• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHTISAR EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 Hal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IKHTISAR EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 Hal."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Tahun 2008 mempertanggungjawabkan Capaian Kinerja (

performance results

) selama tahun 2008 dikaitkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) 2008 yang mengacu pada Program Indikatif Tahun 2008. Laporan ini pada dasarnya merupakan pertanggungjawaban kepada publik yang disampaikan melalui Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Proses penyusunan laporan kinerja ini sepenuhnya mengacu pada Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 14 Tahun 2003 tanggal 21 Februari 2003 tentang Pelaksanaan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Satuan Unit Kerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Data dan informasi diungkapkan dalam laporan ini mencakup : 1) Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta; 2) Program Indikatif Tahun 2008; 3) Rencana Kinerja 2008 dan 4) Akuntabilitas Kinerja Tahun 2008.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Tahun 2008 ini menguraikan hasil pengukuran terhadap 10 (program) dan 152 (seratus lima puluh dua) kegiatan yang secara lengkap dituangkan dalam formulir PKK dan PPS. Hasil capaian kinerja tahun 2008 memperlihatkan bahwa Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial telah berhasil mewujudkan seluruh sasaran stratejik yang ditargetkan pada tahun ini.

Akuntabilitas keuangan disajikan sebagai ukuran efektifitas dan efisien penggunaan sumber daya organisasi dalam bentuk dana yang bersumber dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penyajian akuntabilitas keuangan didasarkan pada realisasi anggaran yang bersumber dari dokumen Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(2)

(DPA) Tahun Anggaran 2008 sesuai Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dan Laporan Perhitungan Nota Keuangan APBD Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Tahun Anggaran 2008. Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa dari Anggaran Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 38.772.550.811,- terserap sebesar Rp.34.668.808.934,- atau 89,4% Belanja Langsung dengan anggaran sebesar Rp.70.396.230.000,- terserap sebesar Rp. 56.807.315.159,- atau 80,7%. Total Anggaran Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung yang tidak terserap sebesar Rp. 17.692.656.718,- atau 16,2%, hal ini antara lain disebabkan :

1) Perencanaan anggaran berdasarkan limit tertinggi tahun sebelumnya;

2) Adanya perubahan anggaran sehingga mengakibatkan pengesahan anggaran terlambat 3) SPD terlambat keluar sehingga pelaksanaan kegiatan terlambat;

4) Nilai SPD lebih rendah dari nilai DPA;

5) Penawaran dari pihak ketiga lebih rendah dari anggaran yang tersedia (efisiensi anggaran);

6) Ada sebagian kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu sebagai dampak perubahan anggaran.

(3)

I.

Pendahuluan

Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial adalah Aparat Pemerintah Daerah yang menangani Bidang Pembinaan Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Sekretaris daerah dan dikoordinasikan oleh Asisten Kesejahteraan Masyarakat. Kedudukan tesebut diatas diatur dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 41 Tahun 2002 tanggal 7 Maret 2002.

GAMBARAN UMUM ORGANISASI Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok yang diemban dan dilaksanakan oleh Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta adalah melaksanakan pembinaan mental spiritual dan kesejahteraan sosial. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Merumuskan kebijkan teknis dibidang mental spiritual dan kesejahteraan sosial;

2. Melaksanakan pendataan, perencanaan, pemantauan, evaluasi, penelitian serta pengembangan kegiatan mental spiritual dan usaha kesejahteraan sosial;

(4)

4. Menyelenggarakan kegiatan pencegahan timbulnya penyandang masalah sosial

5. Menyelenggarakan peningkatan kualitas dan perluasan jangkauan pelayanan usaha kesejahteraan sosial; 6. Menyelenggarakan promosi sosial dan pembinaan partisipasi kegiatan sosial masyarakat;

7. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penempatan tenaga kerja kesejahteraan sosial serta peningkatan profesionalisme sumber daya daya manusia dibidang kesejahteraan sosial;

8. Melakukan pembinaan dan peningkatan profesionalisme sumber daya manusia dibidang mental spiritual; 9. Memberikan rekomendasi perizinan pembangunan tempat-tempat ibadah;

10. Memberikan perizinan dan akreditasi lembaga kesejahteraan sosial;

11. Memberikan rekomendasi, perizinan, pengawasan dan pengendalian undian dan sumbangan;

12. Menyelenggarakan rekomendasi pengangkatan anak, perizinan pengasuhan anak dan perizinan operasional Taman Penitipan Anak (TPA);

13. Memberikan pelayanan rehabilitasi, resosialisasi dan pemberdayaan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan penginformasiannya;

14. Menyelenggarakan pelayanan perlindungan korban tindak kekerasan, bantuan sosial korban bencana dan musibah sosial lainnya serta orang terlantar;

15. Melestarikan nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial;

16. Memberikan bantuan penyelenggarakan pelayanan sosial lembaga-lembaga kesejahteraan sosial;

17. Menyediakan dan mengelola sarana dan prasarana pelayanan dibidang mental spiritual dan kesejahteraan sosial;

18. Meningkatkan dan memberdayakan potensi lembaga-lembaga keagamaan; 19. Mengelola dukungan teknis dan administrasi;

(5)

Struktur Organisasi

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana diuraikan di atas, sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 41 Tahun 2002 tanggal 7 Maret 2002, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial dibekali dengan struktur organisasi dengan susunan yang mencakup unit-unit yang dipimpin oleh unsur pejabat struktural esselon II dan III sebagaimana berikut :

1. Kepala Dinas

2. Wakil Kepala Dinas; 3. Bagian Tata Usaha;

4. Sub Dinas Program, Sarana dan Prasarana; 5. Sub Dinas Bina Mental Spiritual ;

6. Sub Dinas Bina Sosial;

7. Sub Dinas Resosialisasi Tuna Sosial;

8. Sub Dinas Penyantunan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat; 9. Sub Dinas Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia;

10. Sub Dinas Bantuan dan Perlindungan Sosial; 11. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD);

12. Suku Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Kota / Kabupaten Administratif.

Susunan organisasi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta selengkapnya dapat dilihat pada Bagan Organisasi yang disajikan dalam lampiran 1.

(6)

Aspek Stratejik Organisasi

Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta merupakan instansi Pemerintah Daerah yang menangani Bidang Pembinaan Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Sekretaris daerah dan Dikoordinasikan oleh Asisten Kesejahteraan Masyarakat. Kedudukan tersebut menunjukan adanya aspek stratejik dalam tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Dinas Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial. Sebagai bagian integral dari organisasi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial sepenuhnya akan mendukung Gubernur Provinsi DKI Jakarta dalam menjalankan peran stratejiknya, yaitu menjadikan Pemerintahan Daerah yang akuntabel.

Kondisi Permasalahan Umum

Beberapa permasalahan umum bidang kesejahteraan sosial masyarakat di Provinsi DKI Jakarta yang hingga saat ini masih menjadi persoalan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial serta perangkat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lainnya antara lain :

ƒ Meningkatnya kompleksitas dan keberagaman PMKS (paca, lansia, balita terlantar, penyalahguna narkoba), termasuk PMKS jalanan. seperti anak jalanan, anak terlantar, anak putus sekolah; jumlah PMKS potensial cukup banyak. Pada umumnya, PMKS memiliki karakteristik tingkat pendidikan rata-rata rendah, rentan penyakit, minimnya keterampilan yang dimiliki, dan latar belakang yang beragam, serta diantaranya warga pendatang/ urbanisan.

ƒ Kualitas dan kuantitas permasalahan Warga Binaan Sosial. Permasalahan yang menonjol dalam memberikan pembinaan kepada klien atau warga binaan sosial (WBS) yaitu WBS melebihi kapasitas & banyak dari luar

(7)

DKI. Selan itu, pada umumnya latar belakang WBS bervariasi, dan identitas keluarga tidak diketahui, banyak yang rentan/ menderita penyakit, kualitas diri rendah, budaya/ kebiasaan hidup di jalanan masih sangat kental dan sukar dirubah, belum mau diajak kegiatan, kurang terbuka terhadap permasalahan yang dihadapi dan tidak memiliki motivasi untuk hidup normatif. Selain itu terdapat WBS yang spesifik seperti WBS yang mengalami masalah psikotik dan retardasi sulit disembuhkan. Akibatnya WBS sulit diberdayakan atau sulit dipulihkan fungsi-fungsi sosialnya

ƒ Terbatasnya jaminan akses bagi binaan sosial. PMKS yang telah memperoleh pembinaan, memiliki prospek untuk hidup layak dan normatif. Kenyataan di lapangan, tidak tersedianya/terbatasnya peluang kerja bagi WBS, mengakibatkan WBS belum memperoleh kepastian jaminan untuk hidup layak. Walaupun WBS telah diberikan keterampilan yang cukup memadai, namun lembaga yang dapat menampung WBS masih sangat terbatas. Demikian juga perhatian dari keluarga dan masyarakat masih sangat kurang, termasuk kurangnya perhatian dari aparat kelurahan setempat. Bagi PMKS penyandang cacat khususnya, tidak memadainya aksebilitas yang dibutuhkan penyandang cacat mengakibatkan akses lapangan kerja menjadi terbatas. Adapun bagi WBS eks mental psikotik sudah dinyatakan sembuh sukar untuk disalurkan terutama ke keluarga / lingkungan atau masyarakat

ƒ Keterbatasan kemampuan mitra kerja strategis di tingkat lokal. Peran masyarakat yang telah berlangsung adalah keterlibatan Organisasi Sosial dalam usaha kesejahteraan sosial. Namun, kapasitas Orsos belum memadai dibandingkan dengan besaran dan kompleksitas masalah sosial. Orsos belum dapat menangani seluruh permasalahan kesejahteraan sosial. Selain itu, kemampuan Orsos masih terbatas dalam hal SDM, manajerial, dan anggaran. Pada sisi lain, ada Orsos/ LSM yang memanfaatkan kepedulian masyarakat dengan melakukan penipuan kepada masyarakat melalui penggalangan dana untuk tujuan bukan usaha kesejahteraan sosial atau hanya untuk kepentingan sendiri. Pada tingkat akar rumput, keberadaan Karang Taruna, PSM, kelompok-kelompok swadaya masyarakat lainnya belum optimal berperan, karena kesukarelaan mereka belum didukung sepenuhnya oleh fasilitas dari aparat kelurahan/ kecamatan yang ada. Perhatian Pemda kepada BKKKS demikian juga masih terbatas. Untuk itu tantangannya adalah bagaimana

(8)

meningkatkan kapasitas mitra strategis di tingkat lokal dalam mencegah, menangani dan mengendalikan masalah sosial

ƒ Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pelaku. Penanganan masalah sosial, bukan hanya tugas dari Dinas Bintal dan Kesos, namun banyak sektor yang harus terlibat, sehingga diperlukan koordinasi lintas sektor baik vertikal maupun horizontal. Kondisi saat ini masih kurangnya koordinasi antar lintas sektor dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial. Selain itu, kurangnya tingkat kepedulian/ dukungan masyarakat dan dunia usaha dalam penanganan masalah sosial, serta belum sinerginya Orsos, TKSM dengan dunia usaha dalam pelayanan kesos di masyarakat. Permasalahan sosial yang merupakan masalah nasional, seperti masalaah kemiskinan, kecacatan, keterlantaran dan masalh-masalah sosial lainnya dalam penanganannya masih kurang terintegrasi dengan program Pemerintah Pusat

ƒ Belum memadai landasan hukum. Penanganan masalah sosial membutuhkan landasan yuridis yang kuat, karena berhubungan dengan hak-hak dasar manusia. Warga masyarakat yang dikategorikan PMKS, adalah kelompok masyarakat yang rentan hak-hak dasarnya tidak terpenuhi. Peraturan dan perundang-undangan ditetapkan dengan maksud untuk memberikan kepastian hukum terhadap tugas-tugas pemerintah dan tanggung jawab masyarakat dalam melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar PMKS. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat inkonsistensi atau tidak dilaksanakannya peraturan perundang-undangan secara konsekuen, misalnya ketentuan untuk memberikan kesempatan kerja bagi penyandang cacat sebanyak 1 % pada setiap perusahaan di wilayah DKI, nampaknya belum dilaksanakan secara konsekuen ƒ Promosi sosial belum optimal. Kepedulian masyarakat dapat semakin nyata jika masyarakat menyadari bahwa

penanganan masalah sosial adalah masalah yang tumbuh dan berkembang di masyarakat itu sendiri. Kurangnya sosialisasi tentang kebijakan dan program pelayanan kesejahteraan sosial mengakibatkan kurangnya pemahaman dan dukungan dari masyarakat dalam pencegahan, penanganan dan pengendalian masalah sosial. Misalnya, kurangnya sosialiasasi kepada masyarakat tentang pengangkatan anak, mengakibatka masyarakat apabila ingin mengasuh anak dalam keluarga (adopsi) tidak melalui

private

adopsi. Demikian juga kurangnya sosialisasi kepada masyarakat / keluarga agar mau menerima penyaluran WBS yang sudah dinyatakan sembuh. Oleh karena itu, diperlukan penyebarluasan informasi kepada masyarakat

(9)

melalui berbagai media masa tentang usaha-usaha kesejahteraan sosial. Kondisi sekarang informasi yang disampaikan kepada masyarakat tentang pembangunan bidang kesejahteraan sosial melalui media cetak / elektronik masih sangat terbatas.

ƒ Dekandensi moral, merupakan permasalahan yang berhubungan erat dengan perkembangan masalah sosial, seperti : fenomena semakin maraknya video porno dan diperdagangkan secara bebas sehingga dapat mudah dimiliki oleh orang-orang yang belum dewasa dan pergaulan bebas di kalangan remaja atau antar warga masyarakat. Kondisi tersebut dipicu dengan menjamurnya tempat-tempat hiburan malam, panti pijat, kafe-kafe, karaoke, diskotik, dan tempat-tempat lainnya yang cenderung memberikan kebebasan tanpa batas bagi para pengunjung. Hal ini dapat mengakibatkan kerawanan sosial pada masyarakat

MAKSUD DAN TUJUAN LAKIP 2008

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres ini memberikan tuntunan kepada semua instansi pemerintah untuk menyiapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai bagian integral dari siklus akuntabilitas kinerja yang utuh dalam suatu Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistim AKIP). Sebagai petunjuk penyusunan LAKIP, Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai lembaga yang ditugaskan untuk membuat petunjuk teknis penyusunan LAKIP telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Khusus di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Gubernur telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 14 tahun 2003 tanggal 21 Februari 2003 tentang Pelaksanaan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Satuan Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam Surat Keputusan Gubernur tersebut dinyatakan bahwa maksud penyusunan LAKIP adalah :

(10)

“Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintah yang efektif, efisien, bersih dan bertanggung

jawab serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja Satuan Unit Kerja sebagai wujud

pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan organisasi Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, serta dalam rangka perwujudan pemerintah yang baik, perlu dikembangkan suatu mekanisme

pertanggungjawaban yang sistematis dan melembaga”

Esensi dari sistim AKIP bagi dinas adalah perwujudan dari implementasi sistim pengendalian pada instansi pemerintah. Sistim pengendalian ini merupakan sarana bagi instansi pemerintah untuk memastikan bahwa visi, misi dan tujuan stratejik dinas dapat dipenuhi melalui implementasi strategi pencapaiannya (program dan kegiatan) yang selaras. Atas dasar tersebut, siklus sistim AKIP diawali dengan penyusunan Rencana Stratejik yang mendefinisikan visi, misi dan tujuan / sasaran stratejik dinas dan kemudian dituangkan dalam Rencana Kinerja Tahunan.

Pada setiap tahun ditetapkan program dan kegiatan untuk dilaksanakan dalam rangka pemenuhan visi, misi dan tujuan / sasaran stratejik tersebut. Sistim pengukuran kinerja dibangun dan dikembangkan untuk menilai sejauh mana capaian kinerja dinas. Pada setiap akhir periode pelaksanaan program / kegiatan, capaian kinerja tersebut dikomunikasikan kepada

stakeholders

dalam wujud Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) memiliki dua fungsi utama sekaligus. Pertama, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana bagi dinas untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada pihak-pihak yang terkait atau stakeholders. Kedua, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja dinas sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja dimasa datang. Dua fungsi utama LAKIP tersebut merupakan cerminan dari maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP oleh setiap instansi pemerintah.

(11)

Dengan demikian, maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 mencakup hal-hal berikut ini :

- Aspek Akuntabilitas Kinerja bagi keperluan eksternal organisasi, menjadikan LAKIP 2008 sebagai sarana

pertanggungjawaban dinas atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama tahun 2008. Esensi capaian kinerja dilaporkan merujuk pada sampai sejauh mana tujuan / sasaran stratejik telah dicapai selama tahun 2008.

- Aspek Manajemen Kinerja bagi keperluan internal organisasi, menjadikan LAKIP 2008 sebagai sarana

evaluasi pencapaian kinerja oleh manajemen dinas bagi upaya-upaya perbaikan kinerja dimasa datang. Untuk setiap celah kinerja (

performance gap

) yang ditemukan, manajemen dinas dapat merumuskan strategi pemecahan masalahnya sehingga capaian kinerja dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

SISTEMATIKA LAKIP 2008 Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja Dinas selama tahun 2008. Capaian kinerja (

performance result

) 2008 tersebut diperbandingkan dengan Rencana Kinerja (

performance plan

) 2008 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa datang. Adapun sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 dapat diilustrasikan sebagaimana uraian di bawah ini.

(12)

Bab I – Gambaran Umum

Menguraikan secara ringkas profil Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta dan menjabarkan maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP 2008i.

Bab II – Rencana Stratejik

Menjelaskan muatan rencana stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Program Indikatif Tahun 2008 dan Rencana Stratejik untuk tahun 2008.

Bab III – Akuntablitas Kinerja

Menjelaskan analisis pencapaian kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran startejik untuk Tahun 2008 termasuk akuntabilitas keuangan.

Bab IV – Penutup

Menguraikan kesimpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 ini dan menguraikan rencana kegiatan (

action plan

) yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.

(13)

Rencana Kinerja 2008 Bab 1 Bab 2 Bab 3 Capaian Kinerja 2008 Program Indikatif Tahun 2008 Referensi Bab ILUSTRASI SISTEMATIKA LAKIP 2008

PENDAHULUAN Gambaran Umum Organisasi Analisis Capaian Kinerja 2008 Kesimpulan Bab 4

(14)

II.

Rencana Stratejik

Setelah berakhirnya Renstra 2002-2007 dan sedangkan penetapan Renstra 2007-2012 ditetapkan setelah 3 bulan Gubernur terpilih dilantik maka penyusunan Penyusunan Rencana Stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta mengacu pada Program Indikati Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 yang ditetapkan dengan SK Gubernur dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana Stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang diuraikan dalam bab ini. Kemudian, sasaran yang ingin dicapai dalam tahun 2008 akan dijelaskan dalam rencana kinerja (

performance plan

) 2008.

Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP), perencanaan stratejik merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah. Perencanaan stratejik instansi pemerintah memerlukan integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lain agar mampu memenuhi keinginan stakeholders dan menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis. Analisis terhadap lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam memperhitungkan kekuatan (

strenghts

), kelemahan (

weaknesses

), peluang (

oppurtunities

), dan tantangan/kendala (

threats

) yang ada. Analisis terhadap unsur-unsur tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi serta strategi instansi pemerintah.

Rencana stratejik setidaknya digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: (1) Dimana kita berada sekarang; (2) Kemana kita akan menuju; (3) Bagaimana kita menuju ke sana. Dengan melakukan analisis internal dan ekstenal, para perencana stratejik mendefinisikan misi organisasi untuk menggambarkan posisi organisasi saat ini. Kemudian, visi dirumuskan untuk menjabarkan kemana organisasi akan dibawa. Penjabaran dari visi dituangkan dalam tujuan dan sasaran stratejik organisasi yang merupakan kondisi spesifik yang ingin dicapai oleh organisasi di dalam memenuhi visi dan misinya. Pertanyaan “bagaimana kita menuju ke sana”

(15)

dijawab dengan merumuskan strategi pencapaian tujuan/sasaran dalam wujud menetapkan program dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh organisasi.

PROGRAM INDIKATIF PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2008

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan agar Daerah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sebagai acuan perencanaan pembangunan 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai acuan perencanaan pembangunan 5 tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai acuan perencanaan pembangunan tahunan.

Renstrada 2002-2007 Provinsi DKI Jakarta akan berakhir masa berlakunya tanggal 31 Desember 2007. RPJMD 2008-2013 sesuai ketentuan akan ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pelantikan Gubernur/Wakil Gubernur terpilih. Gubernur/Wakil Gubernur baru sesuai jadwal akan dilantik pada 7 Oktober 2007. Dengan demikian RPJMD 2008-2013 baru dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah sekitar November-Desember 2007.

Sementara itu, perencanaan pembangunan tahun 2008 sudah mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2007, yang membutuhkan acuan sementara (pengganti RPJMD) untuk penyusunan RKPD 2008 dan Renja SKPD 2008. Oleh karena itu eksekutif menyusun dokumen Program Indikatif 2008 ini sebagai acuan kinerja bagi penyusunan RKPD 2008 dan Renja SKPD 2008.

Substansi Program Indikatif 2008 bersumber dari acuan nasional yang terdiri dari RPJP Nasional 2025, RPJMN 2004-2009, dan Rancangan RKP Nasional 2008, Renstra Kementrian/Lembaga 2004-2009, Peraturan Perundangan terkait yang berlaku, beserta peraturan turunannya. Program Indikatif ini juga mengakomodir komitmen Negara, antara lain

Millennium Development Goals

(MDGs) dan

Kyoto Protocol

.

(16)

Sebagai acuan daerah adalah Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah, Peraturan Daerah Pendidikan, Peraturan Daerah Pasar, Peraturan Daerah Transportasi, dan peraturan-peraturan daerah sektoral lainnya. Selain itu substansi program juga merespon berbagai masalah kota dan mengantisipasi peran Jakarta sebagai kota inti Megapolitan Jabodetabekjur, Ibukota Negara RI, kota besar di wilayah ASEAN/APEC, dan sebagai Kota Dunia.

Visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih tetap akan diakomodir, yaitu pada saat pembahasan RAPBD 2008 sekitar bulan Oktober-Desember 2007.

Struktur program disusun berdasarkan Permendagri 13/2006 yang mengamanatkan penggunaan dana publik untuk penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan. Selain itu penulisan Program dilakukan berdasarkan :

1. Program Lintas Sektor

2. Program menurut Urusan Pemerintahan

3. Arahan Penyelesaian Kegiatan yang Belum Tuntas

Adapun manfaat disusunnya Program Indikatif Tahun 2008 bagi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta ini adalah :

ƒ Sebagai acuan dalam pengalokasian sumber dana yang terbatas pada berbagai kegiatan yang sifatnya strategis dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta;

ƒ Menjadi acuan seluruh unit kerja di Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta visi, misi, tujuan dan sasaran;

ƒ Sebagai acuan dalam menilai pencapaian kinerja unit-unit kerja di Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta sebagai kontribusi pencapaian kinerja Dinas secara keseluruhan;

(17)

ƒ Sebagai media pertanggungjawaban kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

Dalam dokumen Program Indikatif Tahun 2008 secara formal didefinisikan pernyataan visi, misi, tujuan / sasaran stratejik serta strategi pencapaiannya (program dan kegiatan) yang diuraikan secara singkat di bawah ini.

PERNYATAAN VISI DAN MISI Visi Pembangunan Provinsi DKI Jakarta

“Terwujudnya Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang manusiawi, efisien dan berdaya saing

global. Dihuni oleh masyarakat yang partisipatif, berahklak, sejahtera dan berbudaya dalam lingkungan yang

aman dan berkelanjutan”

Makna yang terkandung dalam Visi Pembangunan DKI Jakarta adalah :

1. Jakarta hendaknya memiliki daya saing global dan mampu menjalankan fungsinya secara efisien, sehingga representatif dipandang dari kepentingan nasional dan internasional.

2. Jakarta hendaknya dihuni oleh warga kota yang sejahtera, berakhlak, berbudaya dan berdisiplin tinggi, produktif serta memiliki kecintaan dan komitmen untuk berpartisipasi dalam membangun kotanya.

3. Jakarta hendaknya memiliki penataan kota dan lingkungan yang baik dan manusiawi, agar dapat lebih menjamin dinamika berkelanjutan.

(18)

Misi Pembangunan Provinsi DKI Jakarta Misi Pembangunan DKI Jakarta adalah :

1. Meningkatkan pembangunan sarana & prasarana kota yang efisien

2. Mewujudkan pembangunan yang adil, ramah lingkungan dan berbasis partisipasi masyarakat 3. Meningkatkan kualitas kehidupan dankerukunan warga kota

4. Menegakan supremasi hukum, meningkatkan keamanan, ketentraman, dan ketertiban kota 5. Melaksanakan pengelolaan tata pemerintahan kota yang baik

Selanjutnya sesuai dengan Program Pembangunan Daerah (Properda) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terungkap berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta termasuk persoalan kesejahteraan sosial masyarakat. Persoalan menonjol yang memerlukan perhatian serius yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial diuraikan pada kutipan berikut :

“Masalah sosial lainnya yang timbul dari krisis ekonomi dan sulitnya meningkatkan lapangan pekerjaan adalah

meningkatnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Sebagian dari mereka adalah pengamen,

pedagang, pengemis dan anak jalanan yang mencari nafkah di sekitar lampu lalu lintas pada jalan-jalan di

ibukota ini”

Visi dan Misi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang ada serta motivasi yang kuat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta berupaya untuk menjabarkan visi diatas menjadi seperangkat misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program yang selaras dengan visi dan misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

(19)

Visi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta

Masyarakat Peduli UKS, PMKS terentas dan kehidupan mental spiritual kondusif pada tahun 2015”

Berdasarkan pernyataan visi di atas, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta menjabarkannya dalam 6 (enam) misi, yaitu:

1. Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab sosial masyarakat; 2. Meningkatkan kualitas dan perluasan jangkauan pelayanan usaha kesejahteraan sosial; 3. Mengentaskan PMKS ke dalam kehidupan yang layak, normatif dan manusiawi;

4. Meningkatkan profesionalisme SDM dibidang kesejahteraan sosial; 5. Meningkatkan pembinaan mental spiritual masyarakat;

6. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan UKS dan lembaga-lembaga keagamaan.

TUJUAN DAN SASARAN STRATEJIK Program Indikatif urusan Sosial tahun 2008 diprioritaskan untuk menghasilkan kinerja :

• Ditetapkannya kerangka pembiayaan, kelembagaan dan regulasi untuk urusan sosial • Beroperasinya kantor SKPD pelayanan sosial.

• Beroperasinya kantor serta meningkatnya mutu dan cakupan layanan UPT- SKPD pelayanan sosial.

• Dilaksanakannya dan ditegakkannya peraturan tentang pelayanan sosial di DKI Jakarta dan kerjasama antar daerah/kota tentang pelayanan sosial

(20)

• Dilaksanakannya sistem jaminan sosial di Provinsi DKI Jakarta.

• Makin berkembang dan mandirinya Lembaga-lembaga Sosial di Provinsi DKI Jakarta • Meningkatnya kapasitas, profesionalisme dan peran Pekerja sosial di Provinsi DKI Jakarta

• Meningkatnya kepekaan sosial dan kepedulian remaja, pemuda terhadap permasalahan sosial di lingkungannya

Adapun tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran stratejik yang telah ditetapkan dan akan diwujudkan dalam tahun 2008 dapat diuraikan sebagai berikut :

NO. TUJUAN NO. SASARAN

1. Meningkatkan mutu dan cakupan layanan

SKPD pelayanan sosial. 1. Meningkatkan operasional Kantor Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta 2. Meingkatkan kuantitas dan kualitas

pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial

2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

3. Meningkatkan kapasitas peran dan fungsi lembaga kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kegiatan usaha kesejahteran sosial

3. Meningkatkan kualitas Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial dalam memberikan pelayanan kepada

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial 4. Meningkatkan kualitas penanganan

korban bencana 4. Meningkatkan pelayanan sosial kepada korban bencana

5. Menigkatkan pelayanan dan pembinaan

(21)

NO. TUJUAN NO. SASARAN 6. Meningkatkan pembinaan dan pelayanan

terhadap eks penyandang penyakit sosial 6. Meningkatkan penyakit sosial kesejahteraan sosial eks penyandang 7. Meningkatkan pembinaan dan pelayanan

terhadap penyandang cacat dan trauma 7. Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat dan trauma 8. Menetapakan kebijakan pelayanan sosial

meningkatkan penerapan peraturan perundang-undangan pelayanan kesos

8. Meningkatkan penerapan peraturan perundang-undangan pelayanan kesos

9. Meningkatkan kapasitas kinerja pegawai 9. Meningkatkan kompetensi teknis SDM SKPD dalam melaksanakan tupoksi

10. Meningkatkan kualitas perencanaan,

evaluasi dan pelaporan kegiatan 10. Penyusunan perencanaan kegiatan tahunan Urusan Pelayanan Sosial, Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akurat dan akuntabel

11. Meningkatkan kapasitas dan kualitas

sarana dan prasarana sosial 11. Meningkatkan SKPD Provinsi dan SKPD Pelayanan Sosial (UPT) kualitas penunjang sarana & prasarana STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN STRATEJIK Sasaran stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta merupakan bagian integral dalam proses perencanaan stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh yang berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta.

(22)

Pada tiap-tiap sasaran ditetapkan program yang akan dijalankan untuk mencapai sasaran terkait. Program-program yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian sasaran-sasaran yang terkait. Secara keseluruhan sasaran dan program Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta diuraikan dalam tabel berikut :

NO. TUJUAN SASARAN PROGRAM

1 Meningkatkan mutu dan cakupan layanan SKPD pelayanan sosial.

Meningkatkan operasional Kantor Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta

Program Peningkatan Administrasi Perkantoran

2 Meingkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan dan

rehabilitasi kesejahteraan sosial

Meningkatkan kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

3. Meningkatkan kapasitas peran dan fungsi lembaga

kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kegiatan usaha kesejahteran sosial

Meningkatkan kualitas Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial dalam memberikan pelayanan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Program Pemberdayaan

Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

4. Meningkatkan kualitas

penanganan korban bencana Meningkatkan pelayanan sosial kepada korban bencana Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 5. Menigkatkan pelayanan dan

pembinaan terhadap anak terlantar

Meningkatkan kesejahteraan sosial

(23)

NO. TUJUAN SASARAN PROGRAM 6. Meningkatkan pembinaan dan

pelayanan terhadap eks penyandang penyakit sosial

Meningkatkan kesejahteraan sosial

eks penyandang penyakit sosial Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial 7. Meningkatkan pembinaan dan

pelayanan terhadap

penyandang cacat dan trauma

Meningkatkan kesejahteraan sosial

penyandang cacat dan trauma Program Pembinaan Para Penyandan Cacat dan Trauma 8. Meningkatkan penerapan

peraturan perundang-undangan pelayanan kesos

Menetapkan kualitas kebijakan di

bidang pelayanan sosial Program Penetapan Kerangka Pembiayaan Kelembagaan dan Regulasi Penyelenggaraan Pelayanan Sosial

9. Meningkatkan kapasitas kinerja

pegawai Meningkatkan kompetensi teknis SDM SKPD dalam melaksanakan tupoksi

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

10. Meningkatkan kualitas perencanaan, evaluasi dan pelaporan kegiatan

Penyusunan perencanaan kegiatan tahunan Urusan Pelayanan Sosial, Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akurat dan akuntabel

Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 11. Meningkatkan kapasitas dan

kualitas sarana dan prasarana sosial

Meningkatkan kualitas penunjang sarana & prasarana SKPD Provinsi dan SKPD Pelayanan Sosial (UPT)

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

(24)

Uraian secara garis besar mengenai Rencana Stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 dapat di lihat di lampiran 2.

Setiap sasaran stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program. Dalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif yang dikandung dan dikaitkan dengan maksud, tujuan dan karakteristik program. Dengan demikian, kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari suatu program sebagai arah dari pencapaian tujuan dan sasaran stratejik yang memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi organisasi. Kegiatan berdimensi waktu tidak lebih dari 1 (satu) tahun. Selanjutnya pengukuran mengenai 11 sasaran stratejik dan 10 program diuraikan dalam formulir PKK dan PPS yang disajikan pada lampiran 4 dan 5 LAKIP ini.

RENCANA KINERJA TAHUN 2008 Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Rencana Stratejik disusun suatu Rencana Kinerja (

Performance Plan

) pada setiap tahunnya. Rencana kinerja ini merupakan penjabaran target kinerja yang harus dicapai dalam satu tahun pelaksanaan. Target kinerja ini menunjukan nilai kuantitatif yang melekat pada setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran stratejik maupun tingkat kegiatan, dan merupakan pembanding bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan setiap akhir periode pelaksanaan.

Rencana Kinerja 2008 ini merupakan penjabaran Program Indikatif Tahun 2008 yang komitmen segenap karyawan dan pejabat di lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta untuk mencapai kinerja yang sebaik-baiknya dan sebagai bagian dari upaya memenuhi misi organisasi. Dengan demikian, seluruh proses perencanaan dan pengendalian aktivitas operasional Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta sepenuhnya dapat dirujukan pada Rencana Kinerja 2008 ini.

(25)

Sasaran stratejik, indikator kinerja dan target kinerja untuk tahun 2008 dapat disajikan secara lengkap pada tabel sebagai berikut :

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA TARGET

1. Meningkatkan operasional Kantor Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta

ƒ Beroperasinya Kantor Dina Bintal dan Kesos

ƒ Terselenggaranyanya pelayanan kantor SKPD urusan pelayanan sosial tingkat Provinsi

100% 100% 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial

terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

ƒ Meningkatnya bantuan dan perlindungan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial

ƒ Menurunya populasi PMKS jalanan

20% 10% 3. Meningkatkan kualitas Potensi

Sumber Kesejahteraan Sosial ƒ Meningkatnya kualitas tenaga pelayanan sosial yang berkualitas (semua jenis kecacatan dan semua jenis permasalahan sosial)

ƒ Meningkatnya kemandirian lembaga-lembaga sosial ƒ Meningkatnya ketahanan sosial dan partisipasi sosial

masyarakat

ƒ Meningkatnya kesejahteraan sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial di lembaga/organisasi/panti sosial masyarakat

ƒ Meningkatnya mental spiritual masyarakat

20% 20% 20% 20% 20% 20% 4. Meningkatkan kualitas penanganan

(26)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA TARGET 5. Meningkatkan kesejahteraan sosial

anak terlantar ƒ Meningkatnya pelayanan dan perlindungan sosial anak 20%

6. Meningkatkan kesejahteraan sosial

penyandang penyakit sosial ƒ Meningkatnya keterampilan dan kemandirian penyandang penyakit sosial 20% 7. Meningkatkan kesejahteraan sosial

penyandang cacat dan trauma ƒ Peningkatan kemandirian penyandang cacat dan hak untuk hidup normal 20% 8. Meningkatkan kualitas kebijakan di

bidang pelayanan sosial ƒ Ditetapkan dan diterapkannya kebijakan pelayanan sosial 20% 9. Meningkatkan kompetensi teknis

SDM SKPD dalam melaksanakan tupoksi

ƒ Meningkatnya motivasi dan kinerja pegawai 100% 10. Penyusunan perencanaan kegiatan

tahunan Urusan Pelayanan Sosial, Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akurat dan akuntabel

ƒ Tersusunnya perencanaan kegiatan Pelayanan Sosial yang akurat

ƒ Tersusunnya Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akuntabel

100% 100% 11. Meningkatkan kualitas penunjang

sarana dan prasarana SKPD Provisi dan SKPD Pelayanan Sosial (UPT)

ƒ Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan sosial ƒ Tersedianya penunjang operasional kantor Dinas Bintal

dan Kesos dan Panti Sosial

20% 100% Rencana Kinerja Tahun 2008 terdiri atas rencana kinerja sasaran dan rencana kinerja kegiatan. Uraian lengkap mengenai rencana kinerja tersebut dapat dilihat pada Formulir RKT pada lampiran 3 LAKIP ini.

(27)

III.

Akuntabilitas Kinerja 2008

METODELOGI PENGUKURAN PENCAPAIAN KINERJA 2008 Pengukuran capaian kinerja dilakukan dengan menggunakan metode pembandingan capaian sasaran. Metode pembandingan capaian kinerja sasaran dilakukan dengan membandingkan antara rencana kinerja (performance plan) yang diinginkan dengan realisasi kinerja (performance result) yang dicapai organisasi. Selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap penyebab terjadinya celah kinerja (performance gap) yang terjadi serta tindakan perbaikan yang diperlukan di masa mendatang. Metode ini terutama bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak eksternal tentang sejauh mana pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

ANALISIS ATAS PENCAPAIAN SASARAN STRATEJIK 2008 Secara umum, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawabnya sesuai tugas pokok dan fungsi organisasi. Dari 4 sasaran stratejik yang telah ditetapkan seluruhnya telah berhasil diwujudkan dengan baik.

Uraian lengkap mengenai nilai capaian kinerja terhadap 11 sasaran stratejik Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(28)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI Capaian (%)

1. Meningkatkan operasional Kantor Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta

ƒ Beroperasinya Kantor Dinas Bintal dan Kesos

ƒ Terselenggaranyanya pelayanan kantor SKPD urusan pelayanan sosial tingkat Provinsi

100% 100% 100% 100% 100 100 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial terhadap PMKS

ƒ Meningkatnya bantuan dan perlindungan sosial bagi PMKS ƒ Menurunya populasi PMKS jalanan 20% 10% 17% 5% 85% 50% 3. Meningkatkan kualitas Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial

ƒ Meningkatnya kualitas tenaga pelayanan sosial yang

berkualitas (semua jenis kecacatan dan semua jenis permasalahan sosial) ƒ Meningkatnya kemandirian

lembaga-lembaga sosial

ƒ Meningkatnya ketahanan sosial keluarga

ƒ Meningkatnya kesejahteraan sosial PMKS di lembaga/ organisasi/panti sosial masyarakat

ƒ Meninkatnya mental spiritual masyarakat 20% 20% 20% 20% 20% 20% 16% 18% 20% 18% 100% 80% 90% 100% 90%

(29)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI Capaian (%)

4. Meningkatkan kualitas penanganan korban bencana

ƒ Meningkatnya pelayanan sosial

kepada korban bencana 100%

100% 100

5. Meningkatkan

kesejahteraan sosial anak terlantar

ƒ Meningkatnya pelayanan dan

perlindungan sosial anak 20%

18% 90

6. Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang penyakit sosial

ƒ Meningkatnya keterampilan dan kemandirian penyandang

penyakit sosial

20% 19% 96

7. Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat dan trauma

ƒ Peningkatan kemandirian penyandang cacat dan hak untuk hidup normal

20% 19% 96

8. Meningkatkan kualitas kebijakan di bidang pelayanan sosial

ƒ Ditetapkan dan diterapkannya kebijakan pelayanan sosial

(30)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI Capaian (%) 9. Meningkatkan kompetensi

teknis SDM SKPD dalam melaksanakan tupoksi

ƒ Meningkatnya motivasi dan

kinerja pegawai 100%

100% 100

10. Penyusunan perencanaan kegiatan tahunan Urusan Pelayanan Sosial, Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akurat dan akuntabel

ƒ Tersusunnya perencanaan kegiatan Pelayanan Sosial yang akurat

ƒ Tersusunnya Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akuntabel 100% 100% 100% 100% 100 100 11. Meningkatkan kualitas

penunjang sarana dan prasarana SKPD Provisi dan SKPD Pelayanan Sosial (UPT)

ƒ Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan sosial ƒ Tersedianya penunjang

operasional kantor Dinas Bintal dan Kesos dan Panti Sosial

20% 100% 20% 100% 100 100

Analisis mengenai nilai capaian kinerja dari 11 (sebelas) Sasaran Stratejik tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(31)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA ANALISIS

1. Meningkatkan

operasional Kantor Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta

ƒ Beroperasinya Kantor Dinas Bintal dan Kesos

ƒ Terselenggaranyanya pelayanan

kantor SKPD urusan pelayanan sosial tingkat Provinsi

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 100% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 12 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.5.628.637.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.4.100.715.639,- atau 72,9%

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial terhadap PMKS

ƒ Meningkatnya bantuan dan perlindungan sosial bagi PMKS ƒ Menurunya populasi PMKS jalanan

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 85% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 20 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.5.010.116.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.4.185.429.320,- atau 83,5%

3. Meningkatkan kualitas Potensi Sumber

Kesejahteraan Sosial

ƒ Meningkatnya kualitas tenaga pelayanan sosial yang berkualitas (semua jenis kecacatan dan semua jenis permasalahan sosial)

ƒ Meningkatnya kemandirian lembaga-lembaga sosial

ƒ Meningkatnya ketahanan sosial dan partisipasi sosial masyarakat

ƒ Meningkatnya kesejahteraan sosial PMKS di lembaga/organisasi/panti sosial masyarakat

ƒ Meningkatnya mental spiritual masyarakat

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 80% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 75 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp. 25.233.995.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.21.318.826.777,- atau 84,5%

(32)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA ANALISIS

4. Meningkatkan kualitas penanganan korban bencana

ƒ Meningkatnya pelayanan sosial kepada korban bencana

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 100% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 5 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.11.790.000.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.9.321.118.500,- atau 79,1%

5. Meningkatkan kesejahteraan sosial anak terlantar

ƒ Meningkatnya pelayanan dan perlindungan sosial anak

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 90% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 3 kegiatan Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.1.290.000.00,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.1.271.204.950,- atau 98,5%

6. Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang penyakit sosial

ƒ Meningkatnya keterampilan dan kemandirian penyandang penyakit sosial

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 96% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 2 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.200.000.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.180.637.500,- atau 90,3%

7. Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat dan trauma

ƒ Peningkatan kemandirian

penyandang cacat dan hak untuk hidup normal

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 96% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 6 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.995.000.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.955.277.021,- atau 96%

(33)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA ANALISIS

8. Meningkatkan kualitas kebijakan di bidang pelayanan sosial

ƒ Ditetapkan dan diterapkannya kebijakan pelayanan sosial

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 96% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 3 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melaksanakan sasaran ini sebesar Rp.700.000.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.677.497.910,- atau 96,8%

9. Meningkatkan

kompetensi teknis SDM SKPD dalam

melaksanakan tupoksi

ƒ Meningkatnya motivasi dan kinerja pegawai

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 100% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 3 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.1.450.000.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.895.398.700,- atau 61,8%

10. Penyusunan

perencanaan kegiatan tahunan Urusan Pelayanan Sosial, Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akurat dan

akuntabel

ƒ Tersusunnya perencanaan kegiatan Pelayanan Sosial yang akurat ƒ Tersusunnya Laporan Keuangan &

Laporan Kinerja tahunan yang akuntabel

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 100% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 5 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.1.500.000.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.1.367.464.850,- atau 91,2%

(34)

NO. SASARAN STRATEJIK INDIKATOR KINERJA ANALISIS

11. Meningkatkan kualitas penunjang sarana dan prasarana SKPD Provisi dan SKPD Pelayanan Sosial (UPT)

ƒ Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan sosial

ƒ Tersedianya penunjang operasional kantor Dinas Bintal dan Kesos dan Panti Sosial

Tercapainya kinerja sasaran ini sebesar 100% dipengaruhi oleh capaian indikator output dan outcome pada 18 kegiatan. Anggaran yang tersedia untuk melakanakan sasaran ini sebesar Rp.16.598.482.000,- dengan penyerapan angaran sebesar Rp.12.533.743.992,- atau 75,5%

ANALISIS ATAS CAPAIAN KEUANGAN 2008 Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta tahun 2008 didanai dengan Anggaran Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (APBD) berdasarkan Daftar Satuan Kerja (DASK) Tahun Aggaran 2008. Dana yang tersedia secara keseluruhan untuk mendanai tugas pokok dan fungsi adalah sebesar Rp. 109.168.780.811,- yang terdiri Belanja Tidak Langsung Rp.38.772.550.811,- Belanja Lansung Rp.70.396.230.000,- Uraian lengkap Anggaran Belanja Tahun 2008 dan penyerapannya yang bersumber dari Laporan Perhitungan Nota Keuangan APBD Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

(35)

URAIAN

ANGGARAN PENYERAPAN SISA ANGGARAN

Rp. Rp. % Rp. %

Belanja Tidak Langsung 38.772.550.811,- 34.668.808.934 89,4 4.103.741.877 10,6

Belanja Langsung 70.396.230.000,- 56.807.315.159 80,7 13.588.914.841 19,3

Jumlah 109.168.780.811,- 91.476.124.093 83,8 17.692.656.718 16,2

Tidak terserapnya seluruh anggaran belanja tersebut antara lain disebabkan : 1) Perencanaan angaran berdasarkan limit tertinggi tahun sebelumnya; 2) Adanya perubahan anggaran sehingga mengakibatkan pengesahan anggaran terlambat 3) SPD terlambat keluar sehingga pelaksanaan kegiatan terlambat; 4) Nilai SPD lebih rendah dari nilai DPA; 5) Penawaran dari pihak ketiga lebih rendah dari anggaran yang tersedia (efisien anggaran); dan 6) Ada sebagian kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu sebagai dampak perubahan anggaran.

Sedangkan Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 yang dipergunakan dalam rangka mewujudkan 11 Sasaran Stratejik lebih jauh dapat dirinci dalam tabel berikut :

(36)

NO. SASARAN STRATEJIK RENCANA (Rp) REALISASI (Rp) (%) 1. Meningkatkan operasional Kantor Dinas

Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta

5.628.637.000,- 4.100.715.639,- 72,9

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

5.010.116.000,- 4.185.429.320,- 83,5

3. Meningkatkan kualitas Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial

25.233.995.000,- 21.318.826.777,- 82,8

4. Meningkatkan kualitas penanganan korban bencana

11.790.000.000,- 9.321.118.500,- 79,1

5. Meningkatkan kesejahteraan sosial anak terlantar

1.290.000.000,- 1.271.204.950,- 98,5

6. Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang penyakit sosial

200.000.000,- 180.637.500,- 90,3

7. Meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat dan trauma

(37)

NO. SASARAN STRATEJIK RENCANA (Rp) REALISASI (Rp) (%) 8. Meningkatkan kualitas kebijakan di bidang

pelayanan sosial

700.000.000,- 677.497.910,- 96,8

9. Meningkatkan kompetensi teknis SDM

SKPD dalam melaksanakan tupoksi 1.450.000.000,- 895.398.700,- 61,8

10. Penyusunan perencanaan kegiatan

tahunan Urusan Pelayanan Sosial, Laporan Keuangan & Laporan Kinerja tahunan yang akurat dan akuntabel

1.500.000.000,- 1.367.464.850,- 91,2

11. Meningkatkan kualitas penunjang sarana dan prasarana SKPD Provisi dan SKPD Pelayanan Sosial (UPT)

16.598.482.000,- 12.533.743.993,- 75,5

Jumlah 70.396.230.000.- 56.807.315.159,- 80,7

Uraian lengkap mengenai Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung dalam rangka mendukung keberhasilan pencapaian 11 sasaran stratejik yang telah ditetapkan dalam tahun 2008 dapat dilihat pada lampiran 6.

(38)

IV.

Penutup

Akuntabilitas Kinerja tahun 2008 pada dasarnya berupa uraian capaian kinerja (performanse result) instansi pemerintah yang dibandingkan dengan rencana kinerja (performance plan) yang ditetapkan pada awal tahun anggaran yang disusun berdasarkan dokumen Rencana Stratejik, Rencana Kinerja, serta dokumen perencanaan lainnya. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik simpulan utama yang terkait dengan akuntabilitas kinerja tahun 2008.

Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta telah berhasil mewujudkan dengan 11 sasaran stratejik yang ditetapkan pada tahun 2008 dengan nilai capaian sebesar 84,7%. Rincian capaian masing-masing sasaran stratejik tersebut dapat dilihat pada Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (Form PPS) pada lampiran 5.

Kami menyadari bahwa Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial masih dijumpai kekurangan, sehingga memerlukan penyempurnaan yang berkesinambungan pada tahun-tahun mendatang, terutama dalam perumusan indikator-indikator outcome beserta perolehan datanya. Selain itu, penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) belum dilakukan pada awal tahun anggaran. Untuk peningkatan mutu laporan di masa mendatang, kami akan terus berupaya memperbaiki Sistem Akuntabilitas Kinerja di lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial dalam rangka pertanggungjawaban kinerja kepada publik.

Referensi

Dokumen terkait

7) Program Kesejahteraan Sosial PMKS melalui UPT Pelayanan Sosial Bina Remaja Jombang dengan kegiatan :.. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2020 Dinas

Laporan seluruh program dan kegiatan yang telah dijalankan sebagaimana tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Sosial Provinsi NTB.

Berhubung fasilitas listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) belum menjangkau keempat desa tersebut, maka sebagai tenaga penggerak dalam proses penyediaan air bersih ini,

2.4.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor : KEP- 443/KMK.01/2001 tanggal 23

implementasi pengelolaan pengelolaan pengetahuan pengetahuan adalah adalah knowledge sharing yang. knowledge sharing yang belum belum menjadi

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aspek Mikrobiologis Daging Ayam Beku yang Dilalulintaskan melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak adalah karya saya dengan

Pada tahapan ini dilakukan suatu pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis, sesuai dengan tujuan penelitian yang berisi mengenai pembahasan dari hasil penelitian

kedudukan manusia di muka bumi dan berusaha utk membahas moralitas Islam secara utuh, maka tipe etika ini sejalan dengan pengembangan etika bisnis Islami... PRINSIP AL-QUR’AN