• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Identifikasi Hama Dan Penyakit T (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Identifikasi Hama Dan Penyakit T (1)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang menjadi makanan pokok penduduk Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk, maka Indonesia dituntut untuk menjalankan kebijakan ketahanan pangan dengan berfokus pada pembangunan pertanian. Salah satu taktik dalam pembangunan pertanian yang tepat ialah pemberdayaan petani harus diintensifkan agar dapat tercapai ketahanan pangan Nasional, karena petani merupakan pelaku dalam proses produksi produk pertanian khususnya pangan.

Seiring meningkatnya populasi penduduk dan kebutuhan pangan Nasional, produktivitas komoditas padi pun harus ditingkatkan agar total produksinya dapat memenuhi kebutuhan pangan Nasional. Produktivitas padi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit akan menurunkan produktivitas padi secara signifikan apabila tidak ditangangi dengan serius. Musuh utama petani adalah hama tanaman padi, diantaranya ialah tikus, wereng, penggerek batang, kepik, walang sangit, jenis serangga lainnya, dan burung. Di setiap daerah, hama utama yang menyerang pertanaman padi akan berbeda. Contohnya, untuk pertanaman padi di daerah pantura yang menjadi hama utamanya ialah wereng sedangkan untuk pertanaman padi di daerah rancaekek yang menjadi hama utamanya ialah tikus. Sehingga perlu adanya strategi pengendalian yang tepat, seperti penggunaan varietas tahan, penggunaan benih bersertifikat, monitoring, dan teknik-teknik pengendalian efektif dan aman yang bisa dilakukan.

(2)

Sehingga perlu ada pelatihan tentang penggunaan pestisida yang tepat kepada para petani guna menghindari dampak negatif dari penggunaan pestisida.

Adapun cara lain yang dapat dilakukan dalam pengendalian OPT tanaman padi, yaitu cara mekanik, fisik, dan kultur teknik. Cara mekanis sudah jarang diterapkan oleh petani, alasan karena sifat yang membutuhkan waktu yang lama dan jumlah hama yang dikendalikan oleh cara mekanis tidak sebesar cara kimiawi (pestisida buatan), namun cara mekanis masih sering dilakukan petani dalam melakukan penyiangan. Cara fisik bisa dilakukan dengan mengatur tinggi genangan air dan memasang jebakan-jebakan untuk hama. Cara kultur teknis dilakukan dengan mengatur jarak tanam, melakukan rotasi tanaman, dan lainnya. Cara biologi bisa dilakukan dengan pengembangan musuh dari hama tersebut baik secara parasit dan predator.

Oleh karena itu, harus dilakukan pengendalian yang tepat dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi, yaitu dengan Pengendalian Terpadu Hama dan Penyakit Tanaman (PTHPT). Konsep PTHPT ialah memadukan semua teknik pengendalian yang paling efektif dan dan meminimalisir dampak negatif terhadap ekosistem ataupun lingkungan sehingga produktivitas tanaman padi optimal dan keseimbangan ekosistem pun tetap terjaga (lestari).

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi.

2. Mahasiswa Mampu mengidentifikasi gejala, akibat yang ditimbulkan. 3. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengendalian hama dan

penyakit pada tanaman padi yang dilakukan oleh petani.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Tanaman

2.1.1 Pengertian Hama Tanaman

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril" dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi.

a. Menurut Nas (1978) bahwa serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias , bunga serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya. Dalam Pengendalian Hama Terpadu bahwa hama bukan hanya pada serangga tetapi bisa pada vertebrata, tungau, virus, bateri, gulma an organisme pengganggu tanaman lainnya.

b. Menurut Smith (1983) hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Dalam arti yang luas bahwa hama adalah makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman atau binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan manusia.

c. “Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia” (Pracaya, 2003: 5). d. “Hama tanaman sering disebut ‘serangga hama’ (pest) atau dalam dunia

(4)

e. Para ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:

f. Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang);

g. Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;

h. Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya;

i. Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia;

j. Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung.

Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonomi bagi manusia. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Hama adalah hewan yang merusak tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah) sehingga akibat kerusakan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga hasilnya rendah.

Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Dalam pengertian sederhana, hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat, hama digolongkan sebagai pengganggu tanaman yang kasat mata seperti keong, kutu, dan ulat. Kesimpulannya, hama adalah seluruh organisme hidup yang mampu mengurangi produksi tanaman pertanian biasanya berupa serangga yang mudah dikenali dan terlihat dengan jelas tanpa alat bantu. Hama dapat berupa patogen yang dapat menimbulkan penyakit, berupa gulma yang menimbulkan kompetisi nutrisi, dan hama serangga. Hama adalah makhluk hidup yang menjadi pesaing, perusak, penyebar penyakit, dan pengganggu semua sumber daya yang dibutuhkan manusia.

(5)

Ada beberapa golongan hama yang biasanya menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan golongan Aves (Burung). Serangga adalah binatang kecil yang memiliki kaki beruas-ruas, bernafas dengan pembuluh nafas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras. Contoh serangga yang sering menyerang tanaman budidaya adalah belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang, lalat, dan lain-lain. Mamalia adalah mahluk hidup yang memiliki tulang belakang yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Mamalia adalah binatang menyusui, yang betina memiliki kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh baik. Binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara lain: kelelawar, tupai, musang, tikus, kera, gajah, babi, kijang, beruang, dan lain-lain. Golongan binatang lunak yang potensial menjadi hama tanaman adalah mollusca dan nematode. Mollusca atau siput adalah golongan hewan bertubuh lunak dan tidak beruas. Binatang ini suka mengeluarkan lender, dan aktif makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya bersembungi di tempat teduh dan lembab. Nematode adalah jenis cacing berukuran kecil dan umumnya berbentuk silindris. Golongan nematoda ini sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematode dapat hidup sebagai parasit dalam tubuh mahluk hidup. Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian depan berupa sayap yang digunakan untuk terbang. Meski demikian terdapat pula golongan aves yang tidak dapat terbang, seperti: kasuari, kiwi, dan burung unta (Rukmana, 2002).

Seluruh ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme (fisiologis) pada tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan bahkan berakhir dengan kematian tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama pada tanaman adalah sebagai berikut (Rukmana, 2002):

1. Serangan hama pada bagian akar tanaman menyebabkan proses penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.

(6)

3. Serangan hama pada bagian daun dapat menyebabkan proses fotosintesis terganggu (terhambat).

4. Serangan hama pada bagian buah atau biji dapat menyebabkan buah rusak ataupun bijinya hampa.

Dunia binatang ( Animal Kingdom ) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan-golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).

Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.

a. Filum Nematoda

Sastrosuwignyo (1990) menyatakan bahwa tidak semua anggota Nematoda berperan sebagai hama tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang bersifat saprofag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia.

Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris, tidak berwarna (transparan), bilateral simetris, tidak beruas, mempunyai rongga tubuh semu (pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul, sedangkan bagian ekornya agak runcing. Selama hidupnya nematoda dapat mengalami pegantian kulit sebanyak empat kali.

(7)

1. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman, misalnya Criconemoides sp dan Xiphinema sp.

2. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang bersifat sedentary (menetap), misalnya nematode puru akar (Meloidogyne spp.), dan ada yang bersifat migratory (berpindah), misalnya Pratylenchus sp.

3. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian tubuhnya ke dalam tanaman, misalnyaRotylenchus sp.

4. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman, misalnya Heterodera sp.

Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan yang beragam, tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala kerusakannya, nematoda dibedakan menjadi :

1. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina tritici penyebab puru pada daun dan biji gandum.

2. Nematoda batang (stem nematodes), misalnya Ditylenchus dipsaci yang menyebabkan pembengkakan batang dan pembusukan umbi lapis (bawang).

3. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides besseyi yang menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi.

4. Nematoda puru akar (root-knot nematodes), misalnya Meloidogyne sp yang menyebabkan perakaran membengkak pada famili Solanaceae, sehingga pertumbuhan tidak normal.

Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo Dorylaimida yaitu nematoda jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris (Xiphinema sp.). Keduanya bersifat ektoparasit dan dapat menularkan penyakit virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan mikroorganisme sekunder (bakteri dan cendawan) sehingga menimbulkan pembusukan. Akibatnya pertumbuhan tanaman merana dan perkembangannya terhambat.

(8)

Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).

Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh 10 cm-13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-kekuningan dengan bercak coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna coklat, berlendir dan perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua pasang sungut (antena), yaitu sungut depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di belakang yang berfungsi sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut (radula) untuk menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan berair. Biasanya menyerang tanaman pada malam hari, dan banyak ditemukan di tempat-tempat yang berair dan mempunyai kelembaban tinggi (Rukmana dan Saputra, 1997).

Semperula maculata banyak ditemukan menyerang daun tembakau yang masih muda, anggrek dan karet. Tubuhnya berwarna kelabu kehijauan, berukuran sebesar kelingking (Kalshoven, 1981).

Siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), tubuhnya tidak dilindungi cangkang. Warna cokelat kekuningan, abu-abu atau hitam, dengan panjang tubuh 3 cm-5 cm. Biasanya siput ini menyerang daun tembakau muda, daun teh (menggulung daun teh), dan pucuk tanaman karet (Rukmana dan Saputra, 1997).

Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt) memiliki pelindung (rumah) berbentuk silindris, kecil, berwarna kuning muda. Panjang tubuhnya ± 11 mm. Sumpil sering merusak persemaian bermacam-macam sayuran dan tanaman hias (Rukmana dan Saputra, 1997).

c. Filum Chordata

(9)

Dari kelas mamalia, ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling merugikan, misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus argentiventer). Disamping itu kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti gajah, kera, babi hutan, rusa, dan beruang juga dapat berperan sebagai hama yang merugikan. Sedangkan dari kelas aves yang berperan sebagai hama misalnya burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf. dan Moore)).

1. Tupai (Callosciurus notatus)

Tupai banyak merusak buah kelapa dengan cara mengerat, baik pada waktu siang maupun malam. Tubuh tupai berwarna kelabu sampai hitam pada bagian perut sampai kepalanya, dan di bagian punggung berwarna hitam pada pangkal dan kuning di ujung. Tupai betina mempunyai 6 pasang kelenjar susu dan satu tahun mampu beranak 8 kali (Kalshoven,1981).

Tupai menyerang buah kelapa yang sudah tua, dengan ciri serangan terdapat lubang bekas gigitan pada ujung buah dengan sisi yang rapi/rata (Rukmana dan Saputra, 1997).

2. Tikus (Rattus-rattus spp.)

Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama dari golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman yang disukainya cukup banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi pada areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen. Disamping itu tikus juga menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, tebu, kelapa, dan kelapa sawit (Kalshoven,1981).

Pada umumnya tikus menyerang tanpa mengenal tempat, sejak di persemaian, pertanaman sampai di tempat penyimpanan. Tikus aktif menyerang tanaman pada malam hari. Tikus yang lapar akan memakan hampir semua benda yang dijumpainya. Jika makanan cukup tersedia, tikus akan memilih jenis makanan yang paling disukai, seperti padi yang sedang bunting, dan jagung muda. Pada saat makanan banyak tersedia, perkembangbiakan tikus berlangsung sangat cepat (Rukmana dan Saputra, 1997).

Menurut Priyambodo (1995), terdapat 8 spesies tikus yang berperan sebagai hama, yaitu :

(10)

 Tikus rumah (Rattus rattus diardi (Jent.))

 Tikus cokelat/tikus riul (Rattus rattus norvegicus Berk.)

 Mencit rumah (Mus musculus)

 Tikus pohon (Rattus tiomanicus Miller)

 Tikus huma/ladang (Rattus exulans Peale)  Tikus wirok (Bandicota indica Bechst.)

 Mencit ladang (Mus caroli)

Pada umumnya tekstur rambut/bulu tikus agak kasar, kecuali pada mencit yang lembut dan halus. Hidung tikus berbentuk kerucut, kecuali tikus wirok dan tikus cokelat hidungnya berbentuk kerucut terpotong. Tikus wirok, tikus cokelat, tikus sawah, dan mencit ladang, disebut hewan terestrial dengan ciri-ciri : ekor pendek, panjangnya sama dengan panjang tubuh, ujung jari halus, tonjolan pada telapak kaki kecil dan halus. Sedangkan tikus pohon, tikus rumah, tikus huma, dan mencit rumah, disebut hewan arboreal dengan ciri-ciri : ekor panjang lebih panjang dari ukuran tubuh, ujung jari kasar, tonjolan pada telapak kaki besar dan kasar. Tikus pohon merupakan hama utama kelapa, biasanya melubangi buah kelapa yang masak/tua dengan lubang tidak teratur di dekat tangkai (Priyambodo, 1995).

Tiga jenis tikus yang sering merusak tanaman pertanian menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

 Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer).

Tikus sawah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 270 mm – 370 mm. b. Berat badan rata-rata ± 130 gram.

c. Panjang ekor ± 95 persen panjang badan (dari kepala sampai pangkal ekor).

d. Tikus betina mempunyai 12 puting susu, yaitu terdiri atas tiga pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut.

e. Warna badan kelabu gelap, sedang bagian dada dan perutnya berwarna keputih-putihan.

 Tikus rumah (Rattus rattus diardi).

Tikus rumah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 220 mm – 370 mm. b. Panjang ekor sama atau lebih panjang 105 persen dari panjang badan

(11)

c. Tikus betina mempunyai puting susu 10 buah, yaitu terdiri dari dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut.

d. Warna bulu badan bagian atas dan bagian bawah cokelat tua kelabu. e. Makanan tikus rumah diperoleh dari sisa makanan manusia, atau

makanan yang disimpan tidak rapi, dan hasil pertanaman yang disimpan di gudang atau tanaman-tanaman yang berada di kebun dekat rumah.  Tikus pohon (Rattus tiomanicus).

Ciri-ciri tikus pohon adalah sebagai berikut :

a. Ekor lebih panjang 110 persen dari panjang badan (hidung sampai pangkal ekor).

b. Jumlah puting susu betina 10 buah yaitu terdiri atas dua pasang di bagian dada dan tiga pasang dibagian perut.

c. Warna bulu badan pada bagian punggung kemerah-merahan, sedangkan pada bagian perut hampir seluruhnya putih.

d. Tikus ini sering menyerang buah kelapa, kakao, dan kopi. 3. Kelelawar (Pteropus vampyrus)

Kelelawar merusak tanaman dengan cara memakan buah-buahan yang sudah masak di pohon, seperti buah pisang, mangga, pepaya, durian, dan jambu-jambuan. Waktu penyerangan kelelawar pada umumnya terjadi malam hari (Rukmana dan Saputra, 1997).

4. Musang (Paradoxurus hermaphrodites)

Populasi musang di habitat alam tergolong relatif rendah, namun dapat menimbulkan kerugian bagi para petani. Binatang ini menyukai buah-buahan yang sudah tua atau masak. Disamping itu, musang bersifat rakus, pemakan segala jenis tanaman atau hewan, antara lain pemangsa anak ayam (Rukmana dan Saputra, 1997).

5. Landak (Acantyon brachyurum (L.) = Hystrix javanicus)

Landak biasanya membuat sarang pada tebing-tebing berupa lubang-lubang atau gua kecil seperti tikus. Aktif pada malam hari dan menyerang akar tanaman umbi-umbian, dapat pula menyerang jagung, ketela pohon, nenas, dan tebu (Kalshoven, 1981).

(12)

ternak seperti kambing, domba, dan sapi yang tidak diikat atau dimasukkan ke dalam kandang dapat berpotensi sebagai hama.

Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves (burung) pada umumnya tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian depan pada burung yang berupa sayap digunakan untuk terbang. Meskipun demikian, ada golongan burung yang tidak bisa terbang, misalnya kasuari, kiwi, dan unta (Rukmana dan Saputra, 1997).

Menurut Harahap dan Tjahjono (1994) beberapa jenis burung/aves yang berpotensi sebagai hama adalah sebagai berikut:

 Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles)

Nama lainnya adalah bondol uban. Kepalanya berwarna putih keabu-abuan seperti sorban haji. Bulu tubuhnya berwarna hitam kecoklatan. Warna leher putih dan secara bertahap berubah warna menjadi coklat merah ke arah bagian dadanya. Matanya berwarna coklat hitam. Ukurannya sebesar burung gelatik. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa.

Daerah penyebarannya adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan lain-lain mengikuti pola penyebaran pertanaman padi. Penyebaran secara vertikal belum diketahui.

Burung pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-rumputan lainnya. Dalam satu sarang terdapat lima ekor burung. Bentuk sarang seperti tabung memanjang, lebih kecil dari sarang burung manyar. Pada umumnya pipit haji membuat sarang bersama-sama pada satu pohon atau tempat sampai berjumlah puluhan. Burung ini bertelur dua kali setahun. Jumlah telur yang dihasilkan 4-5 butir tiap kali bertelur.

Kerusakan ditimbulkan oleh gerombolan burung pada saat padi sedang menguning. Pada umumnya gerombolan burung ini terdiri atas kurang dari 50 ekor dan datang berkali-kali.

 Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore)

(13)

Daerah penyebarannya adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan lain-lain mengikuti pola penyebaran pertanaman padi. Penyebaran secara vertikal belum diketahui.

Burung pipit ini membuat sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-rumputan lainnya. Hidupnya selalu bergerombol dan lebih sering berpasangan. Bersarang tidak saja dalam hutan, tetapi juga di dekat rumah peduduk bahkan pada pohon-pohon yang rendah. Dalam satu sarang terdapat 5 ekor burung. Masa bertelur sepanjang tahun. Dalam satu kali masa bertelur dapat menghasilkan 4-6 butir telur. Saat mengeram mereka tidak terganggu oleh suara manusia, cahaya lampu dan sebagainya.

Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan sekunder, persawahan, atau pekarangan terutama yang berdekatan dengan pertanaman padi. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang bergerombol berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini pernah menjadi hama padi yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa Tenggara Timur, burung pipit ini termasuk hama potensial pada pertanaman padi.

 Burung pipit bertungging putih (Lonchura striata Linnaeus)

Warna bulu burung ini coklat kehitaman dengan tungging berwarna putih dan bercak di dada berwarna kuning tua. Ekor berwarna kuning tua dan bintik-bintik putih. Pada umumnya sebesar burung gelatik atau burung gereja. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa.

Daerah penyebaran adalah India, Kepulauan Andaman, Nicober, Cina Selatan, Taiwan dan Sumatra, pada ketinggian 50 – 600 mdpl. Sarang dibuat dari daun alang-alang, batang padi atau batang rumput-rumput lainnya, berbentuk genta dengan lubang membuka ke bawah. Sarangnya dibuat pada pepohonan di tengah atau di pinggir sawah dan semak-semak yang berdekatan dengan persawahan. Dalam satu sarang biasanya terdapat 5-6 ekor burung. Burung ini mempunyai potensi sebagai hama padi karena selalu datang secara bergerombol mencari makanan berupa butiran-butiran padi.

 Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf dan Moore))

Panjang tubuh burung peking 10 – 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher merah coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam. Mata berwarna coklat merah.

(14)

sarang. Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-kadang bersarang diantara buah pisang. Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung ini juga berpotensi sebagai hama pada pertanaman padi.

 Bebek manila (nama lokal di NTT)

Merupakan jenis binatang yang biasa hidup di laut, sungai dan di danau. Ciri-cirinya antara lain adalah bulu berwarna hitam, warna bulu pada bagian perut agak kehitaman, paruhnya mirip dengan bebek/itik peliharaan dan bentuknya mirip dengan ayam.

Dengan adanya kebiasaan petani di daerah Nusa Tenggara Timur menggunakan sistem tabela yaitu langsung menebar benih padi pada areal yang telah diolah tanpa tahap pembibitan, hal ini dapat memberi pelaung bagi bebek manila untuk memakan biji padi tersebut terutama pada saat air dalam keadaan kering. Disamping itu juga menyerang bibit padi yang baru tumbuh atau yang masih muda.

Disamping jenis-jenis burung di atas juga terdapat beberapa burung yang mengganggu tanaman padi, tetapi bukan merupakan hama potensial di Nusa Tenggara Timur. Jenis-jenis burung tersebut, misalnya : burung perkutut (Geopeli striata Linnaeus), manyar bintik (Amandava sp.), gelatik (Pada oryzivora Linnaeus), bondol hijau (Erythrura prasina Sparman), burung gereja (Passer montanus malacensis Dubois) dan burung baya (Ploceus philippinus Linnaeus).

d. Filum Arthropoda

Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu :

 Tubuh terbagi menjadi 2 atau 3 bagian.  Tubuh dan kaki beruas-ruas.

 Alat tambahan beruas-ruas dan berpasangan.

 Dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan diperbaiki/diganti.

Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta (serangga) (Ananda, 1983).

Kelas Arachnida

(15)

adalah tungau merah Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-bercak kekuningan, karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator adalah laba-laba.

Ciri khas Arachnida adalah :

1. Kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter, patela, femur, tibia, metatarsus dan tarsus.

2. Tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan kepala dan dada (cephalothorax) serta abdomen.

3. Tidak bersayap dan memiliki alat tambahan berupa sepasang pedipalpus.

 Kelas Insecta atau Hexapoda

Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda (1983). adalah :

1. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).

2. Mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur, tibia, metatarsus dan tarsus.

3. Sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula yang tidak bersayap. 4. Mempunyai satu pasang antena.

Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah sebagai berikut :

1. Ordo Orthoptera

Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah : a. Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.)

(16)

d. Belalang china atau belalang berantena pendek (Oxya chinensis) e. Gangsir (Brachytrypus portentosus Linch)

f. Jengkerik (Gryllus mitratus Burn.) dan (Gryllus bimaculatus De G.) g. Anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.)

2. Ordo Hemiptera

Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput, dan sayap belakangnya mirip selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga yang termasuk ordo Hemiptera, antara lain :

a. Hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii) b. Kepik buah lada (Dasynus piperis)

c. Kepik hijau (Nezara viridula)

d. Walang sangit (Leptocorixa acuta) (= Leptocorisa oratorius) e. Kepik hijau Rhynchocoris poseidon Kirk.

3. Ordo Homoptera

Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian dari serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun Aphis sp. sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Tetapi bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis serangga dari ordo Homoptera ini antara lain :

(17)

c. Kutu loncat (Heteropsylla sp.)

d. Kutu daun penular CVPD (Diaphorina citri) e. Kutu daun (Aphis sp.)

f. Kutu daun persik (hijau) (Myzus persicae) g. Kutu daun atau white fly (Bemisia tabaci Genn)

h. Kutu daun jeruk dan mawar (Aleurocanthus spiniferus) i. Kutu daun kelapa (Aspidiotus destructor)

j. Kutu putih pada tebu (Oregma lanigera Zehntn)

k. Kutu sisik atau kutu perisai hijau pada kopi dan cengkeh (Coccus viridis Gr.)

l. Kutu dompolan (Pseudococcus citri Risso)

4. Ordo Lepidoptera

Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo Lepidoptera mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan mudah menempel pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan ngengat aktif pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera adalah holometabola(telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap. Srtadium serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk ordo Lepidoptera, antara lain:

a. Ulat daun kubis (Plutella xylostella)

b. Ulat titik tumbuh (ulat krop) (Crocidolomia binotalis Zeller) c. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)

d. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee) e. Penggerek polong kedelai (Etiella zinckenella Treitschke)

(18)

k. Penggerek batang padi kuning (Tryporyza incertulas Walker) l. Penggerek batang padi bergaris (Chilo supressalis Walker) m. Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens Walker)

n. Ulat perusak/penggerek tongkol jagung (Heliothis armigera) (= Helicoverpa armigera Hubn.)

o. Ulat jengkal Plusia chalcites ( = Chrysodeixis chalcites) p. Ulat penggulung daun pisang (Erionota thrax L.)

5. Ordo Coleoptera

Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap. Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang strukturnya tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap depan. Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola (telur-larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama, yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling besar di antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain :

a. Kumbang kelapa atau kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.) b. Penggerek batang albizzia (Xystrosera festiva)

c. Kumbang perusak pucuk kelapa (Brontispa longissima) d. Penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei)

e. Kumbang daun kangkung dan terung (Epilachna sp.) f. Kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa Stal.)

g. Kumbang pemakan daun semangka, melon (Aulacophora abdominalis (Fabricius)) dan (Aulacophora hilaris(Boisduval))

(19)

k. Penggerek cabang kopi (Xyleborus morigerus)

6. Ordo Diptera

Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui arah angin, dan juga alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau set. Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang lembab dan basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang sering merusak tanaman antara lain adalah :

a. Lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon) b. Lalat buah (Bactrocera spp.)

c. Lalat penggerek batang padi (Atherigona exigua) d. Lalat bibit padi (Hydrellia philippina)

e. Hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason)

7. Ordo Thysanoptera

Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo Thysanoptera ini berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga Thysanoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa dan imago pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan buah tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga yang terserang menjadi salah bentuk atau gugur, sedangkan serangan pada buah menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera yang sering merusak tanaman antara lain :

a. Thrips hitam pada tanaman jagung (Heliothrips striatoptera Kob) b. Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips oryzae Will)

(20)

Kerusakan (kerugian) yang ditimbulkan oleh hama tanaman menurut Rukmana dan Saputra (1997), antara lain sebagai berikut :

1. Kerugian secara kuantitas (berkurangnya hasil atau produksi) antara lain sebagai berikut :

a. Serangan kumbang daun Aulacophora similis Oliver dengan cara memakan daun dan bunga pada famili Cucurbitaceae (semangka, melon, mentimun, dan pare) menyebabkan produksi tanaman tersebut menurun (rendah).

b. Serangan kumbang penggerek buah kapas Amorphoidea sp. dapat menyebabkan buah tersebut gugur sebelum masak.

c. Serangan serangga Amrasca flavescens F. atau Empoasca flavescens F. pada tanaman kapas yang masih muda dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut tidak normal sehingga produksi menurun. d. Serangan ulat tanah Agrotis ipsilon Hufn. yang memakan berbagai jenis

tanaman (polifag), terutama tanaman muda, dapat menyebabkan tanaman terkulai (layu) atau mati.

2. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai berikut :

a. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman (ubi, daun, bunga, maupun buah), misalnya :

1. Ubi jalar Ipomoea batatas L. yang terserang hama lanas Cylas formicarius Fabr. akan berwarna cokelat kehitam-hitaman. 2. Biji kedelai yang terserang kepik hijau Nezara viridula L. dan kepik

polong atau kepik cokelat Riptortus linearis F. akan berwarna kehitam-hitaman.

3. Daun dan buah pada beberapa jenis tanaman yang terserang hama penggerek batang akan mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat daripada warna asli (normal), dan buah masak sebelum waktunya ataupun berguguran.

b. Perubahan rasa, misalnya :

1. Ubi jalar yang terserang hama lanas Cylas formicarius Fabr. rasanya menjadi pahit.

2. Buah durian yang terserang hama penggerek Tirathaba ruptilinea Wlk. rasanya menjadi kemasam-masaman.

(21)

 Daun kangkung yang terserang walang sangit Leptocorisa oratorius Thumb. akan menunjukkan gejala berbintik-bintik hitam atau kecokelat-cokelatan.

 Kulit biji kedelai ataupun kacang hiaju yang terserang kepik hijau Nezara viridula L. akan berbercak-bercak cokelat.

c. Rusak atau abnormal, misalnya :

1. Daun kedelai yang terserang ulat jengkal Chrysodeixis chalcites Esp. akan menjadi berlubang-lubang (Gambar 1.1).

2. Umbi kentang yang terserang nematoda Meloidogyne sp. akan berbintil-bintil (abnormal), atau berlubang dan membusuk akibat serangan hama uret.

3. Daun tembakau yang terserang Thrips spp., Myzus persicae Sulz. dan Bemisia tabaci akan menjadi keriting dan ukurannya kecil-kecil. 4. Buah tomat yang terserang ulat penggerek buah Helicoverpa

armigera Hbn. akan menjadi berlubang-lubang.

5. Krop kubis yang terserang ulat titik tumbuh Crocidolomia binotalis Zeller akan tampak berlubang-lubang dan rusak, sehingga menyebabkan berkurangnya hasil atau produksi (Gambar 1.2).

6. Biji kacang panjang berlubang-lubang akibat serangan hama gudang Callosobruchus chinensis L. (Gambar 1.3)

Organisme yang berperan sebagai hama tanaman menurut Rasdiman (1994), meliputi filum Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca, Arthropoda, dan Chordata. Filum Nemathelminthes, Mollusca , dan Arthropoda, karena tidak bertulang belakang dimasukkan ke dalam kelompok Invertebrata, sedangkan filum Chordata yang bertulang belakang dimasukkan ke dalam kelompok Vertebrata. Dari fila tersebut, maka filum Arthropodalah yang paling berperan sebagai hama, terutama dari kelas insekta (serangga).

(22)

Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah atau tanaman seluruhnya. Pengertiannya adalah bahwa ada jenis hama yang menyerang satu bagian tanaman, atau menyerang bagian tanaman tertentu, namun mengakibatkan tanaman tidak dapat dipanen. Sebagai contoh adalah hama penggerek batang padi kuning Tryporyza incertulas yang menyerang titik tumbuh tanaman padi. Akibatnya akan timbul gejala mati pucuk (dead heart) atau sundep pada tanaman padi pada fase pertumbuhan vegetatif. Pada fase generatif, hama ini menimbulkan gejala beluk, yaitu bulir-bulir tanaman padi yang terserang akan tegak, kosong dan berwarna keabu-abuan. Tanaman padi yang terserang hama tersebut tidak akan pernah diharapkan hasilnya.

2.2 PenyakitTanaman

2.2.1 Pengertian Penyakit Tanaman

“Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain. Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan penyakit.

Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra (2005: 11) menyatakan, Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama. Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya kuantitas dan kualitas hasil.

(23)

Cendawan tidak mempunyai batang, daun, akar, dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Bakteri adalah salah satu jenis mahluk kecil (organisme) yang sebagian besar termasuk saprofit (numpang hidup di dalam tubuh mahluk lain, tidak merugikan dan menguntungkan mahluk lain tersebut). Virus adalah pathogen obligat (hanya hidup dan berkembang biak dalam organisme hidup). Ukuran virus amat kecil (submikroskopik) dan terdiri atas komposisi kimia, yaitu protein dan nucleic acid. Virus bersifat parasitic dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada semua bentuk organisme hidup. Penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan biasanya diakibatkan oleh ketidaksesuaian kondisi lingkungan tempat tanaman tumbuh dengan kondisi lingkungan yang menjadi habitat asli tanaman, sehingga tanaman tumbuh tidak sehat atau tidak normal. Gejala penyakit akibat faktor lingkungan biasanya mirip dengan gejala penyakit akibat dari mahluk hidup, perbedaannya adalah penyakit akibat faktor lingkungan tidak menular (Rukmana, 2005).

Penyakit tanaman yang merupakan suatu penyimpangan atau abnormalitas tanaman amat beragam bentuknya, misalnya keriput daun, kuning pucat, bercak-bercak coklat dan busuk. Akibatnya, tanaman tidak mampu melakukan proses fotosintesis secara maksimal. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan ekonomis, berupa penurunan kuantitas dan kualitas hasil. Semua bagian tanaman berpotensi diserang penyakit sehingga tanaman tersebut sakit. Tangkai bunga atau buah berubah warna dari hijau menjadi kuning, bahkan diikuti dengan terjadinya gugur bunga atau buah. Akar tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang membengkak dan berbintil-bintil mirip “gada” sehingga tidak mampu menghisal air dan unsure hara merupakan pertanda diserang penyakit akar bengkak.

Setiap parasit tanaman berkembang dalam siklus kejadian-kejadian yang berurutan dengan teratur, yakni sebagai berikut (Rukmana, 2005):

1. Parasit harus menghasilkan inokulum yang dapat menularkan penyakit ke tanaman yang sehat. Misalnya, inokulum virus adalah virion, bakteri berupa sel-sel bakteri, cendawan dengan spora, dan nematode dalam bentuk telur atau larva instar kedua.

(24)

3. Parasit harus masuk ke dalam tanaman melalui luka, bukaan alami (stomata, hidatoda, lentisel), atau menginfeksi langsung pada tanaman. 4. Parasit mulai memparasit dalam tanaman inangnya. Proses ini disebut

“infeksi”.

5. Siklus kejadian di atas berulang dengan cepat atau lambat, tergantung pada kelahiran (natality) parasit. Oleh karena itu bila tidak dilakukan usaha pengendalian, akan terjadi penyebaran dan ledakan hebat suatu penyakit (epidemi).

2.2.2 Jenis Jenis Penyakit

Di alam terdapat berpuluh-puluh ribu penyebab penyakit yang menyerang tumbuhan , dan setiap tumbuhan dapat diserang oleh bermacam-macam penyakit. Sebaliknya setiap jenis penyakit dapat pula menyerang satu atau beratus-ratus macam tumbuhan. Oleh karena kompleks dan luasnya masalah penyakit, maka perlu diadakan klassifikasi. Penyakit tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara :

1. Berdasarkan gejala, yang pada dasarnya dibedakan dalam tiga garis besar, yaitu nekrose, hipoplasia dan hipertropi.

2. Bagian tumbuhan yang terserang, seperti seed rot (busuk biji), kernel smut (jamur api pada bulir), seedling blight (hawar semai), foot rot (busuk kaki), root rot(busuk akar), tuber rot (busuk umbi), bud rot (busuk mata tunas), fruit rot (busuk buah), pod rot (busuk polong), leaf spot (bercak daun), twig blight (hawar ranting), dan blossom blight (hawar daun)

3. Macam tanaman yang diserang, seperti cereal diseases (penyakit serealia), corn diseases (penyakit jagung) dsb.

4. Berdasarkan kerusakan yang ditimbulkan. Beberapa penyakit hanya menyebabkan kerusakan tidak berarti, sementara yang lainnya dapat menimbulkan kerusakan yang berarti.

5. Ada beberapa ahli yang mengklasifikasikan penyakit yang disebabkan oleh parasit dan virus, dalam hubungannya dengan cara timbulnya ke dalam 3 golongan, yaitu:

a. Penyakit Endemi, ialah apabila serangan penyakit tersebut meluas atau menurun, dengan tingkat serangan tinggi atau rendah, dan berjalan dari tahun ke tahun.

(25)

c. Penyakit sporadis, merupakan penyakit yang timbulnya dengan interval yang tidak teratur, demikian pula dengan lokasinya.

6. Berdasarkan Penyebab Penyakitnya

Penyebab penyakit dibedakan menjadi dua golongan, yakni biotis (parasit) dan abiotis (non parasit) yang setiap golongan dapat dirinci sbb :

a. BIOTIS (PARASIT)  Jamur

 Bakteri

 Virus

 Nematoda

 Tanaman tingkat tinggi

 Mycoplasma, Ricketsia

 Lain-lain agensia b. ABIOTIS (NON PARASIT)

 Difisiensi unsur hara

 Keracunan mineral

 Kelembapan, suhu, sinar yang tidak sesuai

 Kekurangan oksigen

 Polusi

 Reaksi tanah (pH) 2.3 Pengendalian Hama Terpadu

(26)

Dari segi substansial, PHT adalah suatu sistem pengendalian hama dalamkonteks hubungan antara dinamika populasi dan lingkungan suatu jenis hama,menggunakan berbagai teknik yang kompatibel untuk menjaga agar populasi hamatetap berada di bawah ambang kerusakan ekonomi. Dalam konsep PHT, pengendalian hama berorientasi kepada stabilitas ekosistem dan efisiensi ekonomi serta sosial. Dengan demikian, pengendalian hama dan penyakit harus memperhatikan keadaan populasi hama atau patogen dalam keadaan dinamik fluktuasi disekitar kedudukan kesimbangan umum dan semua biaya pengendalian harus mendatangkan keuntungan ekonomi yang maksimal (Arifin dan Agus, 1993). Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau intensitas kerusakan akibat penyakit telah memperlihatkan akan terjadi kerugian dalam usaha pertanian. Penggunaan pestisidamerupakan komponen pengendalian yang dilakukan, jika; (a) populasi hama telah meninggalkan populasi musuh alami, sehingga tidak mampu dalam waktu singkat menekan populasi hama, (b) komponen-komponen pengendalian lainnya tidak dapat berfungsi secara baik, dan (c) keadaan populasi hama telah berada di atas Ambang Ekonomi (AE), yaitu batas populasi hama telah menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada biaya pengendalian (Soejitno dan Edi, 1993). Karena itu secara berkelanjutan tindakan pemantauan atau monitoring populasi hama dan penyakit perlu dilaksanakan.

a. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit

Usaha untuk memperoleh hasil tanaman yang maksimal bermacam cara dilakukan, menurut AAK (1992) cara-cara pengendalian tersebut digolongkan kepada lima cara yaitu: fisik dan mekanik, penggunaan varietas tahan, bercocok tanam, biologi, dan kimia.

1. Fisik dan mekanik

(27)

2. Penggunaan varietas tahan

Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Telah banyak varietas-varietas padi yang dilepas oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian dan lembaga riset dalam dan luar negeri yang tahan terhadap hama dan penyakit utama tanaman padi.

Penggunaan varietas tahan telah terbukti dapat mengurangi kehilangan hasil, namun penggunaan varietas tahan yang memiliki gen ketahanan yang tunggal akan memacu timbulnya biotipe dan strain atau ras-ras baru yang akan lebih berbahaya. Untuk itu dianjurkan melakukan pergiliran varietas atau melakukan penanaman varietas padi yang memiliki berbagai tingkat ketahanan. Tindakan ini telah berhasil dalam menekan perkembangan penyakit blas dan tungro di Sulawesi Selatan. Karena pencapuran menanam padi yang memiliki keragaman tingkat ketahanan ini merupakan tindakan untuk meningkatkan diversifikasi lingkungan yang dapat menekan laju perkembangan populasi hama atau patogen.

3. Bercocok tanam

Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan pola tanam, dan pemupukkan (AAK, 1992).

1. Tanam serempak.

Di lahan irigasi dengan penanaman serempak, hama lebih menonjol dari pada penyakit. Berdasarkan luas serangannya, hama yang dominan

(28)

hamparan terjadi karena latar belakang teknis dan sosial. Pada pola tanam tidak serempak, penyakit tungro selain hama tikus sering menyebabkan instabilitas hasil. Namun demikian, resiko rendahnya hasil akibat serangan hama dan penyakit dapat dihindari dengan pola tanam serempak.

2. Pengolahan tanah.

Pada umum untuk melakukan penanaman padi tanah diolah secara sempurna, sampai pelumpuran, sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh sempurna. Tetapi dibeberapa daerah, petani mengolah tanah tidak sempurna sehingga tibul berbagai masalah. Dari beberapa laporan, bahwa tanaman padi yang ditanam pada tanah yang tidak mendapat pengolahan sempurna terjadi peningkatan intesitas penyakit mentek yang disebabkan oleh nematoda Radophollus oryzae (Semangun, 1990). Hama tanaman padi seperti kepinding tanah, wereng coklat dan penggerek batang akan meningkat populasinya, jika tunggul tanaman padi tidak segera dibongkar dan tanah tidak diolah dengan sempurna. Hasil penelitia memperlihatkan bahwa perilaku hama penggerek batang padi punggung putih pada saat panen berada diposisi 10 cm dari permukaan tanah. Karena itu, dianjurkan pemanenan dengan sabit dan memotong batang padi kurang dari 10 cm dari permukaan tanah dan tanah segera diolah atau digenangi air (Baco, 1993).

3. Jarak tanam.

(29)

4. Waktu tanam.

Iklim berpengaruh terhadap kehidupan jasad pengganggu tanaman, untuk menghindari kerusakan pada tanaman yang diakibatkan oleh jasad pengganggu tersebut perlu mnentukan waktu tanam yang tepat. Dari pengamatan pertanaman padi gogo di daerah transmigrasi Sitiung terlihat bahwa infeksi blas meningkat pada pertanaman yang ditanam pada bulan Agustus dan September, sedangkan penanaman di luar bulan-bulan tersebut infeksi blas terlihat rendah bahkan dapat terhindar dari infeksi blas. Karena pada bulan-bulan tersebut terjadi musim hujan yang hampir merata setiap hari dengan curah hujan rendah sampai sedang. Keadaan yang seperti ini telah terbukti bahwa spora jamur penyebab blas (Pyricularia oryxae) banyak dilepaskan ke udara, dan spora-spora ini akan menginfeksi tanaman padi sehingga menimbulkan kerusakan tanaman.

5. Pengaturan pengairan.

Air merupakan kebutuhan utama pada tanaman padi pada fase pertumbuhan (Vegetatif), tetapi kebutuhan air ini perlu pengaturan supaya tanaman terhindar dari kerusakan oleh jasad pengganggu. Serangan keong mas akan meningkat pada tanaman padi yang berumur kurang dari satu bulan di lapangan, jika digenangi dengan air. Untuk mencegah kerusakan oleh keong mas, maka tanaman padi yang baru dipindahkan dari persemaian sampai bunting diairi secukupnya. Sedangkan untuk menghindari serangan penggerek batang, kepinding tanah, wereng coklat dan tikus perlu menggenangi lahan.

6. Pengaturan pola tanam.

(30)

penanaman padi dengan tanaman lain bukan padi dapat pula dilakukan untuk meningkatkan keragaman ekologi. Keadaan ini memungkinkan untuk berkembangnya predator dari hama tanaman padi pada tanaman bukan padi.

7. Pemupukan.

Untuk meningkatkan hasil, petani cenderung melakukanpemupukan yang berlebihan, tindakan ini tidak saja merupakan pemborosan, tetapi juga memberi peluang tanaman padi terinfeksi patogen atau dirusak hama. Pemupukan nitrogen yang berlebihan pada tanaman padi gogo dan padi sawah mengakibatkan tanaman rentan terhadap infeksi penyakit blas dan bercak daun coklat (Semangun, 111990). Meningkatnya populasi hama penggerek batang dan wereng coklat dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Untuk menentukan kebutuhan nitrogen tanaman padi dianjurkan menggunakan bagan warna daun, sehingga pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberian pupuk yang mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama dan patogen.

4. Biologi

(31)

populasi parasitoid, dan pada saat itulah parasitoid akan bekerja menekan perkembangan populasi hama.

5. Kimiawi

Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan ini yang sering dinyatak sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama (Soegiarto, et. al.,,1993). Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan patogen perludipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan.

2.4 Ambang Ekonomi

Menurut Soejitno dan Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian. Menurut Stern et al (1959) cit. Soejitno dan Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level). Sedangkan ALE didefinisikan sebagai padatan populasi terendah yang mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi terjadi bila nilai kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari biaya pengendalian yang dilakukan, sehingga tidak terjadi kerugian. Dengan demikian AE merupakan dasar pengendalian hama untuk menggunakan pestisida kimia. AE ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut (AAK, 1992):

AE (serangga/m2) = Biaya penyemprotan (Rp/ha)

(32)

Jenis hama Fase pertumbuhan Ambang ekonomi tunggal

Wereng batang coklat < 40 HST 9 ekor / Rumpun

> 40 HST 18 ekor/ Rumpun

Wereng punggung putih < 40 HST 14 ekor / rumpun

> 40 HST 21 ekor / rumpun

Walang sangit Matang susu 10 ekor / 20 rumpun

Kepinding tanah Semua fase 5 ekor / rumpun

Penggerek batang Semua fase 4 hari setelah

penerbangan kupu

Vegetatif 6% sundep

Generatif 9% beluk

Pelipat daun Vegetatif 13% daun rusak

Ganjur Vegetatif 2,5% puru

Ulat grayak Vegetatif 25% daun rusak

Generative 15% daun rusak

Hydrellia Vegetatif 19% Daun rusak

Tabel 1. Ambang Ekonomi 2.5 Golongan-Golongan Pestisida

a. Pestisida

(33)

memberantas gulma,mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk,mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewan-hewan piaraan danternak, mencegah/memberantas hama-hama air, memberantas/mencegahbinatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alatangkutan, memberantas dan mencegah binatang-binatang termasukserangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatangyang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

b. Formulasi Pestisida

Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hamasasaran disebut bahan aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik, bahanaktif tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikitdengan bahan-bahan pembaw lainnya. Produk jadi yang merupakancampuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktifdinamakan formulasi.Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentukdan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yangharus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadapjasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakansecara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspekkeamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyakmacam formulasi, sebagai berikut :

1) Formulasi Padat

a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuranpartikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 –80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi.Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan.

(34)

c. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkandi lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur).

d.Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapipenggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkanterlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harusdiencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan.Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutansempurna.

f. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampurdengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengankonsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan caradihembuskan (dusting).

2) Formulasi Cair

a. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC),merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakansolvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akanmembentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam mediacair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakanformulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.

(35)

c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnyaberupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisidayang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan caradisemprotkan.

d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air,pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.

e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untukpenyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprotantara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyakkarena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakanbutiran semprot yang sangat halus.

c. Penggolongan Pestisida

Sebagian besar insektisida merupakan bahan kimia sintetik denganpenggolongan berdasarkan bahan aktif yaitu:

1.

Golongan chlorinated hydrocarbon (DDT)Dieldrin, Endrin dan lain-lainUmumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

2. Golongan organofosfat (sebagai contoh: Parathion yang dipasarkandengan nama generik dan nama dagang Abate, azinphosmethyl(Guthion), Carbophenothion (Trithion), Chlorpiryfos (Dursban),demeton (Systax), Diazinon, Dicapthon (DiCaptan) dan lain-lain.

(36)

Penggunaan dalam bidang pertanian sangat banyak jenis pestisidayang digunakan dengan beberapa jenis pestisida yang terbanyak digunakanadalah sebagai berikut:

1. Akarisida

Berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.

2. Algisida.

Berasal dari kata alga bahasa Latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alga. Contonhnya Dinamin.

3. Avisida.

Berasal dari kata Latin avis bahasa Latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakak tua.

4. Bakterisida, bersala dari kata Latin bacterium atau bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin.

5. Fungisisda.

Bersal dari kata Latin fingus atau kata Yunai spongos yang artinya jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungiostik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhana cendawan) . Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P.

6. Herbisisda.

Berasal dari kata latin herba yang artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS.

7. Insektisida.

Berasal dari kata latin insectum artinya keratan, potongan, segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC.

8. Larvisida.

(37)

9. Molluksisida.

Berasal dari kata Yunani molluscus artinya berselubung tipi atau lembek, berfungsi untuk mtmbunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60. Nematisida.

10. Berasal dari kata Latin nematoda atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G.

11. Ovisida.

Berasal dari kata Latin novum berarti telur, berfunsi untuk merusak telur.

12. Pedukululisida.

Berasal dari kata Latin pedis yang berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

13. Piscisida.

Berasal dari kata Yunani pisces yang berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Sqouxin.

14. Predidisida.

Berasal dari kata Yunani pradea berarti pemangsa, berfungsi untuk pembunuh predatot.

15. Rodentisida.

Berasal dari kata Yunani roder yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. Contohnya: Diphacin 110, Klerat RMB, Racumin.

16. Silvisida.

Berasal dari kata Latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.

17. Termisida.

(38)

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan pestisida atas dasar toksisitas dalam bentuk formulasi padat dan cair.

1. Kelas IA : amat sangat berbahaya

2. Kelas IB : Amat Berbahaya

3. Kelas II : Cukup berbahaya

4. Kelas III : Agak Berbahaya

Penggunaan pestisida sintetis di seluruh dunia selalu meningkat dan penggunaan pestisida campuran juga sangat banyak ditemukan diareal pertanian. Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Meliala 2005, berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan berdasarkan toksisitas dan golongan, pestisida organik sintetik dapat digolongkan menjadi;

1. Golongan Organoklorin.

a. Toksisitas tinggi (extremely toxic): Endrine (Hexadrine)

b. Toksisitas sedang (moderate toxic): Aldrine, Dieldrin, DDT, Benzene, Brom Hexachloride (BHC), Chlordane, Heptachlor, dan sebagainya.

2.

Golongan Organofosfat

a. Sangat toksik (extremely toxic): Phorate, Parathion, MethylParathion, Azordin, Chlorpyrifos (Dursban) , TEPP,Methamidophos, Phosphamidon, dan sebagainya.

b. Toksisitas sedang (moderate toxic): Dimethoate, Malathion

3. Golongan Karbamat

a. Toksisitas tinggi (extremely toxic): Temik, Carbofuran,Methomyl

(39)

Sedangkan jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Ekha, 1988):

1. Racun perut. Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut.

2. Racun kontak. Pestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran nafas.

3. Racun gas.

Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan-ruangan tertutup.

4. 10 contoh pestisida untuk hama (bahan aktif, sifat, cara penggunaan)

2.6 10 Contoh Pestisida Untuk Hama 1. Atabron 50 EC

Bahan aktif : klorfluazuron Sifat : Sistematik

Cara penggunaan : Disemprot pada bagian tanaman yang diserang 2. Sevidan 75 SP

Bahan aktif : 30% endosulfan dan 40% karbaril Sifat : Alkali kuat

Cara penggunaan : Pencampuran pestisida lain

3. Sumicidin 5 EC

Bahan aktif : Fenfalerat 44,5 gr/l Sifat : Alkalis

Cara penggunaan : Dicampur dengan insektisida 4. Tomafur 3 G

Bahan aktif : Karbofuran 3% Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Ditaburkan 5. Sematron 75 SP

Bahan aktif : Asetat 75 % Sifat : Sistemik

(40)

6. Curaterr 3 G

Bahan aktif : Karbofuran 3% Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan pedtisida lain 7. Dharmafur 3 G

Bahan aktif : Karbofuran 3% Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Disebarkan 8. Ekalux 25 EC

Bahan aktif : Kuinalfos Sifat : Sistematik

Cara penggunaan : Dicampur dengan pestisida lain 9. Lannate L

Bahan aktif : Metomil 200 g/l Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan air 10.Mikarb 50 WP

Bahan aktif : MIPC 50% Sifat : Alkalis

Cara penggunaan : Dicampur dengan pestisida lain

2.7 10 Contoh Pestisida Untuk Penyakit 1. Antracol 70 WP

Bahan aktif : Propineb 70,5%

Sifat : Fungitoksik

Cara penggunaan : Dicampur dengan insektisida dan fungisida lain

2. Baycor 300 EC

Bahan aktif : Bitertanol 300 g/l

Sifat : Fungitoksik

Cara penggunaan : Dicampur dengan fungisida dan insektisida

3. Bayleton 250 EC

(41)

Sifat : Fungitoksik dan sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan fungisida dan insektisida

4. Cupravit OB 21

Bahan aktif : Tembaga oksiklorida 50%

Sifat : Fungistatik

Cara penggunaan : Disemprotkan

5. Delsene MX-200

Bahan aktif : Karbendazim 6,2%

Sifat : Kontak dan sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan insektisida lain

6. Dimazeb 80 WP

Bahan aktif : Mankozeb 80%

Sifat : Nonsistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan pestisida lain

7. Masalgin 50 WP

Bahan aktif : Benomil 50,4%

Sifat : Nonfitotoksik

Cara penggunaan : Penyemprotan

8. Nimrod 250 EC

Bahan aktif : Bupirimate 250 g

Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Penyemprotan

9. Topsin-M 70 WP

Bahan aktif : Metil tiofanat 70%

(42)

Cara penggunaan : Penyiraman pada akar atau pada tanah

10. Trimiltox 65 WP

Bahan aktif : Tembaga karbonat

Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Penyemprotan

2.8 Hama Tanaman Padi

1. Penggerek Batang. (Stem Borer)

Penggerek batang merupakan hama paling menakutkan pada pertanaman padi, karena seringnya menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Di lapang kehadiran hama ini dtandai dengan kehadiran ngengat ( kupu-kupu) dan kematian tunas padi, kematian malai, dan ulat penggerek batang.

Hama ini merusak tanaman pada semua fase tumbuh baik pada saat pembibitan, fase anakan maupun fase berbunga. Bila serangan terjadi pada apembibitan sampai fase anakan (vegetatif) larva memotong bagian tengah anakan menyebabkan pucuk layu, berubah warna menjadi coklat, kering mati hama ini disebut sundep, dan jika terjadi pada saat berbunga/fase generative (setelah gabah terbentuk) maka malai berubah warna menjadi putih dan hampa disebut beluk. Faktor pendukung serangan penggerek batang padi adalah ratun tanaman dan sisa jerami

Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman musim hujan. Hindari pertanaman pada musim Desember-Januari, karena suhu kelembaban dan curah hujan sangat cocok untuk perkembangan penggerek batanag. Sementara tanaman yang baru ditanam sangat sensitif pada hama in i. Tindakan pengendalian harus segera dilakukan kalau > 10% rumpun memperlihatkan sundep atau beluk.

Gambar

Tabel 1. Ambang Ekonomi
Tabel 2.Cara Aplikasi Insektisida Untuk Pengendalian Penggerek Batang
Tabel 3. Cara Aplikasi Fungisida Untuk Pengendalian Blas
Tabel 4. Penggunaan Fungisida Untuk Pengendalian Hawar Daun
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sama dengan hama tikus, hama penggerek batang juga menyerang padi mulai dari fase pembibitan sampai pada fase berbunga.. Penggerek batang padi masuk ke dalam pelepah daun dan

Hama dan Penyakit Tanaman Kayu Putih ( Melaleuca cajuputi ) Hama dan penyakit pada tanaman mahoni seperti pada tabel 6 dibawah ini. Jenis Hama penyakit pada tanaman Kayu Putih

Hasil uji positif infeksi fungi anti hama terhadap serangga, seperti walang sangit, wereng dan belalang ditunjukkan oleh hifa yang menginfeksi serangga tersebut

Hama yang menyerang pada genotip dan varietas gandum adalah belalang (Orthoptera: Acrididae), walang sangit (Hemiptera: Alydidae), kepik hijau (Hemiptera:

i KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DAN TINGKAT SERANGAN HAMA WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI MERAH DI DESA SUGIHEN KEC JUHAR, KAB KARO SKRIPSI OLEH EDWARD TARIGAN 130301218 AGROTEKNOLOGI/ HAMA

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hama potensial yang ditemukan pada pertanaman padi varietas hibrida dan non-hibrida yaitu wereng hijau, walang sangit dan penggerek

Jenis-jenis hama padi yang ditemukan di desa Teu Dayah Kabupaten Aceh Besar yaitu walang sangit Leptocorisa acuta, kepik hijau Nezara viridula, keong mas Pomacea canaliculate,

Konsentrasi efektif ekstrak akar tuba adalah 0,5% terhadap hama walang sangit, tetapi jika sulit untuk mendapatkan akar tuba, ekstrak biji bengkuang dapat digunakan dengan