• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN KECAP DARI LIMBAH BIJI NANGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBUATAN KECAP DARI LIMBAH BIJI NANGKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

Khunfaya Firnanda Putri Rossida NIM : 24020115120060

JURUSAN BIOLOGI KELAS A FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)

24020115120060

KATA PENGANTAR

Puji Syukur marilah kita haturkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi rahmat, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai disusun. Tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara moral maupun material, yang tidak bisa penyusun sebut satu per satu.

Laporan penelitian ini mencakup data sementara mengenai komposisi zat-zat yang terkandung dalam biji nangka.Telah dikemukakan bahwa biji nangka dewasa ini masih merupakan limbah produksi perkebunan yang potensinya belum dikenal oleh sebagian besar penduduk. Keberadaan biji nangka sangat besar, utamanya dipedesaan dan pasar-pasar. Sebagian besar penduduk hanya mengenal biji nangka sebagai makanan ringan.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, Penulis ingin memperoleh beberapa manfaat, diantaranya agar masyarakat umum mengetahui potensi yang dimiliki biji nangka. Selain itu penulis juga berharap agar hasil olahan biji nangka dapat berguna bagi masyarakat dan pengetahuan masyarakat bertambah. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis juga mengharapkan masukan, kritik dan saran dari seluruh pembaca.

Temanggung, 09 Mei 2015

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Muka

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG...1

B. TUJUAN PENELITIAN...1

C. MANFAAT PENELITIAN...1

BAB 2 PERMASALAHAN...2

BAB 3 PEMBAHASAN A. METODLOGI PENELITIAN...3

B. DATA PENGAMATAN...4

C. PEMBAHASAN...4

BAB 4 SIMPULAN...6

Daftar Pustaka...7

(4)

24020115120060

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan komoditas buah-buahan yang beragam, termasuk salah satunya Nangka atau Artocarpus Intergra. Nangka termasuk buah Indonesia dengan morfologi khas yang terdiri dari kulit luar bergerigi dan bagian dalam yang halus. Indonesia juga merupakan salah satu negara penghasil berbagai macam produk fermentasi, termasuk salah satunya kecap.

Saat ini, Nangka banyak dikonsumsi sebagai buah segar, bahan membuat makanan kecil dan aneka minuman. Biji nangka juga dikonsumsi sebagai makanan dengan cara direbus. Ada beberapa kandungan dalam biji nangka yang baik dikonsumsi bagi tubuh dan pertumbuhan yaitu, karbohidrat dan protein. Lebih tepatnya, beton terdapat kandungan air sebanyak 6,57%, kandungan abu 3,82%, lemak 1,56%, protein 11,97%, serat kasar 6,22%, energi 341,4 kkl/100gram dan karbohidrat 54,34% [ CITATION Hob87 \l 1033 ].

Belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa kandungan biji buah nangka yang demikian dapat dimanfaatkan untuk membuat salah satu produk fermentasi populer yaitu kecap. Cairan kental kaya protein yang manis atau asin untuk menambah citarasa masakan.

1. Siswa dapat mengolah limbah biji nangka menjadi kecap 2. Siswa dapat membuat kecap dengan metode fermentasi C. Manfaat penelitian

1. Memberi pengetahuan dan ketrampilan baru di bidang pembuatan makanan dengan jasa mikroba.

2. Memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang pembuatan kecap

(5)

BAB II PERMASALAHAN

Nangka adalah buah yang sering dijumpai di Indonesia. Rasanya yang manis dan enak membuat nangka menjadi salah satu buah yang disukai oleh masyarakat. Kebanyakan orang hanya menyukai daging buahnya saja, dan membuang bijinya. Padahal dalam biji nangka terkandung manfaat yang penting dalam bidang kesehatan maupun kewirausaan. Biji nangka yang banyak di buang sia sia ini, sebenarnya bisa dijadikan makanan lagi dengan cara merebusnya kembali sampai daging yang ada dalan biji nangka itu melunak. Selain itu limbah biji nangka juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kecap.

Selama ini masyarakat awam hanya tau bahan pembuat kecap itu adalah kedelai, padahal ada bahan alternative lain yang lebih terjaungkau dan banyak dijumpai, terutama limbah yang kebanyakan orang tidak mau memanfaatkannya, yaitu limbah biji nangka.

(6)

24020115120060

BAB III PEMBAHASAN

A. Metodelogi Penelitian

a) Tempat dan waktu penelitian

Rumah Praktikan, Walitelon Utara, Temanggung. Februari 2015 – April 2015 b) Alat dan Bahan

A. Alat

1. Pisau 2. Baskom

3. Panci pengukus 4. Kompor

5. Timbangan B. Bahan 1. Biji nangka 2. Garam 3. Ragi 4. Air

(7)

2.Menimbang biji nangka sebanyak 500 gram 3.Merendam biji nangka selama semalam

4.Mencuci dengan air bersih sampai lendir hilang 5.Meniriskan biji nangka sampai kering

6.Mengukus biji nangka hingga lunak 7.Mengupas dan memotong biji nangka

8.Menempatkan ke wadah lalu menaburkan ragi secara merata 9.Menutup wadah dengan plastik yang dilubangi

10.Menginkubasi dalam suhu kamar selama 5-7 hari hingga jamur tumbuh merata

11.Membuat larutan garam 20 % (200 gr dalam 1 liter air)

12.Memasukkan biji nangka yang berjamur ke dalam larutan garam 13.Menginkubasi kembali dalam suhu kamar selama 3-4 minggu 14.Menyaring dan mengambil air hasil inkubasi

15.Merebus air hasil inkubasi hingga mendidih

16.Menambahkan rempah-rempah dan bumbu tambahan dan tunggu hingga mendidih

17.Mengemas kecap tersebut ke dalam botol steril C. penyortiran biji nangka, yaitu memisahkan biji nangka yang telah rusak dengan yang masih bagus. Biji nangka segar biasanya masih dalam kondisi baik, dengan lendir dan bau nangka yang khas. Sedangkan biji nangka yang telah disimpan lama telah kering dan berpotensi ditumbuhi jamur-jamur pengganggu.

(8)

hingga kering.

I.Tahap selanjutnya adalah pengukusan, untuk melunakkan biji nangka dan memudahkan pertumbuhan jamur pembuat kecap. Pengukusan dilakukan sampai biji nangka lunak dan bisa dipotong. Pemotongan bertujuan untuk memperluas permukaan kontak biji nangka dengan ragi yang akan digunakan untuk fermentasi.

J. Ragi ditabur di permukaan biji nangka yang telah dipotong-potong. Penaburan ragi menjadi faktor yang penting karena ragi harus ditebar secara merata menutupi biji-biji nangka. Inkubasi berlangsung selama lima hari, kemudian biji nangka dikeluarkan dari tempatnya. Biji nangka telah berjamur dan siap untuk pengolahan selanjutnya.

K. Larutan garam yang digunakan adalah larutan garam 20% yang dibuat dari garam halus beryodium yang ditimbang sebanyak 20 gram dan dilarutkan dalam 1 L air mentah. Larutan ini kemudian digunakan untuk merendam biji nangka yang sudah berjamur [ CITATION Soe84 \l 1033 ].

L.Larutan garam bersifat hipertonik yang merangsang melepaskan isi sel biji (dalam hal ini protein-protein). Protein-protein yang telah dibebaskan akan bersatu dengan air, dan menjadi bibit kecap. Secara ideal, inkubasi untuk memperoleh bibit kecap dilakukan di dalam wadah tertutup yang diberi lubang untuk sirkulasi udara. Setelah inkubasi lagi selama kurang lebih tiga minggu [ CITATION Jas89 \l 1033 ]. Bibit kecap yang dihasilkan berwarna kemerahan dengan cemaran-cemaran berikut :

1. Debu

2. Telur dan larva lalat

3. Semut hitam

M. Kesalahan praktikan adalah dalam inkubasi adalah, bibit kecap tidak dilindungi dari pengaruh luar/wadah tidak ditutup. Debu masuk melalui udara, sedangkan lalat bertelur di dalam rendaman biji nangka karena biji nangka kaya protein untuk pertumbuhan larva-larvanya. Semut juga datang karena tertarik pada gula dan karbohidrat di dalam rendaman tersebut [ CITATION Nob82 \l 1033 ].

N. Bibit kecap tidak bisa mengolah lebih lanjut karena cemaran-cemaran biologis ini, sehingga menyebabkan kegagalan dalam praktikum.

(9)

R. SIMPULAN S.

A. Simpulan

T. Kecap biji nangka dibuat dari biji nangka pilihan yang telah disortir dan dibersihkan dari lendir-lendir. Ragi yang digunakan adalah ragi tempe yang ditebarkan merata pada biji nangka kukus. Pembuatan bibit kecap mengalami kegagalan karena kesalahan praktikan dalam mengondisikan lingkungan inkubasi. Kegagalan ditandai dengan cemaran biologis seperti semut dan larva lalat.

(10)

KK.

LL.

MM. Hobbelink, H. (1987). Bioteknologi dan Pertanian Dunia. Jakarta: Media Citra.

NN.Jasin, M. (1989). Biologi Umum untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Tiga Serangkai.

OO.nanda, k. (2003). tfgjh. Dalam hfyhjg, ytgyjgy (hal. 6). ytfjy: hgfjgh.

PP. Noble, E. R., & Noble, G. A. (1982). Parasitologi : Biologi Parasit Hewan. Yogyakarta: Gramedia.

QQ.Soemartono, S. S. (1984). Pedoman Praktikum Biologi Umum 2. Jakarta: Erlangga.

RR.

SS.

Referensi

Dokumen terkait

Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang

Jaringan penyusun daun adalah : jaringan epidermis atas, tiang (palisade), bunga karang (sponsa), pengangkut (xylem dan floem), epidermis bawah.. Pada lapisan

Algoritma dapat diekpresikan dalam bahasa manusia, menggunakan presentasi grafk melalui sebuah FlowChart (diagram alir) ataupun melalui PseudoCode yang menjembatani

Berkaitan dengan butir dua di atas, untuk mendukung kelancaran kegiatan dimaksud, bersama ini dilaporkan kepada Ka bahwa data terobosan kreatif Tahun 2017 Polres

Secara umum berdasarkan orientasinya teori tentang belajar dan pembelajaran diklasifikasikan menjadi empat yang meliputi teori belajar yang

Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.. Nela Regar Ursia, Ide Bagus Siaputra * , dan

Dalam kerangka menciptakan budaya belajar sejarah yang baik maka seorang guru sejarah tidak hanya mampu berinteraksi dengan baik dengan sesam guru,

JALUR COMPUTER BASED TEST (CBT)..