• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL DAN MIKRO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL DAN MIKRO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM

PENGENDALIAN INTERN

TERHADAP PEMBERIAN KREDIT

KEPADA USAHA KECIL DAN MIKRO PADA

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

Theresia Alien Novianty

Binus University, Kebon Jeruk, theresia_allin@yahoo.com Ahmad Adri., Drs.,Ak.,MBA

ABSTRAK

Sektor usaha kecil dan menengah merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan di dalam dunia usaha. Minimnya modal yang dimiliki oleh para pelaku usaha menjadi faktor penghambat dalam mengembangkan usaha yang dimiliki. Ditinjau dari sudut pandang bank, kredit mempunyai kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu sumber pendanaan dalam membiayai kegiatan usaha yang menitikberatkan sebagai kunci kehidupan bagi setiap manusia. Fasilitas pemberian kredit yang diberikan bank merupakan aset terbesar bagi bank. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengawasan pemberian kredit usaha kecil dan mikro harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang memadai demi keamanan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan didapat dari buku – buku literatur dan bacaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern sedangkan penelitian lapangan dilakukan oleh penulis dengan mendapatkan informasi langsung dari perusahaan melalui wawancara, observasi dan dokumentansi.Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan, rancangan sistem pengendalian intern terhadap pemberian kredit usaha kecil dan mikro yang diterapkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sudah cukup memadai seperti memiliki buku pedoman operasional, buku pedoman pelaksanaan kredit,serta memiliki sistem informasi dan komunikasi yang memadai. Temuan penelitian terkait dengan perjanjian kredit mikro yang masih dilakukan secara bawah tangan, tidak terdapat pemisahan tugas pada fungsi mantri (account officer) dan pengawasan yang kurang optimal pada fungsi operasional unit. Dari hasil temuan penelitian tersebut, disarankan agar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dapat lebih teliti dan akurat memeriksa dokumen debitur, memisahkan tugas mantri dari fungsi analis kredit dan penilai jaminan, serta menempatkan supervisor pada setiap kantor unit.

(2)

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha dan industri semakin meningkat dewasa ini. Hal ini ditandai dengan munculnya persaingan dan berbagai tantangan yang semakin kompleks. Dunia usaha khususnya sektor usaha kecil dan menengah menjadi salah satu potensi yang harus dikembangkan dalam rangka mendorong pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dengan peningkatan dan pemerataan hidup masyarakat. Namun, salah satu masalah yang menjadi penghambat adalah jumlah modal yang dimiliki oleh para pelaku usaha untuk lebih menstabilkan dan meningkatkan eksistensi usahanya.

Bagi sebagian besar kalangan unit usaha kecil dan mikro, perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya masih dianggap sangat sulit diakses. Untuk dapat memperoleh kredit, perbankan atau lembaga keuangan lainnya dianggap masih menetapkan persyaratan yang mengikat dan prosedur yang tidak mudah.

Untuk memenuhi syarat agar bankable, para pelaku usaha kecil dan mikro masih dihadapkan pada kendala untuk menyediakan kewajiban agunan atau jaminan kredit yang cukup. Sedangkan dari sisi perbankan, sangat sulit untuk menjangkau kalangan unit usaha kecil dan mikro sebagai sasaran kredit karena minimnya informasi mengenai kinerja dan kemampuan para pelaku usaha kecil dan mikro serta asas kehatian-hatian yang menjadi prioritas dalam memberikan kredit.

Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU no. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

(3)

disamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Ditinjau dari sudut pandang bank, kredit mempunyai kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu sumber pendanaan dalam membiayai kegiatan usaha yang menitikberatkan sebagai kunci kehidupan bagi setiap manusia. Fasilitas pemberian kredit yang diberikan bank merupakan aset terbesar bagi bank. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengawasan pemberian kredit harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang memadai demi keamanan.

Proses pemberian kredit dilakukan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian agar fasilitas kredit yang diberikan tepat sasaran. Pemberian kredit harus dilaksanakan sesuai dengan kebijakan – kebijakan yang sudah ditetapkan bank. Kebijakan bank tersebut antara lain melakukan penilaian kelayakan terhadap calon debitur. Hal ini dilakukan untuk mempertimbangkan resiko-resiko yang akan terjadi termasuk kemungkinan timbulnya kredit macet. Kredit macet merupakan suatu resiko yang biasa terjadi pada bank. Akan tetapi jika kredit yang macet jumlahnya terlalu besar, maka seluruh kegiatan perkreditan dari bank bisa terganggu.

Dalam mencapai keberhasilan visi dan misi yang dijalankan perbankan maka diperlukan pengendalian internal. Pengendalian internal merupakan sarana untuk membantu bank dalam menerjemahkan dan melaksanakan strategi bank ke dalam perangkat ukuran yang menyeluruh sehingga mampu memberikan kerangka kerja dan menciptakan tolak ukur system manajemen yang strategis terutama dalam penyaluran kredit.

Dipilihnya PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai obyek penelitian karena memiliki jaringan kerja terluas dan terbesar di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia menjadi ujung

(4)

tombak pembangunan perekonomian nasional karena secara konsisten fokus pada pengembangan segmen bisnis usaha mikro, kecil dan menengah sehingga diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti bisa memberikan gambaran yang baik sebagai contoh untuk perusahaan penyalur kredit lainnya.

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa dalam melakukan penilaian pemberian kredit kepada usaha kecil dan mikro kepada debitur, dibutuhkan penerapan sistem pengendalian intern dalam proses tersebut. Maka penulis akan membahas mengenai :

“ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL DAN MIKRO PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk ”

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah rancangan pengendalian internal terhadap pemberian kredit kepada usaha kecil dan mikro pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk sudah memadai?

2. Apakah pelaksanaan pemberian kredit kepada usaha kecil dan mikro pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk telah memenuhi pengendalian intern yang ditetapkan?

(5)

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis riset eksploratoria. Kedalaman riset pada penelitian ini memusatkan diri secara insentif pada satu obyek tertentu yang dipelajari sebagai suatu kasus (studi kasus). Metode pengumpulan data merupakan kontak langsung dan tidak langsung. Data penelitian yang diperoleh dari penelitian ini selain mendalam, juga biasanya beragam dan sangat detail. Lingkungan penelitian yang digunakan merupakan lingkungan riil perusahaan (field setting). Unit analisisnya adalah PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 44-46 Jakarta 10210

Hasil dan Bahasan

Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan pemberian kredit mikro dan sistem pengendalian intern yang diterapkan Bank Rakyat Indonesia, penulis menemukan beberapa kelemahan diantaranya :

1. Perjanjian kredit mikro masih dilakukan secara bawah tangan

Para bankir sejatinya sangat menyadari bahwa akta ontetik merupakan suatu dokumen yang sangat penting bagi bank dalam melakukan suatu transaksi kredit. Perjanjian kredit mikro yang dilakukan di Bank Rakyat Indonesia masih dilakukan dengan menggunakan akta perjanjian bawah tangan. Kesepakatan perjanjian kredit mikro dilakukan deskman (customer service) dan debitur dengan menandatangani surat pengakuan hutang sebagai bukti perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.

Dalam ketentuan kebijakan kredit yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dokumentasi dan administrasi kredit merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam pengaturan sebuah Bank. Sebagai salah satu tindakan pengawasan yang dilakukan, bank harus meminimalkan potensi kerugian atas penyediaan dana antara lain dengan memelihara eksposur

(6)

risiko kredit pada tingkat yang memadai dengan didukung dokumentasi kredit secara hukum. Penyebab perjanjian kredit mikro Bank Rakyat Indonesia masih dilakukan secara bawah tangan dikarenakan kredit mikro dianggap merupakan kredit dengan nilai nominal yang sangat kecil, sehingga apabila debitur dikenakan biaya otentifikasi kredit dalam hal ini biaya notaris dan biaya dokumentansi hukum yang terkait perjanjian kredit, debitur akan enggan untuk mengajukan permohonan kredit mikro.

Konsekuensi yang dapat terjadi jika suatu perjanjian kredit dilakukan dibawah tangan adalah pihak Bank Rakyat Indonesia tidak dapat mengikat agunan secara hukum dan bila akta perjanjian asli hilang, maka Bank tidak memiliki pegangan apapun untuk membuktikan adanya perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. Akta perjanjian kredit dibawah tangan juga mempunyai kelemahan menyangkut keaslian tanda tangan debitur yang mengajukan kredit. Debitur dapat dengan mudah mengingkari keaslian tanda tangan yang telah dilakukan diatas perjanjian kredit tersebut.

Untuk mengatasi hal ini, pihak Bank Rakyat Indonesia terutama deskman (customer service) dan kepala unit wajib memeriksa keaslian dokumen serta meneliti tanda tangan yang telah dilakukan oleh debitur sesuai dengan kuitansi serta seluruh identitas diri yang dimiliki oleh debitur. Penilaian atas agunan yang dimiliki debitur juga harus dilakukan secara sempurna dan akurat untuk menghindari para pihak yang bermaksud melakukan penyimpangan.

2. Terdapat penumpukan tugas pada fungsi mantri

Bank Rakyat Indonesia tidak memisahkan fungsi mantri (account officer) dari fungsi analis kredit (credit analyst) dan fungsi penilai jaminan (appraisal) sehingga terdapat penumpukan tugas dan tanggung jawab pada mantri (Account Officer). Pemisahan fungsi dalam

(7)

sistem pengendalian intern dimaksudkan agar setiap orang dalam jabatannya tidak memiliki peluang untuk melakukan suatu penyimpangan dalam melaksanakan tugasnya.

Penumpukan tugas dan tanggung jawab pada Mantri (account officer) dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia agar proses kredit yang diajukan dapat berlangsung lebih cepat. Hal ini menyebabkan kelemahan yang bersifat subjektivitas karena penilaian kredit hanya dilakukan oleh mantri (account officer) dan tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) antara calon nasabah dengan mantri (account officer).

Rekomendasi dari penulis adalah sebaiknya Bank Rakyat Indonesia melakukan pemisahan fungsi pada mantri (account officer) dari fungsi analisis kredit (credit analyst) dan fungsi penilai jaminan (appraisal) sehingga penilaian kredit yang dilakukan bersifat lebih obyektif.

3. Pengawasan fungsi operasional unit yang belum optimal

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan penulis, tidak semua kantor unit Bank Rakyat Indonesia mempunyai supervisor untuk mengawasi jalannya kegiatan operasional. Sistem pengawasan bank yang efektif memerlukan penetapan tanggung jawab dan tujuan yang jelas bagi setiap lembaga yang terkait dengan tugas-tugas pengawasan bank. Masing-masing lembaga harus memiliki independensi operasional dan sumber daya yang cukup.Sistem pengawasan bank yang efektif sekurang-kurangnya mencakup bentuk pengawasan di tempat.

Dalam kebijakan yang terdapat dalam Bank Rakyat Indonesia, penempatan fungsi supervisor dalam mengawasi kegiatan operasional masih bergantung kepada potensi pinjaman besar di wilayah yang bersangkutan. Tidak terdapatnya fungsi supervisor dalam setiap kantor

(8)

unit Bank Rakyat Indonesia menyebabkan fungsi operasional unit yang dijalankan oleh deskman (customer service) dan teller tidak dapat dikendalikan dan diawasi secara optimal. Dana operasional kas yang dimiliki oleh BRI unit juga tidak dapat dikelola secara maksimal.

Diharapkan Bank Rakyat Indonesia menempatkan supervisor (pengawas) di setiap kantor unit Bank Rakyat Indonesia. Adanya supervisor dapat lebih mengkoordinasikan, mengawasi kegiatan operasional BRI Unit baik mengelola kas, mengawasi dan mengendalikan pelayanan BRI unit demi kelancaran operasional dan pelayanan BRI unit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan data–data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh penulis mengenai pengendalian intern terhadap pelaksanaan pemberian kredit usaha kecil dan mikro pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam lingkungan pengendalian dapat dikatakan baik. Bank Rakyat Indonesia sudah mempunyai kebijakan secara tertulis yang mengatur seluruh kegiatan operasionalnya serta kebijakan mengenai proses pemberian kredit. Bank Rakyat Indonesia juga menerapkan nilai-nilai perusahaan yang dijadikan sebagai budaya kerja bagi para pegawai.

2. Dalam melakukan penilaian risiko, Bank Rakyat Indonesia mempunyai kelemahan sebagai berikut :

(9)

- Terdapat risiko hukum karena perjanjian kredit yang dilakukan masih menggunakan akta perjanjian kredit secara bawah tangan. Debitur menandatangani surat pengakuan hutang sebagai akta perjanjian kredit yang telah di sepakati, hal ini dilakukan oleh pihak Bank Rakyat Indonesia karena nilai nominal kredit yang sangat kecil

- Satuan Kerja Audit Intern tidak dilibatkan dalam melakukan penilaian risiko, padahal risiko kredit usaha kecil dan mikro mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan kredit korporasi lain.

3. Dalam informasi dan komunikasi, Bank Rakyat Indonesia sudah mempunyai sistem informasi yang memadai. Kondisi pengamanan sistem informasi juga selalu dipantau dan ditingkatkan sesuai dengan perkembangan teknologi dan ancaman yang ada.

4. Dalam aktivitas pengendalian, pelaksanaan pemberian kredit usaha kecil dan mikro pada Bank Rakyat Indonesia sudah cukup baik. Masing – masing bagian sudah mempunyai uraian tugas dan wewenang yang jelas, tetapi masih terdapat penumpukan tugas pada fungsi mantri (account officer) dalam melakukan analisa kredit terhadap calon debitur. Hal ini akan menyebabkan penilaian kredit bersifat subyektif dan tidak menutup kemungkinan timbulnya konflik kepentingan.

5. Dalam kegiatan pengawasan, fungsi operasional unit Bank Rakyat Indonesia masih belum optimal. Penempatan fungsi supervisor (pengawas) tidak terdapat secara merata pada seluruh kantor unit sehingga fungsi operasional unit yang dilakukan oleh deskman (customer service) dan teller tidak dapat diawasi dan dikendalikan secara maksimal. Bank Rakyat Indonesia juga tidak memiliki unit khusus yang bertugas melakukan pemantauan pada saat pemberian kredit.

(10)

Saran

Sebagai langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan dalam pengendalian intern terhadap pemberian kredit mikro, penulis ingin memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, diantaranya :

1. Pihak Bank Rakyat Indonesia terutama deskman (customer service) dan kepala unit wajib memeriksa keaslian dokumen serta meneliti tanda tangan yang telah dilakukan oleh debitur sesuai dengan kuitansi serta seluruh identitas diri yang dimiliki oleh debitur. Penilaian atas agunan yang dimiliki debitur juga harus dilakukan secara sempurna dan akurat untuk menghindari para pihak yang bermaksud melakukan penyimpangan.

2. Bank Rakyat Indonesia melakukan pemisahan fungsi pada mantri (account officer) dari fungsi analisis kredit (credit analyst) dan fungsi penilai jaminan (appraisal) sehingga penilaian kredit yang dilakukan bersifat lebih obyektif. Pemisahan fungsi ini juga dimaksudkan untuk menghindari adanya suatu kekeliruan. Melibatkan audit intern dalam melakukan penilaian resiko juga dapat dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan munculnya risiko kredit.

3. Diharapkan Bank Rakyat Indonesia menempatkan pengawas (supervisor) di setiap kantor unit Bank Rakyat Indonesia. Adanya supervisor dapat lebih mengkoordinasikan, mengawasi kegiatan operasional BRI Unit baik mengelola kas, mengawasi dan mengendalikan pelayanan BRI unit demi kelancaran operasional dan pelayanan BRI unit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(11)

Referensi

Rama, D. V & Jones. F. L alih bahasa oleh M. Slamet. (2009).

Sistem Informasi Akuntansi jilid 1. Jakarta : Penerbit Salemba Empat Boynton,W. C., Johnson, R. N. & Kell,W. G alih bahasa oleh Paul A. (2003). Modern Auditing. jilid 2 (edisi 7). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Mulyadi (2010). Sistem Akuntansi (edisi 3). Jakarta: Salemba Empat. Reeve, J. M., Warren, C.S., Duchac, J. E, et al. (2008).

Principles of accounting: Indonesia adaptation. Cencage Learning.

Hall, J.A. alih bahasa oleh Amir Abadi Yusuf (2001). Sistem Informasi Akuntansi (edisi 3). Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi (2002). Auditing (edisi 6) Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Taswan (2008). Akuntansi Perbankan : transaksi dalam valuta rupiah.

(edisi 3). Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Nasroen Yasabari & Nina Kurnia Dewi (2007). Penjaminan Kredit, Mengantar UKMK Mengakses Pembiayaan. Bandung: Penerbit P.T. Alumni.

Irmayanto, J., Indradewa, Z. A., Roso, T., Hasibuan, et al. (2011).

Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. Triandaru, Sigit & Totok Budisantoso (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Idroes F.N & Sugiarto (2006). Manajemen risiko perbankan : dalam

konteks kesepakatan basel dan peraturan bank Indonesia. Jakarta : Graha Ilmu Harhara, S & Harahap, S.S. (2009). Persepsi Analis Kredit / Pembiayaan

Tentang Resiko Kredit Pada Bank Konvensional Dan Bank Syariah. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 9(1) : 49-73

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

(12)

Bank Indonesia, (2003). Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi

Bank Umum. http://www.bi.go.id/biweb/utama/peraturan/lampiran-se-52203-dpnp.pdf. Diakses tanggal 21 April 2012

Bank Indonesia, (2011). Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar.

http://m.bi.go.id/NR/rdonlyres/F7E0AA4C- CE9A- 4DB5-9A985298DB3AE237/22388/se_130612.pdf. Diakses tanggal 21 April 2012

Bank Indonesia, (2005) Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/52297FE3-2213-47BB-B243-4D5B27B67CBE/12028/Lampiran.pdf Diakses tanggal 21 April 2012

Riwayat Penulis

Nama : Theresia Alien Novianty

TTL : Jakarta, 29 November 1990

Pendidikan : S1- Universitas Bina Nusantara, Akuntansi 2012

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, beberapa permasalahan dapat dikaji dan diteliti lebih mendalam dan tidak

(1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

[r]

Untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi apabila terjadi longsor dilakukan dengan mitigasi bencana antara lain, merelo- kasi penduduk ketempat yang relatif lebih aman,

terkait satu sama lainnya, yaitu UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai produk legislasa (Kebij akan Legislatif/formulatif) yang kemudian akan diterapkan

Model layanan transisi pasca sekolah menekankan pada lima kategori praktik utama yaitu : perencanaan terfokus, pengembangan siswa, kolaborasi antar siswa, keterlibatan keluarga,

Menurut Winaputra (dalam Uno, 2011:145-146) mengatakan bahwa pemanfaatan lingkungan didasari oleh pendapat pembelajaran yang lebih bernilai, sebab para siswa

[r]