• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah sastra anak KKPK dan OOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah sastra anak KKPK dan OOT"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Pesan Moral

dalam Cerita KKPK dan Orang-Orang Tercinta

makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sastra Anak

dosen: Baban Banita M, Hum.

disusun oleh:

Elva Hafzah Alsya

180110120012

Universitas Padjadjaran

Fakultas Ilmu Budaya

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

rahmat dan kasih–Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perbandingan Pesan

Moral dalam Cerita KKPK dan Orang-Orang Tercinta” ini selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sastra Anak.

Selesainya makalah ini berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. dosen mata kuliah Sastra Anak, Baban Banita, M. Hum;

2. semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini.

Penulis mengakui makalah ini masih ada kekurangan, terutama disebabkan karena

keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pembaca sangat

diperlukan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan

umumnya bagi semua pembaca.

Jatinangor, Juni 2014

Penulis

(3)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana halnya manusia dewasa, anak pun membutuhkan informasi tentang

dunia, tentang segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekelilingnya. Anak juga ingin

mengetahui berbagai informasi tentang apa saja yang dapat dijangkau pikirannya. Bukankah

banyak dijumpai anak-anak yang suka mendengarkan orang berbicara, bahkan sering

nimbrung ikut berbicarara, misalnya sewaktu ada tamu di rumah. Anak berhak untuk memperoleh hal-hal tersebut dalam rangka pengembangan identitas diri dan kepribadiannya.

Pemenuhan hak-hak anak adalah tugas orang dewasa dan hal itu merupakan salah

satu bentuk apresiasi terhadap anak. Pemenuhan kebutuhan anak akan informasi tersebut

dapat dilakukan dan diberikan lewat cerita. Pada hakikatnya semua orang senang dan butuh

cerita, terlebih anak yang memang sedang berada dalam masa peka untuk memperoleh,

memupuk, dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan. Lewat cerita anak, bahkan orang

dewasa pun dapat memperoleh, mempelajari dan menyikapi berbagai persoalan hidup dan

kehidupan, manusia dan kemanusiaan. Cerita menawarkan dan mendialogkan kehidupan

dengan cara-cara yang menarik dan konkret. Berbagai cerita yang dimaksudkan untuk

dikonsumsikan bkepada anak dapat diperoleh dan diberikan, antara lain, lewat sastra anak.

Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalana hidup

manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang

semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya, pengungkapan dalam

bahasa sastra berbeda dengan cara-cara pengungkapan yang telah menjadi biasa, lazim, atau

(4)

lebih bernuansa keindahan daripada kepraktisan. Karakteristik tersebut juga berlaku dalam

sastra anak.

Sudah banyak karya yang dihasilkan untuk bacaan anak-anak. Karya sastra anak

ditulis oleh dua sumber, yakni orang dewasa yang menulis cerita untuk anak, atau anak-anak

anak menulis cerita anak.

Dari keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis dua cerita dari

pengarang yang berbeda, yakni cerita anak yang ditulis oleh anak dan cerita anak yang di

tulis oleh orang dewasa. Untuk itu penulis melakukan perbandingan terhadap cerita anak

KKPK dan cerita anak Orang-Orang Tercinta.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka identifikasi masalah pada

makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana nilai ditampilkan dalam KKPK?

2. Bagaimana nilai ditampilkan dalam Orang-Orang Tercinta?

3. Apa perbedaan signifikan antara cerita anak KKPK dengan cerita anak Orang-Orang

Tercinta?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mendefinisikan konflik yang diangkat dalam KKPK

2. Mendefinisikan konflik diangkat dalam Orang-Orang Tercinta

3. Mendefinisikan perbedaan signifikan antara cerita anak KKPK dengan cerita anak

(5)

BAB II

LANDASAN TEORI

Menuruk Huck dkk. (1987:4-5) dalam Nurgiyantoro (2010:6), perlu adanya perhatian

terhadap perbedaan buku yang dimaksudkan sebagai bacaan anak dan dewasa. Buku bacaan

untuk dewasa tidak begitu saja dapat diberikan dan dikomsumsikan kepada anak karena adanya

berbagai kendala keterbatasan, baik yang menyangkut isi kandungan maupun unsur kebahasaan.

Isi kandungan yang terdapat pada sastra anak terbatas, sesuai dengan jangkauan emosional dan

psikologi anak itulah yang, anatara lain, merupakan karakterikstik sastra anak.

Menurut Hunt (1995:61) dalam Nurgiyantoro (2010:8) sastra anak dapat didefinisikan

sebagai buku bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus

pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut sebagai anak-anak.

Menurut Nurgiyantoro (2010:9) pengalaman anak masih terbatas, maka anak belum dapat

memahami cerita yang melibatkan pengalaman hidup yang kompleks. Berbagai pengalaman

abstrak dan nonverbal sebagaimana yang biasa dialami dewasa, misalnya pengalaman religius

yang amat mendalam, peristiwa sebab-akibat yang kompleks seperti cinta segitiga,

pengkhianatan, dan lain-lain belum dapat dijangkau dan dipahami oleh anak. Namun di pihak

lain, anak dapat atau lebih siap menerima fantasi daripada orang dewasa. Fantasi anak akan

mudah dan begitu saja menerima cerita binatang yang berbicara dan bertingkah laku seperti

manusi, cerita dewa-dewa atau manusia super, atau cerita-cerita yang termasuk kategori legenda

dan sejenisnya. Sesuatu yang bagi orang dewasa tidak masuk akal, bagi anak adalah hal yang

(6)

BAB III

ANALISIS DATA

Nurgiyantoro (2010:48) berpendapat bahwa anak belum dapat memilih bacaan sastra

yang baik untuk dirinya sendiri. Jadi, orang dewasa yang harus menuntunnya untuk memberi

bacaan yang sesuai untuk anak.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bacaan sastra yang tepat akan menunjang

pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek kedirian anak. Untuk itu pemilihan bacaan harus

dilakukan dengan hati-hati.

KKPK atau Kecil-Kecil Punya Karya lahir pada Desember 2003. Penulis yang pertama kali mengusung seri KKPK adalah Sri Izzati, 8 tahun, yang masih duduk di kelas V SD Istiqamah, Bandung. Sri Izzati membuat karya berjudul Kado untuk Ummi. KKPK memang diniatkan sebagai wadah yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak dalam menciptakan prestasi pada bidang tulis-menulis.

Orang-Orang Tercinta ialah salah satu karya dari Soekanto SA. Soekanto SA adalah orang dewasa yang menulis cerita anak. Ia tinggal di dalam kenangan banyak anak yang sekarang sudah menjadi orang tua. Namanya langsung mengingatkan pada Si Kuncung, majalah anak pada akhir tahun 1950-an sampai pertengahan tahun 1970-an. Ia juga dikenal sebagai penulis cerita anak yang legendaris.

Baik KKPK maupun Orang-Orang Tercinta, kedua ceritanya berisi tentang anak-anak. Namun, ada perbedaan yang sangat signifikan diantara kedua karya sastra anak ini. Salah satu penyebabnya ialah segi kepengarangannya, KKPK dibuat oleh anak-anak sedangkan Orang-Orang Tercinta dibuat oleh orang dewasa yakni Soekanto.

Untuk mengetahui apa saja perbedaan yang terkandumg pada kedua karya ini, maka dilakukan analisis perbandingan antarkarya tersebut. Di bawah ini:

1. Koflik yang diangkat dalam KKPK

(7)

dapat mengubah pola pikir anak. Karena, kebanyakan cerita yang dimuat dalam KKPK ini menghidangkan hidup yang serba instan, serba mudah, tanpa memunculkan konflik yang berarti. Kemudian penggambaran tokoh utama dalam karya-karya KKPK cenderung mirip.

Penulis telah membaca kurang lebih 7 karya KKPK dengan 7 pengarang yang berbeda. Namun, dari ketujuh karya tersebut konflik yang diangkat hampir sama. Isinya pasti tentang persahabatan, kompetisi, petualangan atau pindah keluar negri. Salah satu contoh adalah cerita

My Days in America(MDA)karya Sarah Asyfa S.

Cerita ini memiliki isi cerita yang cenderung sama (mirip) dengan beberapa KKPK lainnya, yakni tokoh utama ialah anak perempuan, hal ini dapat dipengaruhi oleh pengarang yang juga perempuan, agar lebih menjiwai ceritanya sehingga mempermudah pengarang menyampaikan maksud cerita. Kemudian tokoh utama berada dalam keluarga sangat kaya, memiliki sahabat yang juga anak dari orang kaya, sekolah di Luar Negri/sekolah elit dengan berbagai fasilitas mewah, memiliki musuh (gang rese) di sekolah, namun di ujung cerita di tutup dengan penyesalan musuh (gang rese), dan tokoh utama memaafkan dengan lapang dada dan bersahabat dengan mantan musuh tersebut. Cerita selalu diakhiri dengan bahagia (happy ending). Tokoh utama dalam cerita digambarkan sebagai tokoh protagonis yang ideal. Sangat jarang tokoh utama yang diangkat dalam KKPK ialah tokoh antagonis atau buruk. Selain penokohan, hal yang penting dalam suatu cerita ialah isi cerita itu sendiri. Di setiap cerita sudah pasti dimunculkan konflik. Begitu pun pada cerita My Days in America. Namun, cerita ini memiliki konflik yang kurang berarti, maksudnya konflik cerita tersebut tidak kompleks, artinya suatu permasalah yang diangkat sangat mudah dipecahkan. Di bawah ini penggalan yang menceritakan suatu sebab munculnya sebuah konflik dan penyelesaiannya.

Dalam cerita cerita My Days in America, dimunculkan beberapa konfliksebagai berikut: Konflik pertama,

Pagi-pagi sekali aku terbangun. Ternyata, Vira sudah bangun lebih dulu. Aku langsung menuju kamar mandi, mengambil wudhudan Shalat Subuh. Setelah itu, aku mandi. Pagi ini, aku ingin berolahraga, keliling-keliling saja. Namun, Vira mengajak ke stadion olahraga. Dia membawa bola basket dan raket.

Tante Vina memberi uang kepada kami untruk sarapan di luar. Oh, iya, Kak Lisa, Lita, Kak Vita, dan Vika juga ikut. Aku dan Kak Lisa mengayuh sepeda. Lita, Vbika, dan Vira naik skuter. Semetara, Kak Vita memakai sepatu roda.

(8)

untuk pengendara sepeda, skuter, dan yang bersepatu roda. Jadi, tidak usah berebut jalan dengan pengendara mobil atau sepeda motor.

Tiba-tiba…. BRUK!!!

Lita tabrakan dengan seorang pengendara sepeda. Pengendara sepeda itu kabur! Ya, ampun, lutut Lita berdarah! Lita menangis.

Huh, engga bertanggung jawab sekali, sih! Kataku dalam hati. Kak Vita yang kebetulan membawa kotak P3K langsung membersihkan luka Lita dan memberinya obat luka. Kami beristirahat sebentar….(MDA:31-32)

Konflik di atas dimunculkan dengan sederhana, yakni dengan tiba-tiba Lita tabrakan dengan pengendara sepeda, lalu pengendara sepeda itu dianggap tidak bertanggung jawab karena kabur. Menurut penulis, konflik di atas terlalu dipaksakan hadir, sehingga yang tercipta ialah konflik yang rancu (ada hal yang menyimpang). Mengapa? Pertama, Lita diterangkan membawa skuter, lalu pengarang menerangkan pengendara sepeda, skuter, dan yang bersepatu roda memiliki jalur khusus. Tapi kenapa tabrakan itu bisa terjadi antara pengendara skuter dengan pengendara sepeda? Kedua, sebuah tabrakan bisanya terjadi antar pengendara dengan jalur yang berlawanan, berarti jalur yang berlawan pada jalan di Amerika sana di posisikan bersampingan? Ketiga, mengapa tabrakan itu dapat terjadi? Apa Lita tidak berkonsentrasi ke depan sehingga ia tidak menyadari pengendara lain di depannya hendak menambraknya? Terakhir, setelah kejadian tabrakan tersebut apa yang lain tidak berkeinginan untuk mengejar si pelaku? Yang ada hanya membiarkannya, dan mencibir tanpa tindakan yang berarti.

Selain konflik yang rancu, juga penyelesaian konflik yang rancu pula, yakni secara kebetulan Kak Vita membawa kotak P3K, kemudian mengobati luka Lita. Hal rancunya ialah bukankah Kak Vita diterangkan bersepatu roda, dapat dibayangkan repotnya Kak Vita bersepatu roda dengan membawa kotak P3K (memang bukan hal yang tidak mungkin, bila mungkin pun sepertinya sangat jarang terjadi). Mengapa tak tokoh Aku saja yang membawa sepedah, bukankah bila memakai sepeda lebih masuk akal membawa kotak P3K, karena dapat di simpan di keranjang sepedanya.

Konflik kedua,

…. Seusai makan, kami buru-buru ke stadion olahraga. Takutnya, stadion olahraga dipenuhi lebih banyak pengunjung.

Setelah mendapat tiket, kami menuju tempat parkir. Aku memarkir sepeda di tempat parkir khusus skuter. Yang memakai sepatu roda, bisa menyimpan sepatu rodanya di tempat penitipan.

(9)

Saat sedang asyik-asyiknya bermain, tiba-tiba …. GUBRAK!!!

Permainan basket terhenti. Semua melihat kea rah suara. Ternyata, Vira terjatuh karena ada seseorang yang secara sengaja melempar bola basket ke kepala Vira. Ada tiga anak perempuan berdiri di samping Vira dan menatap Vira dengan sinis.

Siapa, sih, mereka?

“Apa yang kalian lakukan?!” teriaku marah.

Tiga anak perempuan itu tertawa penuh kemenangan. “Hei! Santai, dong! Hanya dilempar bola basket saja maarah. Lagian, bukan kamu yang menjadi korban,” jawab mereka santai.

“Tapi, kami tidak mengganggu kalian! Kenapa dia dilempar bola?” balasku tidak terima.

“Memangnya kenapa? Kan, terserah kami! Mau ini, mau itu. Jangan mengatur kami, dong! Hahaha …!” cetus salah satu dari mereka sambil berkacak pinggang. Mereka semua tertawa lagi.

Kemarahanku memuncak. Huh, seenaknya saja. Belum juga kenal, sudah berani berkata begitu. Enggak sopan, kan?

Mereka yang tadi melempar bola ke kepala Vira pergi meninggalkan kami sambil tertawa-tawa.

Aaargh!

“Sabar, Lifa.” Vira berusaha menenangkan aku yang masih marah.

“Ih, kamu sabar banget deh, Vir! Masa kamu dibegituin enggak tersinggung? Seenaknya saja mereka. Belum juga kenal,” kataku, masih marah.

“Aku mengenal mereka,” sahut Vira.

Semua terkejut. Masa Vira berteman dengan abak-anak itu?

“Sebenarnya, mereka satu sekolah denganku saat Elementary School. Mereka memang pembuat onar. Mereka suka sekali menjailiku.”

“Ya sudah. Kita pulang saja, yuk!”(MDA:33-37)

Sangat terlihat sekali, konflik diatas tidak menemukan penyelesaian yang berarti, setelah Vira menjelaskan alasan mengapa anak-anak wanita itu menjailinya, tidak ada tindakan lebih lanjut, Lifa yang sebelumnya digambarkan ngotot pun tidak memberi respon lebih lanjut. Konflik kedua belum menemukan kejelasan sudah dimunculkan konflik lainnya, yakni hilangnya sepeda yang di pakai Lifa (MDA:37-46). Kerancuan pun muncul pada bagian cerita ini, alasan konflik dimunculkan dianggap tidak penting dan berlebihan. Sepeda Lifa tidak benar-benar hilang, tapi Kak Vita dan Kak Lisa sengaja membawa secara diam-diam sepeda Lifa dari parkiran dengan tujuan supaya Lifa, dan yang lain mencari dan mengikuti jejak sepeda itu dengan petunjuk-petunjuk yang juga sengaja Kak Vita dan Kak Lisa buat. Dan hal itu mereka lakukan hanya untuk mengatakan selamat datang di Amerika kepada Lifa.

(10)

cepat-cepat melemparkan surat kearahmu agar kamu datang ke kebun mawar ini….”(MDA: 44-45)

Pertanyaan untuk hal tidak logis dalam kutipan diatas: Kemana sepatu roda Kak Lisa dan

skuter kak Vita?

Konflik terakhir dan mungkin konflik klimaks, dimunculkan pada bagian ‘Pertengkaran’ (MDA:71), dalam cerita tersebut Lifa di fitnah oleh Kelly, Sam, dan Addie (mereka geng usil, yang pernah melempar bola basket ke kepala Vira) mengambil uang mereka, lalu mengadukannya pada sahabat-sahabat Lifa, yakni Vira, Alicia, Christine, dan Shelby, anehnya keempat sahabat Lifa percaya begitu saja dan menjauhi Lifa.

Dalam memunculkan konflik itu juga terlalu dipaksakan. Konflik dimunculkan tanpa alasan yang meyakinkan. Mengapa sahabat Lifa lebih mempercayai anak-anak yang sebelumnya pernah mencelakakan Vira, dan Vira juga mengapa percaya begitu saja pada orang yang dari dahulu sering menjailinya? Hal ini benar-benar rancu (bila mungkin terjadi di kehidupannya, dapat dikatakan kemungkinan terjadinya sangat kecil).

Kemudian penyelesaian konflik secara keseluruhan (konflik persahabatan) dengan cara memunculkan sahabat lama Lifa yakni Rika (hlm. 79), Lifa merindukan Rika, tidak lama dari itu Rika menelpon Lifa, saling menanyakan kabar. Percakapan mereka dilanjutkan melalui email. Kemudian ketika Lifa menanyakan keadaan di Bandung (tempat tinggal Rika), Rika tak membalas. Keesokan harinya, didapati berita adanya gempa di Yogyakarta. Lalu diketahui Lifa bahwa Rika sedang berlibur di Yogyakarta. Kemudian Lifa terjatuh dari tangga dan pingsan hingga cukup lama.

Sebelum adegan Lifa pingsan itu, Lifa telah diteraktir makan oleh Kak Lisa di sebuah restoran, ketika pulang ia menyalakan televisi dan menemukan berita gempa tersebut, dia kaget dan teringat Rika, namun ia lega karena yang ia tahu Rika tengah di Bandung. Kemudian ia membuka email di kamarnya, ternyata Rika mengabarkan tengah berlibur di Yogyakarta dengan Mely, dan Felli.

APA?!” teriaku histeris.

BRUK! Aku tidak ingat apa-apa lagi.(MDA:88)

(11)

terkejut dan barulah setelah itu pingsan tanpa dijelaskan alasan pingsan, sehingga penulis tidak fokus pada bacaannya karena menduga-duga dan menjatuhkan pertanyaan, apa posisi kamar Lifa dekat sekali dengan tangga, hingga setelah membaca email ia kemudian terjatuh dan pingsan, atau setelah membaca email ia hendak memberitahukan mamanya karena terburu-buru ia kemudian terpeleset di tangga, jatuh lalu pingsan hingga patah tulang?

Penyelesaian konflik yang lainnya ialah ketika di rumah sakit Lifa kedatangan sahabatnya yang sebelumnya memusuhinya karena mempercayai tuduhan Kelly, Sam, dan Addie. Ketika bagian ini dengan tiba-tiba mereka mengaku menyesal dan meminta maaf. Bukan saja sahabat-sahabat Lifa yang meminta maaf, tetapi ketiga musuh Lifa pun meminta maaf tanpa alasan yang pasti, dan Lifa pun senangtiasa memaafkan mereka.

Penutup cerita My Days in America ini diakhiri dengan kisah bahagia Lifa yang sahabatnya kembali mempercayainya sekaligus bertambah jumlah sahabatnya karena Kelly, Sam dan Addie memutuskan untuk menjadi sahabat Lifa.

Cerita di atas ialah contoh gambaran pemikiran anak-anak yang serba menganggap mudah pada setiap permasalahan. Logika cerita cenderung sulit dicerna, sulit masuk akal, contoh upaya tokoh utama anak-anak mempersepsikan diri atau tingkah laku layaknya orang dewasa, misalnya anak yang masih duduk di sekolah dasar kelas satu menjadi tulang punggung untuk keluarga dan bekerja layaknya orang dewasa. Kemudian, tokoh dalam KKPK cenderung dari kalangan menengah ke atas.

Dalam KKPK, dunia anak dikontruksi sebagai sebuah dunia hybrid yang memadukan unsure lokal dan global. Konstruksi hibriditas dalam narasi seri KKPK yang tampak dalam tiga aspek yakni perilaku, bahasa, dan agama. Nilai perilaku yang diperlihatkan dalam KKPK sangat bertolak belakang dengan identitasnya sebagai anak Indonesia, terbukti dalam beberapa cerita KKPK mengusung cerita di luar negeri seperti Paris, Belanda, dan Amerika. Dan hal itu memunculkan perilaku kebarat-baratan. Sampai nama-nama makanan, seperti spaghetti, burger, chicken Kentucky, dll.

Dari judul, sudah dapat dinilai bagaimana nilai bahasa yang terkandung. Kecenderungan

judul dalam karya KKPK menggunakan bahasa asing, seperti inggris atau belanda. Salah satu

(12)

mempelajari bahasa asing. Namun, hal ini juga mengkhawatirkan karena anak-anak telah

mencampurkan struktur bahasa sehingga menjadi berbeda. Dan identitas bahasa Indonesianya

menjadi hilang.

Dari nilai agama, KKPK terang-terangan mengusung nilai islam lewat posisinya yang

berlawanan/bertolak belakang dengan perilaku. Islam menjadi cover namun isi cerita berupa

gambaran hedonisme, budaya instan, dan rasisme.

Cerita-cerita dalam KKPK menggambarkan pemikiran anak usia 06-11 tahun itu belum dapat menyelesaikan masalah yang berat. Penyebabnya ialah pengaruh kehidupan instan, anak tidak dikenalkan perjuangan oleh orang tuanya, mereka tidak mengenal sulitnya mendapatkan sesuatu. Karena dari kecil mereka terpenuhi segala fasilitas seperti di sekolahkan di tempat yang elite. Anak seperti sudah diberi patokan bahwa hidup itu seperti dalam KKPK. Sehingga menciptakan gaya hidup yang hedonisme. Anak-anak mengagungkan kekayaan orang tuanya. Tidak jarang anak-anak demikian menjadi rasis, membedakan dirinya dengan anak yang memiliki kekurangan. Bila setiap anak berperilaku demikian, pantas saja jika moral bangsa semakin bobrok. Karena pendidikan moral yang kurang dari pihak orang tua juga lingkungan. KKPK ini sebagai bukti bahwa hedonisme kini diterapkan pada anak-anak. Karena cerita KKPK tidak lain dipengaruhi oleh keseharian para pengarangnya.

2. Konflik yang diangkat dalam Orang-Orang tercinta

Sekali lagi, Soekanto SA dikenal sebagai penulis cerita anak yang legendaries, karya-karyanya tidak hanya indah, tetapi juga bermanfaat dan punya kemampuan membersihkan jiwa. Maksud dari Orang-Orang Tercinta dalam cerita ini ialah orang-orang yang hadir disekitar tokoh utama, misalnya ayah, ibu, kakek, nenek, dan tukang kebun sekolah.

(13)

Konflik yang dimunculkan lebih matang dan terkonsep. Meski begitu, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah dicerna oleh anak-anak. Hal ini disebabkan oleh pengarangnya yakni orang dewasa sehingga konflik menjadi logis atau masuk akal. Menjadikan hal yang sederhana, luar biasa maknanya. Dan yang paling penting, dalam cerita Orang-Orang Tercinta mengusung nilai moral yang tinggi. Member dampak positif bagi anak maupun pembaca dewasa.

Salah satu contoh cerita yang memiliki nilai moral ialah Tangan yang Terulur (hlm, 79). Segalanya akan tetap terkesan. Mendalam sekali dalam lubuk hatiku karena cara ayah menjelaskannya.

Suatu kali dengan manja aku bertanya :

“Betulkah Tuhan itu ada, ayah? Dan apa artinya bagi kita?”

Kuingat benar, karena pertanyaan itu ayahku tersenyum dan mengelus kepalaku. Kemudian tak terduga sekali ayah memijiti hidungku.

Aku mengelak karena susah bernapas.

Lalu dengan lucunya pula ayah menutup mataku dengan saputangan. Kemudian masih ada kelanjutannya: ayah menutup telingaku dengan kapas. Aku tak dapat mendengar lagu merdu yang diputar ibu dari piringan hitam kegemaranku.

Kemudian ayah bertubi-tubi menghujaniku dengan dengan pertanyaan-pertanyaan.

“Dapatkah kau hidup bila tak ada udara yang ke luar masuk rongga dadamu? Dapatkah kau melihat alam yang indah tanpa matamu? Dapatkah kau menikmati lagu merdu tanpa telingamu? Kepada siapakah kau harus berterima kasih untuk semua itu? Matahari yang menerangi bumi, siapakah penciptanya? Lalu alam tempat kita tinggal dan hidup ini?”

Aku tersenyum melihat cara ayah yang mirip dengan orang berkhotbah.

“Nah, sekarang akan kujelaskan apa pula arti Tuhan bagimu, bagi kita. Sebelum itu aku ingin bertanya, ingatkah kau semalam apa yang terjadi ketika listrik padam?”

Jawabku cepat:

“Itu pun betul, tetapi mengapa Ninik tidak rewel lagi?”

“Karena ayah tidur di sebelahnya. Ia memang manja kepada ayah, lebih-lebih kepada ibu.”

“Bukan itu sebabnya. Ninik tidak rewel lagi, karena dalam gelap itu aku mengulurkan tangan. Dengan berpegangan tangan ayah Ninik kembali merasa aman dan tidur lagi dengan tenangnya.”

Kukira aku mulai memahami arah pembicaraan ayah.

(14)

dorongan, tenaga hidup...dan semuanya itu kita peroleh jika kita menyadari bahwa Tuhan itu ada dan selalu memayungi hidup kita. Dalam segala kesulitan dan kegelapan, kita akan merasakan bahwa ada tangan yang terulur yang akan menopang hidup kita dan membuat kita aman, tenteram dan bahagia dan seperti Ninik...memungkinkan tidur kembali.”

Kukira aku memahami penjelasan ayah.

Dari contoh di atas, sang ayah terlihat bijak dalam menghadapi pertanyaan anaknya. Dia tahu betul apa yang harus ia lakukan untuk membuat anaknya paham. Ia tidak langsung menjawab, namun ia melalukan analogi-analogi sederhanya, pertama menutupi indera-indera anaknya, kemudian analogy mati lampu dan adiknya. Keduanya berhubungan dengan pertanyaan si anak. Dan akhirnya sang ayah menjelaskan lalu sang anak memahami sendiri analogi-analogi itu.

Itu hanya satu contoh dari 38 cerita. Mungkin tergambar sebuah cerita yang sederhana dengan konflik yang sederhana pula. Namun di balik itu ada nilai moral yang tinggi, sehingga setelah membaca cerita si anak akan memetik sesuatu yang berharga dari setiap pesan yang terkandung dalam cerita. Bukan hanya hiburan semata.

(15)

BAB IV

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dengan disertai teori-teori mengkategorian bacaan anak, buku cerita

KKPK dan Orang-Orang Tercinta memiliki perbedaan yang signifikan. Terutama dalam segi nilai

moral yang terkandung dalam cerita.

Dalam KKPK, dunia anak dikontruksi sebagai sebuah dunia hybrid yang memadukan

unsure lokal dan global. Konstruksi hibriditas dalam narasi seri KKPK yang tampak dalam tiga

aspek yakni perilaku, bahasa, dan agama. KKPK terang-terangan mengusung nilai islam lewat

posisinya yang berlawanan/bertolak belakang dengan perilaku. Islam menjadi cover namun isi

cerita berupa gambaran hedonisme, budaya instan, dan rasisme. Logika cerita dalam KKPK

cenderung sulit dicerna, sulit masuk akal (oleh orang dewasa), contoh upaya tokoh utama

anak-anak mempersepsikan diri atau tingkah laku layaknya orang dewasa.

Sedangkan Orang-orang Tercinta mengusungkan nilai moral dalam setiap ceritanya,

cerita-ceritanya sederhana, konflik yang dimunculkan begitu sederhana namun berarti. Konflik

muncul seperti yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Penyelesaian koflik dilakukan dengan

logis dan teratur, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Tidak dengan

terang-terangan memneri gambaran religius, namun unsure keagamaan diselipi di beberapa cerita

dan memiliki nilai religius yang tinggi dan sesuai.

Perbedaan itu, disebabkan oleh segi pengarang yang jauh berbeda, KKPK adalah cerita

anak yang dibuat oleh anak sehingga ceritanya begitu polos sepolos pemikiran anak-anak,

sedangkan Orang-Orang Tercinta adalah cerita anak yang dibuat oleh orang dewasa sehingga

ceritanya lebih matang dan memberi pesan moral yang berdampak baik untuk anak maupun

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Nurgiantoro, Burhan.2010.Sastra Anak:Pengantar Pemahaman Dunia Anak.Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kunjungan kepada RW untuk meminta data kependudukan daerah Cirendeu (Pj : Reza, Lina dan Hasna)1. Kunjungan ke pengolahan singkong (Pj : Hilman, Indi, Nisa dan Miss

Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) yaitu 7,291 lebih besar dari 1, hal ini menunjukan bahwa riwayat kontak merupakan faktor risiko kejadian Scabies

Pada SD Mangunsari bangunan sekolah merupakan milik sekolah jadi bangunan hanya digunakan oleh SD Mangunsari saja tanpa ada penggunaan dari sekolah lain.Pada SD

Lamp 1 Data Sektor Perdagangan Besar tahun

Setelah dosen yang mengikuti tugas belajar lulus / selesai dalam studi atau yang bersangkutan dinyatakan tidak mampu / gagal mengikuti studi

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS di MAN 2 Kota Bandung.. Universitas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sistem penyelesaian masalah yang dilakukan di Mukim Suluh Jaya masih berjalan sesuai dengan Qanun (Perda) Provinsi Aceh Nomor