• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Industri Jepang Industri Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Industri Jepang Industri Jepang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jepang merupakan salah satu negara yang dianggap paling sukses dalam membangun perekonomiannya. Hal ini terbukti dari perjalanan panjang sejarah pembangunan ekonomi Jepang yang terbagi menjadi dua bagian yakni: pada abad kesembilan-belas (zaman restorasi meiji sebagai industrialisasi awal Jepang) sampai awal Perang Dunia Kedua, serta dari masa ‘pertumbuhan cepat’ (pasca Perang Dunia Kedua, 1950-an) sampai saat ini. Itu semua tentunya dapat menjadi bukti untuk memperkuat posisi Jepang sebagai negara yang mampu untuk memajukan perekonomiannya, terutama untuk masa setelah PD II, dimana keadaaan ekonomi Jepang dapat berubah secara drastis, dari negara yang miskin menjadi salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar di dunia, khususnya di wilayah Asia. Kemajuan ekonomi Jepang itu sendiri pada dasarnya tidak muncul begitu saja, melainkan melalui pengimplementasian sejumlah kebijakan ekonomi yang dinilai mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi Jepang atau bahkan mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonominya tersebut melalui peningkatan proses produksi yang ada, serta peningkatan dalam hal volume ekspor komoditasnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam perkara ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana perkembangan industri di Jepang?

b. Apa strategi Jepang dalam perkembangan industrinya?

C. TUJUAN

a. Menjelaskan perkembangan industri di Jepang

(2)

BAB II

PEMBAHASAAN

1. Sejarah Singkat Industri Jepang

Jepang adalah negara yang miskin akan bahan mentah terutama dalam industrialisasi bahan mentah sangat diperlukan. Sebagai negara di kawasan Asia yang ingin maju, maka Jepang sejak awal menjadi eksportir barangbarang industri supaya dapat menjamin tersedianya devisa baik untuk membiayai impor bahan mentah maupun mengimpor teknologi dan keahlian yang diperlukan untuk mengejar negara-negara industri maju terdahulu. Sejak awal langkahnya menuju industrialisasi Jepang mulai menggunakan sistem insentif yang kompleks bagi kegiatan produksi yang ditujukan sebagai substitusi impor. Disamping itu, Jepang memiliki kegiatan ekspor yang bisa diunggulkan untuk menghimpun kekuatan industri, seperti industri tekstil, alas dan industri padat karya lainnya yang dimulai sejak tahun 1900-an.

Walaupun pada awalnya sasaran Jepang adalah pasaran dunia di lapisan terbawah, tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Diperlukan kurun waktu selama 50 tahun bagi komoditi ekspor Jepang, yang pada awalnya dibantu oleh teknisi dari luar negeri, kemudian menerapkan serta mengadaptasikan diri dengan teknologi baru. Pada Industrialisasi Jepang, ciri utama yang paling penting adalah adanya pembatasan arus masuk penanaman modal asing di Jepang untuk menghindari persaingan dengan pasar dalam negeri Jepang, dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, teknologi, modal dan lain-lain.

Keberhasilan industrialisasi yang telah dibuktikan oleh Jepang menyebabkan banyak negara-negara berkembang melaksanakan industrialisasi. Karena dengan pengalamanya tersebut, dapat disimpulkan industrialisasi adalah suatu keharusan karena dipercaya dapat menjamin kelangsungan proses pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya. Walaupun mayoritas negara berkembang melaksanakan industrialisasi yang bertujuan untuk mengatasi keterbelakangan dan kemiskinan yang biasa dialami. Untuk lebih memajukan industrinya serta menutupi keterbatasan akan sumber bahan mentah dan energinya, maka Jepang perlu mengadakan suatu hubungan dalam bentuk kerjasama dengan negara lain, yaitu dengan negara yang kaya akan sumber bahan mentah dan energi, yang dalam hal ini Indonesia termasuk didalamnya.

2. Definisi Menurut Para Ahli

(3)

3. Jenis-jenis Industri

a. Industri Berat dan Industri Kimia

1. Industri Logam

Industri ini mengolah logam dari mineral logam menjadi besi, aluminium, tembaga dan jenis logam lainnya. Logam tersebut dibuat menjadi lempengan, tongkat, pipa, kawat, dan lain-lain. Hasil produksi yang dibuat oleh industri logam dijadikan sebagai bahan baku utama untuk mesin atau bahan baku bangunan, dan lain-lain. Produksi besi (logam yang belum diproses) Jepang ada di posisi dua setelah Cina di dunia (pada tahun 2002).

2. Industri Mesin

Industri ini membuat mobil, pak kapal, peralatan listrik, mesin perkakas, alat presisi, dan lain-lain. Dari bahan utama yang terbuat dari logam seperti besi dan lain-lain. Di Jepang, industri mesin menjadi pusat industri yang mencapai 45% perbandingannya (2001) dari seluruh produksi industri di Jepang.

3. Industri Kimia

Industri ini membuat hasil produksi yang telah diubah secara kimiawi. Contohnya seperti bahan bakar minyak, garam, dan lain-lain. Industri ini juga membuat karet sintetis, serat kimia, pupuk kimia, plastik, dan kosmetik.

b.Industri Ringan

1. Industri Fiber

Industri fiber menggunakan rayon, polyster yang disebut sebagai serat kimia atau serat alami dari kapas, bulu domba, sutera dan lain-lain untuk bahan baku membuat benang, tekstil, dan lain-lain. Sebelum perang dunia, industri fiber Jepang baik. Namun sekarang posisinya mengalami penurunan, dari seluruh produksi industri fiber di Jepang hanya 2% ( 2001 ).

2. Industri Bahan Makanan

(4)

3. Industri Bahan Keperluan

Industri ini mengolah tanah, bahan mineral tambang, dan lain-lain dengan proses pembakaran. Hasil produksinya wadah tanah liat, semen, kaca, bahan keramik dan lain-lain. Bahan keramik merupakan bahan khusus yang mudah mengeras bila dibakar, biasanya dipakai untuk bahan alat elektronik. Karena sifatnya lebih unggul dibanding bahan lain..

4. Industri Kertas dan Bubur Kayu

Industri ini memproduksi kertas dari bubur kayu, jeruji kayu, potongan kayu. Kemudian dibuat menjadi bubur kayu. Kertas banyak dibuat karena sering dipakai untuk fotokopi dan komputer.

5. Industri Lainnya

Selain itu ada juga industri lainnya seperti industri bahan sintetis dari kayu, industri peralatan rumah tangga, industri percetakan, industri barang buatan dari kulit dan lain-lain. Dalam industri ini jumlah produksi bisnis percetakan tidak lebih besar dari industri bahan kebutuhan, industri bubur kayu, dan kertas. Percetakan tidak hanya kertas dan buku. Koran dan lain-lain, didistribusikan ke banyak tempat. Produksi jenis ini dilakukan industri kecil menengah.

4. Macam-macam Industri di Jepang

Produksi Industri Negara Jepang Menurut Jenis Industrinya

Macam Industri ¥

Industri mesin 1.306.833

Industri mesin untuk transportasi 452.208

Industri bahan makanan 346.003

Industri ilmu kimia 328.923

(5)

Industri besi dan baja 112.333

Penerbitan dan percetakan 127.588

Industri bahan plastik 100.919

Industri keramik 85.015

Kertas, industri pulp 76.274

Industri tekstil 60.248

Total 2.892.771

1. Industri Logam

Usaha besi dan baja meleburkan bahan mentah biji besi untuk diambil besinya (disebut juga besi kasar). Kemudian besi tadi dipanaskan kembali menjadi baja. Sehingga industri logam dapat mengolah baja menjadi lembaran baja, pipa baja, dan lain sebagainya. Jepang, karena mengimpor bahan mentah biji besi dan batu bara maka pabrik besi berpusat di bagian sabuk daerah pesisir laut yaitu samudera Pasifik.

Pada tahun 1960an produksi besi dan baja Jepang melonjak naik, di tahun 1973 produksi besi dan baja mencapai 119.320.000 ton, tetapi setelah itu produksi besi dan baja Jepang tidak berhasil melampaui 100.000.000 ton, Sebab utama penurunan ini karena China dan Korea mulai terkenal. Setelah tahun 1980an produksi China dan Korea bertambah dengan pesat sehingga terjadi persaingan ketat antara negara tersebut.

(6)

Kemudian pada proses penggilingan, bongkahan baja diperbesar agar dapat membuat berbagai macam bentuk barang jadi seperti pipa baja, tongkat baja, lembaran baja dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan dan kegunaannya.Yang dimaksud kokas yaitu, memasukkan batu bara ke dalam tungku, kemudian dimasak atau dibakar dalam panci panas selama lebih dari 10 jam. Secara bersamaan batu besi dimasukkan ke dalam tungku bersuhu tinggi sehingga kandungan besi di dalam batu besi tersebut bersenyawa. Berperan menghilangkan zat asam atau oksigen. Hal ini berfungsi untuk meleburkan batu besi.

Jumlah Produksi Besi ( baja kasar ) Dunia

Negara 1980 1990 2000 2001 2002 %

China 3712 6535 12724 15225 18155 20.2

Jepang 11140 11034 10644 10287 10775 12.0

Amerika 10146 8973 10183 9010 9159 10,2

Rusia 14793 15441 5910 5753 5978 6.6

Korea 856 2313 4311 4385 4539 5.0

Jerman 4384 4402 4638 4480 4502 5.0

Ukraina ….. 5265 3137 3311 3339 3.7

Brazil 1534 2057 2787 2672 2960 3.3

Total dunia 71630 76900 84600 84900 90000 100.00

Macam – Macam Industri Logam

(7)

mentah biji mineral diekspor dan dileburkan. Tetapi, peleburan memerlukan alumunium dan juga tenaga listrik yang besar, sedangkan di dalam negeri sendiri hampir tidak memproduksinya.

Dalam industri pembuat barang dari logam, ada banyak industri suku cadang subkontrak kecil dan menengah. Kemunduran ekonomi berlanjut dalam tahun-tahun belakangan ini. Semua pabrik meminta syarat seperti potongan harga sehingga industri kecil dan menengah yang bangkrut dan tutup bertambah.

2. INDUSTRI MESIN

Industri mesin negara Jepang pada tahun 2001 memperkerjakan 3.560.000 orang dan memproduksi sebesar 131 triliyun ¥, sehingga termasuk industri paling besar dalam industri pabrik. Karena industri berkembang setelah perang, dan pendapatan masyarakat bertambah tinggi. Maka pembelian alat-alat rumah tangga, mobil dan lain-lainnya berkembang pesat pula. Agar ekspor menjadi lebih aktif, maka teknik mesin ditingkatkan pula, sehingga Jepang menjadi pusat pengolahan perdagangan luar negeri. Karena krisis minyak mentah, sehingga pada saat produksi menggunakan bahan dasar seperti industri kimia, usaha besi dan baja berhenti berkembang dan menghentikan pembuatan kapal yang sudah jadi sebagian. Akhir-akhir ini, pemindahan pabrik besi ke kawasan Asia dan sekitarnya. Yang biaya gaji pekerjanya murah karena produksi barang mudah, menyebabkan industri dalam negeri khawatir.

3. Industri Mobil Jepang

Mobil dibentuk dari onderdil yang berjumlah sekitar 20.000 sampai dengan 30.000 onderdil. Pembuat onderdil lebih berperan dalam membentuk industri mobil dibanding pembuat mobil itu sendiri. Ada sekitar 730.000 orang (2001) yang mengambil bagian pada produksi mobil. Mereka memasukkan bahan dari industri lain, seperti besi, kaca, karet dan bermacam-macam bahan dari industri lainnya. Pemasaran mobil dengan cara membeli langsung ke pemilik hak jual mobil. Sehingga, industri mobil sangat berpengaruh besar dalam memperbaiki perekonomian Jepang.

Industri mobil Jepang pada tahun 1960an berpusat di dalam negeri saja. Di tahun 1970an, ekspor dapat ditingkatkan karena di dalam negeri, biaya bahan bakar lebih murah daripada di Amerika. Namun, karena mobil Jepang banyak dipakai di Amerika, menyebabkan industri mobil Amerika mendapat pukulan hingga Amerika perlu memperluas perdagangan luar negeri.

(8)

meningkat. Sehingga akhir-akhir ini industri lokal di Asia dapat mencapai kemakmuran karena orang yang membeli mobil meningkat.

Pada tahun 2002, industri mobil Jepang untuk pertama kalinya membatasi penjualan mobil berbahan bakar baterai listrik. Karena lebih mahal dibandingkan mobil biasa. Sehingga, pembuat mobil di seluruh dunia mengembangkan mobil generasi selanjutnya yang ramah lingkungan.

Mobil Berbahan Bakar Baterai

Mobil berbahan bakar baterai adalah mobil yang memanfaatkan listrik yang terbentuk dari akibat reaksi oksigen di atmosfer, lalu menjadi air. Reaksi selanjutnya hanya air yang keluar tanpa pembuangan gas. Sehingga merupakan mobil ramah lingkungan. Zat cair dalam bahan bakar mengubah mutu bensin dengan langsung bercampurnya zat cair itu dengan bensin. Proses itu berulang hingga mendapatkan zat cair lagi untuk pembakaran selanjutnya.

Ekspor Impor dan Jumlah Unit Produksi Mobil Jepang ( satuan ribu unit )

Berdasarkan data dari pabrik mobil, produksi sampai tahun 1970 termasuk kendaraan roda tiga dan roda empat ternyata menjatuhkan atau KD (Knock Down) industri dalam negeri. Hal ini terjadi karena produksi ini hanya untuk industri ekspor. Sehingga, mulailah spesifikasi produksi untuk dalam negeri saja. Karena pemain industri mobil berasal dari Jepang sendiri, maka kebanyakan merknya pun berasal dari Jepang.

4 Industri Robot Jepang. Manipulasi Produk

Industri robot Jepang, robot mempunyai kemampuan menyerupai tangan manusia. Sehingga dapat melakukan pekerjaan tiga dimensi, khususnya pekerjaan secara otomatis. Meskipun mempunyai kemampuan seperti tangan manusia, namun pekerjaan yang tidak dapat dilakukan secara tiga dimensi dapat dilakukan manipulasi. Lagipula, jika kemampuan menyerupai tangan manusia hilang, robot dapat melakukan pekerjaan dengan kemampuannya sendiri berdasarkan ingatan dan intelegensinya.

5. Pembuatan Kapal

Jepang merupakan salah satu negara industri yang cepat berkembang setelah Perang Dunia II. Setelah perang, perdagangan minyak bumi antarnegara tiba-tiba melonjak dengan cepat, sehingga kebutuhan terhadap kapal di seluruh dunia bertambah banyak.

(9)

pembuat kapal di dunia. Setelah itu, pada tahun 1970 di tengah krisis minyak bumi, semua kapal diperjualbelikan. Pada tahun 1980 pembuatan kapal Korea mengalami pertumbuhan, menyebabkan persaingan harga semakin panas. Sebab fasilitas dan tenaga kerja membuat kapal beserta upah di Korea murah, Sehingga lebih mudah membuat kapal di Korea dibandingkan di Jepang. Karena itulah mengelola aktivitas pembuatan kapal di Jepang menjadi sangat sulit.

6.Industri Robot

Industri robot merupakan industri yang menggantikan pekerjaan manusia secara otomatis. Banyak hal yang menyerupai kemampuan manusia dapat dilakukan. Misalnya, melapisi (mengoles karat dan warna), mengelas (menyatukan ikatan dengan meleburkan logam menggunakan percikan api), merakit. Fungsi industri robot yaitu untuk meningkatkan produksi jenis lainnya dan juga dapat menggantikan manusia dalam pekerjaan yang berbahaya.

Sampai pada akhir tahun 2002, di Jepang yang menggunakan industri robot hingga mencapai 45% di tingkat dunia. Khususnya untuk membuat mobil dan sebagai mesin listrik di pusat industri pabrik. Semua industri robot menjadi faktor utama dalam meningkatkan produksi ke tahap selanjutnya. Industri robot semakin banyak fungsinya kecuali dalam bidang pertanian dan pembangunan. Selanjutnya, hanya tinggal terus berharap dan berusaha dalam mempertahankan tingkat produksi.

Kata Robot berasal dari bahasa Cheko (Robota) yang memiliki arti pekerja yang tidak memiliki lelah dan bosan. Robot merupakan suatu perangkat mekanik yang mampu menjalankan tugas-tugas baik di bawah kendali dan pengawasan manusia atau dijalankan dengan serangkaian program yang telah didefinisikan terlebih dahulu. Robotika adalah bidang studi yang erat dengan mata pelajaran biologi, matematika dan teknologi. Robotika kini banyak di pelajari oleh masyarakat jepang, bahkan beberapa sekolah telah memasukan robotika sebagai ekstrakulikuler sekolah.

Produksi Mobil Jepang

Produksi Dalam dan Luar Negeri Jepang serta Ekspor ( Berdasarkan Badan Pengawas Perindustrian Mobil Jepang )

Ekspor Impor dan Jumlah Unit Produksi Mobil Jepang ( dalam satuan ribu unit )

Jenis Produk 1970 1980 1990 2000 2001 2002

(10)

Mobil Pribadi 317,9 703,8 994,8 835,9 811,8 861,8

Truk 206,4 391,3 349,9 172,7 160,2 157,3

Bis 4,7 9,2 4,0 5,5 5,8 6,6

Ekspor 109,4 596,7 583,1 445,5 416,6 469,9

Impor 2,0 4,8 25,3 28,5 29,0 29,1

Produksi LN ———- ———– 326,5 628,8 668,0 765,2

Produksi Mobil Di Dunia ( Menurut Badan Pengawasan Industri Mobil ) dalam Ribuan Unit

7. Barang Elektronik

Jepang pada tahun 1950 memproduksi 3 jenis barang elektronik. Yaitu, televisi hitam putih, kulkas, dan mesin cuci. Kemudian pada tahun 1960 ada 3 macam TV, yaitu Kara TV, Kura TV, dan KA TV. Ketiga macam tv itu sudah banyak terjual dan Jepang memproduksi barang elekronik yang baru.

Memasuki tahun 1970an, Kara TV dan VTR menjadi pusat arus barang elektronik. Jepang hanya mengekspor saja tanpa mengimpor barang. Bahkan pada tahun 1985, ekspor cat dan kertas menjadi yang terbesar di dunia. Namun sejak tahun 1985, karena pengaruh tingginya Yen, masing-masing perusahaan industri di Asia Tenggara dengan mudahnya mengurangi pegawai. Sehingga, tidak ada kemajuan dan dimulailah produksi yang baru.

Pada tahun 1990, impor di Jepang meningkat. Produksi dalam negeri menurun drastis. Sekali lagi perusahaan Korea, Cina, dan lain-lain terus memproduksi barang-barang yang murah. Sehingga pelaksanaan perusahaan Industri di Jepang menjadi tidak teratur.

(11)

Tidak hanya di Jepang, perusahaan Amerika pun mulai memproduksi komputer. Pada tahun 2001, TESKTOP di Cina memproduksi 29,8%, Taiwan 27,7%, sedangkan Jepang hanya 1,4%. Semua barang tersebut diproduksi dengan bermacam-macam model, harga maupun fungsinya.

8. INDUSTRI KIMIA

Industri kimia terbentuk oleh industri mobil dalam negeri, industri peralatan dan mesin listrik. Semua industri tersebut terpengaruh oleh peningkatan permintaan yang tinggi dengan kemampuan berproduksi yang tinggi pula. Di lain pihak, industri negara Eropa dan Amerika skala perusahaannya lebih kecil dibandingkan skala industrinya sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses produksinya, industri Jepang menggunakan model lama yang skalanya lebih kecil. Sehingga, membuat persaingan antara Timur Tengah, Asia dan negara-negara sekitarnya melakukan persiapan untuk menyediakan yang terbaik dan terbaru dalam skala besar.

Konvensi Minyak Bumi

Dalam industri, barang produksi yang telah jadi bisa menjadi bahan baku barang produksi yang lain. Dengan konvensi, pihak pabrik telah merencanakan kombinasi pipa bahan produksi gabungan, sehingga menghasilkan barang produksi yang efisien.

9. Industri Tekstil

Industri tekstil adalah industri yang membuat pakaian dan kain dengan memintal benang. Sebelum perang dunia II, industri ini berkembang pesat. Namun, karena pemusatan industri dipindahkan ke industri kimia, posisi industri tekstil menjadi merosot. Apalagi, akhir-akhir ini Cina mudah sekali memproduksi tekstil dengan mutu baik. Sehingga industri luar negeri tekstil Jepang menurun drastis.

10. PRODUKSI BAHAN MAKANAN

Produksi bahan makanan mengolah hasil produksi dari air, pertanian dan sebagainya, untuk dibuat bahan makanan. Pada 2001, 1.310.000 orang bekerja, menghasilkan produksi sejumlah 35 trilyun Yen. Secara keseluruhan terjadi peningkatan 100%, sehingga dilakukan produksi skala yang lebih besar. Karena faktor skala produksi dipengaruhi pula oleh keadaan penghasil bahan mentah sekitarnya. Sedangkan keadaan penghasil bahan mentah sedang cukup baik.

(12)

Telah diketahui bahwa kepulauan Okinawa, Kagoshima merupakan daerah penghasil gula, sayur mayur, dan bir. Bahan-bahan seperti gula juga terkadang masih dalam bentuk kasar atau tidak murni.

11. Industri Otomatif

Industri otomotif ialah merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan menjual kendaraan bermotor dunia. Pada tahun 2007, lebih dari 73 juta kendaraan bermotor, termasuk mobil dan kendaraan komersial diproduksi ke seluruh dunia. Perusahaan otomotif di Jepang masuk ke dalam jajaran produk internasiomal seperti Toyota Motor Corp, Nissan, Mazda, Mitsubishi Motor Corp, Fuji Heavy Industries, Ltd, dan Isuzu Motors, Ltd.

5. Strategi Pembangunan Ekonomi Jepang

Mempelajari perkembangan perekonomian Jepang tidak bisa dilepaskan dari mempelajari struktur sosial dan budayanya. Pemerintah Jepang memprioritaskan pembangunan infrastruktur sosial, dan mengintegrasikan tradisi sosial ke dalam sistem pembangunan ekonomi. Dari tinjauan mikro, salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun sumberdaya manusia paska perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” (Team work), yang mana para ilmuan Jepang yang dikirim ke Barat untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada semua anggota kelompoknya. Sedangkan dilihat dari aspek makro pembangunan, Jepang memprioritaskan kebijakan pemerataan pembangunan.

Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat pemerataan hasil-hasil pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain. Rakyat Jepang masa sekarang sudah menikmati fasilitas – fasilitas tersebut. Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-kota besar lainnya. Untuk sumber daya pembangunan, jepang memang berbeda dengan negara – negara maju lainnya. Bangsa Jepang sangat sedikit menggunakan sumberdaya yang berasal dari hutang luar negeri terutama pada dekade awal pembangunan industri. Sementara Negara-negara Eropa seperti Belgia, Perancis, bahkan Rusia justru menggantungkan pada foreign capital (hutang luar negeri) yang difasilitasi oleh “British Capital” dan “French Capital” pada era tahun 1800-an.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan Jepang enggan menggunakan fasilitas utang luar negeri, yaitu :

(13)

b. Pemerintah Jepang pada saat itu benar-benar belajar dari pengalaman Negara-negara lain yang mengalami kesalahan dalam mengelola foreign capital seperti yang terjadi di Negara Mesir dan Turki yang menyebabkan “kekacauan ekonomi” di kedua negara tersebut. Belajar dari kegagalan Negara lain, pemerintah Jepang giat mengkonsolidasikan sumberdaya domestik dan mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk menjadi mitra pemerintah dalam membangun dan memajukan perekonomian nasional serta membantu dan memfasilitasi masyarakatnya menjadi pengusaha-pengusaha baru. Dengan mengefektifkan sumberdaya-sumberdaya baru tersebut, Jepang memulai revolusi industrinya sebagai kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam sejarah Jepang, sebelum tahun 900, pinjaman luar negeri yang terbesar tercatat 5 juta yen yang dipinjam pada tahun 1870 ketika membangun ruas jalan kereta api antara Tokyo dan Yokohama. Prosentase pinjaman tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan total dana yang dipakai untuk membangun ruas jalan kereta api pada saat itu.

c. Memprioritaskan Pembangunan Infrastruktur Sosial. Keunggulan Jepang lainnya dalam hal rekonstruksi perekonomian pasca perang dunia II yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur fisik adalah bahwa infrastruktur sosial yang dibangun sejak masa keemasan samurai tidak ikut hancur. Meskipun infrastruktur fisik luluh lantak, pengangguran besar-besaran tak dapat dihindari, namun sistem pendidikan yang telah diwajibkan pada masa Tokugawa dan para “shohun” (jendral, militer) terus didorong agar masyakarat untuk terus belajar, terutama dalam hal membaca dan menulis serta terus membangun sistem pendidikan dan business tradition. Dua infrastruktur sosial penting inilah yang telah dibangun dan pada akhirnya menjadi landasan yang kuat dalam pertumbuhan ekonomi moderen di Jepang dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini mencerminkan bahwa “Sumber Daya Manusia” merupakan hal sangat penting sebagai bagian dari “infrastruktur sosial” dalam proses pembangunan. Dimasa lalu dalam sistem pemerintahan yang otokratis feodalisme, dimana Jepang masih menutup diri dari pergaulan internasional dan sistem perekonomian moderen tidak dapat dilaksanakan, peranan sekolah yang diprakarsai oleh kuil-kuil budha cukup mendorong iklim dan tradisi bisnis, sehingga masyarakatnya dapat bertahan secara berswadaya dan mandiri. Pertanian terutama hasil-hasil pertanian dilakukan dengan sistem cooperation and joint-undertaking.

(14)

diatur dan sebagainya, sehingga mendorong perusahaan industri untuk berani dalam petualangan usahanya.

Strategi kebijakan pemerintah pada sektor perdagangan internasional berupa penetapan tarif dan non-tarif serta penetapan kebijakan pembatasan impor atas produk-produk dan jasa asing. Proteksi juga diberlakukan atas barang-barang modal, khususnya dalam bentuk FDI, yang merupakan karakteristik yang khas dari regim ekonomi autarki Jepang (Hirono 1992:339). Kebijakan ini diambil dengan pemikiran bahwa FDI yang masuk ke Jepang hanya akan merugikan kepentingan ekonomi Jepang. Pemerintah mengatur masalah FDI secara ketat melalui Foreign Investment

6. Tahapan Perkembangan Industri di Jepang

Kemajuan ekonomi Jepang tidak dapat dilepaskan dari semangat restorasi yang diusung oleh sekelompok anak muda yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Semangat ketertinggalan yang kemudian juga menginspirasi para elit negara untuk membuka gerbang Jepang ke dalam keterbukaan telah mendorong lahirnya semangat pembaharuan dan pengejaran ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Semangat ini salah satunya diwujudkan dengan perbaikan ekonomi yang dilakukan oleh kelompok konglomerasi keluarga yang dahulunya disebut sebagai kelas pedagang atau disebut dengan zaibatsu. Kelompok bisnis keluarga inilah yang kemudian menopang dan mendorong laju perekonomian Jepang.

Hal ini dapat terlihat dari dua fase perkembangannya yaitu dari fase sebelum perang sampai dengan sesudah perang. Dari dua fase tersebut dapat terlihat bahwa zaibatsu sebelum PD II berperan sebagai salah satu aktor yang ikut andil dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah Jepang khususnya dalam keputusan Jepang untuk terlibat dalam PD II. Hal ini didorong oleh semangat yang didorong oleh pemerintah melalui semboyannya “negara kaya militer kuat“. Kemudian pada fase kedua yaitu masa sesudah Perang, seiring dengan prinsip baru Jepang yang tertuang dalam konstitusi 1947 mengenai janji Jepang untuk tidak lagi terlibat dalam bentuk perang apapun dan akan berkonsentrasi terhadap perbaikan ekonomi, maka zaibatsu yang mengalami pembubaran akibat keterlibatannya dalam PD II ini di kemudian hari dengan bentuk dan namanya yang sudah berubah (menjadi keiretsu) tetap menjadi aktor utama dari perancang perbaikan ekonomi Jepang. Untuk itu peranan dan fungsinya dalam politik dan pemerintahan semakin penting, bahkan merupakan salah satu aktor dari dua aktor lainnya (dikenal dengan Three deadlock) yang sangat berpengaruh terhadap setiap pengambilan keputusan dan arah kebijakan di Jepang, khususnya di fase kedua ketika “strengthening economic power“ menjadi tujuan utama dari Jepang.

(15)

PEMERINTAHAN JEPANG PADA MASA SEBELUM PD II

Zaibatsu yang disebut sebagai‚‘‘any of the large capitalist enterprises of Japan before World War II, similar to cartels or trusts but usually organized around a single family. One zaibatsu might operate companies in nearly all important areas of economic activity‘‘. Pada awal kemunculannya diawali pada masa kaisar Matsuhito atau lebih dikenal dengan kaisar Meiji (1852-1912). Hal ini ditandai oleh suatu peristiwa sumpah setia (charter oath) yang diproklamasikan pada 6 April 1868, yang isinya terdiri dari(I Ketut,2001:109):

1. Akan dibentuk parlemen

2. Seluruh bangsa harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa

3. Adat istiadat yang kolot dan yang menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan

4. Semua jabatan terbuka untuk siapa saja

5. Semua berhak mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan bangsa dan negara.

Menurut asal katanya‚‘‘Zaibatsu“ berasal dari kata zai berarti uang atau kekayaan dan batsu berarti klan, jadi zaibatsu bisa diartikan dengan klan kaya. Di masa kekaisaran Jepang, zaibatsu merupakan istilah Jepang untuk industri dan bisnis keuangan konglomerat. Istilah zaibatsu itu sendiri dalam sejarah Jepang, muncul kira-kira pada zaman Meiji. Zaibatsu adalah entitas bisnis multi lapis dan industri yang terdiversifikasi dikoordinasikan dari bagian atas oleh kantor pusat yang dikuasai keluarga atau perusahaan induk yang berada di bagian atas, beserta sebuah bank yang sepenuhnya milik sendiri, serta beberapa anak perusahaan di bidang industri yang mendominasi sektor-sektor tertentu sebuah pasar, baik secara sendirian atau melalui beberapa sub-anak perusahaan. Bank pribadi ini bertujuan untuk menyediakan sumber keuangan demi kesejahteraan Zaibatsu. (http://escholarship.org/uc/itm/00m7d34g)

Zaibatsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya diversifikasi

2. Kepemilikan eksklusif oleh keluarga

3. Struktur organisasi dengan multisubsidiaris

4. Manajer profesional dari lingkungan pendidikan Tinggi

(16)

6. Memiliki tiga usaha yang saling menunjang yaitu; perdagangan, industri, dan keuangan

Walaupun, proses perkembangan zaibatsu dipengaruhi oleh dua fase yaitu fase pra-peperangan dan fase pasca peperangan, namun sebenarnya sejarah awal kelahiran dari zaibatsu ini muncul ketika Jepang berada dibawah kekuasaan Tokugawa yang berkuasa berturut-turut selama 15 generasi. Pada masa Tokugawa atau zaman Edo inilah Jepang mengalami berbagai penguatan diberbagai sektor, seperti budaya, sastra, kepercayaan, nilai-nilai, sampai kemajuan bidang Ekonomi yang dipelopori oleh sekelompok perusahaan keluarga yang dikenal dengan nama zaibatsu.

Zaibatsu yang muncul pada masa feodal ini awalnya merupakan kelompok pedagang yang kelas sosialnya tidak terlalu dianggap penting. Karena kepemimpinan Tokugawa merupakan kepemimpinan yang bersifat samurai (militer), maka kelompok pedagang hanya ditempatkan sebagai kelompok terakhir dari kelas sosial masyarakat Jepang. Kelompok sosial itu disebut dengan Shinokosho dimana shi berarti bushi (militer), no berarti nomin (petani), ko berarti kosakunin (pengrajin), dan terakhir adalah sho yaitu shomin yang berarti pedagang.(I Ketut, 2001;44)

Kelas sosial tersebut dibagi berdasarkan seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan dari masing-masing kelompok. kelompok samurai yang berkuasa dan memimpin seluruh Jepang pada saat itu maka dianggap sebagai pemegang kontribusi terbesar dari kelompok lainnya dalam kelas masyarakat sosial di Jepang. Kemudian petani yang mewakili sebagian besar pekerjaan masyarakat Jepang pada waktu itu diletakkan pada posisi kedua, ditambah lagi berasnya dijadikan sebagai gaji pokok untuk para pejabat pemerintah, maka tak heran apabila posisinya dianggap penting oleh pemerintah Jepang pada waktu itu. Selanjutnya pengrajin, yang disebut pengrajin disini adalah sekelompok orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pertukangan. Kenapa pengrajin dianggap lebih penting dari pada kelas pedagang, hal itu dikarenakan pembangunan besar-besaran benteng pertahanan dan kuil-kuil merupakan aspek penting untuk menunjukan kekuatan dan sebagai benteng pertahanan. Yang terakhir adalah kelas pedagang, diletakkan sebagai kelas keempat dikarenakan dianggap belum banyak kontribusi yang diberikan dari kelas pedagang ini, sehingga kemunculannya masih terabaikan.

(17)

Kelas sosial yang terabaikan pada masa Edo ini mengalami kebangkitannya di era Meiji yaitu era dimana Jepang sedang gencar-gencarnya mengejar ketertinggalan dengan Barat yang kemudian kejayaannya terus sampai memasuki masa pra perang. Berasal sebagai perusahaan terpadu, mereka berkembang pesat setelah restorasi Meiji, kudeta yang menggulingkan Shogun (Jenderal berkuasa penuh) dan mengakhiri 200 tahun Tokugawa feodalisme dan diperluas lagi dengan penumpukan militer di abad 20. Ledakan ini berkontribusi pada evolusi mereka ke dalam bentuk kelompok usaha khas zaibatsu. Sebagai contoh, zaibatsu Mitsubishi memulai pemisahan divisi bisnis internal dari galangan kapal, pertambangan, asuransi perbankan, dan perusahaan perdagangan menjadi perusahaan hukum yang terpisah antara 1917 dan 1920. (http://escholarship.org/uc/ itm/00m7d34g)

Zaibatsu berubah dari entitas perusahaan tunggal yang terintegrasi menjadi kelompok usaha yang terorganisir berbentuk piramid dari perusahaan induk yang mengawasi berbagai bisnis yang berbeda dengan berafiliasi secara legal. Markas zaibatsu memiliki dan mengendalikan modal bisnis afiliasi ganda dan pada gilirannya sepenuhnya dimiliki oleh keluarga. Kemudian hubungan dekat dengan negara dan politisi terkemuka, mereka dan keluarga zaibatsu lainnya juga merupakan bagian integral dari struktur kekuasaan sebelum perang. Kedekatan Pengusaha keluarga ini sudah terjalin semenjak berlangsungnya zaman Edo, yaitu ketika penguasa Shogun meminta pajak dari masing-masing hasil penjualan dan untuk mendanai projek-projek pembangunan benteng-benteng pertahanan semasa feodal.

Untuk membahas mengenai zaibatsu maka tidak terlepas dari sejarah kemunculan zaibatsu-zaibatsu ternama seperti berikut adalah sejarah terbentuknya zaibatsu-zaibatsu terbesar di Jepang yang dikenal dengan “The Big Four“. ranggaku Jepang yang mengharapkan terciptanya persamaan hak, pembubaran kelas dan jaminan pendidikan bagi semua kalangan dalam masyarakat Jepang. Beberapa aspek direvisi bahkan dihapuskan dalam konstitusi Jepang yang disebut konstitusi Meiji, seperti revisi tentang undang-undang kependidikan di Jepang, penghapusan sistem keluarga yang bersifat otoriter yang dikenal dengan sistem ie, dan juga pembubaran zaibatsu.

(18)

kepemilikan mereka secara massal dalam saham di industri batubara, besi, dan pembuatan kapal termasuk bank-bank besar, telah bekerja sama dalam kebijakan militeristik pemerintah sepanjang masa perang. Dari tahun 1945, Markas Besar sekutu memecah sebagian besar saham-saham itu dalam rangka mendemokrasikan ekonomi dan mempromosikan paham kapitalisme melalui persaingan bebas. Inilah yang kemudian dinamakan “pembubaran zaibatsu“, yang kemudian disusul dengan penetapan pemerintah terhadap undang-undang antimonopoli yang melarang perusahaan-perusahaan besar mengambil keuntungan secara monopoli. Undang-undang ini ditetapkan pada tahun 1947 yaitu tahun yang sama diberlakukannya konstitusi 1947.(I Ketut, 2001: 143)

Berkuasanya zaibatsu yang mendominasi dan memonopoli dalam perekonomian Jepang sudah berlangsung semenjak masa pemerintahan Meiji. Keberadaan zaibatsu tidak dapat dipungkiri telah berperan penting dalam mendorong terjadinya proses industrialisasi di Jepang. Kelompok zaibatsu jugalah yang kemudian memberikan kontribusi penting dalam membangun masyarakat Jepang yang memiliki kemampuan yang didasari oleh ilmu pendidikan.

Ketika konstitusi 1947 diberlakukan, maka zaibatsu yang dibubarkan merubah jati dirinya tetapi tentu saja tidak meninggalkan peranannya sebagai penopang ekonomi Jepang. Sebelum pembubaran zaibatsu setelah Perang Dunia II, zaibatsu sudah mengalami kebangkrutan pada tahun 1930 yaitu ketika Jepang memasuki periode yang dikenal dengan “depresi Shoowa“. Dua hal yang menyebabkan zaibatsu terseret dalam kebangkrutan adalah: yang pertama yaitu efek dari benturan wall street yang terjadi pada tahun 1929, dan yang kedua yaitu shock yang disebabkan oleh diberlakukannya embargo emas oleh pemerintah Jepang pada tahun 1930an. (Hidemasa Morikawa, 1995:224).

Semenjak depresi tersebut, zaibatsu sebetulnya secara kontinyu mendapatkan berbagai serangan dari dalam negerinya sendiri terkait dengan terjadinya korupsi-korupsi yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah Jepang. Kemudian muncullah gerakan-gerakan anti zaibatsu yang sebetulnya dikarenakan oleh respon terhadap gerakan anti kapitalisme yang berkembang di Jepang. Gerakan-gerakan anti zaibatsu ini berkembang pada tahun 1930an yang kemudian disusul dengan peristiwa pembunuhan seorang direktur senior eksekutif dari perusahaan Mitsui oleh seorang dari teroris sayap kanan yang terjadi pada tahun 1932. (Hidemasa; 1995:224)

(19)

Sebagai kelompok yang dianggap bertanggung jawab terhadap pendanaan yang mendukung terjadinya Perang, maka dibawah pendudukan Amerika salah satu kebijakan yang sangat diperhatikan adalah mencari solusi untuk keberlanjutan zaibatsu. AS pada saat itu memiliki kontrol penuh terhadap setiap kebijakan yang akan dibuat di Jepang, dalam hal ini merevisi zaibatsu, sehingga keinginan-keinginan beberapa perusahaan untuk merevisi sendiri kebijakannya ditolak oleh AS.

Program revisi ini dimulai pada bulan September 1945 dengan skema lima perusahaan seperti; Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, Yasuda dan Fuji, daftar perusahaan kemudian diperluas untuk mencakup delapan puluh tiga konsentrasi, yang semuanya diserahkan kepemilikannya kepada komisi perusahaan induk likuidasi dan dilarutkan. Langkah selanjutnya yaitu pada bulan Maret 1947, yaitu ketika ke 56 penunjukan orang dari sepuluh keluarga zaibatsu Mitsui, Iwasaki, sumitomo, yasuda, Nakajima, asano, okura, Furukawa, Nomura, dan Aikawa diperintahkan untuk membekukan aset mereka dan mentransfer kepemilikan saham mereka untuk HCLC (Holding Company Liquidation Commision) tersebut. Orang-orang ini dilarang untuk memegang jabatan di salah satu zaibatsu yang berhubungan dengan perusahaan. Inti dari revisi tersebut adalah, mengubah kelompok zaibatsu-zaibatsu tersebut kedalam firma yang lebih kecil, kemudian pada tahun 1946, 86 firma diubah menjadi perseroan terbatas (PT), dan pada tahun 1947, 42 firma dibubarkan, 16 firma mengalami kebangkrutan, 26 firma dipisah menjadi perusahaan-perusahaan kecil dan sisanya 41 firma ditetapkan sebagai perseroan terbatas yang disyahkan oleh Amerika Serikat. (Hidemasa;1995; 237).

Saat perang dingin terjadi antara negara-negara bersatu dan persatuan negara Soviet meningkat setelah 1947, pendudukan Jepang terhadap kebijakan bergeser dari reformasi musuh masa lalu menjadi rehabilitasi sekutu. sejumlah langkah seperti pembubaran zaibatsu itu berbalik atau mulai menurun, proses ini berlanjut setelah pendudukan berakhir pada tahun 1952. Kalau pada praktek awalnya dilarang menggunakan nama zaibatsu lama dalam nama perusahaan, pada masa ini diizinkan untuk menghidupkan kembali. Pembatasan kerja untuk perusahaan induk telah dihapus, dan kelompok perusahaan yang telah dipecah selama fase awal pendudukan mulai dipasang kembali. Jadi yang awalnya pembubaran zaibatsu dilakukan semasa pendudukan AS sebagai bentuk kontrol terhadap Jepang yang dulu pernah terlibat dalam perang dan diklaim sebagai salah satu Negara “penjahat perang”, ketika AS menghadapi musuh baru semasa Perang Dingin, maka perombakan tersebut direvisi kembali untuk kepentingan AS dalam menciptakan stabilitas ekonomi yang kuat di Jepang.

Untuk itu Fase kedua setelah Perang bentuk zaibatsu Jepang kembali melahirkan kebijakan perekonomian struktur industri ke bentuk semula, dengan bersatunya sektor perbankan dengan sektor industri dan mulai bergabungnya anak-anak perusahaan yang diperbolehkan menggunakan nama perusahaan dengan nama lamanya dan kemudian membentuk kumpulan konglomerat besar yang baru dengan nama dan sistem baru yang disebut dengan “keiretsu”.

(20)

diantaranya adalah ekslusivitas dan dominasi yang tidak boleh lagi dimiliki secara monopoli oleh sekelompok keluarga. Namun peranan dari zaibatsu ini tidak terlalu banyak berubah, kontribusinya terhadap laju dari perekonomian Jepang masih sangat menentukan dan signifikan dalam perkembangan perekonomian Jepang.

Dalam perkembangannya pasca Perang Dunia II sampai dengan saat ini peran dan fungsi zaibatsu masih sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dalam kebijakan Jepang. Peranan zaibatsu dalam setiap kebijakan yang diambil oleh otoritas pemerintah masih berada dalam lingkaran yang sangat penting. (Yoshio Sugimoto, 2003;212) menjelaskan dalam bukunya An Introduction to Japanese Society bahwa adanya kolaborasi beberapa aktor penting dalam pembuatan kebijakan publik Jepang, dimana aktor-aktor tersebut adalah birokrasi, parlemen (partai politik), dan perusahaan bisnis (sektor swasta), sistem ini sering juga disebut three way deadlock.

Lingkungan ekonomi diawasi oleh pemimpin perusahaan besar, berada di bawah naungan birokrasi publik yang mengontrol sektor swasta melalui kekuasaannya guna memberikan izin perusahaan, meregulasi kegiatan perusahaan, dan menentukan implementasi proyek-proyek yang didanai oleh publik. Sementara itu, pejabat dalam birokrasi tunduk kepada legislator terutama kepada partai politik yang menentukan biaya yang dipersiapkan birokrat untuk national Diet dan menentukan nilai bagi pejabat setelah mereka menempati suatu posisi karir tertentu. Kaum politisi tunduk kepada sektor swasta karena mereka membutuhkan dukungan keuangan bagi individu maupun partai politik dalam mempertahankan kegiatan organisasi politik mereka. (Sugimoto,2003:212)

Dengan demikian fungsi dan peran Zaibatsu dari dua fase perkembangan dari sebelum Perang Dunia II sampai pasca Perang Dunia II tidak berubah banyak. Zaibatsu yang merupakan simbol dari tumbuh dan berkembangnya industrialisasi di Jepang telah berkontribusi terhadap arah pengambilan kebijakan di Jepang. Dari keterlibatan Jepang pada Perang Dunia sampai kebijakan Jepang yang mendeterminasi sebagai Negara modern yang mengutamakan perbaikan ekonomi di segala sektor.

Reformasi bentuk yang dilakukan di dalam tubuh zaibatsu hanya membatasi kepemilikan individu yang didominasi dan dimonopoli oleh kelompok keluarga secara eksklusif. Perubahannya dari zaibatsu menjadi keiretsu hanya untuk memberikan kesempatan pada terbukanya sistem ekonomi yang bersifat demokrasi, hal ini tentunya seiring dengan program demokratisasi yang diberlakukan oleh AS pasca kekalahan Jepang di Perang Dunia II.

(21)

yang juga sekaligus merupakan simbol dari modernisasi Jepang.

Posisi spesial yang disediakan oleh para pebisnis untuk para pensiunan pemerintah yang dikenal dengan istilah amakudari (turun dari surga), merupakan mata rantai yang terus mengalir dalam putaran aktor-aktor para pengambil keputusan di Jepang. Untuk itu istilah three way deadlock sangat menunjukan bahwa peran dan fungsi zaibatsu dalam politik dan pemerintah Jepang bukan hanya pemanis tetapi penentu penting.

7. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Industri Jepang

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan zaibatsu, terutama kemampuan zaibatsu di dalam mewujudkan strategi diversifikasinya. khususnya disekitar tahun 1893-1913 yaitu berupa: 1. Sumber-sumber daya manajemen

2. Struktur organisasi 3. Keluarga zaibatsu

Sumber-sumber daya manajemen pada waktu itu ialah berupa sumber keuangan dan sumber daya manusia yang berupa tenaga-tenaga profesional. Sumber-sumber daya tersebut tanpa dibarengi dengan struktur organisasi yang tepat serta hubungan kerjasama yang baik antara pemilik perusahaan dengan tenaga-tenaga profesional, niscaya perkembangan zaibatsu tidak akan dapat dicapai.

Sumber dana yang diperoleh yaitu berasal dari dua sumber yaitu dari keuarga dan dari hasil usaha perusahaan keluarga. Selain itu keberhasilan strategi diversifikasi tidak saja didukung oleh melimpahnya ketersediaan dana, tetapi juga tenaga-tenaga yang terampil. Tenaga-terampil tersebut yang kemudian menjabat sebagai manajer yang mampu mengkombinasikan ide-ide, pandangan-pandangan, serta pemikiran-pemikiran strategis.

Pada umumnya zaibatsu tidak memiliki cukup tenaga terampil yang berasal dari lingkungan keluarga. Sehingga terpaksa mengambil tenaga-tenaga dari lingkungan luar keluarga. Kebanyakan tenaga yang diambil dari luar lingkungan keluarga adalah lulusan universitas ternama. Akibatnya banyak lulusan dari universitas ternama menempati posisi yang penting dalam perusahaan zaibatsu. Selain menempatkan tenaga-tenaga lulusan universitas, juga mempekerjakan pensiunan pegawai negeri yang dikenal dengan istilah “amakudari“ yaitu birokrat yang turun dari kayangan. Dengan melimpahnya dana serta tersedianya tenaga-tenaga terampil, maka dengan mudah bagi zaibatsu untuk mengembangkan berbagai usahanya.

(22)

sehingga dapat memuluskan jalan menuju perkembangan selanjutnya ke bidang yang lebih luas lagi.

Perkembangan zaibatsu pada intinya sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan Meiji yaitu penjualan aset negara serta adanya undang-undang yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha keluarga untuk mencari kekayaan dengan cara joint stock. Kemudian pemerintah juga sangat berperan dalam menunjang perkembangan dari zaibatsu ini yaitu seperti dibentuknya undang-undang persero pada tahun 1893 yang mengatur kebutuhan dan kewajiban dari para zaibatsu untuk merekrut tenaga profesional dari lulusan universitas-universitas ternama di Jepang. Salah seorang tokoh yang berpengaruh terhadap adanya pembaharuan di dalam tubuh zaibatsu adalah tokoh penting yaitu Fukuzawa Yukicchi yang menulis „“Encouragement to Learning“.

8. Aplikasi Perkembangan Industri di Jepang

Jepang adalah salah satu dari tiga negara dunia dengan ekonomi terbesar serta termaju didunia. Berdasarkan survei banyak lembaga internasional, ekonomi Jepang adalah ekonomi terbesar kedua di Asia (Dibawah RRC) dan ketiga didunia (Selain AS dan RRC). Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang inovatif dan kreatif serta memiliki semangat berkarya yang tinggi sehingga walaupun bangsa mereka bukan bangsa penemu mereka mampu menciptakan berbagai penemuan-penemuan terpenting dalam sejarah dunia.

Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan dan kemajuan Jepang ialah karena Jepang memiliki kultur dan watak penduduk yang mau bekerja keras, pantang menyerah, berjiwa wirausahawan sejati, berani dan sangat berdisiplin. Data dari PBB ditahun 2011, Jepang memiliki GDP perkapita $37,039 dan GNP perkapita $30.455, dengan demikian Jepang berada diurutan ke 21 negara dengan GDP dan GNP perkapita terbesar didunia.

Ekonomi Jepang adalah ekonomi no.3 yang tercepat sepanjang sejarah modern umat manusia selain ekonomi Korea Selatan dan RRC. Tonggak kebangkitan dan kemajuan ekonomi Jepang dimulai sesaat setelah Jepang dikalahkan Sekutu dalam perang Dunia ke-2. Saat kota-kota dan ekonomi yang pernah dibangun Jepang sebelum 1945 hancur, bangsa Jepang membangun negaranya hanya dengan modal dengkul ditambah semangat kerja, etos kerja dan kedisiplinan. Tak perlu waktu yang lama, mereka mampu membangun kembali ekonomi dan negerinya menjadi salah satu yang raksasa ekonomi global.

(23)

pelarangan produk-produk Jepang. Meskipun begitu, Jepang tetap percaya diri dan membuktikan bahwa bangsa mereka adalah yang unggul.

Ekonomi negara Jepang yang dibangun sekitar tahun 1946, dibangun dengan pondasi yang kuat dengan industri berat, manufaktur dan jasa sebagai penopang utama perekonomian mereka. Industri milik Jepang adalah industri yang terbaik di dunia (tahun 2008 mengalahkan AS). Industri Jepang menjadi raksasa dunia sejak 1960 sampai 2004. Industri Jepang sejak lama topang oleh modal yang besar, SDM yang berkualitas, ketersediaan listrik dan peralatan pendukung yang canggih.

Industri utama Jepang yang paling dikenal dunia adalah otomotifnya (baik motor ataupun mobil), tetapi lebih dari itu Jepang juga negara penghasil kapal, elektronik, ponsel, mesin, robot (android), baja (metal), komputer, tekstil, sutera, bio-industri, semikonduktor, farmasi, kertas, petrokimia, makanan, teknologi ruang angkasa, alumunium dan lainnya. Hampir semua industri di Jepang laku di ekspor. Mau bukti? lihat saja, di jalan-jalan Indonesia, India, Malaysia dan Filipina banyak dijumpai mobil buatan Honda, Suzuki, Toyota, Hino, Isuzu, Mitsubishi dan Mazda. Alat-alat rumah tangga didominasi alat buatan Jepang seperti Sharp, Mito, Mitoshiba, Toshiba, Canon dll. Peripheral, panel plasma, semikonduktor dan komputer merek Canon, Hitachi, Fujitsu dan Toshiba juga diminati dunia.Sampai sekarang, Jepang adalah negara industri paling sukses sepanjang sejarah.

Selain itu, Jepang juga menguasai global melalui industri anime (animasi) dan produk perfilman mereka. Anime (animasi) Jepang menyerbu dan laris manis dipasaran dunia seperti : Doraemon, Ninja Hatori, Naruto, One Piece dll. Dari industri animasi-nya (anime), Jepang membukukan keutungan bersih total sekitar 2.983,03 milliar Yen. Wow, fantastic bukan?

Walaupun Jepang negara maju, negara ini tidak melupakan bidang usaha lain seperti pertanian dan peternakan. Pertanian di Jepang tergolong maju dan menerapkan intensifikasi pertanian, sehingga walaupun luas wilayah Jepang yang dijadikan lahan pertanian kurang dari 15 % Jepang dapat berswasembada memenuhi kebutuhan domestiknya. Lain halnya dengan Indonesia yang dikaruniakan Tuhan banyak sumber alam sampai sekarang belum mampu berswasembada bahan pangan, ironis sekali. Pertanian di Jepang kebanyakan menggunakan sistem hidroponik, aeroponik, pupuk hijau/kompos, mesin panen dan mesin-mesin pembajak yang modern. 2011 lalu, Jepang berhasil berswasembada atas komoditas beras, kedelai, kacang tanah, rumput laut, teh, tomat, sayuran, kubis, pir, jeruk, aprikot, lobak, jagung, kentang, ketan, gandum, bunga dan wasabi. Meskipun swasembada, untuk membuat Sanbei, Jepang masih mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand.

Pertambangan adalah usaha yang kurang berhasil di Jepang, karena bumi Jepang sangat miskin dan sedikit sekali menghasilkan mineral. Bumi Jepang tercatat hanya menghasilkan garam, batubara, tembaga, bauksit, emas, biji besi, biji nikel, tungsten dan gas alam dalam jumlah sedikit, yang jauh dari cukup. Hanya energi air, panas bumi, angin dan panas matahari yang terdapat dalam jumlah yang melimpah.

(24)
(25)

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Ekonomi Jepang adalah salah satu yang terbaik, tersehat, terbesar dan termodern didunia. Ekonomi Jepang bertumpu pada industri, jasa, manufaktur dan telekomunikasi yang menyumbang 78 % GDP-nya. Walaupun sudah menjadi negara yang maju dan berbasis teknologi, Jepang serta merta tidak melupakan bidang usaha yang lain. Bahkan, dewasa ini pemerintah Jepang memberikan insentif yang besar kepada para petani, nelayan dan peternak. Karena usaha intensifikasi dibidang pertanian dan peternakan, Jepang akhirnya berswasembada pangan.

Semangat restorasi yang dimulai pada era Meiji telah mendorong Jepang kedalam semangat industri. Industrialisasi yang dipelopori oleh sekelompok penguasaha-pengusaha konglomerasi yang dulunya dikuasi oleh sekelompok keluarga di Jepang ini telah banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi Jepang sampai saat ini. Seiring dengan perubahan zaman, peranan dan fungsi dari zaibatsu-pun berubah, namun peranannya dalam memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jepang tidak dapat dipungkiri.

Zaibatsu yang dapat dikategorikan sebagai kelompok kepentingan yang bersifat ekonomi, keberadaannya memiliki peranan yang sangat penting di Jepang. Bukan hanya sebagai penggerak laju ekonomi Jepang yang berkontribusi terhadap penyedia lapangan pekerjaan, tetapi juga sebagai aktor penting yang berada dilingkaran otoritas negara. Eksklusivitas negara yang diberikan kepada zaibatsu tidak dapat terlepas dari perjalanan sejarah yang dialami Jepang.

(26)

perang sampai dengan sesudah perang. Dari dua fase tersebut dapat terlihat bahwa zaibatsu sebelum Perang Dunia II berperan sebagai salah satu aktor yang ikut andil dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah Jepang khususnya dalam keputusan Jepang untuk terlibat dalam Perang Dunia II. Hal ini didorong oleh semangat yang didorong oleh pemerintah melalui semboyannya “negara kaya militer kuat“.

Kemudian pada fase kedua yaitu masa sesudah Perang, seiring dengan prinsip baru Jepang yang tertuang dalam konstitusi 1947 mengenai janji Jepang untuk tidak lagi terlibat dalam bentuk perang apapun dan akan berkonsentrasi terhadap perbaikan ekonomi, maka zaibatsu yang mengalami pembubaran akibat keterlibatannya dalam Perang Dunia II ini di kemudian hari dengan bentuk dan namanya yang sudah berubah (menjadi keiretsu) tetap menjadi aktor utama dari perancang perbaikan ekonomi Jepang. Untuk itu peranan dan fungsinya dalam politik dan pemerintahan semakin penting, bahkan merupakan salah satu aktor dari dua aktor lainnya ( dikenal dengan Three way deadlock) yang sangat berpengaruh terhadap setiap pengambilan keputusan dan arah kebijakan di Jepang, khususnya di fase kedua ketika “strhengthening economic power“ menjadi tujuan utama dari pemerintah Jepang.

b. Kritik dan Saran

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne.”

http://www.anneahira.com/pengertian-industri-manufaktur.htm

” (Diakses tgl

17/01/2013)

Magisterrex,

http://magisterrex.wordpress.com/2011/08/23/happy-20th-birthday-supernintendo/

(Diakses tgl 13/01/2013)

---. (2012).

“http://mobil.sportku.com/berita/news/aktual/9017-edan-satu-unit-toyota-corollaterjual-tiap-40-detik” (Diakses tgl 13/01/2013)

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya survei berguna untuk mengetahui apa yang ada tanpa mempertanyakan mengapa hal itu ada”.Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti melakukan penelitian

Kemudian penelitian Charness and Gneezy (2007) menguji bias psikologi yaitu ambiguity aversion and illusion of control yang mempengaruhi tingkat investasi pada asset

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi bilangan bulat pada pembelajaran daring adalah

Latar Belakang: Anemia masih menjadi salah satu permasalahan gizi di dunia terutama di negara berkembang. Anemia merupakan suatu kondisi medis dengan jumlah sel

Amonium yang terbentuk dari amoninifikasi nitrogen dapat diubah menjadi N-NO 3 - melalui nitrifikasi, atau diserap oleh tanaman, atau digunakan langsung oleh

(perhatian dari BPN RI dan Kanwil BPN Propinsi Jawa Barat dan kedudukan BPN dalam reforma agraria) [S1,S2,]; 2 terkait kebijakan yang ditempuh (hubungan baik dengan

Perubahan yang terjadi adalah pada tabung yang berisi Formalin warnanya menjadi ungu dan menunjukan bahwa formalin mengandung gugus aldehid

Lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa konsumen antara konsumen dan pelaku usaha jika mengingat Pasal 1 Angka (11) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan