• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat dalam meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH : NAMA : DIDIK BUDIYONO NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat dalam meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH : NAMA : DIDIK BUDIYONO NIM :"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

RANCANGAN ALTERNATIF METODE PERANCAH

SISTEM PD-8 PADA PEKERJAAN PIER HEAD JEMBATAN

DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU

( Studi kasus proyek jembatan Cisadane BSD City Tangerang )

Diajukan sebagai syarat dalam meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1)

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIDIK BUDIYONO

NIM : 4110411-074

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

TERAKREDITASI A BERDASARKAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NO. 012/BAN-PT/AK-VII/SI/VII/2003

(2)

Tugas Akhir ini untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Jenjang pendidikan Strata 1 (S-1), Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, Jakarta.

Judul Tugas Akhir

DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU

Disusun oleh :

N a m a : DIDIK BUDIYONO

NIM : 4110411 - 074

Jurusan / Program Studi : TEKNIK SIPIL

Telah diajukan dan dinyatakan "LULUS" pada Sidang Sarjana

Tanggal : 29 November 2008

Jakarta, 06 Desember2008

Ir. Agus Suroso, MT Ir. Mawardi Amin, MT

: RANCANGAN ALTERNATIF METODE PERANCAH

SISTEM PD-8 PADA PEKERJAAN PIER HEAD JEMBATAN

(Studi kasus proyek jembatan Cisadane BSD City Tangerang)

Ketua Sidang

Pembimbing

Ir. Agus Suroso, MT

Mengetahui

(3)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini ;

N a m a : DIDIK BUDIYONO

NIM : 4110411 - 074

Jurusan / Program Studi : TEKNIK SIPIL

Fakultas : TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PERANCAH SISTEM PD-8 PADA PEKERJAAN PIER HEAD JEMBATAN DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU " adalah asli karya sendiri.

Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sangsi berupa pencabutan gelar kesarjanaan strata 1 (S-1) saya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk menjadikan periksa adanya.

Jakarta, September 2008

SURAT PERNYATAAN

DIDIK BUDIYONO NIM : 4110411-074 Menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan Judul : " RANCANGAN ALTERNATIF METODE

(4)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

iv

ABSTRAK

RANCANGAN ALTERNATIF METODE PERANCAH SISTEM PD-8 PADA PEKERJAAN PIER HEAD JEMBATAN DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU (Studi kasus proyek jembatan Cisadane BSD City Tangerang).

X

ii

+ 81 + 10 tabel + 31 gambar + 11 daftar pustaka + 5 lampiran.

Pada proyek jembatan Cisadane ini terdapat pekerjaan tiga buah pier (pilar) dan pada masing-masing pier terdapat 4 buah kolom dan diatas kolom disatukan oleh pier head (kepala pilar), dan untuk penyangga proses pembuatan pier head menggunakan metode perancah sistem roro shoring.

Sebagai alternatif lain untuk penggunaan perancah selain roro shoring adalah menggunakan perancah sistem PD-8 yaitu suatu sistem perancah dengan dua batang kaki perancah yang merupakan salah satu sistem dari negara Germany, dimana untuk setiap kaki perancah dapat menahan kapasitas maksimal beban sebesar 8 Ton arah vertikal. Perancah merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan daripada struktur, seperti pada pembuatan pierhead, perancah berfungsi sebagai penopang dan penyangga bekisting yang harus benar-benar kokoh dan kuat, karena hal ini menyangkut hasil pengecoran yang dicetak oleh bekisting yang kita buat, sehingga dalam penentuan metode perancah harus benar-benar diperhitungkan secara cermat dan teliti.

Setelah dianalisis ternyata dari hasil perhitungan biaya diantara kedua metode maka penggunaan perancah dengan sistem perancah PD-8 pada proyek jembatan Cisadane akan lebih murah apabila dibandingkan sistem roro shoring, dengan selisih harga sebesar 10,64 %.

Untuk waktu pelaksanaan pekerjaan, sistem PD-8 memerlukan waktu 55 hari, dan waktu yang telah ditentukan adalah 60 hari. Jadi dengan menggunakan sistem PD-8 pekerjaan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat 8.33% daripada waktu yang ditentukan. Sedangkan dengan menggunakan sistem roro shoring memerlukan waktu 66 hari, dan hal ini berarti bahwa pekerjaan mengalami waktu keterlambatan selama 6 hari atau 10% dari waktu yang ditentukan, yaitu 60 hari.Dengan demikian dapat dievaluasi bahwa sistem yang telah dipakai pada proyek jembatan Cisadane untuk pekerjaan pier head dengan menggunakan sistem roro shoring adalah tidak efisien.

(5)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul RANCANGAN ALTERNATIF METODE PERANCAH SISTEM PD-8 PADA PEKERJAAN PIER HEAD JEMBATAN DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU, pada akhirnya dapat terselesaikan.

Tugas Akhir ini diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) program studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, Jakarta.

Sebagai ungkapan rasa syukur pada kesempatan yang membahahagiakan ini penulis bermaksud menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya kepada: 1. Istri tercinta Nove, ayah dan ibu tercinta atas do’a, dorongan dan segalanya yang

telah diberikan tanpa pamrih

2. Bapak Ir. Agus Suroso, MT, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir, yang telah memberikan saran dan bimbingan mulai dari awal sampai akhir sehingga dengan segala keterbatasan penulis, Tugas Akhir ini dapat terselesaikan

3. Bapak Ir. Mawardi Amin, MT, Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

4. Bapak Ir. Edifrizal Darma, MT, selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

5. Pimpinan, staff dan seluruh dosen jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, yang telah memberikan kesempatan, pengarahan dan bimbingan selama masa pendidikan di kampus Universitas Mercu Buana

6. Segenap team engineering PT. Beton Perkasa Wijaksana Jakarta 7. Ir. Achmad Indra Sahab, Kacab PT. Beton Perkasa Wijaksana Jakarta

8. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Mercu Buana jurusan Teknik Sipil khususnya angkatan ke-5 ( kelima )

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini yang tak dapat penulis sebut satu persatu.

(6)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

vi Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Mengingat keterbatasan penulis, akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis berharap kepada pembaca berkenan kiranya dapat menyampaikan saran ataupun kritik sebagai masukan untuk perbaikan, sehingga tulisan ini akan dapat lebih bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2008

(7)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang I - 1

1.2 Tujuan I - 3

1.3 Batasan Masalah dan Ruang Lingkup Pembahasan I - 4

1.4 Metodologi Kajian I – 4

Hipotesa I – 5

Flow Chart Penyusunan Tugas Akhir I – 6

Sistematika Penulisan I - 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Umum II – 1

2.2 Dasar – Dasar Perencanaan Perancah II – 2 2.2.1 Beban-Beban yang Bekerja II – 2 2.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head II – 4 2.4 Pemilihan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head II – 7 2.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head Sistem Perancah II – 8 2.5.1 Metode Perancah Sistem Roro Shoring II – 8

A. Material Roro Shoring II – 9

B. Perakitan Perancah Sistem Roro Shoring II – 11 C. Pemasangan Perancah Sistem Roro Shoring II – 17

(8)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

viii D. Pembongkaran Perancah Sistem Roro Shoring II – 19 2.5.2 Metode Perancah Sistem PD-8 II – 21

A. Material PD-8 II – 21 B. Pabrikasi dan pemasanga Perancah Sistem PD-8 II – 23 C. Pembongkaran Perancah Sistem Roro Shoring II – 26 2.6 Analisa Perhitungan Biaya Perancah II – 27 2.7 Struktur Beton II – 30

BAB III DATA DAN ANALISIS DATA PROYEK

3.1 Data Umum Proyek III – 1

3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data III – 1 3.3 Data Sekunder dan Tahapan Pekerjaan III – 2

Flow Chart pekerjaan yang dianalisis III – 3 3.4 Perencanaan Pekerjaan Pier Head dengan Sistem Roro Shoring III – 4

3.4.1 Tahap-Tahap Perencanaan III – 6 a. Desain Perancah dan Bekisting Base Form III – 6 b. Kebutuhan Material Perancah III – 9 c. Kebutuhan Waktu dan Tenaga Kerja III – 10 d. Time Schedule Pekerjaan Pier Head III – 11 e. Analisa Struktur Desain Perancah III – 11 f. Analisis Harga Perancah III – 19

BAB IV ANALISA ESTIMASI BIAYA DAN WAKTU

4.1 Perencanaan Pekerjaan Pier Head IV – 1 4.2 Perencanaan Pekerjaan Pier Head dengan Sistem PD-8 IV – 2 4.2.1 Tahap-Tahap Perencanaan IV – 4 a. Desain Perancah dan Bekisting Base Form IV – 4 b. Kebutuhan Material Perancah IV – 6 c. Kebutuhan Waktu dan Tenaga Kerja IV – 7 d. Perhitungan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head IV – 8 e. Analisa Struktur Desain Perancah Sistem PD-8 IV – 9

(9)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

ix f. Analisis Harga Perancah IV – 13 4.3 Evaluasi Perbandingan Biaya dan Waktu Pekerjaan Pier Head IV –15

4.3.1 Evaluasi Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head IV –15 4.3.2 Evaluasi Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head IV –16 4.3.2 Evaluasi Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head IV –18 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan V – 1 5.2 Saran V – 2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

x

DAFTAR TABEL

BAB II

Tabel 2.1 Perbandingan Kekuatan Beton Pada Berbagai Umur

BAB III

Tabel 3.1 Daftar Harga Material sistem Roro Shoring PT. Beton Perkasa Wijaksana

Tabel 3.2 Daftar Harga Upah Tenaga Kerja

II - 29

III - 4 III - 5 Tabel 3.3 Rekapitulasi Harga Perancah Sistem Roro Shoring

BAB IV

III – 21

Tabel 4.1 Daftar Harga Material sistem PD-8 PT. Beton Perkasa Wijaksana IV - 2 Tabel 4.2 Daftar Harga Upah Tenaga Kerja IV - 3 Tabel 4.3 Rekapitulasi Harga Perancah Sistem PD-8 IV - 15 Tabel 4.4 Biaya Pengeluaran Sistem PD-8 IV - 15 Tabel 4.5 Biaya Pengeluaran Sistem Roro Shoring IV - 16 Tabel 4.6 Cash Flow Penyelesaian Pekerjaan Pier Head IV - 17

(11)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

xi

DAFTAR GAMBAR

BAB I

Gambar 1.1 Struktur Jembatan Cisadane

BAB II

I – 2

Gambar 2.1 Pekerjaan Pier Head Sistem Perancah Gambar 2.2 Pekerjaan Pier Head Sistem Konsul Gambar 2.3 Pekerjaan Pier Head Sistem Gantung Gambar 2.4 Material Sistem Roro Shoring

Gambar 2.5 Penyambungan Material Roro Shoring

Gambar 2.6 Pemasangan Pipa Bracing Long dan Cross Horisontal Gambar 2.7 Pemasangan Pipa Long Bracing dan Pipa Bracing Diagonal Gambar 2.8 Pemasangan Pipa Bracing Long Horisontal dan Vertikal Gambar 2.9 Pemasangan Pipa Bracing Long dan Diagonal Bracing Gambar 2.10 Pemasangan Pipa Cross Bracing

Gambar 2.11 Pemasangan Beton Sleeper dan Pemasangan Roro Shoring

Gambar 2.12 Pemasangan Pipa Pengaman, Cross Beam dan Long Beam Gambar 2.13 Pemasangan Bekisting

Gambar 2.14 Pembongkaran Bekisting Side Form da End Form

Gambar 2.15 Penurunan Elevasi, Base Form, Long Beam, Cross Beam dan Pembongkaran Roro Shoring

Gambar 2.16 Material Sistem PD-8

Gambar 2.17 Pemasangan Sleeper, Base Plate dan Spindle PD-8 Gambar 2.18 Pemasangan Frame PD-8, Diagonal Brace DK

Gambar 2.19 Pemasangan Pipa Bracing, Spindle PD-8 dan Head Plate Gambar 2.20 Pembongkaran Side Form, End Form dan Bottom Form

Gambar 2.21 Pembongkaran Head Plate, Spindle PD-8, Pipa Bracing, Frame PD-8 dan Spindle Bagian Bawah

Gambar 2.22 Foto-Foto Proyek Dengan Sistem Roro Shoring dan PD-8

II – 5 II – 5 II – 6 II – 10 II – 11 II – 12 II – 13 II – 14 II – 15 II – 16 II – 17 II – 18 II – 19 II – 19 II – 20 II – 22 II – 23 II – 24 II – 25 II – 26 II – 29 II – 30

(12)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

xii BAB III

Gambar 3.1 Tampak Atas Posisi Roro Shoring Gambar 3.2 Tampak Atas Posisi Cross Beam dan Long Beam

III – 6 III – 6 Gambar 3.3 Tampak Atas Base Form

Gambar 3.4 Tampak Depan Roro Shoring Gambar 3.5 Tampak Samping dan Potongan BAB IV III – 7 III – 8 III – 9

Gambar 4.1 Tampak Atas Perancah Sistem PD-8 IV - 4 Gambar 4.2 Tampak Depan Perancah Sistem PD-8 IV - 5 Gambar 4.3 Tampak Samping Perancah Sistem PD-8 IV - 5

(13)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai bagian dari sistem jaringan jalan, jembatan berfungsi sebagai sarana transportasi darat yang menghubungkan antara dua sistem transportasi. Denga kata lain jembatan adalah media penghubung dan pemersatu dua komunitas atau bisa disebut sarana pengundang integrasi dan interaksi dari dua kelompok atau lebih yang dipisahkan oleh sungai atau struktur alam yang terputus. Dalam pembangunan suatu jembatan sangat membutuhkan banyak pertimbangan, baik dari segi teknis, ekonomis maupun metode konstruksi yang akan dipakai. Di sisi lain kebutuhan untuk membangun infrastruktur jembatan selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan tingkat perekonomian bangsa yang semakin berkembang.

Variasi infrastruktur jembatan sangat luas, baik ditinjau dari fungsi, skala maupun dimensinya. Dengan kompleksitas tersebut seorang profesional dibidang pembangunan jembatan harus mampu mengetahui dan memahami secara komprehensif proses dan komponennya agar jembatan yang dirancangnya dapat dibangun secara mudah dan berfungsi secara optimal. Selain daripada itu dalam merancang suatu jembatan juga perlu adanya pertimbangan faktor estetika sebagai dasar perancangan struktur jembatan. Apalagi kalau jembatan dibangun di tengah-tengah keramaian yang dibuat untuk jalur lalulintas perkotaan yang ramai, tentu aspek estetika ini harus benar-benar di perhitungkan.

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Karena didalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi terkadang diperlukan suatu terobosan atau inovasi baru untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di lapangan.

Pada proyek jembatan Cisadane ini terdapat pekerjaan tiga buah pier (pilar) dan pada masing-masing pier terdapat 4 buah kolom dan diatas kolom disatukan oleh pier

(14)

head (kepala pilar jembatan) dengan ukuran 30m x 5,9m x 2,85m. Ketinggian kolom untuk masing-masing pier head adalah berbeda yaitu: untuk ketinggian pier 1 dengan tinggi 9.100 meter, sedangkan untuk pier 2 dan 3 dengan ketinggian 15,045 meter.

55 M 50,8 M

38,3 M 38,3 M

Muka Air Banjir 100th +21.000

Muka Air Biasa +11.600

Pier Column Pier Head Abutment 2 42,5 M 40 M Pier 1 Pier 2 Pier 3 30 m 25,5 m 7 m 15, 00 m (P2& P3) 9, 10 m (P 1) 7 m 7 m

Gambar 1.1 Struktur Jembatan Cisadane

Untuk pelaksanaan pembangunan jembatan tersebut perlu adanya pemilihan metode yang tepat agar pembuatan salah satu bagian daripada jembatan yaitu pier

tersebut dapat terlaksana dengan baik. Dengan memperhitungkan beban yang akan diterima oleh perancah, maka dari berbagai metode yang ada, terdapat dua pilihan metode perancah yang dapat dijadikan alternatif dalam pembuatan pier head pada

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

(15)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

I - 3 pekerjaan jembatan tersebut, yaitu metode perancah dengan menggunakan sistem roro shoring dan metode perancah sistem PD-8.

Perancah sistem PD-8 (Prop Duty-8) adalah suatu sistem perancah dengan dua batang kaki perancah yang merupakan salah satu sistem dari negara Germany, dimana untuk setiap kaki perancah dapat menahan kapasitas maksimal beban sebesar 8 Ton arah vertikal. Dan secara garis besarnya sistem PD-8 ini dapat dikatakan hampir sama dengan perancah sistem scaffolding, hanya perbedaannya pada ukuran dimensi material dan kapasitas dari kekuatan materialnya. Perancah merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan daripada struktur, seperti pada pembuatan pierhead, perancah berfungsi sebagai penopang dan penyangga bekisting yang harus benar-benar kokoh dan kuat, karena hal ini menyangkut hasil pengecoran yang dicetak oleh bekisting yang kita buat, sehingga dalam penentuan metode perancah harus benar-benar diperhitungkan secara cermat dan teliti.

Pada proyek pembangunan jembatan Cisadane, sistem perancah yang digunakan untuk pekerjaan pier head adalah sistem roro shoring, akan tetapi selain dari perancah sistem roro shoring masih ada sistem perancah yang dapat digunakan sebagai aletrnatif pilihan dalam pembuatan pier head jembatan, yaitu dengan menggunakan perancah sistem PD-8. Dengan adanya dasar pertimbangan kasus tersebut, maka dibuat rancangan alternatif menggunakan sistem PD-8, yang dengan cara membandingkan antara keduanya, yaitu perbandingan dari segi biaya, waktu dan metode pelaksanaan, maka akan dapat menentukan sistem mana yang lebih efektif, efisien dan aman untuk dipergunakan pada pekerjaan pierhead jembatan.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah untuk

a. Menjelaskan tentang metode pelaksanaan perancah sistem roro shoring dan sistem PD-8 serta cara-cara pelaksanaannya dilapangan.

b. Menganalisa kekuatan dari metode perancahsistem PD-8.

c. Mengevaluasi analisa biaya dan waktu metode perancah sistem PD-8.

(16)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

I - 4 sebagai perancah bekisting pada pekerjaan pier head jembatan, yaitu dengan cara membandingkan antara metode perancah sistem roro shoring dengan metode perancah sistem PD-8.

1.3 Batasan Masalah dan Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan tugas akhir ini terdapat batasan masalah dan ruang lingkup pembahasan yang meliputi :

a. Analisa biaya perancah dan bekisting serta metode pelaksanaan pekerjaan

pierhead dengan menggunakan sistem roro shoring dan sistem PD-8.

b. Harga material perancah bekisting dan upah mengikuti daftar harga dan upah dari PT. Beton Perkasa Wijaksana tahun 2007, yaitu pada waktu pelaksanaan pembangunan proyek jembatan cisadane.

c. Pembahasan mengenai metode pelaksanaan pekerjaan pier head P1 pada proyek jembatan Cisadane di BSD City Tangerang;

d. Kebutuhan biaya perancah bekisting untuk pekerjaan pier head P1pada proyek jembatan Cisadane di BSD City Tangerang;

e. Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan sistem perancah bekisting pekerjaan

pier head P1 pada proyek jembatan Cisadane di BSD City Tangerang.

1.4 Metodologi Kajian

Metode kajian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah :

a. Tinjauan pustaka, yaitu pengkajian teori dengan mempelajari buku-buku, artikel dan situs serta beberapa literatur yang berhubungan dengan metode sistem perancah,

b. Penelitian lapangan, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek yang ada diproyek pembangunan jembatan Cisadane BSD City Tangerang.

(17)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

I - 5 1.4.2 Sumber Data

Data yang digunakan sebagai dasar perencanaan adalah :

a. Data Primer yang diperoleh dengan cara wawancara, yaitu melakukan wawancara secara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dengan proyek pembangunan jembatan Cisadane BSD City Tangerang.

b. Data Sekunder yang didapat dari PT. Beton Perkasa Wijaksana dalam bentuk Brosur, Handbook Peri Formwork and Scaffold, Gambar struktur pier head

jembatan, serta gambar kerja yang digunakan sebagai acuan pekerjaan dilapangan.

1.4.3 Analisis Data.

Dalam perhitungan analisa biaya dan waktu untuk sistem roro shoring yang telah diterapkan pada pelaksanaan proyek jembatan Cisadane menggunakan data yang diperoleh dari pihak pelaksana proyek yaitu dengan cara merekapitulasi sesuai dengan kenyataan pada pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

Sedangkan untuk analisa yang menggunakan rancangan alternatif sistem PD-8, menggunakan dasar perhitungan standart dari PT. Beton Perkasa Wijaksana, baik dari segi biaya,yang merupakan perhitungan dari kebutuhan material dan daftar harga material ataupun segi waktu mengikuti standart pekerjaan dari kasus proyek lain yang telah di kerjakan oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana.

HIPOTESA :

Dengan adanya perencanaan rancangan alternatif menggunakan perancah sistem PD-8 sebagai pengganti perancah sistem roro shoring untuk pekerjaan pier head pada jembatan Cisadane BSD City Tangerang akan lebih efektif dan efisien, yaitu :

a. Apabila ditinjau dari segi biaya akan mendapatkan harga yang lebih murah b. Dan dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan akan lebih cepat terselesaikan.

(18)

FLOW CHART PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

1. Pengamatan observasi lapangan 2. Diskusi dengan staff proyek 3. Analisa kasus yang terjadi pada proyek jembatan Cisadane MULAI TIDAK BAB I dan II

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

I - 6 BAB II

Pengajuan Judul Tugas Akhir

YA SEMINAR TUGAS AKHIR

Pengumpulan Data-Data: 1. Pengkajian teori dari beberapa literatur, 2. Pengamatan langsung pada objek dilapangan 3. Data Primer: wawancara secara langsung dengan

pihak terkait

4. Data sekunder: didapat dari PT Beton Perkasa Wijaksana selaku pelaksana pekerjaan perancah dan bekisting

A

Metode penelitian dan pelaksanaan proyek 1 Dasar-dasar perencanaan metode perancah

2 Metode pelaksanaan sistem perancah roro shoring 3 Metode pelaksanaan sistem perancah PD-8

(19)

A

BAB III

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

I - 7 BAB IV

Data Perancah Roro Shoring 1. Desain perencanaan metode perancah roro shoring

2. Analisa struktur kekuatan dari perancah sistem roro shoring 3. Analisa kebutuhan material metode perancah sistem roro shoring 4. Analisa biaya dan waktu pekerjaan perancah sistem roro shoring

TIDAK

YA Olahan Data:

1. Perencanaan dan desain alternatif dengan perancah sistem PD-8 2. Analisa struktur kekuatan dari perancah sistem PD-8

3. Analisa kebutuhan material metode perancah sistem PD-8 4. Analisa biaya dan waktu metode perancah sistem PD-8

PERIKSA

BAB V

Analisis perbandingan biaya dan waktu antara metode perancah sistem PD-8 dengan metode perancah sistem roro shoring

SELESAI / KESIMPULAN

(20)

Rancangan alternatif metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

I - 8

1.5 Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan tugas akhir ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah dan ruang lingkup, metodologi kajian serta sistematika penulisan.

Bab II, Kajian Pustaka, membahas teori-teori dasar yang berhubungan dengan perancah bekisting serta berisikan teori mengenai jembatan, metode pelaksanaan pier head, perancah bekisting untuk bangunan air, struktur beton, material baja dan analisa perhitungan perancah.

Bab III , Pelaksanaan Proyek, memuat tentang data-data umum proyek, penjelasan tentang metode perancah dengan menggunakan sistem roro shoring dan sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan.

Bab IV , Studi dan Analisis, memuat analisa biaya, waktu dan analisa struktur dari metode perancah dengan menggunakan sistem roro shoring dan sistem PD-8 pada proyek jembatan Cisadane BSD City Tangerang.

Bab V, Kesimpulan dan Saran, yang berisi tentang kesimpulan dalam menentukan metode perancah sistem yang efektif dan efisien untuk pekerjaan pier head, serta saran-saran mengenai penggunaan material sistem perancah sehubungan dengan pekerjaan

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada pekerjaan jembatan yang menggunakan struktur dari material beton, salah satu bagian yang terpenting dalam pekerjaan struktur adalah bekisting. Karena pekerjaan ini akan menentukan posisi, alinyemen, bentuk serta dimensi daripada beton dicetak. Dalam pekerjaaan bekisting pier head jembatan yang berada pada ketinggian, diperlukan suatu penyangga atau penopang sehinga kedudukan bekisting tidak berubah, sehingga diperlukan suatu sistem perancah yang berfungsi sebagai struktur penyangga sementara untuk seluruh beban yang ada, sebelum struktur beton itu sendiri dapat berfungsi dan bekerja secara penuh.

Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, terutama sejak 10 – 20 tahun terakhir ini, beton semakin banyak dipilih sebagai bahan bangunan. Untuk pekerjaan konstruksi beton membutuhkan bekisting dan perancah untuk proses pengerasannya sehingga hasil yang didapat sesuai dengan bentuk yang direncanakan.

Walaupun bekisting dan perancah hanya merupakan alat bantu sementara, tetapi memegang peranan yang sangat penting. Karena akan mempengaruhi kualitas dan juga ikut menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton yang dihasilkannya. Oleh karena itu, bekisting dan perancah harus dibuat dari bahan yang bermutu baik dan perlu direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau beban-beban yang timbul pada saat beton dituang1.

2.1 Umum

Menurut Demetrios Tonias E, jembatan adalah suatu bangunan yang merupakan bagian dari jaringan transportasi darat (jalan), sekaligus sebagai komponen jalan yang akan mendukung jalan melintasi rintangan yang tak dapat dilewati dengan cara sewajarnya2.

1

R. Sagel, P. Kole, and Gideon Kusuma, Pedoman Pengerjaan Beton, Penerbit Airlangga, Jakarta, 1993.

2

(22)

Ir. Herry Vaza, MEngSc, mendefinisikan jembatan adalah suatu Konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic lewat atas suatu penghalang. Macam-macam penghalang, atau jenis penghalang, dapat terdiri dari: sungai, jalan raya, laut, waduk, jalan kereta api, dan lain sebagainya3.

Sedangkan menurut H.J. Struyk dan K.H.C.W. van der Veen, jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, rintangan ini biasanya jalan lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa4.

Jadi, dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan jembatan adalah suatu konstruksi bangunan yang merupakan bagian dari jaringan transportasi darat untuk melewatkan suatu massa atau lalu lintas di atas suatu penghalang.

2.2 Dasar – Dasar Perencanaan Perancah.

2.2.1 Beban – Beban Yang Bekerja 1. Beban Vertikal

Adalah beban yang diakibatkan oleh berat sendiri beton, bekisting, beban peralatan dan beban pekerja.

2. Beban tambahan dari air campuran beton

Secara umum dapat disebut bahwa berat beton berkisar antara 1.8 s/d 2.7 t/m3. Namun berat beton pada saat pengecoran mempunyai berat yang lebih besar, yang disebabkan oleh berat air yang diperlukan untuk proses pencampuran material beton.

3. Beban Getaran

Merupakan getaran yang timbul selama pengecoran beton yang disebabkan oleh penggunaan alat penggetar dan pergerakan peralatan kerjaserta gerakan pekerja itu sendiri.

4. Beban Kejut

Beban kejut diakibatkan oleh proses proses penumpahan beton atau juga bisa disebabkan karena tindakan menghidup dan mematikan peralatan mesin-mesin yang dipergunakan.

3

Ir. Herry Vaza, MEngSc, Sistem dan Teknologi Konstruksi, www.pu.go.id.

4

(23)

5. Beban Horisontal

Beban horisontal yang mungkin akan terjadi selama proses pengerjaan adalah beban angin, tarikan kabel, dan kemiringan perancah itu sendiri selama berlangsung pekerjaan pemasangan berjalan.

2.2.2 Rumus –Rumus Dasar

Rumus – rumus dasar yang dipakai dalam perhitungan adalah: Terhadap lentur σ = W M = I y x M ≤ σ Terhadap Geser

τ

= 1.5

A D

τ

Terhadap Stabilitas ( Lendutan )

δ

=

⎢⎣⎥⎦EI l x q x 4 384 5

+

⎢⎣⎥⎦EI l x p x 3 48 1

δ

Terhadap Stabilitas Tekuk ( untuk batang tekan )

i

min

=

Abr I

λ

=

→ min i lk

ω

= ...( Lihat Tabel PKKI )

σ

=

ω x

A P

(24)

dimana :

W = Momen tahanan suatu penampang ( cm3) I = momen Inersia suatu penampang ( cm4 )

y = Jarak dari titik berat penampang terhadap serat yang ditinjau ( cm ) M = Momen lentur yang bekerja pada suatu penampang

 = Tegangan yang terjadi pada suatu penampang ( kg/cm2 )

 = Tegangan yang diijinkan pada suatu penampang ( kg/cm2 ) D = Gaya geser yang terjadi pada suatu penampang ( kg ) A = Luas penampang ( cm2 )

E = Modulus elastisitas penampang ( kg/cm2 ) L = Panjang bentang ( cm )

p = Beban terpusat ( kg ) q = Beban merata ( kg/cm )

δ = Lendutan yang terjadi ( cm )

δ = Lendutan yang diijinkan (cm )

τ = Tegangan geser yang terjadi ( kg/cm2 )

τ = Tegangan geser yang diijinkan ( kg/cm2 ) lk = Panjang tekuk (cm )

i min = Jari-jari kelembaman minimum ( cm )

λ = Faktor kelangsingan

ω = Faktor tekuk

P = Gaya aksial pada batang ( kg )

σtk// = Tegangan tekuk yang diijinkan sejajar serat ( kg/cm2 )

2.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head (Kepala Pilar)

Ditinjau dari strukturnya, jembatan dibagi menjadi struktur atas dan struktur bawah jembatan5. Dan pier head merupakan salah satu bagian dari struktur bawah dari jembatan. Untuk membuat struktur jembatan bagian bawah, khususnya yang dimaksud disini adalah pierhead perlu dipergunakan suatu konstruksi. Metode pelaksanaan untuk

5

(25)

pekerjaan pier head (kepala pilar) pada jembatan dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :

a. Sistem Perancah (Falsework / Shoring)

Pada sistem ini alat penopang bekisting berada langsung dibawahnya, sistem ini biasa digunakan untuk pekerjaan pier head yang tidak terlalu tinggi dengan lokasi masih terdapat tanah sebagai landasan atau arus lalu-lintas masih dapat dipindahkan6.

Gambar 2.1 Pekerjaan pier head dengan sistem perancah

b. Sistem Konsol (Cantilever)

Pada sistem ini balok pemikul bekisting berada dalam posisi konsol (cantilever), biasa digunakan untuk pekerjaan pier head yang tidak terlalu tinggi dengan lokasi arus lalu-lintas tidak dapat dipindahkan.

Gambar 2.2 Pekerjaan pier head dengan sistem konsol.

6

(26)

c. Sistem Gantung (Bracket)

Sistem ini biasanya digunakan untuk pekerjaan pier head yang cukup tinggi atau tanah yang berfungsi sebagai landasan perancah kurang kuat menahan beban,sepaerti lumpur, tanah urugan atau berada di dalam daerah aliran sungai dan jika pada jalan layang (fly over) kondisi arus lalu-lintas tidak dapat dipindahkan, sehingga tidak bisa diganggu dengan adanya perancah atau tiang-tiang yang berdiri ditengah lalu lintas.

Gambar 2.3 Pekerjaan pier head dengan sistem gantung

d. Sistem Sosrobahu

Teknik Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton jalan layang (pier head) yang ditemukan oleh Tjokorda Raka Sukawati. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.

Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang (fly over) di kota-kota besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota yang diberikan, terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan pembangunan infrastrukturnya tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat kota khususnya arus lalu-lintas dan kendaraan yang tidak mungkin dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan.

(27)

Tahap-tahap pembuatan pier head dengan teknik Sosrobahu dapat diuraikan sebagai berikut7.

1. Tiang pier di cor dengan menanam landasan putar bebas hambatan (sosrobahu) pada permukaan atasnya.

2. Pasang perancah pier head pada jalur pemisah jalan.

3. Permukaan atas tiang jembatan, diluar landasan putar diberi lapisan (cat) agar tidak lekat dengan dasar pier head.

4. Pasang bekisting dan pembesian, kemudian dicor.

5. Dengan tekanan hidrolik pada landasan putar, pier head terangkat dan hanya bertumpu pada kolom melalui landasan putar.

6. Pier head diputar pada posisi yang dikehendaki, setelah pier head tepat pada posisinya tekanan hidrolik dilepas.

2.4 Pemilihan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head (Kepala Pilar)

Dari berbagai metode pelaksanaan bangunan atas jembatan yang telah di uraikan diatas, perlu dipilih cara yang paling menguntungkan atau memungkinkan untuk dipakai sebagai pedoman pelaksanaan. Pemilihan metode pelaksanaan secara garis besar dapat dibuat kriteria sebagai berikut8 :

1. Sistem Perancah (Falsework / Shoring)

a. Lalu-lintas di bawah jembatan tidak padat, sehingga masih dapat (toleransi) diganggu oleh pelaksanaan jembatan.

b. Lalu-lintas dibawah jembatan dapat dialihkan ke jalur lain, atau jalan dapat ditutup untuk pekerjaan jembatan.

c. Ruang bebas di bawah rencana jembatan tidak terlalu tinggi. d. Dasar sungai dangkal.

e. Arus sungai tidak deras dan tidak membawa barang hanyutan.

2. Sistem Konsol (Cantilever)

a. Lalu-lintas di bawah jembatan tidak dapat dipindahkan ke jalur lain.

7

Asiyanto, Metode konstruksi jembatan beton, UI-Press, Jakarta, 2005.

8

(28)

b. Lalu-lintas di bawah jembatan diperkirakan padat, sehingga tidak dapat diganggu.

c. Ruang bebas di bawah rencana jembatan diperkirakan tidak terlalu tinggi dan setelah dipasang bekisting kendaraan masih memungkinkan lewat dibawahnya (tidak mentok).

d. Pile cap pondasi berada di atas permukaan air sehingga dapat digunakan sebagai landasan..

e. Arus sungai tidak deras, tidak terjadi banjir dan tidak membawa barang hanyutan.

3. Sistem Gantung ( Bracket )

a. Lalu-lintas di bawah jembatan (fly over) tidak dapat dipindahkan ke jalur lain.

b. Lalu-lintas di bawah jembatan yang padat, sehingga tidak dapat diganggu. c. Ruang bebas di bawah rencana jembatan diperkirakan terlalu tinggi bila

menggunakan perancah.

d. Dasar sungai dalam (kedalaman airnya tinggi).

e. Arus sungai deras, terjadi banjir dan sering membawa barang hanyutan.

4. Sistem sosrobahu

a. Cocok untuk pembangunan jalan layang (fly over) didalam kota dimana lalu-lintas di bawahnya tidak dapat dipindahkan ke jalur lain dan lahan yang dapat dimanfaatkan terbatas.

b. Ruang bebas di bawah jembatan (fly over) tidak terlalu tinggi. c. Pembatas jalan cukup luas.

2.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pier Head sistem perancah.

2.5.1 Metode Perancah Sistem Roro Shoring

Roro shoring S40 adalah penopang vertikal sebagai perancah yang memiliki daya dukung sampai dengan 40 ton perkaki. Fungsi dari sistem ini adalah sebagai tiang penyangga sementara kedudukan bekisting pierhead.

(29)

Sistem ini sering dipakai untuk pekerjaan yang memerlukan kapasitas penyangga bekisting yang cukup besar. Karena tiang perancah sistem roro shoring ini hanya satu batang berdiri sendiri, maka perlu adanya pipa-pipa bracing untuk menahan ketegakkan daripada sistem perancah dengan satu kaki ini.

A. Material Roro Shoring S.40

Material-material sistem roro shoring S40 terdiri atas :

a. Tube section, adalah bagian pipa utama dengan diameter 15 cm yang mempunyai variasi panjang (L) : 0.5 m, 1.0 m, 1.5 m, 2.0 m, 3.0 m;

b. Intermediate flange, adalah pelat untuk menyambung antar tube section dan sebagai tempat pipa bracing;

c. Mounting flange, adalah bagian yang menyatukan head piece dengan tube section; d. Head piece, adalah tumpuan untuk base form bekisting juga berfungsi sebagai

dongkrak untuk mengatur elevasi (panjang pengaturan 180 mm – 700 mm) pada bagian atas;

e. Base piece (mechanical), adalah tumpuan bawah juga berfungsi sebagai dongkrak untuk mengatur elevasi bagian bawah;

f. Base plate, adalah pelat tumpuan untuk bagian bawah;

g. Gelagar beam, balok baja profil sebagai gelagar untuk dudukan bekisting yang terdiri dari dua tipe yaitu; long beam terbuat dari baja profil IWF 600x200x11x17 untuk gelagar memanjang dan cross beam terbuat dari baja profil IWF 400x300x13x15 untuk gelagar melintang;

h. Hex bolt 16x90 HTB + spring washer A16 + hex nut M16;

i. Pipe RO, adalah pipa baja sebagai bracing. Ukuran pipa adalah diameter 48,3 mm dengan variasi panjang 2m, 3m, 4m, 5m, dan 6m;

j. Swivel coupl. DK1 48/48 galv, adalah pengunci antar pipa bracing yang bisa membentuk berbagai sudut (tidak mati);

k. Fixed clamp FC D 1,5", adalah pengunci antar pipa bracing yang hanya bisa membentuk sudut 90° (mati);

l. Base jack BJ - 60, galv, adalah tumpuan bawah yang dipasang pada pipe RO

(30)

(l) (f) (g) (j) (k) (i) (h) (e) (d) (b) (c) (a)

(31)

B. Perakitan Perancah Sistem Roro Shoring

Tahap-tahap dalam merakit perancah sistem roro shoring adalah sebagai berikut :

Gambar Intruksi

1. Menyambung base piece mechanical (1),

intermediate flange (2), Tube Section (3), dan

mounting flange (4), dengan panjang segmen sesuai dengan perencanaan.

Intermediate flange Mounting flange Tube section Tube section Intermediate flange Intermediate flange

Base piece mechanical

(32)

2. Memasang pipa long horizontal no 1, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5".

3. Memasang pipa cross horizontal no 2, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5".

(33)

4. Memasang pipa long bracing no 3, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5".

5. Memasang pipa long bracing no 4, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5" dan

swivel coupl. DK1 48/48 galv pada persilangan pipa bracing.

(34)

6. Memasang pipa long horizontal no 5, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5".

7. Memasang pipa vertical no 6, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5".

(35)

8. Memasang pipa long bracing no 7, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5".

9. Memasang pipa long bracing no 8, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5" dan

swivel coupl. DK1 48/48 galv pada persilangan pipa bracing.

(36)

10. Memasang pipa cross bracing no 9, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5".

11. Memasang pipa cross bracing no 10, lalu perkuat dengan fixed clamp FC D 1,5" dan

swivel coupl. DK1 48/48 galv pada persilangan pipa bracing.

(37)

C. Pemasangan Perancah Sistem Roro Shoring

Tahap-tahap pemasangan perancah sistem roro shoring adalah sebagai berikut:

Gambar Intruksi

1. Memasang beton sleeper untuk dudukan roro shoring sesuai elevasi dan axis yang telah ditentukan.

Sleeper footing

2. Mengangkat roro shoring dengan alat bantu crane ke lokasi pemasangan.

Letakkan roro shoring sesuai dengan posisi yang telah ditentukan diatas sleeper dimana dibagian bawah roro shoring

dipasang base plate untuk dudukan.

Pasang base jack BJ - 60, pada ujung bawah pipa no 6 untuk menyetel ketegakkan.

Crane hook

base plate

Base Jack

(38)

3. Memasang pipa-pipa bracing pengaman sekaligus memeriksa elevasi dan ketegakkan roro shoring, dilanjutkan memasang

head piece dibagian atas roro shoring.

pipa bracing head piece

4. Memasang cross beam 400/300 diatas roro shoring berikut perkuatannya.

5. Memasang long beam 600/200 diatas cross beam 400/300 berikut perkuatannya.

cross beam

cross beam perkuatan

long beam

Gambar 2.12 Pemasangan pipa bracing pengaman dilanjutkan pemasangan cross beam dan long beam .

(39)

6. Memasang bekisting diatas perancah sistem roro shoring.

D. Pembongkaran Perancah Sistem Roro Shoring

Tahap-tahap pembongkaran perancah sistem roro shoring adalah : bekisting pier head

perancah roro shoring

Gambar 2.13 Pemasangan bekisting diatas sistem roro shoring.

Gambar Intruksi

1. Membongkar bekisting bagian

side form dan end form (base form belum bisa dibuka).

bottom form

(40)

2. Turunkan elevasi base form

secukupnya agar bisa dibongkar, dengan mengatur ketinggian head piece.

gap minimal 5 cm

head piece

3. Membongkar perancah dari susunan teratas yaitu mulai dari

base form kemudian long beam

dan cross beam beserta perkuatannya, kemudian melepas

head piece dan membongkar pipa-pipa bracing antar roro shoring.

4. Mengangkat roro shoring dengan alat bantu crane lalu lepaskan

base plate dan base jack BJ – 60,

kemudian letakkan roro shoring di lokasi pembongkaran.

Bongkar rangkaian roro shoring.

Gambar 2.15 Penurunan elevasi, pembongkaran base form, long beam,cross beam dan pengangkatan roro shoring ke lokasi pembongkaran.

(41)

2.5.2 Metode Perancah Sistem PD-8.

Sistem PD-8 merupakan penopang vertikal dalam sistem perancah yang berfungsi sebagai penyangga yang memiliki daya dukung sampai dengan 8 ton perkaki. Fungsi dari sistem ini adalah sebagai tiang penyangga sementara kedudukan bekisting pierhead.

A. Material PD-8

Material-material sistem PD-8 terdiri atas :

a. Frames PD-8, adalah bagian penyangga utama dengan dua kaki yang mempunyai variasi tinggi : 1.10 m, 1.50 m, dan 2.00 m;

b. Diagonal Brace DK, adalah penghubung antar frames PD-8, sehingga frames PD-8

bisa berdiri.

c. Spindle PD-8, adalah bagian yang menyatukan head plate dengan frame PD-8; juga berfungsi sebagai pengatur elevasi pada bagian atas;

d. Head Plate PD-8, adalah tumpuan untuk steel waler SRZ sebagai galagar base form

bekisting;

e. Base Plate PD-8, adalah pelat tumpuan untuk bagian bawah; f. Frames Connector With Washer, penyambung antar frame PD-8

g. Quick Jack Nut PD-8, bagian dari spindle yang berfungsi untuk pengatur elevasi ketinggian frame PD-8;

h. Cross Head Spindle PD-8, diperlukan untuk table form sebagai dudukan Girder GT-24.

i. Cross Strap, adalah penghubung antara steel waler SRZ dengan head plate PD-8.

j. Safety Strap for PD-8, adalah pengunci pengaman antara , spindle PD-8 dengan

Frames PD-8.

k. Pin D 16x65/86, galv, sebagai pengunci frames connector, base plate juga head plate.

l. Cotter Pin FS 4/1, galv, kunci pengaman pada pin D sehingga tidak lepas.

m. Bolt M16 x 160 and Nut M16, untuk mengunci kedudukan steel waler SRZ dengan

(42)

FRAMES PD-8 DIAGONAL BRACE DK SPINDLE

HEAD PLATE BASE PLATE QUICK JACK NUT

(43)

B. Pabrikasi dan Pemasangan Perancah Sistem PD-8

Tahap-tahap pemasangan perancah sistem PD-8 adalah sebagai berikut:

Gambar Intruksi

1. Memasang Sleeper dengan jarak sesuai gambar kerja.

2. Memasang Base Plate PD 8 berikut spindle dan Quick Jack Nut diatas Sleeper.

(44)

3. Memasang Frame PD 8 diatas Base Plate PD 8 lalu pasang DK sebagai pengikat antar Frame PD 8. Memasang Frame Connector di atas Frame PD 8 sebagai penyambung keatas Frame PD 8 berikutnya.

4. Memasang Frame PD 8 berikutnya sesuai dengan gambar kerja.

Gambar 2.18 Pemasangan frame PD-8, diagonal brace DK, dan penyambungan frame untuk susunan diatasnya dengan frame connector.

(45)

5. Memasang Scaffold Tube D48 (Pipa Bracing) pada Frame PD 8, sebagai perkuatan.

6. Memasang Spindle PD 8 dan Quick Jack Nut diatas Frame PD 8.

7. Pasang Head Plate PD 8 diatas Spindle PD 8.

Gambar 2.19 Pemasangan pipa bracing, spindle PD-8 besrta quick jack nut dilanjutkan pemasangan head plate pada bagian atas.

(46)

C. Pembongkaran Perancah Sistem PD-8

Tahap-tahap pembongkaran perancah sistem PD-8 adalah sebagai berikut:

Gambar Intruksi 1. Membongkar perkuatan

kemudian Side Form dan End Form.

2. Menurunkan Spindle atas kemudian membongkar bottom form.

Gambar 2.20 Pembongkaran perkuatan, side form, end form dan bottom form dengan cara menurunkan spindle PD-8.

(47)

3. Membongkar Head Plate PD 8 berikut Spindle atas dan Quick Jack Nut dilanjutkan dengan pembongkaran Scaffold Tube D48 (Pipa Bracing)

4. Membongkar seluruh Frame PD 8 berikut Frame Connector With Washer.

5. Membongkar Spindle bawah berikut Quick Jack Nut dan Base Plate PD 8.

Gambar 2.21 Pembongkaran head plate, spindle bagian atas, pipa bracing, frame PD-8 dan spindle bagian bawah.

2.6 Analisa Perhitungan Biaya Perancah

Pada perencanaan bekisting dan perancah yang baik, pembuatan sebuah bekisting dan perancah yang ekonomis untuk suatu pengecoran konstruksi beton merupakan hal utama. Hal yang ditekankan adalah untuk minimun biaya (kerja dan peralatan), yang diperlukan pada suatu perencanaan tertentu.Untuk mencapai keserasian

(48)

seperti yang dimaksud di atas perlu kita mengadakan perbandingan antara pembiayaan yang diperlukan untuk metode bekisting dan perancah yang berbeda-beda pada sebuah objek tertentu. Metode pelaksanaan yang berbeda-beda akan memberikan hasil yang berbeda-beda. Dan kesemua ini dapat diperoleh sebuah konstruksi yang paling ekonomis.

Untuk dapat menghemat biaya bekisting, dalam tahap perencanaan konstruksi beton sudah perlu memenuhi beberapa persyaratan, seperti:

a. Bentuk dibuat yang sesederhana mungkin dan rata;

b. Ukuran yang simetris dan sama, jadi hanya diperlukan 1 kali pabrikasi bekisting. Persyaratan ini turut menentukan juga suatu bekisting yang dapat dikenakan suatu jumlah optimal pelaksanaan sehingga untuk pendirian bangunan bersangkutan dapat dicapai jangka waktu pelaksanaan yang lebih singkat.

Untuk lebih meningkatkan segi ekonomis suatu konstruksi beton pada tahap perencanaan kita perlu merlu menambah seorang ahli organisasi dan pembiayaan dalam bidang bekisting di samping berbagai disiplin yang telah diketahui.

Sistem perancah merupakan pilihan pertama dalam pengerjaan pierhead, karena biaya bekistingnya yang lebih murah dibandingkan sistem yang lainnya. Keuntungan lain sistem perancah adalah alat angkat yang digunakan kapasitasnya lebih kecil, namun sistem ini membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dibanding sistem yang lainnya.

Dengan penilaian bahwa sistem perancah merupakan alternatif pilihan pertama untuk pembuatan pier head, maka selanjutnya penulisan akan membahas mengenai masalah perancah sistem roro shoring dan perancah sistem PD-8. Dengan adanya perhitungan perbandingan antara sistem roro shoring dengan sistem PD-8, maka dapat ditentukan mana diantara kedua sistem tersebut yang lebih efektif dan efisien untuk dipergunakan.

Namun diantara kedua pilihan tersebut, roro shoring dan sistem PD-8 masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

1. Sistem roro shoring Kelebihan:

(49)

b. Tenaga kerja yang dibutuhkan relatif sedikit karena menggunakan alat angkat.

c. Ruang kerja dibawahnya lebih luas dan leluasa.

d. Dengan jumlah titik shoring sedikit dapat menyangga beban dengan kapasitas yang cukup besar.

Kekurangan:

a. Material dan alat perlengkapannya relatif cukup berat sehingga memerlukan alat angkat.

b. Untuk pabrikasi dan pemasangannya perlu keahlian khusus karena susah serta rumit.

c. Waktu yang dibutuhkan untuk pabrikasi dan pemasangan cukup lama. d. Karena umtuk pemasangan harus menggunakan alat angkat sehingga

tambahan biaya untuk alat angkat cukup besar.

e. Kebutuhan pipa untuk bracing (pengaku) terlalu banyak.

2. Sistem PD-8 Kelebihan:

a. Material dan alat perlengkapannya relatif ringan sehingga bisa diangkat dengan tenaga manusia tanpa memerlukan alat angkat.

b. Tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk alat angkat.

c. Kebutuhan pipa untuk bracing (pengaku) tidak terlalu banyak dan pabrikasi bisa dilakukan langsung dilokasi pemasangan sehingga waktu yang dibutuhkan lebih singkat.

d. Pekerjaan lebih simpel (sederhana) sehingga mudah dipahami dan dikerjakan oleh siapapun tanpa keahlian khusus.

Kekurangan:

a. Aktivitas dan ruang kerja dibawahnya jadi terganggu dengan berdirinya perancah PD-8.

b. Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak.

c. Untuk kapasitas beban yang terlalu berat dibutuhkan frame yang lebih banyak, sehingga jarak pemasangannya harus rapat yang mengakibatkan ruang gerak pekerja dibawahnya jadi sempit.

(50)

2.7 Struktur Beton

Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika di bandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini di karenakan bahan-bahan pembentuknya (semen, agregat dan air) mudah didapat di Indonesia, cukup kuat, awet dan harga yang relatif terjangkau. Beton juga dikenal sebagai material anorganik yang ramah lingkungan dan mudah di bentuk. Kelemahan utama beton adalah kekuatan tariknya yang jauh lebih kecil dibanding dengan kuat tekan. Hal ini menyebabkan adanya kombinasi beton dengan material lain untuk mengkompensasi kelemahan tersebut. Material baja adalah material yang paling umum dikombinasikan dengan beton. Hal ini disebabkan sifat-sifatnya yang saling melengkapi, dan dapat bekerja sama dengan baik. Parameter utama beton adalah kuat tekan, yang dimaksud adalah kuat tekan pada usia 28 hari. Riwayat kekuatan beton secara umum sebagai fungsi waktu berdasarkan PBI 1971 dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 3 7 14 21 28

Umur beton (hari)

Kuat t ekan (%) Semen Portland biasa Semen Portland dengan kekuatan awal yang tinggi

(51)

Roro Heavy Duty Shoring S40, Beams & Peri Vario Wall Form

Roro Heavy Duty Shoring S40, Beams & Peri Vario Wall Form

Roro Heavy Duty Shoring S40, Roro Heavy Duty Truss T50, Beams & Peri Vario Wall Form Roro Heavy Duty Shoring S40, Beams &

Peri Vario Wall Form

PERI PD-8 Shoring dan Peri Vario Wall Form

(52)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

III - 1

BAB III

DATA DAN ANALISIS DATA PROYEK

3.1 Data Umum Proyek

Nama Proyek : Jembatan Cisadane BSD City Lokasi Proyek : BSD City Serpong Tangerang Pemberi Tugas : PT. Bumi Serpong Damai Konsultan Perencana : PT. Perentjana Djaya Konsultan QS : PT. Korra Antarbuana Kontraktor : PT. Wijaya Karya (Persero)

Perolehan : Tender Terbuka

SPK Ekstern : IK-HIS/CT-119/INF-K/VI/07 Jenis Kontrak : Lumpsum Fixed Priced Jenis Pembayaran : Monthly Progress Payment

Nilai Kontrak : Rp. 64.900.000.000,00 (termasuk PPN) Sumber Dana : 100 % Swasta

Uang Muka : 20 % dari nilai kontrak Retensi : 5 % dari nilai kontrak

Periode Kontrak : 240 hari (2 juli 2007 s/d 26 Februari 2008) Masa Pemeliharaan : 730 hari (selesai hingga 27 Februari 2010)

3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pegolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan agar semua dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Studi pustaka terhadap materi desain dan perencanaan 2. Menentukan kebutuhan data-data yang diperlukan

(53)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

III - 2 4. Survey lokasi untuk mendapatkan data-data dan gambaran umum kondisi

proyek

5. Perencanaan jadwal pengiriman material dan pelaksanaan proyek.

Persiapan tersebut diatas harus dilakukan secara cermat dan teliti untuk menghindari pekerjaan yang berulang sehingga pekerjaan akan dapat lebih optimal yang berakibat lancarnya pekerjaan dilapangan. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Metode Literatur

Yaitu mengumpulkan, mengidentifikasi dan mengolah data tertulis dan metode kerja yang digunakan

2. Metode observasi

Dengan survey langsung ke lapangan agar dapat mengetahui kondisi nyata di lapangan sehingga diperoleh gambaran sebagai pertimbangan dalam perencanaan metode yang akan dipergunakan

3. Metode Wawancara

Adalah dengan cara mewawancarai secara langsung nara sumber yang dapat dipercaya untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

3.3 Data Sekunder dan Tahapan Pekerjaan

Data-data yang akan dipergunakan juga sebagai dasar dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses penyusunan yang didapatkan tanpa melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Yang termasuk dalam klasifikasi data sekunder disini antara laian adalah sebagai berikut :

a. Data master schedule pelaksanaan struktur jembatan b. Gambar struktur dan arsitek

c. Data brosur perancah dan bekisting system PERI d. Contoh-contoh bentuk material yang dipergunakan.

Pengumpulan data juga dilakukan dengan mengambil data dari hasil penyelidikan, penelitian, pedoman bahan acuan maupun standard yang diperlukan

(54)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

dalam perencanaan perancah konstruksi melalui perpustakaan ataupun instansi-instansi yang terkait.

Karena keterbatasan teknologi peralatan konstruksi yang dimilikinya, sebagai kontraktor PT. Wijaya Karya (Persero) melakukan kerja sama dengan PT. Beton Perkasa Wijaksana dalam hal penyediaan teknologi peralatan dan tenaga ahli untuk pelaksanaan pekerjaan pier head jembatan Cisadane BSD City Tangerang .

Dengan memperhitungkan beban yang diterima oleh perancah, kemudian memperhatikan bentuk konstruksi pier head, keadaan lokasi proyek serta pengalaman yang dimilikinya, maka PT. Beton Perkasa Wijaksana memberikan dua alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan pier head jembatan tersebut, yaitu metode perancah dengan menggunakan sistem Roro Shoring dan metode perancah dengan menggunakan sistem PD-8.

Flow chart pekerjaan yang di analisis.

III - 3 START STRUCTURE COFFERDAM PILING SLAB COLUMN

MAIN BRIDGE PILE SLAB

Pekerjaan yang ditinjau adalah pada tahap pekerjaan pier head untuk main bridge.

PIER HEAD ERECTION Fabrication I-Girder PILING PIER HEAD SLAB WEARING FOOTING FINISH

(55)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

III - 4

3.4 Perencanaan Pekerjaan Pier Head dengan sistem Roro Shoring

Yang dimaksud dengan perencanaan pekerjaan pier head disini adalah perencanaan yang meliputi desain dan analisis biaya untuk pekerjaan perancah dan bekisting base form, pada masing-masing pier head. Untuk pekerjaan perancah membandingkan antara 2 sistem, yaitu sistem roro shoring dan sistem PD-8, sedangkan perencanaan untuk bekisting base form menggunakan sistem Peri.

Karena material sistem ini hanya dimiliki oleh PT. Beton Perkasa Wijaksana, perusahaan concrete forms specialist, maka PT. Wijaya Karya bekerjasama dengan PT. Beton Perkasa Wijaksana dalam hal pengadaan material sistem ini.

Untuk material utama PT. Beton Perkasa Wijaksana bisa menjual atau menyewakannya, tetapi untuk material yang akan tertanam atau terbuang, pihak kontraktor harus membeli material tersebut. Oleh karena itu dalam analisa biaya pekerjaan perancah dan bekisting pierhead ini, dibedakan antara biaya material sewa dan biaya material beli.

Tahap perencanaan perancah dan bekisting untuk pekerjaan pier head meliputi : a. Desain perancah dan bekisting base form;

b. Perhitungan kebutuhan material sistem, dan

c. Penghitungan analisa struktur kekuatan perancah Roro Shoring.

d. Analisis biaya material beli dan material sewa dengan mengikuti harga dari PT. Beton Perkasa Wijaksana tahun 2007.

Tabel 3.1 Daftar Harga Material Sistem Roro Shoring PT. Beton Perkasa

Wijaksana No. Spesifikasi Sales Price (Rp) Rental Price (Rp/Month) Roro – Heavy Duty Shoring

1. Tube Section 3.00 m 435.420

2. Tube Section 2.00 m 347.310

3. Tube Section 1.50 m 298.080

4. Tube Section 1.00 m 259.200

5. Base Plate 119.250

(56)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

III - 5

7. Head Piece 441.900

8. Mounting Flange 82.980

9. Intermediate Flange 45.360

Pipe Bracing Accessories

1. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 6 m 18.270

2. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 5 m 15.210

3. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 4 m 13.140

4. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 3 m 12.330

5. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 2 m 10.710

Pipe Bracing Accessories

1. Swivel Clamp SC 1.5” 1.350

2. Fixed Clamp SC 1.5” 1.350

3. Base Jack BJ-60, galv 4.050

Accessories 1. Cross Beam 400 x 300 – 1200 cm 1.076.760 2. Cross Beam 400 x 300 – 1000 cm 897.300 3. Cross Beam 400 x 300 – 600 cm 457.650 4. Long Beam 600 x 200 – 1000 cm 755.550 Girder GT24 1. Girder GT24, L = 3.90 m 45.810 2. Girder GT24, L = 3.00 m 35.550 3. Girder GT24, L = 2.40 m 28.620 Consumable

1. Coach Screw 8x80 DIN 571, galv 84.000 General Bolt & Nut Consumable

1. Bolt 16 x 90 HTB 3.801.600

2. Hex Nut M16 576.000

3. Spring Washer A16 573.600

Tabel 3.2 Daftar Harga Upah Tenaga Kerja

No. Description Upah

(Rp/orang/hari)

1. Pekerjaan Roro Shoring 45.000

(57)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

3.4.1 Tahap-Tahap Perencanaan Pekerjaan Pier Head Sistem Roro Shoring

Untuk pier head tipe 1 tinggi perancah yang direncanakan adalah 9,1 m.

a. Desain perancah dan bekisting base form

Menggambar tampak atas posisi roro shoring dan bekisting base form, kebutuhan jumlah titik shoringnya harus memperhitungkan pembebanannya. Untuk material cross beam diambil yang 12 m dan 10 m. Untuk long beam diambil yang panjangnya yang 12 m. Untuk peri girder disesuaikan dengan jarak antar long beam

maka dipakai yang 3,9 m, 3 m dan 2,4 m, dengan jarak antara peri girder-nya adalah 30 cm disesuaikan dengan kemampuan plywood yang digunakan yaitu playwood 18 mm.

Gambar 3.1 Tampak atas posisi roro shoring

Gambar 3.2 Tampak atas posisi cross & long beam.

(58)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

Gambar 3.3 Tampak atas base form

Menggambar tampak depan, samping dan potongan roro shoring dan bekisting. Ketinggian pengecoran sangat mempengaruhi susunan perancah yang digunakan, dan dalam pemilihannya tetap diambil yang terpanjang, untuk mengurangi pengangkatan dan usahakan jumlah sambungan antar tube section diminimalkan agar mempercepat waktu perakitan dan mengurangi jumlah intermediate flange. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Susunan roro shoring = tinggi pengecoran – tebal plywood – tinggi Peri Girder- tinggi long beam – tinggi cross beam – tinggi

base piece

Tipe 1 = 9100 – 18 – 240 – 600 – 400 – 400 = 7442 mm

Di coba:

tube section tinggi 3 m x 2 susun → 7442 – 6000 = 1442 mm

tube section tinggi 1 m x 1 susun → 1442 – 1000 = 442 mm

intermediate flange 8 mm x 4 buah → 442 – 32 = 410 mm

mounting flange 100 mm x 1 buah → 410 – 100 = 310 mm

(59)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

sisa 310 mm >< tinggi pengaturan head piece (180 – 700 mm) ....Ok Tipe 2 = 9100 – 18 – 240 – 600 – 400 – 400 – 400 (tinggi dudukan) = 7042 mm

Di coba:

tube section tinggi 3 m x 1 susun → 7042 – 3000 = 4042 mm

tube section tinggi 2 m x 1 susun → 4042 – 2000 = 2042 mm

tube section tinggi 1,5 m x 1 susun → 2042 – 1500 = 542 mm

intermediate flange 8 mm x 4 buah → 542 – 32 = 510 mm

mounting flange 100 mm x 1 buah → 510 – 100 = 410 mm sisa 410 mm >< tinggi pengaturan head piece (180 – 700 mm) ....Ok

Gambar 3.4 Tampak depan

(60)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

Gambar 3.5 Tampak samping dan potongan

b. Kebutuhan Material Perancah dan Bekisting Base Form Pier Head.

Tipe 1 Type 2 Base form Total add No. Spesifikasi 8 4 1 1 Total Qty (Pcs) Roro – Heavy Duty Shoring

1. Tube Section 3.00 m 4 2 40

2. Tube Section 2.00 m 2 8

3. Tube Section 1.50 m 2 8

4. Tube Section 1.00 m 2 16

5. Base Plate 2 2 24

6. Base Piece Mechanical 2 2 24

7. Head Piece 2 2 24

8. Mounting Flange 2 2 24

9. Intermediate Flange 8 8 96

Pipe Bracing Accessories

1. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 6 m 8 8 96

2. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 5 m 16 40 248 536

3. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 4 m 40 8 24 376

(61)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

4. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 3 m 16 64

5. Pipe RO 48,3 x 3,2 ; L = 2 m 24 16 256

Pipe Bracing Accessories

1. Swivel Clamp SC 1.5” 24 24 96 384

2. Fixed Clamp SC 1.5” 224 224 544 3232

3. Base Jack BJ-60, galv 4 4 48

Accessories 1. Cross Beam 400 x 300 – 1200 cm 1 4 2. Cross Beam 400 x 300 – 1000 cm 1 2 3. Cross Beam 400 x 300 – 600 cm 2 6 4. Long Beam 600 x 200 – 1000 cm 20 20 Consumable

1. Coach Screw 8x80 DIN 571, galv 56 56

General Bolt & Nut Consumable

1. Bolt 16 x 90 HTB 32 32 384

2. Hex Nut M16 32 32 384

3. Spring Washer A16 64 64 768

AS Total Qty (Pcs) No Spesifikasi AB BD DE EG FH HI IJ’ Lt. kerja (2) 1. Girder GT24,L=3.90m 21 14 14 27 152 2. Girder GT24, L=3.00m 21 21 21 126 3. Girder GT24, L=2.40m 8 16 Girder GT24

c. Kebutuhan Waktu dan Tenaga Kerja Untuk Pekerjaan Roro Shoring dan Base

Form Sistem Peri Pada Pier Head.

Waktu Tenaga No. Description Volume

(jam) (hari) (orang)

1. Pabrikasi Roro Shoring (2 titik 3 susun) 12 tower 96 12 10 2. Pemasangan Roro Shoring dan Bracing 12 tower 64 8 5

3. Pemasangan Base Form 158 m² 48 6 10

(62)

Rancangan alternatife metode perancah sistem PD-8 pada pekerjaan pier head jembatan Cisadane.

4. Pemasangan Side Form tahap 1 1 area 24 3 10

5. Pembongkaran Side Form tahap 1 1 area 16 2 10

6. Pemasangan Side Form tahap 2 1 area 16 2 10

7. Pembongkaran Side Form tahap 2 1 area 16 2 10

8. Pembongkaran Base Form 158 m² 48 6 10

9. Pembongkaran Roro Shoring 12 tower 96 12 10

d. Time Schedule Pekerjaan Pier Head

Total waktu kerja untuk menyelesaiakan pekerjaan perancah,mulai dari perakitan, pemasangan dan pembongkaran sampai menunggu umur beton adalah selama 66 hari kalender, maka masa sewa sistem = 3 bulan

e. Analisis Struktur desain perancah sistem Roro Shoring

Setelah desain perancah sistem roro shoring selesai dilakukan, perlu diadakan adanya perhitungan statika untuk mengetahui kekuatan perancah yang telah di desain, apakah sudah mampu menahan beban yang ada atau belum. Hal ini dilakukan bertujuan agar pelaksanaan hasil pengecoran pier head dapat terlaksana dengan baik dan memenuhi standar-standar yang telah ditentukan.

Dalam merencanakan suatu perancah sistem roro shoring, perhitungan yang dipergunakan adalah perhitungan gaya atau statika seperti pada Mekanika Teknik. Gaya-gaya yang diperhitungkan adalah gaya vertikal dan horisontal. Analisis pada bahan perancah dan bekisting dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk

Gambar

Gambar 2.1 Pekerjaan pier head dengan sistem perancah
Gambar 2.3 Pekerjaan pier head dengan sistem gantung
Gambar 2.4  Gambar material-material sistem roro shoring.
Gambar  Intruksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penanaman nilai-nilai budi pekerti melalui tembang dolanan anak-anak harus ada peran dari orang yang lebih mengerti bagaimana cara mengajarkan ajaran baik

Supply chain adalah proses daur hidup mencakup aliran fisik, informasi, finansial, dan pengetahuan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan suatu produk atau jasa

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa dukungan organisasi dan penilaian kinerja secara serempak maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi

maka sentral harus segera menghubungkan saluran pelanggan dengan penerima digit (digit receiver) serta pelanggan dengan penerima digit (digit receiver) serta memberitahu

Hasil penelitian ini berupa film dokumenter yang dapat mengangkat kisah nyata dari obyek wisata religi gunung kemukus dan memberikan pandangan kepada masyarakat

Ditinjau dari hasil penelitian dengan judul korban pembunuhan yang disebabkan oleh trauma benda tajam yang diperiksa di bagian forensik RS Bhayangkara Palembang berdasarkan

Dikarenakan dapat dibuat dengan ukuran yang besar, Velight sangat cocok untuk digunakan ditempat umum yang sangat ramai, seperti:. Airport Stasiun Kereta Shopping Mall Stadium

a) Kabupaten/Kota dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang stabil dalam tipologi yang sama selama 5 tahun pengamatan. 1) Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung