MODUL PERKULIAHAN
Manajemen
Konstruksi
METODA JALUR KRITIS
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Teknik Perencanaan
dan Disain Teknik Sipil
10
A61112EL Mawardi Amin, Ir, MT.Abstract
Kompetensi
Metoda Jalur Kritis merupakan salah satu metoda yang sering digunakan untuk mencari kegiatan dan kejadian kritis dari suatu kasus proyek.
Mahasiswa mengenalkan tentang
TUJUAN
Tujuan dari modul ini adalah mengenalkan tentang metode jalur kritis,
mengembangkan prinsip-prinsip tentang logic diagram, dan memberikan ilustrasi logika hubungan metode jalur kritis serta analisisnya dengan beberapa contoh yang berhubungan dengan konstruksi.
DIAGRAM LOGIKA DAN PENJADWALAN
Metode Jalur kritis didasari pada pembentukan logika hubungan antar kegiatan. Logika hubungan ini dapat digambarkan dengan Diagram Logika. Terdapat 2 (dua) type dasar dari Diagram Logika yaitu :
- Activity on Arrow (AOA) Diagram, dan
- Activity on Node (AON) Diagram
Metode jalur kritis ini didasari oleh AOA diagram.
Activity on Arrow (AOA) Diagram
AOA diagram tersusun dari lingkaran dan anak panah. Anak panah
menggambarkan kegiatan (task). Lingkaran (atau node) menggambarkan peristiwa (event). Node pada bagian akhir anak panah diistilahkan I-node sedangkan node pada bagian kepala anak panah diistilahkan J-node. Ilustrasi I-node dan J-I-node dapat dilihat pada gambar 9.1 dibawah ini :
I-node J-node
Terdapat 3 (tiga) kemungkinan hubungan antara kegiatan. Adapun ke-3 hubungan tersebut adalah :
1. Precedence artinya yang mendahului. Jika kegiatan A precedent kegiatan B, maka kegiatan A harus diselesaikan lebih dahulu kemudian kegiatan B dimulai.
2. Subsequence artinya yang mengikuti. Jika kegiatan B subsequent kegiatan A, maka kegiatan B tidak dapat dimulai sebelum kegiatan A diselesaikan. Precedent merupakan lawan kata subsequent. Jika X precedent Y, maka Y pasti subsequent X.
3. Concurrency. Jika kegiatan M bukan precedent dan subsequent N, maka M dan N terjadi bersama-sama satu dengan yang lainnya.
12 Construction Wall
Footings 14 Erect Masonry Walls 20 Erect Roof Girders
10 20 40 50
Gambar 9.2 Bagian dari CPM Diagram Logika
Penjelasan hubungan logika yang digambarkan oleh gambar 9.2 diatas sebagai berikut :
Explicitly Depicted Equivalent Statement
Task 12 is precedent to 14 Task 14 is subsequent to 12
Task 14 is precedent to 20 Task 20 is subsequent to 14
Task 16 is precedent to 18 Task 18 is subsequent to 16
Task 18 is precedent to 20 Task 20 is subsequent to 18
Implicitly Depicted Equivalent Statement
Task 12 is presedent to 20 Task 20 is subsequent to 12
Task 16 is presedent to 20 Task 20 is subsequent to 16
Relationship Equivalent Statement
Task 12 is concurrent with 18 Task 18 is concurrenct with 12
Task 14 is concurrent with 16 Task 16 is concurrenct with 14
Task 14 is concurrent with 18 Task 18 is concurrenct with 14
PENGANTAR METODE JALUR KRITIS
Metode Jalur Kritis (CPM), membolehkan para pembuat jadwal untuk memperhitungkan jalur kritis melalui sebuah diagram logika atau diagram jaringan sebagai representasi proyek. Jalur kritis akan melewati kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan sesuai dengan jadwal jika proyek diselesaikan sesuai jadwal. Kegiatan-kegiatan ini disebut Kegiatan Kritis (Critical Tasks). Manager proyek akan memberikan perhatian lebih pada kegiatan kritis daripada kegiatan non kritis, sebab keterlambatan dalam menyelesaikan kegiatan kritis akan berdampak pada terlambatnya penyelesaian proyek. Terlambat dalam menyelesaikan kegiatan non kritis tidak akan menunda penyelesaian proyek.
CPM Diagram Logika
Asumsi bahwa bagian dari proyek dapat ditunjukkan oleh diagram logika sebagaimana diperlihatkan pada gambar 9.2. Asumsi bahwa penggalan dari total diagram logika ini mengandung Jalur Kritis (Critical Path).
Lambang Anak Panah dan Nodes
Pada tiap anak panah dan node yang digambarkan pada gambar 9.2 diatas memberikan nomer identifikasi, deskripsi singkat dari kegiatan dan perkiraan durasi yang terletak dibawah anak panah yang mewakili satu kegiatan. Node (10) melambangkan peristiwa (event), dimana node ini merupakan awal dalam satuan waktu, node (10) ini merupakan saat yang memungkinkan untuk memulai kegiatan 12 (construction wall footings) dan kegiatan 16 (construct column footings). Node (20) merupakan saat dimana kegiatan 12 dapat diselesaikan dan kegiatan 14 (erect walls) dapat dimulai. Node (40) merupakan saat dimana kegiatan 14 dan 18 dapat diselesaikan. Node (40) juga merupakan saat dimana pekerjaan walls dan column akan diselesaikan dan memungkinkan dimulainya kegiatan 20 (set girder). Node (50) melambangkan saat dimana bagian dari proyek ini dapat berakhir.
Pada contoh network diatas, terdapat dua jalur antara node (10) dan (40). Pertama adalah jalur yang melewati (10) – (20) – (40). Panjang dari jalur ini adalah 10 + 15 = 25 hari. Jalur kedua melewati (10) – (30) – (40) dengan panjang jalur 15 + 15 = 30 hari. Jalur yang kedua ini merupakan Jalur Kritis sebab merupakan jalur yang paling panjang. Kegiatan 16 dan 18 merupakan Kegiatan Kritis, sebab berada pada Jalur Kritis. Total panjang dari jalur (10) – (30) – (40) – (50) adalah 35 hari. Jika durasi yang dipakai oleh kombinasi kegiatan 16 dan 18 lebih dari 30 hari, bagian dari proyek ini akan membutuhkan waktu lebih besar dari 35 hari untuk menyelesaikannya.
Jika satu dari kegiatan non-kritis, katakanlah kegiatan 12 ditunda beberapa hari, durasi proyek tidak aakan diperpanjang, kecuali kalau panjang jalur (10) – (20) – (40) yang baru menjadi lebih panjang dari jalur (10) – (30) – (40).
Ketentuan-ketentuan
Aturan atau ketentuan merupakan suatu hal yang biasa. Ketentuan yang diikuti, sebaiknya betul-betul dipertimbangkan. Gambar 9.3 dibawah ini menggambarkan aplikasi dari ketentuan yang benar dan salah.
Penomoran Anak Panah dan Nodes
Dalam memberikan penomoran pada kegiatan dan nodes, nomer yang tidak berurutan yang digunakan, sehingga memberikan peluang dalam penambahan kegiatan dan nodes dengan nomor yang tepat.
Convention Correctly applied Incorrectly applied
1. Nonconsecutive node 10 20 1 2
and arrow numbers 10 20 30 1 2 3
2. J-Node number greater 10 20 15 25
than I-Node number 2 4 6 3 7 5
3. Arrow point right up, or 10 20 36 38
down, but not to lef 2 4 8 3 5 7
30
10 9
4. Task number greater 10 20 6 2
precedent task
5. Tasks have unique pair 10 10
of node numbers 10 20 10 20
20 21
15
6. Use symbols to indicate
Crossovers 10 20 30 9 15 17
12 32 11 19
V W X Y
14 34 13 21
gambar 9.3 Correct and Incorrect Application of Conventions
PERHITUNGAN METODE JALUR KRITIS (Event dan Task Times)
Terdapat beberapa istilah khususnya yang berhubungan dengan waktu dalam menganalisis metode jalur kritis ini. Adapun hal tersebut adalah sebagai berikut : a. Task Duration atau durasi kegiatan dilambangkan dengan D, atau Dur
merupakan waktu estimasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kegiatan. Ukuran waktu yang biasa digunakan adalah minggu, hari, jam, dan sebagainya.
b. Event Times, peristiwa (event) merupakan saat dapat/harus dimulai, atau saat terjadinya sesuatu. Event times dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu : Early Event Time (EET) – Waktu paling cepat dimana satu peristiwa dapat terjadi, Late Event Time (LET) – Waktu paling lambat dimana satu peristiwa dapat terjadi.
- Early Start Time (ES) – Waktu mulai paling cepat - Early Finish Time (EF) – Waktu selesai paling cepat - Late Start Time (LS) – Waktu mulai paling lambat - Late Finish Time (LF) – Waktu selesai paling lambat
d. Task Float, nilai dari task float merupakan ukuran seberapa non kritis satu kegiatan. Terdapat beberapa cara dalam mengukur float yaitu :
- Total Float (TF). - Fee Float (FF).
- Interfering Float (IF).
Fase-fase dalam mempersiapkan Jadwal Metoda Jalur Kritis
Fase 1, menggambar atau menyusun diagram logika.
Fase 2, melakukan analisis network dengan forward pass dan backward pass. Fase 3, mempersiapkan Jadwal CPM dalam bentuk tabulasi data.
Contoh Perhitungan
Berikut ini diberikan diagram logika hubungan antar kegiatan dan node sebagaimana dapat dilihat pada tabel 9.1 dibawah ini :
Tabel 9.1
The Node and Arrow Precedent Relationship
Node Is Precedent to Is Immediately Precedent to
10 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80 20, 30, 40, 50, A, B, C, D
A 20, 60, 70, 80, E, F, J, L 20, E, F
A (20) ( ) E
gambar 9.5 CPM Diagram With Early Event Times
Tabel 9.2 Perhitungan Early Event Times (EETs)
Selected Value for
Node The EETs Trial Value Calculations
60 EET20 + Dur(F) = 20 + 0 = 20
Tabel 9.2 Perhitungan Late Event Times (LETs)
Selected Value for
Node The LETs Trial Value Calculations
80 60 It is the terminal node and its LET = Project duration
70 55 LET80 - Dur(L) = 60 - 5 = 55
Terdapat 4 (empat) task times (ES, EF, LS, dan LF) yang harus dihitung untuk masing-masing kegiatan (task). Adapun rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
ES(N) = EETI
LF(N) = LETJ
LS(N) = LETJ - Dur(N) atau LS(N) = LF(N) - Dur(N)
Sedangkan untuk menghitung Floats, rumus yang digunakan sebagai berikut :
TF(N) = LETJ - EETI - Dur(N) TF(N) = LF(N) – EF(N)
TF(N) = LS(N) – ES(N)
FF(N) = EETJ - EETI - Dur(N)
IF(N) = LETJ - EETJ
Tabel 9.3 CPM Schedule with all task times and floats
Task I-NodeJ-NodeDur EET(I) LET(J) ES EF LS LF TF FF IF
A 10 20 20 0 35 0 20 15 35 15 0 15
B 10 30 5 0 30 0 5 25 30 25 0 25
C 10 40 10 0 10 0 10 0 10 0 0 0
D 10 50 5 0 50 0 5 45 50 45 5 40
E 20 70 10 20 55 20 30 45 55 25 25 0
F 20 60 0 20 35 20 20 35 35 15 15 0
G 30 60 5 5 35 5 10 30 35 25 25 0
H 40 60 25 10 35 10 35 10 35 0 0 0
I 40 50 0 10 50 10 10 50 50 40 0 40
K 50 70 5 10 55 10 15 50 55 40 40 0
L 70 80 5 55 60 55 60 55 60 0 0 0
Daftar Pustaka
1. Ahuja, H. N., “Construction Performance Control By Network”, John Wiley & Sons, New York, 1976.
2. Hendrickson, C.; Au, T., “Project Management For Construction : Fumdamental Concepts for Owners, Engineers, Architects, and Builders”, Prentice Hall-Engelwood New Jersey, 1989.
3. Shtub, A.; F Bard, J.; Globerson, S., “Project Management : Engineering, Technology, and Implementation”, Prentice Hall-Engelwood New Jersey, 1994. 4. Suharto, I., “Manajemen Proyek : Dari konseptual sampai operasional”,
Erlangga, Jakarta, 1995.
5. Turner, J. R., “The Handbook of Project Based Management”, McGraw-Hill Book Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991.
6. Willis, E. M., “Scheduling Construction Project”, John Wiley & Son, New York, 1986.