• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tikus sawah Rattus argentiventer merupakan hama utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi dari mulai di pesemaian sampai panen, bahkan sampai pada penyimpanan. Kerusakan yang ditimbulkannya dapat menyebabkan kehilangan hasil 30-50%. Tikus sawah lebih menyukai tanaman padi yang sedang bunting, sehingga menimbulkan kerusakan yang paling tinggi

Siklus hidup tikus sawah.

1. Periode reproduksi terjadi pd saat tan padi periode generatif. Dlm 1 musim tanam padi, tikus sawah beranak hingga 3 kali dg rata-rata 10 ekor anak per kelahiran.

2. Tikus betina relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat dp jantannya (±2-3 bulan), tergantung dari ketersediaan pakan di lapangan.

3. Masa bunting tikus betina 21 hari dan mampu kawin lagi 24-48 jam setelah melahirkan.

4. Seekor tikus betina dapat menghasilkan total sebanyak 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam padi. Tikus sawah bersarang pd lubang di tanah yg digali (utk reproduksi dan membesarkan anak) dan di semak-semak). 5. Tikus makan apa saja yg dimakan manusia. Apbl makanan berlimpah,

tikus sawah lbh memilih pakan yg paling disukai yaitu padi.

6. Tikus menyerang padi pd malam hari dan pd siang hari sembunyi di dlm lubang pd tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah.

7. Pada saat bera, tikus sawah menyerbu pemukiman penduduk dan gudang padi dan akan kembali lagi ke sawah setelah tan padi memasuki fase generatif

Karakteristik tikus sawah:

a. Makan pada malam hari, dan aktivitas tinggi pada senja hari dan saat fajar.

b. Memiliki penglihatan yang buruk, tetapi sensitif terhadap gerakan, bau, rasa, dan sentuhan.

c. Memakan berbagai macam makanan dan terus mempertajam gigi. d. Memiliki neophobia atau sifat takut sementara terhadap sesuatu yang

asing seperti makanan baru.

e. Perenang dan pendaki yang baik dan dapat melakukan perjalanan jarak jauh. Tikus memiliki kumis yang pajang dan ekor kewaspadaan untuk membimbing dalam perjalanan.

f. Dapat menjadi kanibalisme pada saat makanan langka.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus

a. Dapat menimbulkan kerusakan langsung pada tanaman padi disemua fase pertumbuhan, memotong seluruh anakan dan memanjat anakan untuk memotong malai tanaman padi.

b. Memakan benih yang disimpan di gudang.

c. Dapat menularkan penyakit ke manusia seperti penyakit pes, demam gigitan tikus (rat-bite), tipus, salmonella, dan leptospirosis.

Karakteristik lain dari kerusakan tanaman padi oleh tikus: a. Kehilangan benih yang berkecambah

b. Kehilangan rumput atau tanaman c. Terpotongnya bibit muda

d. Batang yang terpotong tidak beraturan e. Muncul anakan baru dari batang

f. Memakan tunas yang baru berkembang atau gabah yang masak g. Kehilangan gabah dan malai

Teknologi Pengendalian

1. Tanam dan panen serempak

Dalam satu hamparan, usahakan selisih waktu tanam tidak lebih dari 2 minggu, dengan tujuan membatasi ketersediaan pakan bagi tikus sawah, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan secara terus menerus.

2. Sanitasi habitat

Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat bertujuan untuk menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan bagi kehidupan dan perkembangbiakan tikus.

a. Habitat tikus sawah: b. Tanggul irigasi

c. Pematang sawah (disarankan dilakukan minimalisasi ukuran pematang (<30 cm) agar tidak digunakan sebagai tempat berlindung dan bersarang tikus

d. Semak belukar

e. Pekarangan dekat sawah f. Lahan kosong dekat sawah g. Tanggul jalan/jalan desa

3. Gropyok masal

Menangkap atau membunuh tikus dengan menjaring, menggali sarang, memburu tikus dan cara-cara lain yang dilakukan bersama-sama serta focus pada habitat utama (tanggul iirgasi, pematang besar, tanggul jalan, tepi kampung).

Fumigasi dengan asap belerang dilakukan selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadia generative padi. Agar tikus lebih cepat mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi, dan sarang tidak perlu dibongkar

5. Penerapan TBS

TBS (Trap Barrier System) atau sistem bubu perangkap terdiri atas:

a. Tanaman perangkap yaitu padi yang ditanam 3 minggu lebih awal untuk menarik tikus dari sekitarnya. Petakan TBS berukuran 25 m x 25 m dikelilingi pagar plastik.

b. Pagar plastik atau terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu dan bagian bawahnya harus terendam air, agar tikus tidak mampu menerobosnya.

c. Bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam TBS (menghadap keluar), dibuat dari ram kawat dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm.

6. Penerapan LTBS

Sistem Bubu Perangkap Linier (LTBS) berupa bentangan pagar plastik setinggi 50-60 cm, dengan panjang minimal 100m. Bubu perangkap dipasang setiap jarak 20 m pada LTBS dengan menghadap arah secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah. LTBS dianjurkan dipasang pada perbatasan antar sawah dengan habitat utama tikus seperti, sepanjang tepi kampung, tanggul irigasi, tanggul jalan/pematang besar. LTBS dirancang berdasarkan pola pergerakan tikus sawah, sehingga tidak memerlukan bahan umpan atau tanaman perangkap.

7. Rodentisida

Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi. Aplikasi rodentisida yang baik adalah setelah panen hingga menjelang tanam berikutnya (sebelum ada tanaman). Umpan ditempatkan di habita utama sumber populasi tikus dan harus sesuai anjuran. Salah satu rodentisida yang bisa digunakan adalah yang memiliki bahan aktif flocoumafen (contoh: Storm 0.005 BB).

Sasaran Dosis dan cara aplikasi

Tikus sawah

Rattus argentiventer Tikus belukar

Pengumpanan siap pakai. Letakkan storm di sepanjang pematang sawah dengan jarak 5 – 10 meter di setiap

Ratus tiomanicus lubang tikus. Ulangi setiap 7-14 hari pada periode pindah tanam hingga pembungaan.

8. Kepik Hijau (Nezara viridula), Hama Pengisap Polong Kedelai Hama pengisap polong pada tanaman kedelai yang disebabkan oleh kepik hijau (Nezara viridula) dapat menyebabkan penurunan hasil dan bahkan dapat menurunkan kualitas biji. Akibat dari isapan hama pengisap polong dapat menyebabkan kehampaan, terlambat tumbuh dan terbentuk biji-biji yang cacat bentuknya yang biasanya memiliki bekas isapan. Nezara viridula tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, selain menyerang tanaman kedelai, serangga ini juga menyerang tanaman padi, jagung, tembakau, kentang, cabe, kapas dan berbagai jenis tanaman berpolong.

Ciri-ciri Nezara viridula :

1. Serangga dewasa biasanya berwarna hijau yang merata pada seluruh tubuh, tetapi kadang-kadang berwarna kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang sekali yang seluruh tubuhnya berwarna kuning.

2. Tubuhnya berbentuk segilima seperti perisai, panjang tubuh sekitar 1-1.5 cm dan kepalanya bersungut.

3. Di punggungnya terdapat 3 bintik berwarna hijau. Sedangkan nimfanya (kepik muda) memiliki warna berbeda-beda tergantung perkembangan instarnya. Pada awalnya berwarna coklat muda, kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik-bintik putih. Selanjutnya warna berubah menjadi hijau dan berbibtik-bintik hitam dan putih.

4. Kepik betina dewasa bertelur pada permukaan bawah daun dan jumlahnya mencapai 1100 butir selama hidupnya.

5. Telurnya berwarna kekuningan, kemudian berubah menjadi kuning, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi kemerahan (merah bata). Telur berbentuk oval agak bulat seperti tong.

7. Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8 minggu.

Gejala serangan :

1. Nimfa dan serangga dewasa merusak tanaman dengan cara mengisap polong kedelai.

2. Pada polong yang masih muda dan terserang kepik hijau menyebabkan polong tersebut menjadi kosong (hampa) dan kempis karena biji tidak terbentuk dan polong gugur.

3. Pada polong tua menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam yang pada akhirnya biji menjadi busuk.

Pengendalian :

Prinsip pengendalian hama secara terpadu atau PHT merupakan suatu cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan masih menjadi alternative utama dalam pengendalian hama pengisap polong kepik hijau (Nezara viridula). Penggunaan pestisida merupakan alternative terakhir yang apabila serangan hama kepik hijau telah melampaui batas ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong lebih dari 2% atau terdapat sepasang kepik dewasa per tanaman saat tanaman kedelai berumur lebih dari 45 hari setelah tanam. Adapun komponen pengendalian hama pengisap polong kedelai adalah dengan cara sebagai berikut :

1. Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari.

2. Pergiliran tanaman bukan inang.

3. Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.

4. Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.

5. Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.

Dokumen terkait