RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENDISTRIBUSIAN
LOGISTIK BENCANA ALAM
Fujiati, Harris Kurniawan, Ria Eka Sari
STMIK POTENSI UTAMA
Jl. KL. Yos Sudarso KM 6.5 No.3A Tanjung Mulia, Medan
Email : fujiati.00@gmail.com, ch0c0_pahmen@yahoo.com, ladiespure@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari manajemen logistic adalah mendistribusikan barang jadi atau barang mentah kepada konsumen pada waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat dan lokasi yang tepat dengan biaya yang serendah mungkin. Namun pada kenyataannya pendistribusian batuan kepada para korban tidak berjalan dengan lancar, masih banyak yang tidak mendapatkan bantuan, kebutuhan teknologi sangat penting seperti sistem informasi yang mendukung pendistribusian bantuan agar informasi menjadi cepat, dan mempermudah dalam proses pendistribusian bantuan maka dari itu dalam penelitian ini akan menganalisa sistem sehingga dapat menciptakan sebuah sistem informasi pendistribuasian logistic, dan dengan menggunakan constraint maka data akan lebih akurat .
Kata Kunci : bencana alam, logistic, sistem informasi.
1. Pendahuluan
Secara etimologi, logistik berasal dari bahan Yunani kuno yaitu logistikos yang berarti terdidik atau pandai dalam memperkirakan perhitungan. Definisi logistik dalam buku, The World Book Encyclopedia Dictionary yang dikutip oleh H. Subagya M. Suganda disebutkan bahwa: "Logistics is the art of supply: logistics is
the arithmetical calculation".
(Subagya,Manajemen Logistics, 1988:4) [1] Logistik adalah segala sesuatu yang berujud dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri atas sandang, pangan dan papan atau turunannya. Termasuk dalam kategori logistik adalah barang yang habis pakai atau dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan bahan pokok), obatobatan, pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur dan sebagainya.[2] maka dari itu dibutuhkan pengelolaan sistem manajemen logistic yang baik untuk membantu korban bencana alam, berdasarkan pengalaman dalam menangani bantuan untuk korban bencana alam masih terdapat banyak masalah, masih banyak korban yang tidak mendapatkan bantuan secara merata dan lamanya pengiriman bantuan samapai pada lokasi terpencil. Penyebab tidak meratanya antara lain terbatas nya informasi lokasi korban, dan belum adanya sistem pendataan kebutuhan untuk para korban. Saat ini manajemen pengolahan data logistic masih bersifat manual belum memanfaatkan sistem informasi, dengan masih digunakan nya sistem manual maka munculah masalah seperti yang diuraikan di atas, Oleh sebab itu kebutuhan teknologi informasi sangat
dibutuhkan sehingga arus informasi tersebut menjadi sangat cepat penyampaianya dan memudahkan dalam proses Logistic sehingga bantuan cepat sampai sekalipun pada lokasi terpencil.
Rantai pasokan dalam sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana berdasarkan kepada :[3]
1. Tempat masuknya logistik 2. Gudang Utama
3. Gudang Penyalur
4. Gudang penyimpanan terakhir di pos komando 2. Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Dasar Sistem
Menurut Alfattah (2007:3) sistem adalah sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar objek yang biasa dilihat sebagai satu kesatuan yang dirancang untuk mencapai satu tujuan. Sedangkan menurut Jogiyanto (2005:1) sistem adalah suatu kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
bersama-sama serta saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai secara keseluruhan.
2.1.2 Perancangan Sistem.
Metodologi Berorientasi Objek dapat di definisikan sebagai berikut:
“Suatu strategi pembangunan perangkat lunak
yang mengorganisasikan perangkat lunak sebagai kumpulan objek yang berisi data dan
operasi yang diberlakukan terhadapnya”, (Nugroho,2005).
Sistem yang dibangun dengan metode berorientasi objek adalah sebuah sistem yang komponennya dienkapsulasi menjadi kelompok data dan fungsi. Setiap komponen dalam sistem tersebut dapat mewarisi atribut dan sifat dan komponen lainnya serta dapat berinteraksi satu sama lainnya. 2.1.3 Perancangan Basis Data
Istilah "basis data" berawal dari ilmu komputer. Meskipun kemudian artinya semakin luas, memasukkan hal-hal di luar bidang elektronika, artikel ini mengenai basis data komputer. Konsep dasar dari basis data adalah kumpulan dari catatan-catatan, atau potongan dari pengetahuan. Sebuah basis data memiliki penjelasan terstruktur dari jenis fakta yang tersimpan di dalamnya: penjelasan ini disebut skema. Skema menggambarkan obyek yang diwakili suatu basis data, dan hubungan di antara obyek tersebut. Ada banyak cara untuk mengorganisasi skema, atau memodelkan struktur basis data ini dikenal sebagai model basis data atau model data.
Tahap Perancangan Database dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Perancangan secara konseptual a. Diagram konteks
b. DFD c. Model ER
2. Perancangan secara logis.
Translasi model ER ke Model Relasional 3. Perancangan secara fisik.
Penciptaan database, relasi, dan hal-halterkait ke dalam bentuk fisik.[3]
Jenis-jenis Constrain yang digunakan : 1. Primary Key
Kunci primer adalah suatu atribut atau satu set minimal atribut yang tidak hanya mendefinisikan secara unik suatu kejadian spesifik tetapi juga dapat mewakili setiap kejadian dari suatu kejadian.
Nilai field yang menjadi primary key harus: - Unik atau tidak boleh ganda
- Tidak boleh Null (kosong, tidak diketahui, tidak dapat ditentukan)
- Key tersebut lebih natural untuk dijadikan acuan 2. Foreign Key
Foreign Key adalah satu set atribut atau set atribut sebagai key penghubung kedua tabel dan melengkapi satu relationship (hubungan) terhadap primary key yang menunjukan keinduknya.
Jika sebuah primary key terhubungan ke table/entity lain, maka keberadaan primary key pada entity tersebut di sebut sebagai foreign key. 3. Unique
Constraint unique fungsinya hamper sama dengan constraint primary key, dimana keduanya digunakan untuk menerapkan integritas entitas/table.
4. Check
Constraint check digunakan untuk menjamin bahwa nilai kolom berada dalam ruang lingkup nilai tertentu.
3. Metode Penelitian
3.1. Analisa
Dalam penelitian ini penulis lebih membahas analisa sistem pendistribusian logistic dengan bantuan beberapa posko. Dalam pembahasan jurnal sebelumnya model alokasi yang digunakan adalah model pemrograman bulat biner, untuk memilih suatu keputusan pembukaan lokasi baru, model yang dikembangkan variable keputusan akan bernilai 1 jika adanya pembukaan lokasi, dan niai 0 jika tidak. Peneliti menggunakan 3 posko utama yaitu BPBD, Posko pembantu Lapangan sepak bola, dan tempat evakuasi masing-masing masjid pada kelurahan[4]. Hasil penelitian ini alokasi yang dikembangkan dapat meminimasi biaya. Namun penulis tidak ada membahas masalah analisa sistem, analisa sistem sendiri sangat dibutuhkan mengingat analisa sistem dapat mengidentifikasi masalah atau hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga muncul perbaikan.
3.2. Metode Penelitian
4. Hasil Dan Pembahasan
4.1. Analisa Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat 3 posko yang pertama posko BPBD, posko pembantu dan posko evakuasi. Masing-masing posko berhubungan langsung pada sistem logistic untuk meminta kebutuhan yang dibutuhkan pada masing-masing posko, yang kemudian barang yang dibutuhkan akan dikirim ke posko BPBD, kemudian posko BPBD akan mendistribusikannya ke posko pembantu selanjutnya posko pembantu yang aka mendistribusikan ke posko evakuasi. Dengan adanya posko evakuasi akan mempermudah untuk mendistribusikan bantuan logistic sampai ke tempat terpencil sekalipun
4.2. DFD Level 0
Dalam menggambarkan alur kerja dalam penelitian ini menggunakan Diagram Konteks. Diagram konteks atau DFD level 0 Diagram konteks merupakan gambaran kasar aliran informasi dan data yang akan dilakukan oleh system database yang akan dirancang. DFD merupakan detail rancangan dari diagram konteks yang sudah dibuat yang sudah memuat rancangan table database yang akan diimplementasikan pada database yang akan dibuat. Adapun Diagram konteks yang dibuat dalam penelitian ini terlihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Rancangan Diagram konteks pengolahan data logistic bencana alam
Kemudian penulis membuat turunan dari diagram kontek yaitu DFD level 0 sebagai berikut
Gambar 2. DFD Level 0 pengolahan data logistic bencana alam
4.3. Relasi Tabel
Relasi antar tabel adalah hasil dari model entity relationship diagram. Relasi ini akan memperlihatkan rancangan fisik basis data dan juga akan menghasilkan tabel-tabel yang nantinya dapat digunakan dalam proses implementasi sistem. Adapun relasi table dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 3. Relasi tabel pengolahan data logistic bencana alam
4.4. Struktur Table
1. Table BPBD
Tabel 1. Struktur Tabel Posko BPBD
No Nama_Field Type Length Constraint 1 Id_BPBD Int - Primary
2. Table Posko Pembantu
Tabel 2. Struktur Tabel Posko Pembantu
No Nama_Field Type Length Constraint
1 Id_PoskoPem
3. Table Posko Evakuasi
Tabel 3. Struktur Tabel Posko Evakuasi
No Nama_Field Type Length Constraint
1 Id_PoskoEva
4. Table Gudang
Tabel 4. Struktur Tabel Gudang
No Nama_Field Type Length Constraint
1 Id_Gudang Int - Primary
Tabel 5. Struktur Tabel Barang
No Nama_Field Type Length Constraint
1 Id_Barang Int - Primary
6. Table Permintaan Barang
Tabel 6. Struktur Tabel Posko BPBD
No Nama_Field Type Length Constraint
1 Id_Permintaan Int - Primary
7. Table Detail Permintaan Kebutuhan
Tabel 7. Struktur Tabel Posko BPBD
No Nama_Field Type Length Constraint
2 Id_Permintaan Int - Foreign
8. Table Pengiriman
Tabel 8. Struktur Tabel Posko BPBD
No Nama_Field Type Length Constraint
1 Id_Laporan Int - Primary
9. Struktur Table Detail Pengiriman
Tabel 9. Struktur Tabel Detail Pengiriman
No Nama_Field Type Length Constraint
1 Id_Detail
Tabel 10. Struktur Tabel Laporan
No Nama_Field Type Length Constraint
2 Id_DetailPer mintaan
Int - Foreign
Key,Not null , update cascade, delete no action
3 Tanggal DateTime - Not null ,
update cascade, delete no action
4 Jenis
Pengiriman
Varchar 45 Not null,
CHECK haya Via Udara,Via Darat, Via Laut
Pada pembahasan constraint di penelitian ini penulis menggunakan (a)primary key, yaitu kunci utama pada sebuah tabel untuk membatasi pengisian record agar tidak terjadi duplikat, jadi setiap table memiliki primary key masing-masing yang unik. (b)foreign key, atau kunci tamu merupakan penghubung antara satu tabel dengan tabel lainnya, jadi apabila da 2 tabel yang saling berelasi maka harus memiliki foreign key, contohnya pada laporan ini pada tabel Laporan. Tabel laporan memiliki Primary key yaitu Id_Laporan tapi tabel laporan memiliki relasi dengan tabel detail permintaan dan detail pengiriman, jadi Id_DetaiPermintaan dan Id_DetailPengiriman merupakan foreign key pada tabel Laporan. (c)check, untuk memberi batasan pada suatu tabel untuk menjamin keakuratan data, pada penelitian ini salah satu tabel yang menggunakan check adalah tabel detail pengiriman, pada jenis pengiriman hanya ada pengiriman via udara, darat atau laut. (d) on update cascade delete no action, untuk menentukan aksi apa yang akan dilakukan pada sebuah baris dalam suatu tabel, pada penelitian ini salah satu tabel yang menggunakan update cascade, delete no action adalah tabel posko, pada primary key untuk tabel posko menggunakan update cascade, delete no action jadi apabila penulis ingin mengupdate id posko pada tabel posko evakuasi maka otomatis tabel yang memiliki tabel yang memiliki relasi dengan tabel
posko evakuasi seperti tabel permintaan kebutuhan akan mengupdate id_posko juga, kemudian jika kita ingin menghapus Id_posko, yang akan terhapus hanya id_Posko yang ada pada tabel posko evakuasi saja tabel yang memiliki relasi dengan tabel posko evakuasi tidak akan menghapus id_posko karna kita menggunakan delete no action.
5. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Dengan adanya sistem informasi /
menaganalisa sistem dapat lebih mudah dan cepat mengetahui daerah mana saja yang belum mendapatkan bantuan karna pada laporan pengiriman barang terdapat status terkirim atau tertunda.
2. Dengan adanya analisa sistem dapat mengidentifikasi masalah atau hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga muncul perbaikan.
3. Dengan Menggunakan Constraint dapat lebih menjamin keakuratan data.
4. System yang dirancang telah digambarkan dalam DFD level 0.
Daftar Pustaka .
[1] Subagya, H.” Manajemen Logistik. Belmont”, Jakarta: (1988)
[2] Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2008, Peraturan Kepala BNPB Nomor 13, Jakarta.
[3] Rohmadi, 2008, Perancangan Basis Data Sistem Informasi Pelayanan Medis Di Rumah Bersalin Permata Hati Abadi Sragen, Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL.II, NO.2, 2 Maret.
[4] Ariyana nofa, 2012, Model Lokasi-alokasi bantuan logistic catastrophic berbasis masjid di kota padang, Optimasi Sistem Industri, ISSN 2088-4882