir (2012: 129) menyebutkan bahwa penyebab utama kekurangan atau ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usaha. Perusahaan sebaiknya memperbaiki kinerja manajemen agar mampu mengelola sumber dana secara efektif untuk menciptakan laba bersih. Fluktuasi yang beragam yang menambah ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian ini.

Hasil penelitian Setiana (2012) menyatakan Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan perusahaan-perusahaan otomotif. Fachrudin (2011) menunjukkan hasil penelitian struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan-perusahaan industri dasar dan kimia. Berdasarkan hasil penelitian Endang, dkk (2011) diperoleh bahwa struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan koefisien jalur bertanda positif pada perusahaan otomotif. Purwitasari dan Septiani (2013) menyatakan hasil penelitian pada perusahaan manufaktur bahwa utang jangka pendek memiliki pengaruh negatif siginifikan terhadap profitabilitas perusahaan,

(10)

berpengaruh terhadap struktur modal tetapi profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dalam hasil penelitian Anggunmulia (2011) untuk perusahaan-perusahaan industri barang konsumsi.

Penelitian di atas dilakukan di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tahun berbeda-beda. Karena hasil penelitian yang berbeda, menambah ketertarikan penulis untuk meneliti pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan sebelumnya mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah diantaranya :

1. Bagaimana struktur modal yang diwakili oleh Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIER) dan kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Equity (ROE) pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013?

2. Apakah terdapat pengaruh signifikan struktur modal yang diwakili oleh Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), dan Time Interest Earned Ratio secara simultan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur denganReturn on Equity (ROE)?

3. Apakah terdapat pengaruh signifikan secara parsial :

a. Debt to Asset Ratio (DAR)terhadap Return on Equity (ROE)? b. Debt to Equity Ratio (DER)terhadap Return on Equity (ROE)? c. Term Debt to Equity Ratio (LDER)terhadap Return on Equity (ROE)? d. Time Interest Earned Ratio (TIER)terhadap Return on Equity (ROE)?

(11)

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui struktur modal yang diwakili Debt to Asset Ratio (DAR),

Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIER) dan kinerja keuangan perusahaan yang diukur denganReturn on Equity (ROE) pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan struktur modal yang diwakili Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), danTime Interest Earned Ratio (TIER)secara simultan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur denganReturn on Equity (ROE).

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan secara parsial : a. Debt to Asset Ratio (DAR)terhadap Return on Equity (ROE). b. Debt to Equity Ratio (DER)terhadap Return on Equity (ROE).

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap Return on Equity (ROE).

d. Time Interest Earned Ratio (TIER)terhadap Return on Equity (ROE).

1.5 Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian serta masukan atau informasi bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu akuntansi, khususnya dalam ilmu manajemen keuangan dan sebagai rujukan atau referensi untuk menambah wawasan atas teori-teori yang sudah ada dengan kondisi langsung di lapangan.

(12)

2. Manfaat Praktis a. Perusahaan

Dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau pertimbangan bagi perusahaan atas hasil dari penelitian yang dilakukan dan juga sebagai sumbangan pemikiran kepada manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan.

b. Investor

Penelitian ini bermanfaat untuk referensi dalam menentukan strategi investasi dan melihat tingkat pengembalian yang akan didapatkan investor dengan pertimbangan struktur modal yang dimiliki perusahaan.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca mendapatkan gambaran umum mengenai keseluruhan penulisan skripsi ini. Skripsi ini akan disusun dalam 5 bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Uraian setiap bab nya adalah sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini mengemukakan dengan jelas dan ringkas tentang hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian untuk dasar penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. Sub bab berisi tentang tinjauan pustaka penelitian (rangkuman teori, penelitian terdahulu), kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

(13)

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, variabel operasional yang diperlukan dalam penelitian, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, serta teknik analisis data yang akan digunakan untuk pengujian data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan analisis dan hasil penelitian serta data-data yang diperoleh selama waktu penelitian. Sub bab terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Dalam hal ini mengenai jawaban atas pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan berdasarkan laporan keuangan tahunan, studi kasus pada perusahaan industri barang konsumen yang terdaftar di BEI periode 2009-2013.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai penutup akan disajikan kesimpulan akhir dari pokok-pokok bahasan bab sebelumnya serta beberapa saran yang berguna bagi dunia ilmu manajemen keuangan dan semua perusahaan pada umumnya dalam mengambil keputusan mengenai struktur modal.

Referensi

Dokumen terkait

(2)Dari para jemaah haji oleh Menteri Muda Agama dapat dipungut biaya administrasi dan lain-lain biaya, yang berdasarkan ketentuan-ketentuan dari

Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah

Masih banyaknya perusahaan kecil (pedagang) yang menggunakan cara manual untuk mengolah data dan memperkenalkan produknya adalah inti dari permasalahan yang banyak dihadapi oleh

Dengan membawa semua dokumen asli yang di Upload pada tahap pemasukan dokumen penawaran, serta dokumen-dokumen lain yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan,

Tabel Tundaan Total - Lampu Merah angkot rute Abd.Muis - Dago.. Tundaan Total - Lampu Merah (

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah “bagaimana seorang raja yang gagap dituntut untuk bisa lancar berpidato

Setelah barang diterima, 2 hari kemudian, suplier akan mengirim PO pembelian, kwitansi, surat jalan asli ( rangkap 2) ke bagian accounting , bagian accounting akan membuat kontra

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Tari Kuntulan yang terlihat pada gerak, properti, tempat pertunjukan, syair, instrumen, tata rias dan