2
PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG DEDAK JAGUNG (Zea mays) TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA NUGGET IKAN NIKE (Awaous melanochepalus)
1,2)Nirmawati E. Pikoli 2)Nikmawatisusanti Yusuf
2)Asri Silvana Naiu
2Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh penggunaan dedak jagung terhadap karakteristik kimiawi nugget ikan nike (A. melanocephalus) dan nugget ikan nike terbaik. Penelitian ini dilakukan pada dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan bentuk bahan baku ikan nike, menentukan tepung dedak jagung yang baik dan formulasi nugget ikan nike. Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung dedak jagung terhadap mutu kimia yang terdiri atas kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat. Perlakuan konsentrasi dedak jagung yang digunakan adalah 10% (J1), 15% (J2) dan 20% (J3). Analisis data yang digunakan adalah analisis sidik ragam. Hasil menunjukan bahwa penggunaan tepung dedak jagung berpengaruh nyata pada kadar air, protein, serat, karbohidrat dan lemak. Produk nugget terbaik adalah nugget dengan tepung dedak jagung 20%.
Kata kunci : tepung dedak jagung, ikan nike nike (A. melanocephalus), mutu kimia nugget. PENDAHULUAN
Provinsi Gorontalo adalah salah satu daerah pengembangan minapolitan dan agropolitan. Hal ini karena Gorontalo memiliki sumberdaya perikanan dan pertanian yang potensial. Salah satu hasil perikanan Gorontalo yaitu ikan nike Awaous melanocephalus. Menurut Tantu (2001) dalam Yusuf (2011), ikan nike merupakan juvenile dari ikan Awaous melanocephalus yang berukuran kecil, tidak berwarna dan tidak bersisik. Karena bentuknya yang kecil, maka seluruh bagian ikan nike dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Data Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Provinsi Gorontalo (2012), menunjukan jumlah produksi ikan nike di Gorontalo pada
3 menggunakan tempe sebagai bahan pengisi (Liputo dkk,2011).
Adawyah (2007) mendefinisikan nugget sebagai sejenis makanan yang dibuat dari daging giling atau daging cacah yang diberi bumbu dan dibentuk dalam cetakan tertentu yang kemudian dikukus, dipotong-potong, dipanir dan digoreng. Nuggetdi pasaran pada umumnya dibuat dari daging ayam, sehingga sering disebut juga dengan chicken nugget. Harga daging ayam di pasaran mahal (Rp. 45.000 – Rp. 60.000/kg), sehingga sebagai alternatif bahan baku yang dapat digunakan yaitu daging ikan nike dengan harga (Rp. 15.000- 25.000/kg). Daging ikan nike dapat dijadikan sebagai bahan baku nugget sebab mengandung protein dengan kandungan asam amino essensial seperti leusin dan lisin serta kandungan lemak dengan komposisi asam lemak seperti DHA, asam oleat, dan EPA (Yusuf, 2011).
Provinsi Gorontalo selain berpotensi di bidang perikanan juga merupakan daerah pengembangan agropolitan terutama pengembangan komiditi jagung sebagai komoditi unggulan. Jagung dikenal sebagai salah satu makanan utama bagi masyarakat Gorontalo. Pengembangan tanaman jagung di Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari produksi jagung dalam bentuk pipilan. Menurut Data Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo (2013), produksi jagung pipilan kering pada tahun 2012 adalah
644.754 ton meningkat menjadi 724.692 ton pada tahun 2013. Pemanfaatan jagung di Gorontalo dinilai masih sangat minim sehingga dilakukan pemanfaatan jagung yang lebih dari sekedar sebagai makanan pengganti beras.
Pada pengolahan jagung pipilan, terdapat hasil sampingan berupa dedak jagung atau dila lo binthe (Gorontalo). Dedak jagung umumnya dibuat sebagai pakan, namun masyarakat lokal Gorontalo mengolahnya menjadi bubur dedak jagung sehingga asumsi bahwa dedak hanya digunakan sebatas pakan akan dapat dihilangkan. Pemanfaatan dedak jagung dapat dikembangkan menjadi bahan tambahan pada beberapa jenis makanan olahan. Berdasarkan Rose et al (2010), bahwa dedak jagung dapat digunakan sebagai bahan tambahan fortifikasi pada makanan karena mengandung serat (73,2 - 86%).
Penelitian sebelumnya mengenai pembuatan nugget ikan nike telah dilakukan oleh Liputo dkk (2011) mengenai karakteristik kimia
nugget ikan nike dengan tepung tempe. Pemanfaatan nike sebagai bahan baku nugget dapat dikembangkan dengan menggunakan tepung dedak jagung sebagai bahan pengisi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan ikan nike dan tepung dedak jagung sebagai bahan utama dan bahan pengisi dalam produk nugget.
METODE PENELITIAN Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget terdiri atas ikan nike yang berasal dari perairan lokal Gorontalo, tepung dedak jagung yang dibeli di pasar Gorontalo, bawang putih, bawang bombay, garam, lada dan telur. Bahan yang digunakan untuk analisis dalam pengujian kimia adalah sampel nugget
ikan nike hasil perlakuan, katalis (CuSO4.5H2O dan K2SO4), asam sulfat (H2SO4),indicator
metilenred natrium hidroksida (NaOH), klorofom, aquades.
Alat-alat yang akan digunakan dalam pembuatan nugget nike terdiri atas timbangan, wajan, pisau, talenan, pengaduk, ayakan,
4 timbangan digital, cawan petri, cawan porselin, ekstraktor sokhlet, seperangkat alat
mikrokjeldahl, labu alas bulat, Erlenmeyer,
pemanas dan kertas saring
.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan bentuk bahan baku ikan nike yang digunakan, apakah dalam bentuk utuh atau lumat. Dalam penelitian pendahuluan diuji cobakan 2 bentuk daging nike yaitu daging nike yang dilumatkan dan daging nike yang tidak dilumatkan (utuh). Hasil penelitian awal menunjukan bahwa nugget yang berbahan baku nike tanpa dilumatkan berwarna lebih cerah (putih kekuningan) dibandingkan dengan nugget yang berbahan baku daging ikan nike yang dilumatkan (berwarna hitam) sehingga bentuk bahan baku yang digunakan adalah daging ikan nike yang tidak dilumatkan atau utuh.
Tahapan penelitian pendahuluan selanjutnya adalah pemilihan tepung dedak jagung. Dedak jagung diperoleh dari Pasar Sentral Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil pengamatan, dedak jagung yang dipilih adalah dedak jagung yang baik mutunya untuk bahan pangan dengan karakteristik warna kuning cerah, bebas serangga dan aroma khas jagung (Gambar 1). Dedak jagung yang sudah rusak ditandai dengan warna kuning kehitam-hitaman, banyak kumbang kecil berwarna hitam dan kadang kala terdapat belatung. Dedak jagung kemudian diayak untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin masih terdapat dalam dedak jagung. Berdasarkan SNI (3751-2006) tentang mutu tepung mensyaratkan bahwa bahan baku tepung harus bebas dari berbagai kontaminasi benda asing, seranga dari berbagai stadia, dan warna serta bau yang normal. Untuk memperoleh tepung dedak jagung, maka dedak jagung yang bagus mutunya ditapis untuk menghilangkan kulit ari dan kotoran. Setelah bersih, maka dedak jagung digiling menggunakan grinder dan hasilnya diayak
dengan ayakan tepung sampai diperoleh dedak dalam bentuk tepung seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Tepung dedak jagung yang digunakan dalam penelitian
Tahap penelitian pendahuluan selanjutnya adalah membuat formula bumbu
nugget ikan nike dengan memodifikasi formula bumbu berdasarkan Trilaksani dkk (2008) dan menentukan penggunaan tepung dedak jagung berdasarkan Wellyalina dkk (2013).
Berdasarkan Wellyalina dkk (2013) dari pembuatan nugget tetelan merah ikan tuna yang menggunakan tepung maizena (tepung jagung) menyatakan bahwa batas penggunaan tepung maizena dalam nugget berkisar 5 – 25%. Berdasarkan kisaran tersebut, maka dicobakan tepung dedak jagung pada konsentrasi 10%, 20% dan 25%. Dari hasil uji organoleptik hedonik menunjukan bahwa nugget nike dengan tepung dedak jagung 25% kurang disukai oleh panelis sebab menimbulkan kesan tekstur yang keras dan rasa nugget yang agak pahit. Semakin banyak tepung dedak jagung yang digunakan (25%) maka semakin keras tekstur nugget yang menghasilkan rasa nugget ikan nike yang sedikit pahit. Hasil formulasi dalam penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Formula dasar nugget nike penelitian Bahan penyusun Persentase bahan*
Daging ikan nike 100 g Tepung dedak jagung 20 g
5
Bawang putih 15 g
Garam 2 g
Lada 1 g
Telur 25 g
Sumber: *)Modifikasi Trilaksani dkk (2008) berdasarkan trial and error
Penelitian utama
Berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh batas maksimal penggunaan tepung dedak jagung pada formulasi nugget ikan nike yakni 25% dari jumlah ikan nike sehingga dalam penelitian utama menggunakan konsentrasi kurang dari 25%. Pada penelitian utama persentase tepung dedak adalah 10%, 15% dan 20% serta sebagai kontrol digunakan tepung tapioka 20%.
Tabel 2.. Formulasi perlakuan nugget ikan nike Bahan
penyusun
Komposisi (g)
Kontrol J1 J2 J3
Ikan nike 100 100 100 100
Tepung tapioka 20 - - -
Tepung dedak jagung
- 10 15 20
Bawang Bombay
50 50 50 50
Bawang putih 15 15 15 15
Garam 2 2 2 2
Lada 1 1 1 1
Telur 25 25 25 25
Proses pembuatan nugget ikan nike mengikuti prosedur berdasarkan metode Liputo
dkk (2011). Pembuatan nugget nike diawali dengan proses pencucian ikan nike yang diperoleh dari nelayan lokal Gorontalo. Ikan nike dipertahankan dengan suhu dingin sebelum diolah. Selanjutnya, bumbu-bumbu dihaluskan dengan blender. Kemudian, dilakukan pengadonan yakni mencampur tepung dedak jagung dan bumbu-bumbu hingga kalis. Adonan nugget kemudian dituangkan ke dalam cetakan berbentuk kotak. Selanjutnya dilakukan proses pengukusan pada suhu 100°C selama 30 menit (Liputo dkk, 2011). Setelah matang, nugget didinginkan dan dipotong-potong seperti kotak.
Lalu dilakukan pemaniran yakni mencelupkan nugget ke dalam putih telur dan digulingkan atau dibalur dengan tepung panir. Selanjutnya nugget digoreng pada suhu 180°C selama 2-4 menit sampai berwarna kekuningan (Liputo dkk, 2011).
Nugget yang telah matang akan dianalisis dengan menggunakan analisis organoleptik dan kimiawi. Alur penelitian utama nugget ikan nike dapat dilihat pada Gambar 3.
Metode Pengujian
6
Ikan nike
Pencucian dan penirisan*
Bumbu-bumbu** Penghalusan
Tepung dedak jagung 10%, 15% 20%*** Formulasi adonan
(J1,J2,J3)
Pencetakkan
Pengukusan (100°C 30 menit)(Liputo dkk 2011)
Pemotongan dan pemaniran
Penggorengan 180°C, 2-4 menit (Liputo dkk 2011)
Nugget ikannike perlakuan J1;J2 dan J3
Analisis kimiawi nugget ikan nike
Karakteristik Nugget ikan nike terbaik
Gambar 2. Alur kegiatan Penelitian
7 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 3. Hasil analisis kimia nugget ikan nike dengan tepung dedak jagung sebagai bahan pengisi
Keterangan: kontrol (tepung tapioka), J1 (tepung dedak jagung 10%), J2 (tepung dedak jagung 15%) dan J3 (tepung dedak jagung 20%).
Kadar air
Berdasarkan Gambar 3, kadar air terendah terdapat pada nugget perlakuan J1 (tepung dedak jagung 10%) yaitu 31,54% dan kadar air tertinggi terdapat pada nugget perlakuan kontrol (tepung tapioka) yaitu 35,59%. Uji BNT menunjukan bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata dengan seluruh perlakuan tepung dedak jagung (J1, J2 dan J3) sedangkan antar perlakuan tepung dedak jagung relatif sama. Hal ini disebabkan karena kandungan pati yang terdapat pada tapioka dan tepung dedak jagung berbeda.
Perbedaan kadar air pada nugget kontrol berbeda dengan kandungan air pada nugget perlakuan tepung dedak jagung disebabkan oleh perbedaan kandungan pati. Kandungan pati tapioka lebih tinggi sehingga kemampuan mengikat air lebih tinggi yang menyebabkan kadar air nugget kontrol tinggi, sedangkan pati dedak jagung lebih rendah sehingga kemampuan mengikat air pun terbatas akibatnya adalah kadar
air nugget ikan nike menggunakan tepung dedak jagung lebih rendah. Kadar air antar perlakuan dedak jagung sama secara statistik sebab jumlah pati yang terkandung pada tepung dedak jagung pada konsentrasi yang sama.
Berdasarkan Winarno (2002), pati merupakan bagian karbohidrat tercerna yang memiliki kemampuan mengikat air pada saat proses gelatinisasi. Pati pada tapioka yaitu 65,26 %(Imaningsih, 2012), sedangkan pada tepung dedak jagung hanya 4-11,2% (Rose et al.
2010). Kadar air nugget ikan nike yang menggunakan tepung tapioka maupun tepung dedak jagung memenuhi standar mutu nugget 6883-2002 yaitu maksimal 60%.
Kadar abu
Kadar abu pada nugget ikan nike kontrol merupakan kadar abu terendah yaitu 1,24 % dan kadar abu pada nugget ikan nike J3 (dengan perlakuan tepung dedak jagung 20%) merupakan kadar abu tertinggi yakni 1,33%. Hasil analisis
Air Abu Lemak Protein Serat Karbohidrat
Ka
Kadar kimia nugget ikan nike hasil perlakuan
Kontrol
J1
J2
8 sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan tepung dedak jagung berbagai konsentrasi tidak berpengaruh pada kadar abu nugget ikan nike. Hal ini disebabkan karena jumlah abu yang terkandung pada tepung tapioka dan dedak jagung serta ikan nike dalam jumlah yang kecil.
Jumlah abu pada tepung dedak jagung mempengaruhi kadar abu yang memberikan pengaruh yang tidak nyata pada nugget.
Kadar lemak
kadar lemak terendah terdapat pada nugget perlakuan J3 (tepung dedak jagung 20%) dan kadar lemak tertinggi terdapat pada nugget perlakuan kontrol (tepung tapioka). Uji lanjut BNT menunjukan bahwa perlakuan kontrol tidak berbeda dengan perlakuan J1 (tepung dedak jagung 10%) namun berbeda nyata dengan perlakuan J2 dan J3(tepung dedak jagung 15% dan 20%).
Kadar lemak nugget hasil perlakuan tepung dedak jagung lebih rendah dibandingkan dengan nugget kontrol sebab tepung dedak jagung yang digunakan mengandung serat yang tinggi (30,47% - 34,46%). Serat merupakan bagian pati yang tercerna tersusun atas senyawa polisakarida tanaman seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa. Senyawa-senyawa ini memiliki kemampuan absorbs organic yaitu kemampuan menyerap beberapa unsur organik seperti lemak dan kolesterol (Marsono, 2004).
Kandungan lemak pada nugget dipengaruhi pula oleh proses penggorengan. Pada saat penggorengan, bahan pangan akan menyerap minyak yang digunakan sebagai medium pemanasan. Menurut Wellyallina dkk
(2013) bahwa saat digoreng, dimana air yang terkandung pada bahan akan menguap dan minyak akan masuk mengisis ronga-rongga pada bahan yang sebelumnya diisi oleh molekul air.
Kadar protein terendah terdapat pada perlakuan kontrol (nugget tepung tapioka) yaitu 14,15% dan kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan J3 (tepung dedak jagung 20%). Uji BNT menunjukan bahwa seluruh perlakuan tepung dedak jagung (J1, J2 dan J3) berbeda nyata dengan nugget kontrol sedangkan antar perlakuan (J1, J2 dan J3) tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena kandungan protein pada tapioka dan dedak jagung berbeda. Protein pada tepung dedak jagung adalah 5%-11,5% (Rose et al, 2010) dan pada tapioka adalah 0,5 – 0,7 (Nutritionalanalyzer.com).
Kandungan protein pada nugget dipengaruhi oleh komponen pada bahan utama yakni daging ikan nike dan bahan pengisi yakni tepung. Tepung tapioka mengandung protein yang sangat rendah sehingga tepung tapioka tidak mempengaruhi kadar protein nugget jika dibandingkan dengan jumlah protein pada tepung dedak. Dengan penggunaan tepung dedak jagung maka kandungan protein nugget ikan telah berbeda dengan nugget kontrol sedangkan protein nugget yang sama hasil dari tepung dedak jagung sebab kandungan protein pada jagung dalam konsentrasi yang sama sehingga menghasilkan kandungan protein yang sama secara statistik.
Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa kandungan protein pada nugget dipengaruhi komponen bahan penyusunnya. Nugget ikan nike berasal dari ikan nike yang mengandung protein 18,69 (Yusuf, 2011).
Kadar Serat
9 pada peningkatan kadar serat terhadap nugget kontrol. Uji lanjut BNT menunjukan bahwa seluruh perlakuan tepung dedak jagung (J1, J2 dan J3) berbeda nyata dengan nugget kontrol sedangkan antar perlakuan (J1, J2 dan J3) tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena dedak jagung mengandung serat yang tinggi yaitu 73,2%-86%.
Serat pangan merupakan golongan karbohidrat nonpati, yang disusun atas golongan polisakarida seperti pektin, lignin dan gum. Makanan yang memiliki nilai serat yang tinggi merupakan salah satu kriteria makanan sehat sebab serat memiliki banyak khasiat terutama pada kesehatan pencernaan manusia (Kusnandar 2011). Serat pangan tidak larut air (insoluble fibre) mempunyai sifat mudah menahan air sehingga menyebabkan feses meruah/mengembang (bulky) dan mudah dikeluarkan sehingga serat pada nugget merupakan makanan sumber serat yang sehat. Kadar Karbohidrat
Kadar karbohidrat terendah terdapat pada perlakuan J3 (nugget tepung dedak jagung 20%) yaitu 5,77% dan kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada perlakuan J3 (tepung tapioka) yaitu 29,91%. Uji BNT menunjukan bahwa seluruh perlakuan tepung dedak jagung (J1, J2 dan J3) berbeda nyata dengan nugget kontrol sedangkan antar perlakuan (J1, J2 dan J3) tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena perbedaan kadar pati anatar tapioka dan tepung dedak jagung.
Penurunan kadar karbohidrat ini disebabkan karena kandungan pati yang terkandung pada masing-masing tapioka dan tepung dedak jagung. Dedak jagung mengandung pati yang rendah yaitu 4 – 11% namun kadar nonpati yang tinggi sedangkan tepung tapioka mengandung pati sebesar 65,26 (Rose et al 2010 dan Imaningsih, 2012). Kandungan pati yang sama menghasilkan karbohidrat yang sama sedangkan kandungan pati yang berbeda menghasilkan karbohidrat yang berbeda pula secara statistik.
Hasil analisis karbohidrat dipengaruhi oleh jumlah komponen proksimat lainnya seperti kadar air, abu, lemak, dan protein. Kandungan karbohidrat yang dihasilkan berasal dari bahan pengikat yang digunakan oleh pembuatan nugget. Menurut Winarno (2004),) karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain.
Kandungan karbohidrat terutama pati sangat penting dalam dalam pengolahan nugget, dimana pati akan mengikat air selama proses pengadonan dan selama pengukusan pati akan tergelatinisasi sehingga terjadi pembengkakan granula (Wellyalina dkk 2013).
SIMPULAN
1. Penggunaan tepung dedak jagung berpengaruh nyata pada peningkatan kadar air nugget, protein, serat dan karbohidat serta pada penurunan kadar lemak. Kadar air nugget tepung dedak jagung berkisar 31,54 – 32,23%, protein berkisar 15,33-15,66%, serat berkisar 30,47-34,46% dan kadar lemak menurun dari 12,4% menjadi 10,05%.
2. Nugget ikan nike terbaik adalah formula tepung dedak jagung sebesar 20% (J3). DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Afrisanti, D. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci Dengan Penambahan Tepung Tempe.[Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta Aisyah, N. 2012. The effect of different types of
10 Astriani, R., Kusrahayu, dan Mulyani. 2013.
Pengaruh Berbagai Filler Terhadap Sifat Organoleptik Beef Nugget. Animal Agriculture Journal II(2):247-252.
Astuti, E. 2014. Resep Masakan.
(http://www.cara-id/resep- masakan/cara-membuat-tepung-panir-segar) [diakses 28 Mei 2014]
Aswar. 1995. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah. [Skripsi]. Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor . Bogor.
Badan Pusat Statistik [BPS] Gorontalo. 2013.
Berita Resmi Statistik Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi Gorontalo.
Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Gorontalo.
Desmelati, Ayob, M. K., Abdullah, A., dan Barji, A. S. 2011. Penilaian Kualiti Fisiko Kimia Nuger Ikan Komersial. Sains Malaysiana 40 (7):871-875.
Ginting, N., dan Umar, N. 2005. Penggunaan Berbagai Bahan Pengisi Pada Nugget Itik Air. Jurnal Agribisnis Perternakan 1(3) :106-110.
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Jagung.(http://ebookpangan.com) [28 Mei 2014)
Lanfranco, R. 2011. Information of Content of Corn Bran.
Ikan Nike dengan Penambahan
Tempe.[Artikel Ilmiah].Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Program Pascasarjana Unsrat. Manado.
Marimin, 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Manjemuk. Grasindo. Jakarta.
Nurjanah, 2011. Pengetahuan Tentang Berbagai
Macam Tepung
(http://www.tokopastri.com/pengetahua n-tentang-berbagai-macam-tepung) [ 28 Mei 2014]
Permadi, S, Mulyani S dan Hintono A. 2012. Sifat serat, Sifat Organoleptik dan Rendemen Nugget Yang Disubstitusi Dengan Jamur Tiram Putih.Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 1 (2) : 115 - 120
Restu. 2012. Pemanfaatan Ikan Toman Sebagai Bahan Nugget . Jurnal Hewani Tropika I(II):67-70.
Rose, D., Inglett, G., & Liu, S. X. 2010. Utilisation of corn (Zeamays) bran and corn fiber in the production of food component. J Sci Food Agric:915-924.
Rossuartini. 2005. Proses Pengolahan Daging Kelinci Menjadi Produk Nugget .
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian: 151-155. (http://booksie.com/nisanthidevi-sarangapani)
[diakses 10 Februari 2014]
Surawan. 2007. Penggunaan Tepung Terigu, Tepung Beras, Tepung Tapioka dan Tepung Maizena terhadap Tekstur dan Sifat Sensoris Fish Nugget Ikan Tuna (Thunnus sp.). Jurnal Sains Peternakan Indonesia II(II):78-84.
Syamsir, E. 2013. Produk Olahan Lapis Tepung.( http://ilmupangan.com/2013/10/produk-olahan-lapis-tepung-coated-food.html) [diakses 28 Mei 2014]
11 Tati, S. 1998. Rahasia Mengolah Daging Ayam.
Buletin Perbaikan Menu Makanan Rakyat 18(78): 27-33.
Trilaksani. 2008. Modul Training Of Trainer (TOT) Berbasis Ikan Dan Limbahnya. Jakarta: Dirjen Pengolahan Dan Pemasaran Hasper Kementrian Kelautan dan Perikanan.Jakarta Wellyalina, Azima F dan Aisman. 2013.
Pengaruh Perbandingan Tetelan Merah Tuna dan Tepung Maizena Terhadap Mutu Nugget. Jurnal aplikasi teknologi Pangan 2 (1): 9-17.
Winarno, F. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka. Jakarta.