• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Pengaturan pola tanam.

2.4 Ambang Ekonom

Menurut Soejitno dan Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian. Menurut Stern et al (1959) cit. Soejitno dan Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level). Sedangkan ALE didefinisikan sebagai padatan populasi terendah yang mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi terjadi bila nilai kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari biaya pengendalian yang dilakukan, sehingga tidak terjadi kerugian. Dengan demikian AE merupakan dasar pengendalian hama untuk menggunakan pestisida kimia. AE ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut (AAK, 1992):

AE (serangga/m2) = Biaya penyemprotan (Rp/ha)

Nilai komoditas x kehilangan hasil/serangga (Rp/kg) (kg/ha per serangga/m2)

Jenis hama Fase pertumbuhan Ambang ekonomi tunggal

Wereng batang coklat < 40 HST 9 ekor / Rumpun > 40 HST 18 ekor/ Rumpun Wereng punggung putih < 40 HST 14 ekor / rumpun > 40 HST 21 ekor / rumpun

Walang sangit Matang susu 10 ekor / 20 rumpun

Kepinding tanah Semua fase 5 ekor / rumpun

Penggerek batang Semua fase 4 hari setelah

penerbangan kupu

Vegetatif 6% sundep

Generatif 9% beluk

Pelipat daun Vegetatif 13% daun rusak

Ganjur Vegetatif 2,5% puru

Ulat grayak Vegetatif 25% daun rusak

Generative 15% daun rusak

Hydrellia Vegetatif 19% Daun rusak

Tabel 1. Ambang Ekonomi 2.5 Golongan-Golongan Pestisida

a. Pestisida

Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh ataumengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhanapestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhanpengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus,nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/Per/III/1992 semua zatkimia/bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untukmembrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusaktanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian,

memberantas gulma,mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk,mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewan-hewan piaraan danternak, mencegah/memberantas hama-hama air, memberantas/mencegahbinatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alatangkutan, memberantas dan mencegah binatang-binatang termasukserangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatangyang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

b. Formulasi Pestisida

Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hamasasaran disebut bahan aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik, bahanaktif tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikitdengan bahan-bahan pembaw lainnya. Produk jadi yang merupakancampuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktifdinamakan formulasi.Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentukdan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yangharus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadapjasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakansecara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspekkeamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyakmacam formulasi, sebagai berikut :

1) Formulasi Padat

a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuranpartikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 –80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi.Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan.

b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakandengan cara disemprotkan.

c. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkandi lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur).

d.Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapipenggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkanterlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harusdiencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan.Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutansempurna.

f. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampurdengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengankonsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan caradihembuskan (dusting).

2) Formulasi Cair

a. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC),merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakansolvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akanmembentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam mediacair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakanformulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.

b. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis airmaka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi,melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasiini digunakan dengan cara disemprotkan.

c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnyaberupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisidayang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan caradisemprotkan.

d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air,pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.

e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untukpenyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprotantara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyakkarena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakanbutiran semprot yang sangat halus.

c. Penggolongan Pestisida

Sebagian besar insektisida merupakan bahan kimia sintetik denganpenggolongan berdasarkan bahan aktif yaitu:

1.

Golongan chlorinated hydrocarbon (DDT)Dieldrin, Endrin dan lain- lainUmumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

2. Golongan organofosfat (sebagai contoh: Parathion yang dipasarkandengan nama generik dan nama dagang Abate, azinphosmethyl(Guthion), Carbophenothion (Trithion), Chlorpiryfos (Dursban),demeton (Systax), Diazinon, Dicapthon (DiCaptan) dan lain-lain.

3. Golongan karbamat, seperti: Carbaryl (Sevin), Aldicarb (Temik),carbofuran (Furadan), fometanate HCL (carsol), metalkamate (Bux)dan methomyl (Lannate)

Penggunaan dalam bidang pertanian sangat banyak jenis pestisidayang digunakan dengan beberapa jenis pestisida yang terbanyak digunakanadalah sebagai berikut:

1. Akarisida

Berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.

2. Algisida.

Berasal dari kata alga bahasa Latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alga. Contonhnya Dinamin.

3. Avisida.

Berasal dari kata Latin avis bahasa Latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakak tua.

4. Bakterisida, bersala dari kata Latin bacterium atau bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin.

5. Fungisisda.

Bersal dari kata Latin fingus atau kata Yunai spongos yang artinya jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungiostik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhana cendawan) . Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P.

6. Herbisisda.

Berasal dari kata latin herba yang artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS.

7. Insektisida.

Berasal dari kata latin insectum artinya keratan, potongan, segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC.

8. Larvisida.

Berasal dari kata Yunani lar berfungsi untuk membunuh ulat (larva). Contohnya Fenthinol, Dipel.

9. Molluksisida.

Berasal dari kata Yunani molluscus artinya berselubung tipi atau lembek, berfungsi untuk mtmbunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60. Nematisida.

10. Berasal dari kata Latin nematoda atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G.

11. Ovisida.

Berasal dari kata Latin novum berarti telur, berfunsi untuk merusak telur.

12. Pedukululisida.

Berasal dari kata Latin pedis yang berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

13. Piscisida.

Berasal dari kata Yunani pisces yang berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Sqouxin.

14. Predidisida.

Berasal dari kata Yunani pradea berarti pemangsa, berfungsi untuk pembunuh predatot.

15. Rodentisida.

Berasal dari kata Yunani roder yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. Contohnya: Diphacin 110, Klerat RMB, Racumin.

16. Silvisida.

Berasal dari kata Latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.

17. Termisida.

Berasal dari katau Yunani termes artinya serangga pelubang kayu, berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Difusol CB.

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan pestisida atas dasar toksisitas dalam bentuk formulasi padat dan cair.

1. Kelas IA : amat sangat berbahaya

2. Kelas IB : Amat Berbahaya

3. Kelas II : Cukup berbahaya

4. Kelas III : Agak Berbahaya

Penggunaan pestisida sintetis di seluruh dunia selalu meningkat dan penggunaan pestisida campuran juga sangat banyak ditemukan diareal pertanian. Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Meliala 2005, berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan berdasarkan toksisitas dan golongan, pestisida organik sintetik dapat digolongkan menjadi;

1. Golongan Organoklorin.

a. Toksisitas tinggi (extremely toxic): Endrine (Hexadrine)

b. Toksisitas sedang (moderate toxic): Aldrine, Dieldrin, DDT, Benzene, Brom Hexachloride (BHC), Chlordane, Heptachlor, dan sebagainya.

2.

Golongan Organofosfat

a. Sangat toksik (extremely toxic): Phorate, Parathion, MethylParathion, Azordin, Chlorpyrifos (Dursban) , TEPP,Methamidophos, Phosphamidon, dan sebagainya.

b. Toksisitas sedang (moderate toxic): Dimethoate, Malathion

3. Golongan Karbamat

a. Toksisitas tinggi (extremely toxic): Temik, Carbofuran,Methomyl

Sedangkan jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Ekha, 1988):

1. Racun perut. Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut.

2. Racun kontak. Pestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran nafas.

3. Racun gas.

Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan-ruangan tertutup.

4. 10 contoh pestisida untuk hama (bahan aktif, sifat, cara penggunaan)

2.6 10 Contoh Pestisida Untuk Hama 1. Atabron 50 EC

Bahan aktif : klorfluazuron Sifat : Sistematik

Cara penggunaan : Disemprot pada bagian tanaman yang diserang 2. Sevidan 75 SP

Bahan aktif : 30% endosulfan dan 40% karbaril Sifat : Alkali kuat

Cara penggunaan : Pencampuran pestisida lain

3. Sumicidin 5 EC

Bahan aktif : Fenfalerat 44,5 gr/l Sifat : Alkalis

Cara penggunaan : Dicampur dengan insektisida 4. Tomafur 3 G

Bahan aktif : Karbofuran 3% Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Ditaburkan 5. Sematron 75 SP

Bahan aktif : Asetat 75 % Sifat : Sistemik

6. Curaterr 3 G

Bahan aktif : Karbofuran 3% Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan pedtisida lain 7. Dharmafur 3 G

Bahan aktif : Karbofuran 3% Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Disebarkan 8. Ekalux 25 EC

Bahan aktif : Kuinalfos Sifat : Sistematik

Cara penggunaan : Dicampur dengan pestisida lain 9. Lannate L

Bahan aktif : Metomil 200 g/l Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan air 10.Mikarb 50 WP

Bahan aktif : MIPC 50% Sifat : Alkalis

Cara penggunaan : Dicampur dengan pestisida lain

2.7 10 Contoh Pestisida Untuk Penyakit 1. Antracol 70 WP

Bahan aktif : Propineb 70,5%

Sifat : Fungitoksik

Cara penggunaan : Dicampur dengan insektisida dan fungisida lain

2. Baycor 300 EC

Bahan aktif : Bitertanol 300 g/l

Sifat : Fungitoksik

Cara penggunaan : Dicampur dengan fungisida dan insektisida

3. Bayleton 250 EC

Sifat : Fungitoksik dan sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan fungisida dan insektisida

4. Cupravit OB 21

Bahan aktif : Tembaga oksiklorida 50%

Sifat : Fungistatik

Cara penggunaan : Disemprotkan

5. Delsene MX-200

Bahan aktif : Karbendazim 6,2%

Sifat : Kontak dan sistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan insektisida lain

6. Dimazeb 80 WP

Bahan aktif : Mankozeb 80%

Sifat : Nonsistemik

Cara penggunaan : Dicampur dengan pestisida lain

7. Masalgin 50 WP

Bahan aktif : Benomil 50,4%

Sifat : Nonfitotoksik

Cara penggunaan : Penyemprotan

8. Nimrod 250 EC

Bahan aktif : Bupirimate 250 g

Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Penyemprotan

9. Topsin-M 70 WP

Bahan aktif : Metil tiofanat 70%

Cara penggunaan : Penyiraman pada akar atau pada tanah

10. Trimiltox 65 WP

Bahan aktif : Tembaga karbonat

Sifat : Sistemik

Cara penggunaan : Penyemprotan

Dokumen terkait