• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENENTUKAN MASA DEPAN PERKADERAN DAN ME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENENTUKAN MASA DEPAN PERKADERAN DAN ME"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

“MENENTUKAN MASA DEPAN PERKADERAN DAN MENJAWAB KEMEROSOTAN WACANA DALAM HMI DENGAN OBJEKTIFITAS

FILSAFAT ILMU SAINS DAN TEKNOLOGI” DISUSUN UNTUK MELENGKAPI PERSYARATAN

PESERTA INTERMEDIATE TRAINING (LKII)

OLEH FANDI F. DJAILANI

INTERMEDIATE TRAINING (LK II) HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

▸ Baca selengkapnya: perkaderan informal adalah …

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam selalu terhatur kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan semua ummat, yakni Nabi besar Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa kita dari jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.

Suatu rahmat yang besar dari Allah S.W.T yang selanjutnya penulis syukuri, karna dengan kehendaknya, Taufiq dan Rahmatnya pulalah akhirnya penulis dapat menyelasaikan makalah ini guna persyaratan untuk mengikuti Intermediate Training ( LK II) tingkat nasional yang dilaksanakan oleh HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) Cabang Surabaya pada tanggal 14 Januari s/d 20 Januarii 2018 di Asrama Haji. Adapun judul makalah ini adalah “MENENTUKAN MASA DEPAN PERKADERAN DAN MENJAWAB KEMEROSOTAN WACANA DALAM HMI DENGAN OBJEKTIFITAS FILSAFAT ILMU SAINS DAN TEKNOLOGI”

(3)

Akhirnya, kepada Allah jugalah kita memohon. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita sebagai penambah wawasan dan cakrawala pengetahuan. Dan dengan memanjatkan Doa dan harapan semoga apa yang kita lakukan ini menjadi Amal dan mendapat Ridho dan balasan serta ganjaran yang berlipat ganda dari Allah S.W.T yang maha pengasih lagi maha penyayang. Aamiin.

Manado, Januari 2018

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI ……….. ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..………1

1.2 Perumusan Masalah….……….3

1.3 Tujuan Penulisan………..3

1.4 ManfaatPenulisan………3

1.5 RuangLingkup..……..……….4

1.6 Metode Penulisan..….………...4

1.7 Sistematika Penulisan………...4

BABIIPEMBAHASAN 2.1 Filsafat ilmu sains dan teknologi………..5

2.1.1Klasifikasi……….9

2.1.2Ciri-ciri……….10

2.1.3Pertumbuhan………...10

2.2Kemerosotanwacana……….11

2.3 Menjawab tantangan lewat sains dan teknologi...………12

2.4PerkaderanHMI………14

2.4.1Masadepanperkaderan...17

2.4.2 Alternatif solusi...19

BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan………21

3.2 Saran………22

DAFTAR PUSTAKA……….24

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada awalnya manusia hidup pada ketakutan – ketakutan fenomena alam, dimana ketika tejadi petir mereka meyakaini bahwa hal itu disebabkan karena dewa Thor yang sedang marah, ketika terjadi hujan mereka mempercayai bahwa ada seorang dewi yang sedang menangis. Kepercayaan tersebut mulai terkikis ketika seorang filsuf yang bernama Thales mulai memikirkan asal muasal kehidupan dan mulai berspekulasi bahwa air merupakan sumber dari segala kehidupan. Pemikiran tersebut merupakan proses filsafat pertama, maka dari itu Thales sering disebut sebagai filsuf pertama di dunia. Filsafat merupakan suatu ilmu yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan.

Hal seperti diatas merupakan cikal bakal lahirnya sains dan teknologi. implikasi dari kedua hal tersebut dapat dirasakan sampai di segala elemen masyarakat, entah itu pekerja perkantoran, mahasiswa ataupun pengangguran, segala ilmu pengetahuan secara tidak langsung dapat kita temukan dengan sangat gampanganya tanpa berpikir panjang lagi, budaya membaca dan berdiskusi dalam himpunan pun, mulai tergeser ketika Google ( hasil dari pada teknologi masa kini ) dapat menemukan segala keperluan . Telah banyak di ketahui bahwa sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Manusia menggunakan teknologi karena mempunyai akal. Dengan akal, manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya.

(6)

Sebagaimana yang terdoktrin dalam himpunan bahwa setiap kader memiliki tujuan ( seperti dalam pasal 4 konstitusi HMI ) para pendahulu kita sering berbicara tentang jenis perkaderan pada masa itu, dimana seorang senior yang telah masuk lebih dulu, menitipkan beban organisasi kepada adik-adiknya tanpa memikirkan dampaknya, apakah kita atau kader selanjutnya dapat tergantikan kedudukan sebagai manusia atau makhluk yang paling sempurna.

.Sepintas memang sangat terlihat bahwa teknologi sungguh berdampak positif bagi penggunanya, akan tetapi dalam makalah ini penulis berupaya agar pembaca tidak akan termakan tipu daya teknologi yang seakan-akan dapat mempermudah segala bentuk keperluan.

Salah satu tokoh post-modern, Jean Baudrillard, mengeluarkan tesis bahwa teknologi saat ini menjadi hyperreality atau realitas yang diada-adakan. Salah satu dampak negative merupakan individu yang memiliki kepribadian hiperbola atau kecenderungan pada melebih-lebihkan suatu hal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang menjadi garis besar dalam makalah yang berjudul“Menentukan Masa Depan Perkaderan Dan MenjawabKemerosotan Wacana Dalam HMI Lewat Objektifitas Filsafat Ilmu Sains Dan Teknologi “,sebagaiberikut :

1.Apa yang dimaksuddenganfilsafat ilmu saintek?

(7)

1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini sebagai berikut :

1. Bagi penulis makalah ini sebagai pemenuhan persyaratan Intermediate Training LK2 Himpunan Mahasiswa Islam.

2. Diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan untuk para pembaca sebagai pisau analisis dalam kajian filsafat ilmu saintek.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan akan filsafat ilmu saintek yang berdampak negative maupun positive.

1.5 RUANG LINGKUP

Untuk mempermudah dalam pembahasan agar masalah yang dibahas tidak melebar dan terlalu luas sehingga dapat mengaburkan topic permasalahan yang utama maka penulis menganggap perlunya dibuat ruang lingkup pada makalah ini. Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain :

1. Dampak saintek terhadap kepribadian. 2. Pengaruh kemeresotan wacana.

3. Masa depan perkaderan.

1.6 METODE PENULISAN

Metodepenulisan yang

dilakukandalampenyelesaianmakalahiniadalahmetodedeskriptif yang

bersifatstudiliteratur yang

(8)

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

1. Pendahuluan (berisikanlatarbelakang, perumusanmasalah, tujuanpenulisan, manfaatpenulisan, ruanglingkup, metodepenulisan, dansistematikapenulisan). 2. Pembahasan (isimasalah yang akandibahas).

(9)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Ilmu Sains dan Teknologi

Perkembangan filsafat dan sains merupakan suatu bentuk pembuktian maupun pergolakan bagi orang-orang tertentu, masyarakat primitif menganut pemikiran mitosentris yang mengandalkan mitos guna menjelaskan fenomena alam. Perubahan pola pikir dari mitosentris menjadi logo-sentris membuat manusia bisa membedakan kondisi riil dan ilusi, sehingga mampu keluar dari mitologi dan memperoleh dasar pengetahuan ilmiah. Ini adalah titik awal mula manusia menggunakan rasio untuk meneliti serta mempertanyakan dirinya dalam alam raya.

(10)

Sains merupakan salah satu kajian ilmu yang mempelajari gejala-gejala kealaman. Sebagai proses, sains merupakan cara kerja yang sistematis dan komprehensif dengan menggunakan metode ilmiah yang meliputi pengamatan,membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

Sejarah perkembangan sains menunjukan bahwa sains berasal dari penggabungan dua tradisi tua, yaitu tradisi pemikiran filsafat yang di mulai oleh bangsa yunani kuno serta tradisi keahlian atau ketrampilan tangan yang berkembang di awal peradaban manusia yang telah ada jauh sebelum tradisi pertama. Secara umum proses sains terdiri dari memecahkan masalah, merencanakan, percobaan, mengumpulkan data, melaporkan dan mengolah data, dan mengkomunikasikan hasil dan kesimpulan. Langkah-langkah yang dilakukan pada proses sains disebut metode ilmiah atau proses alamiah.Berdasarkan webster new collegiate dictinonary defenisi dari sains adalah pengetahuan yang di peroleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk pada sebuah system untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk mengambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.

Secara sederhana sains dapat berarti sebagai tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang muncul dari pengelompokkan secara sistematis dari berbagai penemuan ilmiah sejak zaman dahulu. Atau bisa disebut sains sebagai produk. Produk yang di maksud adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip, model-model, hukum-hukum alam, dan berbagai teori yang membentuk semesta pengetahuan ilmiah yang biasa diibaratkan sebagai bangunan dimana berbagai hasil kegiatan sains tersusun dari berbagai penemuan sebelumnya.

Untuk mencapai suatu pengalaman yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal :

(11)

2. Selektif artinya mengadakan pemilihan tehadap problema yang dihadapinya supayadidukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.

3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indra dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.

4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat,teori,mapun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun terbuka untuk dibuktikan kembali.

Istilah teknologi barasal dari kata techne dan logia. Kata Yunani kuno techne berarti seni kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah technikos yang berarti seseorang yang memilki keterampilan tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah dan metode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia. Menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai ”keseluruhan metode yang secara rasional mengarah danmemiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia.” Pengertian teknologisecaraumum adalah:

1. Prosesyang meningkatkan nilai tambah

2. Produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan 3. Strukturatausistemdimana proses dan produk itu dikembangkan

(12)

Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Demikianlah teknologi adalah segenap keterampilan manusia menggunakan sumber-sumber daya alam untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan.

2.1.1 Klasifikasi

Sains ditujukan untuk merumuskan dan memeriksa penjelasan naturalistik pada fenomena alam. Ia adalah proses untuk secara sistematis mengumpukan dan mencatat data mengenai dunia fisik, lalu menggolongkan dan mempelajari data yang telah dikumpulkan tersebut untuk menarik prinsip alami yang paling sesuai untuk fenolmena yang diamati tersebut.

Setiap pengetahuan yang di kumpulkan dalam kerangka yang telah di jelaskan diatas dapat disebut ‘’ilmiah’’ dan pantas untuk diajarkan di sekolah umum dan setiap pengetahuan yang tidak di kumpulkan lewat kerangka tersebut, tidak dapat disebut ilmiah,. Karena ruang lingkup pemikiran ilmiah adalah secara sadar terbatas pada pencarian prinsip ilmiah, sains harus tetap bebas dari dogma agama dan karenanya pantas untuk di pelajari dan dipahami. Karakteristik sejarah membuktikan bahwa dengan metode sains telah membawa manusia pada kemajuan dalam pengetahuan. Randall dan Buchker mengemukakan beberapa ciri umum sains:

1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama,artinya hasil sains yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan tidak memonopoli. Setiap orang dapat memanfaatkan hasil penemuan orang lain. 2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang

menyeidikinya adalah manusia.

(13)

2.1.2 Ciri-ciri

Sains mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Memiliki obyek konkrit

2. Dikembangkan berdasarkan pengalaman yang nyata

3. Dikembangkan dengan langkah-langkah sistematis (Metode Ilmiah) 4. Menggunakan cara berpikir logis/rasional

5. Obyektif (Apa adanya, tanpa ada rekayasa)

2.1.3 Pertumbuhan

(14)

2.2 KEMEROSOTAN WACANA

Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif ,yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Wacana berkaitan dengan unsure intralinguistik (internal bahasa) dan unsure ekstra linguistik yang berkaitan dengan proses komunikasisepertiinteraksisosial (konversasidanpertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan paragraph).

Wacana merupakan satuan bahasa diatas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk tulisan atau lisan.

Problem yang terjadi dalam himpunan ialah tidak ada tawaran orientasi baru dalam hal ini, hanya terpaku pada suatu wacana yang di bawa dari turun temurun, hal ini yang membuat kemerosotan bagi HMI sendiri, yang dimana dari hari kehari tak mampu memberikan atau menawarkan sesuatu hal yang baru.

Yasraf Amir Pilliang dalam bukunya Dunia Yang Dilipat menyebutkan bahwa adanya wacana parodi dan abnormalitas yang menjelaskan subyek diri sendiri terjebak dalam parodi dan simulasi yang berkaitan dengan perubahan total dan simultan penampakan atau wajah dunia dan kebudayaannya.

(15)

2.3 Menjawab tantangan lewat saintek

Sekarang ini, HMI sudah menjadi beban sejarah, terutama bagi para kader, karena tidak lagi berbuat untuk melakukan peran kesejarahanya yang sejati. Perubahan yang begitu cepat diluar HMI malah “berdiam diri” tidak melakukan peran peran kesejarahan untuk mengiringi perubahan itu.

Misalnya, orde reformasi peran kesejarahan apa yang bisa di perbuat HMI, jawabanya NOL. Ada apa dengan HMI yang pada awal pendirian begitu gagah dan tanggap untuk selalu tampil paling depan dalam memimpin setiap perubahan. Berdasarkan hal ini ternyata HMI harus melakukan pembenahan-pembenahan yang bersifat struktural, kultural, dan sistem.. Maka, ada beberapa gagasan untuk memperbaiki HMI sekarang seperti yang dikatakan Raymond Kurzweil, pada zaman yang penuh dengan kepraktisan ini seharusnya masyarakat lebih pandai memilah dan memilih teknologi yang dapat digunakan untuk menopang kebutuhan sehari-hari karena keduanya bersifat eksponensial. Hal tersebut dapat kita kaitkan dengan kemerosotan orientasi dalam HMI dikarenakan para kader saat ini ada hanya untuk menhghapus dosa sejarah.

Seperti dalam buku beban sejarah bagi kadernya oleh : Muhammad Wahyuni Nafis pengantar : Nurcholis madjid. Bahwa organisasi ini lahir untuk menjawab tantangan dan permasalahan umat dan bangsanya, bukan sekedar bereksistensi sebagai penghias di tengah masyarakat. Redefenisi peran dan fungsi HMI bukan hanya HMI tselama ini tidak di pandang eksis, melainkan lebih karena kondisi iklim budaya politik di Tanah Air ini sudah jauh berubah. Karena itu antisipasi terhadap perubahan iklim tersebut menjadi hal penting untuk proyeksi kedepan.

(16)

2.4 PERKADERAN HMI

Salah satu daya tarik yang memikat mahasiswa untuk memasuki HMI sebetulnya adalah sistem perkaderan. Di dalam organisasi, sudah dikenal luas, adanya sistem perkaderan yang membimbing mahasiswa untuk berpikir krtitis dalam menyikapi realitas sosial, alam, bahkan realitas Tuhan. Gagasan utama yang hendak di tanamkan kepada anggotanya adalah komitmen kuat untuk menjunjung tinggi sikap independen dengan menggunakan penalaran akal sehat dan pendekatan ilmiah yang kuat dalam menyikapi realitas apapun. Termasuk independensi dalam pemahaman terhadap sikap keberagaman sikap anggotanya. Nurcholis Madjid, peletak dasar dalam’’ peletak dasar ideologi HMI memang berhasil mensintesakan pemahaman baru tentang iman, ilmu, amal. Tiga gagasan dasar ini dipahami sebagai satu rangkaian yang saling menguatkan. Dengan memahami secara mendalam tiga serangkai gagasan dasar itu, Nurcholis Madjid mengharapkan lahirnya kader HMI yang mempunyai sikap kritis dan independen. Sistem pemikiran tersebut kemudian terintitusionalisasikan dalam sistem perkaderan. Dengan teknik pelatihan tertentu, gagasan itu pada akhirnya relatif dapat memberikan pencerahan terhadap pola pikir anggota HMI. Pendeknya, pasca pelatihan para anggota umumnya mulai merasakan pentingnya menjunjung tinggi otonomi individu,

(17)

Tradisi perkaderan yang terus di lestarikan itu, bagaimanapun merupakan daya tarik utama mahasiswa.

Faktor ini setidaknya bisa menjelaslkan mengapa kaderisasi dilingkungan HMI hampir tiada putusnya. Konsekuensinya, organisasi HMI membiak cukup besar. Tersebar dari Jayapura hingga Banda Aceh. Boleh dikatakan, tak ada kota yang memiliki perguruan tinggi yang tak disinggahi oleh pendirian cabang-cabang bersikap tegas mempertahankan dan memperjuangkan kebenaran yang diyakininya. Disisi lain, organisasi besar tidak mungkin bisa bergerak gesit tanpa melakukan kompromi-kompromi yang luas, mempertemukan aneka ragam kepentingan dan keyakinan.

Dilema inilah yang tidak pernah bisa diatasi oleh HMI. Sikap independen yang menjadi kebanggan justru menyebabkan organisasi HMI tumbuh dengan warna perdebatan tiada lelah, setiap kongres kita menyaksikan pertarungan pendapat ygat seru dan terkadang sangat emosional. Perdebatan bisa berlangsung pada persoalan yang sangat mendasar, seperti soal asas tunggal, hungga problem ringan yang di perdebatkan dengan sangat berat. Pengambilan keputusan menjadi bertele-tele dan memakan energi yang sangat banyak.

(18)

Dilema yang terpecahklan itulah yang melandasi kekecewaan selama ini, kekecewaan itu tidak hanya disuarakan oleh lingkungan eksternal organisasi, melainkan pula oleh para kader HMI yang tesebar di kampus-kampus di Indonesia. Apabila kecenderungan ini terus berjalan, maka masa depan perkaderan HMI sesungguhnya layak untuk dipertanyakan.

2.4.1 Masa Depan perkaderan

Klaim HMI menelorkan kader-kader ulama cendekiawan ulama, dewasa ini menjadi kurang relevan. Fenomena maraknya remaja-remaja masjid, kelompok-kelompok studi merupakan salah satu indikasinya. Di samping organisasi mahasiswa lain yang semakin meningkatkan kualitas anggotanya, seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan lain-lain. Yang kesemuanya telah melahirkan kader-kader ulama cendekiawan dengan kualitasnya yang tidak jauh berbeda bahkan mungkin melebihi HMI. Di tengah maraknya geliat kaum cendekiawan muda HMI.

HMI terninabobokan oleh mitos nama besar dan terlena dalam kemapanan. Sehingga komunikasi dengan masyarakat kampus dan masyarakat luas terputus. Maka tidak heran bila banyak mahasiswa yang alergi terhadap HMI yang kurang menawarkan perubahan. Untuk menanggulangi itu, HMI di tuntut menyadari makna keberadaanya. Kemudian merumuskan kembali arti kehadiranya dalam kehidupan mahasiswa, umat dan bangsa. Itu semua untuk mempertahankan eksistensinya sebagai satu kekuatan perubahan yang mengintegrasikan ulama cendekiawan, seperti yang terjadi dalam para historis HMI dimasa lalu, sesuai dengan cita-cita Lafran Pane.

(19)

merupakan rahmatan li al-alamin, dan tidak dibedakan oleh tapal batas wilayah-wilayah tertentu di belahan bumi ini.

Interaksi kader HMI dengan realitas sosial bisa di lacak dari runutuan basis subyek normatif yang oleh Agus Salim Sitompul dialamatkan pada ayat 104 dari surat Ali Imron. Bahwa out put yang di lahirkan dari rahim perngkaderan adalah komunitas yang serius secara intelektual dan sekaligus memikul tugas suci (mission sacre).

Problem dalam pengkaderan memang sesuatu hal bisa dianggap bumbu yang menambah selera dalam berproses, hanya saja, pertanyaan bisa diajukan adalah sejauhmana pengkaderan itu berada pada titik koridor visi dan misi organisasi yang disepakati bersama? Untuk menyelesaikannya, kita biuasanya berangkat dari nilai dasar perjuangan (NDP) yang selama ini masih menjadi “kitab suci” untuk setiap pengkaderan. iman,ilmu,dan amal yang kemudian dialamatkan untuk menciptakan kualitas insan cita.

Titik awal ini, setidaknya akan mebetot secara paradigmatik berkaitan dengan relevansi rumusan-rumusan nilai yang selama ini di lembagakan, dengan perkembangan mutakhir proses sosial masyrakat. Sejatinya, tidak di tempatkan sebagai rumusan finalvdan bisa “diijtihadkan” betapapun itu sebuah kajian intensif para founding father HMI. Dalam hadits nabi pun di jelaskan, kalaupun terjebak dalam kekeliruan perumusan dipetakan sebagai yang mendapat suatu pahala.

2 4.2 Alternatif solusi

(20)

Rentang waktu dua tahun, yang jadi durasi bagi dialektika nilai antara utusan utusan dari seluruh cabang dalam kongres nasional, nampaknya merupakan kendala serius dalam menopang perubahan tersebut. Kecuali aroma politik yang menyengat begitu kental dalam setiap helatan helatan akbar para kader HMI itu, juga harga perubahan harga paradigmatik dari panduan pengkaderan ternyata masih mahal untuk didagangkan. Akhirnya, yang terjadi adalah kunsumsi instan atas dialektika nilai karena terbius oleh konspirasi pemilihan kandidat. Kondisi ini terlihat begitu polos plus memuakkan, di tengah kemunculan organ massa yang menggurita sekarang ini.

Dalam konteks ini, kita bisa menoleh kembali pada analisa Agus Salim Sitompul, bahwa hambatan utama muncul dari dalam tubuh HMI yang ada di hampir seluruh jajaran HMI. Baginya HMI diidamkan sebagai organisasi yang dirus oleh para pemikir dan praktisi. Jika, heletan akbar itu dipertahankan dengan hingar bingar praktisi politik un sich, maka akan membawa implikasi yang sangat jauh bagi gerak dan kehidupan HMI secara keseluruhan. Dan disinilah kemudian terletak urgensi dari pembenahan pengkaderan secara integral.

(21)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Sistetematika filsafat membicarakan masalah sains atau pengetahuan tentang apa yang telah diketahui dan sejauh mana kebenaran pengetahuan yang di maksudkan. Hakikat tahu, mengetahui, dan pengetahuan dengan segala kaitanya neliputi hal-hal yang dimaksud dengan tahu atau mengetahui suatu hal. Kemudian, tahu dan mengetahui melibatkan suatu gagasan dalam pikiran dan pengalaman indrawi, sehingga pengetahuan itu mengandung kriteria kebenaran filosofis.

Sepintas memang sangat terlihat bahwa saintek sungguh berdampak positif bagi penggunanya, akan tetapi dalam makalah ini penulis berupaya agar pembaca tidak akan termakan tipu daya saintek yang seakan-akan dapat mempermudah segala bentuk kerperluan.

(22)

3.1.2SARAN

Sekarang, bagaimana harus keluar dari problem yang tak pernah terselesaikan tersebut? Jawaban pertanyaan ini sesungguhnya harus di kembalikan kepada kader HMI.

Mereka yang selama ini telah matang dengan perkaderan, sudah selayaknya di beri tugas berat untuk melakukan terobosan gagasan guna mencegah kemerosotan istitusi HMI. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menembus problem konservatifme organisasi. Restrukturisasi organisasi tampaknya menjadi keharusan guna menampung pluralisme gagasan yang berkembang. Karakter kader HMI yang sangat menjunjung tinggi independensi tidak mungkin lagi diwadahi dengan model organisasi yang sangat besar. Bukankah praktek selama ini justru menunjukan institusi HMI lebih banyak melahirkan kekecewaan dari kader-kadernya?

Langkah kedua adalah reorientasi perkaderan. Sistem perkaderan yang selama ini berhasil menciptakan individu-individu matang, sudah selayalknya di lengkapi dengan pelatihan menciptakan masyarakat demokrasi. Gagasan terakhir ini berangkat dari problem yang dialami HMI sendiri dimana kader yang sangat menjunjung tinggi otonpmi individu ternyata gagaldalam membangun konsensus bersama secara progresif. Gerak institusi HMI sendiri membuktikan bahwa kader-kader yang matang itu ternyata tidak bisa bersinergi menciptakan gerak institusi yang maju. Dengan demikian kemampuan membangun konsensus bersama ditengah pluralitas aspirasi adalah kebutuhan yang tak terhindarkan. Apabila hal ini bisa dilakukan, niscaya HMI kembali bisa menyumbang pembentukan masyarakat demokratis di Indonesia.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Nafis, Wahyuni M & Mohtar,Rifki (2002) Beban sejarah bagi kadernya. Jakarta PT Erdino Mutiara Agung

Capra, Fritjof. (2014). Titik Balik Peradaban. Yogyakarta: Pustaka Promethea. Hidayat, Medhy Aginta. (2012). Menggugat Modernisme. Yogyakarta: Jalasutra Piliang, Yasraf Amir. (2010). Dunia yang Dilipat. Bandung: Matahari.

Piliang Yasraf Amir. (1997). Sebuah Dunia Yang Dilipat. Jakarta : Mizan

Pramula, Beni. (2015).Ironi Negeri Kepulauan. Jakarta: Elex Media Komputindo Harari, Yuval Noah. (2011) Sapiens, Jakarta : PT Pustaka Alvabet

(24)

CURICULUM VITAE

NAMA : FANDI F. DJAILANI

TEMPAT/TGL. LAHIR : TIDORE, 9APRIL 1999

ALAMAT : SARIO, KEL. TITIWUNGEN SELATAN, LORONGPENCA, JL. SAMRATULANGI 18.

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI GOLONGAN DARAH : O

MEDIA SOSIAL

LINE : @fndidjl

INSTAGRAM : @fndidjailanni FACEBOOK: : Fandi Lutfi RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : MADRASAH IBTIDAYAH NEGERI SELI

SMP : SMP NEGERI 1 TIDORE

SMA : SMK NEGERI 1TIDORE

PT : UNIVERSITAS NEGERI SAMRATULANGI PENGALAMAN ORGANISASI

BKI : ANGGOTA BIDANG PPPA

HMI : DEPARTEMEN BIDANG PPPA

(25)

BKI : STUDI KEISLAMAN XXIII 2016

HMI : BASIC TRAINING LK-1 KOMISARIAT EKONOMI CABANG MANADO 2016

Manado, Januari2018 PENULIS

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang

3.4 Memahami berpikir kronologi, perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada aspek politik, sosial, budaya, geografis, dan pendidikan sejak masa

NRG Belum dinyatakan valid oleh layanan Simpatika belum sertifikasi tidak perlu melakukan Verval

informasi mengenai aktivitas pengelolaan Dana Alokasi Khusus yang di terima oleh sekolah, dokumentasi didapatkan dari Dokumen-dokumen yang akan digunakan dalam

Penghargaan sekolah Adiwiyata diberikan kepada Sekolah - sekolah yang telah berhasil mengembangkan dan menerapkan pendidikan lingkungan hidup dan telah memenuhi komponen

Fraktur tengkorak yang menyertainya dijumpai pada 85-95% kasus, sedang sisanya (9%) disebabkan oleh regangan dan robekan arteri tanpa ada fraktur terutama pada kasus

Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi Pokok/Pembelajaran,

Kasus Semanggi II adalah gerakan mahasiswa untuk menggagalkan RUU tentang Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang telah disetujui DPR. Dari segi pelaku