• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE AC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE AC"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

117 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE ACCELERATED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

Rizki Wahyu Yunian Putra1, Linda Sari2 12

Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan rizkiputra891@yahoo.com

ABSTRAK

Kemampuan penalaran adaptif merupakan kompetensi yang harus dimiliki siswa, namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan penalaran adaptif siswa masih belum memuaskan. Pembelajaran dengan metode accelerated learning diterapkan dengan harapan untuk meningkatkan kemampuan penalaran adaptif sisw. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa dengan metode accelerated learning lebih baik dari pembelajaran biasa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu dengan rancangan pretest-posttest control group design. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Bandar Lampung. Soal-soal yang diberikan adalah soal-soal kemampuan penalaran adptif pada materi relasi dan fungsi, uji coba tes kemampuan penalaran adptif diuji secara teoritik oleh validator dengan gambaran bahwa soal tes dapat dipahami dengan baik dan secara empirik validitas dan reliabilitas memenuhi karakteristik untuk digunakan dalam penelitian, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal sudah bisa digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran adaptif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan rataan dan uji N-Gain. Hasil penelitian ini adalah siswa yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning peningkatan kemampuan penalaran adaptif secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa ditinjau secara keselurahan.

Kata kunci: Accelerated Learning, kemampuan penalaran adaptif.

PENDAHULUAN

Hal yang menjadi permasalahan saat proses belajar mengajar adalah banyaknya siswa yang berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Sejalan dengan yang dikatakan Freudenthal dalam Steen bahwa sejumlah besar anak-anak beranggapan bahwa matematika itu sulit. Kesulitan anak dalam belajar matematika terletak pada kegagalannya dalam

(2)

118 Dalam proses pembelajaran diperlukan kemandirian dari siswa untuk mampu mengembangkan dan merumuskan ide-ide matematikanya.

Ruseffendi menyatakan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran (Suherman dkk, 2003). Mengacu pada pendapat tersebut, penalaran merupakan salah satu aspek penting untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik. Persoalan yang terjadi adalah bagaimana cara menanamkan konsep-konsep materi pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Proses pembelajaran yang terjadi kebanyakan berasal dari pemikiran guru. Soemarmo menyatakan, hendaknya guru berusaha agar siswa tidak hanya terampil mengaplikasikan konsep atau rumus saja, tetapi lebih didorong ke arah pencapaian tingkat

penalaran yang lebih tinggi (Lia Kurniawati, 2006).

Berdasarkan pra survey peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika yaitu Ibu Mutiarini, S. Pd didapat informasi bahwa kemampuan penalaran siswa dalam mempelajari matematika masih sangat rendah. Dalam proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran biasa, guru mendominasi dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya dan menjawab soal yang diberikan guru, siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran cenderung mendengar dan mencatat yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran hanya berjalan satu arah saja, sehingga dalam proses pembelajaran berlangsung kemampuan penalaran adaptif siswa masih belum terlihat.

Pembelajaran yang berpusat pada guru tidak menempatkan siswa sebagai subjek didik yang menemukan pengetahuanya, melainkan sebagai objek yang harus disuapi pengetahuan, pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Darhim (2004). Sangat dibutuhkan pembelajaran yang tepat untuk mengakomodasi peningkatan kompetensi siswa sehingga hasil belajar dapat lebih baik khususnya kemampuan penalaran adaptif, salah satunya pembelajaran dengan metode accelerated leraning. Pembelajaran dengan metode accelerated leraning dapat mengkondisikan siswa untuk berfikir ke tahapan yang lebih tinggi.

(3)

119 memberikan kesempatan kepada siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dan dengan metode pembelajaran accelerated leraning dapat melatih kemampuan penalaran adaptif (Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, 2002). Selain itu siswa dapat mempunyai banyak kesempatan mengolah informasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran adaptif.Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa dengan metode accelerated learning lebih baik dari pembelajaran biasa.

1. Metode Accelerated Learning

Prinsip-prinsip dasar accelerated learning yang paling berhasil dijalankan adalah sebagai berikut: belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, belajar adalah berkreasi, kerja sama membantu proses belajar, pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik), emosi positif sangat membantu pembelajaran, otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis (Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, 2002). Menurut Colin Rose (2002) metode accelerated learning adalah mempercepat pemahaman siswa tentang suatu konsep dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk aktif dalam setiap proses pembelajaran, dengan mengalami sendiri dan terlibat langsung dalam proses belajar maka belajar matematika akan lebih efektif dan konsep makin lama makin jelas. Peran guru disini sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri te rhadap pokok bahasan yang diajarkan.

(4)

120 (mepresentasikan apa yang diketahui), reflecting on how you have learned (merefleksikan apa yang telah dipelajari).

2. Kemampuan Penalaran Adaptif

Penalaran adaptif merupakan salah satu kecakapan yang harus dimiliki oleh siswa untuk menunjukkan kemampuan belajarnya. Adapun menurut Kilpatrick, Swafford dan Findell dalam bukunya Adding It Up (2001), penalaran adaptif adalah kapasitas untuk berpikir secara logis, memperkirakan jawaban, memberikan penjelasan mengenai konsep dan prosedur jawaban yang digunakan dan menilai kebenarannya secara matematika. Kilpatrick mengemukakan bahwa penalaran adaptif tidak hanya mencakup penalaran deduktif saja yang hanya mengambil kesimpulan berdasarkan pembuktian formal secara deduktif, tetapi penalaran adaptif juga mencakup intuisi dan penalaran induktif dengan pengambilan kesimpulan berdasarkan pola analogi, dan metofora. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penalaran adaptif memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan penalaran pada umumnya yang hanya mencakup penalaran induktif dan deduktif saja, karena dalam prosesnya penalaran adaptif juga melibatkan proses intuisi.

Istilah intuisi atau intuitif adalah kognisi yang ditangkap secara langsung tanpa atau sebelumnya membutuhkan pembenaran atau interprestasi. Pengetahuan intuitif adalah jenis pengetahuan yang tidak didasarkan pada bukti empiris yang cukup atau argument logis yang ketat dan meskipun seperti itu tetap diterima dengan yakin dan jelas. Sementara pemahaman intuitif terjadi jika seseorang dapat dapat memperkirakan atau menduga kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu dan tanpa terlebih dahulu menganalisis secara analitik (Efraim Fischbein, 2014)

(5)

121 1. Mempunyai pengetahuan dasar yang cukup. Dalam hal ini siswa mempunyai kemampuan prasyarat yang bagus sebelum memasuki pengetahuan yang baru untuk menunjang proses pembelajaran.

2. Tugas yang dapat dipahami atau dimengerti dan dapat memotivasi siswa. 3. Konteks yang disajikan telah dikenal dan menyenangkan bagi siswa. Indikator yang terdapat dalam penalaran adaptif yaitu :

1. Kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur.

2. Kemampuan memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan. 3. Kemampuan menarik kesimpulan dari sebuah pernyataan.

4. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen.

5. Kemampuan menemukan pola dari suatu masalah matematika

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dirumuskan bahwa kemampuan penalaran adaptif siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir secara logis mengenai hubungan antara konsep dan situasi melalui penalaran induktif intuitif dan deduktif intuitif. Proses intuisi adalah proses atau kegiatan untuk menduga, menetapkan sesuatu dengan atau tanpa menggunakan bantuan representasi tetapi tanpa terlebih dahulu melakukan pembuktian atau penjelasan secara formal. Dalam penelitian ini difokuskan pada tiga indikator, yaitu:

1) Kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur

2) Kemampuan memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan 3) Kemampuan menemukan pola dari suatu masalah matematika

Peneliti hanya mengambil tiga indikator tersebut karena dari ketiga indikator tersebut sudah mencakup apa yang dimaksud pengertian penalaran adaptif menurut Kilpatrick, Swafford dan Findell, serta telah memenuhi indikator materi relasi dan fungsi. Pada dasarnya, kemampuan penalaran adaptif sama dengan penalaran lainnya. Yang membedakan kemampuan penalaran adaptif dengan kemampuan penalaran lainnya adalah indikatornya.

METODELOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

(6)

122 perlakuan), kelas ini merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang pembelajarannya tidak menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning (biasa). Pertimbangan penggunaan desain penelitian ini adalah bahwa kelas yang ada sudah terbentuk sebelumnya, dan pembentukan kelas baru akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran serta mengganggu efektivitas pembelajaran di sekolah. Sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokkan secara acak.

Dengan demikian untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dilakukan penelitian dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005: 52) berikut:

Keterangan:

= Kelompok ekperimen = Kelompok Kontrol

= Perlakuan pembelajaran menggunakan metode accelerated learning

Perlakuan pembelajaran menggunakan metode ceramah (pembelajaran biasa)

Pretest Kelompok Eksperimen

= Pretest Kelompok Kontrol

Posstest Kelompok Eksperimen

= Posstest Kelompok Kontrol

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Bandar Lampung semester ganjil pada tahun ajaran 2016/2017.

(7)

123 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak kelas, yaitu mengambil sampel secara acak tanpa melihat kemampuan siswa yang terdapat di dalam kelas tersebut. Kemudian membuat suatu undian dari 10 kelas tersebut diundi dengan melakukan dua kali pengundian yang masing-masing sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh kelas VIII H sebagai kelas eksperimen (kelas yang memperoleh pembelajaran dengan metode accelerated learning) dan kelas VIII J sebagai kelas kontrol (kelas yang memperoleh pembelajaran biasa) dengan penimbang Wakil Kepala Sekolah dan guru.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Kemampuan Penalaran Adaptif

Data kemampuan komunikasi matematis diperoleh melalui pre-test dan post-test, dan N-gain. Berikut ini merupakan deskripsi pre-test, post-test, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Adaptif

Nilai Eksperimen Kontrol

N SD % N SD %

Pre-test 30 38,103 14,965 38,1 29 39 16,26 39

Post-test 30 75,86 9,826 75,8 29 68, 66 11, 29 11,2

N-gain 30 0,624 0,006 29 0,492 0,009

Skor Maksimum Ideal = 100

(8)

124 Tabel 2. Rataan Skor Pre-test, Post-test, dan N-gain Kemampuan Penalaran

Adaptif Siswa

Kelas Pre-test Post-test N-gain

Eksperimen 38,103 75,86 0,624

Kontrol 39 68, 66 0,492

Dari Tabel 2 di atas tampak bahwa rataan pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, nilai rataan kelas eksperimen 38,103 sedangkan kelas kontrol 39 yang menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua kelas relatif sama sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan untuk rataan post-test kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning menunjukkan hasil yang lebih baik dengan nilai rataan 75,86 dibandingkan kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran biasa dengan nilai rataan 68,66. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor kemampuan penalaran adaptif siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.

Analisis Skor N-gain Kemampuan Penalaran Adaptif Pembelajaran

Analisis skor N-gain kemampuan penalaran adaptif menggunakan data gain ternormalisasi, data gain ternormalisasi juga menunjukkan klasifikasi peningkatan skor siswa yang dibandingkan dengan skor maksimal idealnya. Rataan N-gain menggambarkan peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning maupun yang mendapat pembelajaran biasa. Rangkuman rataan N-gain kemampuan penalaran adaptif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 3. Rataan dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Penalaran Adaptif

Kelas Rataan N-gain Klasifikasi

Eksperimen 0,624 Sedang

Kontrol 0,492 Sedang

(9)

125 Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen lebih baik atau lebih tinggi daripada kelas kontrol. Namun untuk menyakinkan apakah benar peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa perlu dilakukan uji statistik lanjutan.

Berdasarkan hasil uji normalitas didapat kesimpulan bahwa skor N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, serta skor N-gain kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari varian yang homogen. Untuk membuktikan bahwa skor N-gain kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dilakukan uji perbedaan rataan skor N-gain dengan menggunakan uji dua varians. Rangkuman hasil uji homogenitas N-gain pada taraf signifikansi α = 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Penalaran Adaptif

Kelompok N Fhitung Ftabel Keputusan

Eksperimen 29 1,501 1,867 H0 diterima

Kontrol 30

Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas diperoleh Fhitung = 1,501 dan Ftabel= 1,867 terlihat bahwa Fhitung<Ftabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan sampel berasal dari populasi yang homogen yang artinya peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol, dengan demikian terbukti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. Pengujian hipotesis dengan kesamaan dua rata-rata, dengan uji-t parametrik. Rangkuman hasil uji hipotesis N-gain pada taraf signifikansi α = 0,05 pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis N-gain Kemampuan Penalaran Adaptif

Kelompok Rata-rata Varians thitung ttabel Keputusan Eksperimen 0,624 0,006 5,662 2,002 H0 ditolak

(10)

126 Berdasarkan uji hipotesis N-gain kemampuan penalaran adaptif pada materi relasi dan fungsi dapat dilihat bahwa thitung = 5,662 > ttabel = 2,002 ini

berarti pada taraf signifikasi α = 0,05 H0 ditolak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adaptif siswa dengan metode accelerated learning lebih baik dari pembelajaran biasa

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) yaitu metode pembelajaran accelerated learning, serta variabel terikat (Y) yaitu kemampuan penalaran adaptif. Penelitian ini akan membuktikan apakah kemampuan penalaran adaptif siswa dengan pembelajaran accelerated laerning lebih baik dari pembelajaran biasa. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII H sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran accelerated learning dan kelas VIII J sebagai kelas kontrol dimana proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa. Adapun jumlah siswa pada kelas eksperimen berjumlah 29 siswa dan jumlah siswa kelas kontrol berjumlah 30 siswa, sehingga total sampel seluruhnyan berjumlah 59 siswa.

Materi yang diajarkan adalah relasi dan fungsi, penulis mengumpulkan data untuk pengujian hipotesis sebanyak 4x pertemuan kelas eksperimen dan 4x kelas kontrol. Untuk mengukur kemampuan penalaran adaptif siswa, penulis menggunakan pretest posttest control group design yaitu rancangan desain terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak. Pelaksanaan penelitian dengan memberikan pretest sebelum pemberian perlakuan guna untuk mengetahui kondisi awal kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen maupun kelas control. Diakhir pertemuan setelah diberi perlakuan diberikan posttest guna untuk melihat hasil dari perlakuan yang telah diberikan.

(11)

127 learning lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran biasa. Dimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran accelerated learning melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada setiap pertemuan siswa diberikan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang penulis buat sebagai sarana berlangsungnya tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan penalaran adaptifnya. Hal tersebut yang diharapkan akan membuat siswa lebih mudah memahami, mengingat materi yang dipelajari dan kemampuan penalaran adaptif siswa dapat berkembang sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna.

Dalam penerapan metode pembelajaran accelerated learning terlebih dahulu peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setelah itu setiap kelompok diberikan LKS untuk didiskusikan dengan anggota kelompok masing masing. Kemudian peneliti memberikan arahan tentang cara mengerjakan LKS tersebut. Pada saat diskusi kelompok masih ada siswa yang terlihat kebingungan bertanya harus bagaimana cara mengerjakan LKS tersebut. Walaupun masih banyak siswa masih kebingungan mereka aktif bertanya apakah langkah-langkah yang mereka lakukan sudah benar atau belum. Setelah selesai berdiskusi beberapa kelompok dimintai perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusi yang mereka lakukan. Penerapan metode pembelajaran accelerated learning ini masih dirasa waktunya terlalu singkat karena tidak semua kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi mereka.

(12)

128 Selanjutnya untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa maka dilakukan uji N-gain. Berdasarkan uji N-gain tersebut didapat kesimpulan bahwa kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan penalaran adaptif siswa kelas kontrol, dikarenakan secara keseluruhan pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan accelerated learnng berjalan dengan baik. Setelah N-gain didapat maka dilakukan perhitungan uji prasyarat analisis ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebagai prasyarat perhitungan uji-t untuk mendapat kesimpulan apakah kemampuan penalaran adaptif siswa dengan metode pembelajaran accelerated learning lebih baik dari pembelajaran biasa?

Berdasarkan perhitungan uji prasyarat analisis ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas yang didapati sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama, untuk itu uji-t parametrik dapat dilakukan. Hasil pengujian hipotesis didapat bahwa H0 ditolak, yang artinya rata-rata kemampuan penalaran adaptif dengan menggunakan metode pembelajaran accelerated learning lebih besar daripada rata-rata kemampuan penalaran adaptif dengan menggunakan pembelajaran biasa, dari kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran adaptif siswa dengan metode pembelajaran accelerated learning lebih baik dari pembelajaran biasa dan metode tersebut merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika sehingga kemampuan penalaran adaptif siswa dapat meningkat.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa siswa yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran dengan metode accelerated learning peningkatan kemampuan penalaran adaptif secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa ditinjau secara keselurahan.

DAFTAR PUSTAKA

(13)

129 Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada,

cet ke-12, 2013

Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, Cetakan Ke-22, 2011

B. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Budiono. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta:Sebelas Maret University Press, 2004

Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. Accelarated Learning for the 21st Century, Terj. Dedy Ahimsa, cet. 3, Bandung: Nuansa, 2002

Dave Meier. The Accelerated Learning handbook: A Creative Guide to Designing and Delivering Faster More Effective Training Programs.2000

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang System Pendidikan Nasional, No. 20 Tahun 2003, Jakarta

Didi Haryono, Filsafat Matematika.Bandung: Alfabeta, 2014

Efraim Fischbein” intuition science and mathematics” (Online), tersedia di

http://alriyadl.blogspot.ae/2014/03/optimalisasi-penggunaan-intuisi-dan.html?m=1

Iif Khoiru A, Hendro Ari S, Sofan Amri. Pembelajaran Akselerasi, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011

Jeremy Kilpatrick, Jane Swafford, Bradford Findell. Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press, 2001

Joko Susanto, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study dengan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di SD, Journal of Primary Educational, 2012

Karunia Eka L dan Mokhammad Riwan. Penelitian Pendidikan Matematika. Jakarta: Aditama, 2011

L Silberman. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:Pustaka Insan Madani, 2009

Nita Putri Utami, dkk. Kemampuan penalaran matematika siswa kelas XI IPA 2 Painan Melalui penerapan Pembelajaran Think Pair Square, Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1. 2014, h, 7

(14)

130 Siti Heni Hanifah, 2015, Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, cet-10, 2010

Suharsimi Arikunto. Da sar-dasa r Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Edisi ke-2, 2012

Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:JICA, 2003

Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian , Jakarta: Rajawal Pers, 2013

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. 2

Tina Sri Sumartini, Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 5 No. 1, April 2015

Gambar

Tabel 4. Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Penalaran Adaptif

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA terhadap sustainability report dan pengaruh good corporate governance

P1= Tampilan aplikasi menarik, P2= Media pembelajaran ini interaktif, P3= Media pembelajaran olahraga bulutangkis ini mudah digunakan, P4= Materi sesuai dengan

Penyesuaian tersebut perlu dilakukan agar penilaian tingkat kesehatan bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam

[r]

Asal benih : Benih berasal dari daerah persawahan kampung susuk, pasar II, tanjung sari, Medan, Sumatera Utara.. linearis

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu: ada banyak penderita hipertensi yang rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit

Setelah melakukan analisis data dan dilanjutkan dengan pembuktian hipotesis diperoleh gambaran yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hubungan yang signifikan

This study provides evidence that single information in an earning’s announce- ment produces a bias of the prospect effect, and any additional characteristics’ disclosure of