INDEK MASSA TUBUH (IMT) PADA WANITA USIA SUBUR HIPERTIROID
DI DAERAH MAGELANG
Sri Supadmi dan Suryati Kumorowulan1 1Balai Litbang GAKI Magelang Kapling Jayan Borobudur Magelang
E-mail: s_padmi@yahoo.com
Naskah masuk: 30 September 2009, review: 5 Oktober 2009, naskah layak terbit: 28 Desember 2009.
PENDAHULUAN
Hipertiroid merupakan kelainan yang timbul dari kelenjar tiroid karena terlalu aktif memproduksi hormon tiroksin. Hipertiroid disertai berbagai keluhan dan gejala yang sering kali tidak spesifik seperti pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Pada usia > 50 tahun kelainan tiroid tidak nampak adanya gejala bahkan pada usia lanjut lebih dari 70 tahun
juga tidak menampakkan gejala yang khas. Gejala ataupun keluhan yang muncul tergantung pada kondisi berat ringannya hipertiroid tetapi juga bisa muncul secara mendadak hanya dalam waktu beberapa bulan saja.
Prevalensi hipertiroid pada wanita dibawah umur 40 tahun adalah 10 per 100.000. Berdasarkan epidemiologis sebanyak 35% hipertiroid ditemukan pada usia > 60 tahun dan ABSTRACT
The problems of nutrition are both of less and over diet. There are caused unbalance of eating pattern. Women of child bearing age with hyperthyroidism will decreased their body weight even though their appetite still good. The data of Healthy Ministry at 2007 shown that 30 million of 118 million women of child bearing age are suffer less chronic energy. The result of Riskesdas at 2007 shown that prevalence of obesity on women are 23,8%.To know the relationship between hyperthyroid with BMI and to know the ratio of prevalence of Body Mass Index with hyperthyroid and normothyroid. The research used cross sectional design with quantitative analyzed. The sample of research consist two group
of sample. The first group, women of childbearing age with hyperthyroid; and
second group, women of childbearing age with normothyroid. Each group consist of 50 women of childbearing age. Range of age is 15 – 49 years old. The location of research is at Magelang Central Java. BMI value of women of child bearing age average 23 with standard deviation 4,07. The lowest and the highest value of BMI are 16 and 44. Age mean of Women of child bearing age is 34 years old
with Standard Deviation 5,98. Hyperthyroid relation with BMI (p=0,05; RP=0,30; 95% CI: 0,09<RP<1,04). Age relationship with BMI (p>0,05; RP = 0,93; 95% CI: 0,18<RP<4,67). There is no relationship significantly between hyperthyroid with
BMI value. Women of child bearing age with hyperthyroid may suffer abnormal BMI value 0,30 times higher than women of child bearing age with normothyroid. Women of child bearing age with less than 40 years old may suffer abnormal BMI value 0,93 times higher than women of child bearing age with more than 40 years old.
tahun. Sepertiganya disertai dengan keluhan nafsu makan yang menurun sehingga menyebabkan penurunan berat badan karena terjadi perubahan asupan konsumsi makanan. Perubahan ini dapat diketahui dengan mengukur indek massa tubuh (IMT) pada wanita usia subur1. Saat ini masih terdapat sekitar 30 juta wanita usia subur yang kurang energi yang disebabkan oleh intake yang tidak adequate maupun penyakit yang menyebabkan gangguan intake makanan.
Masalah gizi yang masih diha-dapi sampai saat ini diantaranya masalah gizi ganda berupa gizi kurang dan gizi lebih akibat dari pola makan yang tidak seimbang sehingga berdampak pada munculnya penyakit yang menyertai-nya. Pada wanita yang mengalami penurunan berat badan maka mempunyai potensi untuk menderita hipertiroid. Dari 118 juta wanita usia produktif masih dijumpai sekitar 30 juta menderita kurang energi kronis (KEK)2. Dari 4 juta ibu hamil yang ada terdapat kira-kira 1 juta yang menderita KEK. Untuk mencapai keseimbangan energi maka perlu dilakukan pemantauan iodium dalam urin (EIU) lebih dari 300 µg/L yang dapat beresiko mengganggu kesehatan4.
Menurut penelitian Nils Knudsen, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indek massa tubuh (IMT) dengan fungsi tiroid pada wanita mulai usia 18-65 tahun
dan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif antara IMT dengan serum TSH5.
Penelitian yang dilakukan oleh M. Dvorakova, dengan subyek penelitian diambil dari 1012 laki-laki dan 1625 wanita umur 18-65 tahun secara acak dengan mengukur TSH, fT4 dan fT3. Karakteristik antropometri diantaranya termasuk umur, berat badan, tinggi badan dan indek massa tubuh (IMT). Hasil penelitian pada wanita menunjukkan bahwa nilai mean IMT 26,2 , nilai mean fT3 5,4 pmol/l, nilai mean fT4 15,6 pmol/l dan nilai TSH 2,0 mIU/l. Terdapat hubungan yang signifikan antara komposisi tubuh, distribusi lemak tubuh dengan para-meter pituitary-thyroid axis6.
Untuk mencegah agar kasus hipertiroid tidak meluas maka perlu dilakukan upaya untuk mendeteksi sedini mungkin terhadap gejala dan keluhan yang muncul dengan melakukan penelitian mengenai nilai IMT pada wanita usia subur yang menderita hipertiroid. Dengan demikian akan diketahui apakah pada wanita usia subur yang IMT rendah akan berhubungan dengan status hiper-tiroid?, dan apakah pada wanita usia subur yang IMT nya normal akan mempunyai status normotiroid?.
METODE
Lokasi penelitian di daerah Magelang Jawa Tengah di wilayah Kecamatan Sawangan, Kecamatan Dukun, Kecamatan Srumbung dan Kecamatan Mertoyudan. Penelitian dimulai dengan melakukan observasi dalam waktu yang sama terhadap variabel faktor resiko dan variabel efek. Sampel diambil dari wanita usia subur yang berumur 15 tahun dan sudah menstruasi sampai dengan umur 49 tahun yang belum menopause. Desain penelitian menggunakan rancangan cross-sectional dengan dua sampel yaitu wanita usia subur hipertiroid dan wanita usia subur normotiroid. Jenis penelitian bersifat kuantitatif (penelitian analitik) untuk mengetahui adanya hubungan antara hipertiroid dengan indek massa tubuh pada wanita usia subur. Kriteria inklusi adalah wanita
usia subur yang menderita hipertiroid sebagai kelompok resiko serta wanita usia subur yang normotiroid (mempunyai nilai TSH normal) sebagai faktor yang tidak beresiko. Kriteria eksklusi adalah wanita usia subur yang cacat fisik (bungkuk) karena kondisi ini tidak memungkinkan dilakukan pengukuran tinggi badan,dan sulit diajak komunikasi. Besar sampel dari Lemeshow untuk menguji hipotesis terhadap rasio prevalensi dengan 1-β = 80%, tingkat kemaknaan 0,05 diperoleh sampel terdiri dari 50 orang dari kelompok hipertiroid dan 50 orang dari kelompok normotiroid. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan cara systematic sampling. Analisis data meliputi analisis univariabel, analisis bivariabel. Menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1. Rata-rata Nilai IMT dan Umur Pada Wanita Usia Subur
Variabel Rata-rata ± SD Minimum Maksimum
IMT 23.28 ± 4.07 16.0 44.0
Umur (tahun) 34.90 ± 5.98 20 49
Hasil analisis diatas didapatkan rata-rata nilai IMT wanita usia subur adalah 23.28 ± 4.07. Nilai IMT yang terendah 16 dan tertinggi 44. Rata-rata umur wanita usia subur 34.90 ± 5.98. Umur yang termuda 20 tahun dan umur yang tertua 49 tahun.
Grafik 1. Nilai TSH Pada Wanita Usia Subur Hipertiroid. Grafik diatas menunjukkan
bahwa pada wanita usia subur yang menderita hipertiroid mempunyai nilai TSH mean 0,19 µIU/ml, nilai ini sama dengan median 0,19 µIU/ml dengan standar deviasi 0,119 µIU/ml. Nilai TSH terendah 0,00 µIU/ml dan nilai TSH tertinggi 0,39 µIU/ml. Dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil estimasi interval dari nilai TSH pada wanita usia subur yang hipertiroid berkisar antara 0,15-0,22 µIU/ml.
Pada wanita usia subur yang normotiroid diperoleh nilai TSH mean 2,00 µIU/ml, median 1,73 µIU/ml dan standar deviasi 0,91 µIU/ml. Nilai TSH yang terendah 0,46 µIU/ml dan nilai TSH yang tertinggi 4,70 µIU/ml. Pada tingkat kepercayaan 95% diketahui hasil estimasi interval dari nilai TSH wanita usia subur yang normotiroid berkisar antara 1,74-2,26 µIU/ml.
Dari 100 subyek wanita usia subur (WUS) yang mempunyai nilai IMT paling banyak berada pada kategori gemuk 69 orang (69%) sedangkan pada kategori normal dan kurus hampir seimbang berturut-turut 18 orang (18%) dan 13 orang (13%).
Pada wanita usia subur yang menderita hipertiroid diperoleh nilai IMT paling banyak terletak pada kategori III = gemuk (≥ 25) sebanyak 58 %, dibawahnya berturut-turut kategori II= normal (18,5-25) 24 % dan kategori III = kurus (<18,5) 8 %. Pada wanita usia subur yang normal ( tidak menderita hipertiroid) diperoleh nilai IMT paling banyak berada pada kategori III = gemuk 70 % kemudian pada kategori II = normal 12 % dan kategori III = kurus 18%. Pada analisis hubungan maka nilai IMT akan dikelompokkan menjadi IMT normal (18,5 -25) dan IMT tidak
normal (<18,5 dan >25). Dari total wus yang hipertiroid maupun normotiroid ditemukan bahwa yang mempunyai IMT normal 85 % dan IMT tidak normal 15 %.
Wanita usia subur yang berumur < 40 tahun ternyata lebih banyak yaitu sebesar 86 orang (86%) jika dibandingkan dengan wanita usia subur yang berumur ≥ 40 tahun 14 orang (14%).
Pada wanita usia subur yang menderita hipertiroid ditemukan sebanyak 82% berumur < 40 tahun angka ini lebih banyak jika dibandingkan dengan yang berumur ≥ 40 tahun hanya 18%. Pada wanita usia subur yang normal (tidak menderita hipertiroid) ditemukan lebih banyak 90% berumur < 40 tahun jika dibandingkan dengan yang berumur ≥ 40 tahun hanya mencapai 10 %.
Tabel 2. Hubungan Hipertiroid dengan IMT (Indek Massa Tubuh)
Variabel IMT X2
p-value
RP 95%-CI Tidak normal Normal
n n
Status tiroid
-Hipertiroid 39(78%) 11(22%) 3.84 0.05 0.30 0.09-1.04
-Normotiroid 46(92%) 4(8%)
Umur
-< 40 tahun 73(84.9%) 13(15.1%) 0.007 0.93 0.93 0.18-4.67
- ≥ 40 tahun 12(85.7%) 2(14.3%)
Dari data diatas ditemukan sebanyak 39 (78%) wanita usia subur (WUS) yang menderita hipertiroid mempunyai IMT tidak normal. Pada wanita usia subur yang mempunyai nilai IMT normal dan menderita hipertiroid sebanyak 11(22%). Nilai X2 = 3.84 dan
(p=0.05) hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara hipertiroid dengan nilai IMT pada WUS. Wanita usia subur hipertiroid akan mempunyai nilai IMT menjadi tidak normal sebesar 0.30 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita usia subur yang normotiroid. Rasio prevalensi IMT adalah 0.30 pada interval kepercayaan (95%) antara 0.09-1.04.
Wanita usia subur yang berumur < 40 tahun dan juga mempunyai nilai IMT tidak normal sebanyak 73 (84.9%) nilai ini lebih banyak bila dibandingkan dengan wanita usia subur yang berumur ≥ 40 tahun yang mempunyai IMT tidak normal sebanyak 12 (85.7%). Nilai X2 = 0.007 dan p>0.05 hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara umur wanita usia subur dengan nilai IMT. Wanita usia subur yang berumur < 40 tahun akan mempunyai nilai IMT menjadi tidak normal sebesar 0.93 kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita usia subur yang berumur ≥ 40 tahun. Rasio prevalensi IMT adalah 0.93 pada interval kepercayaan (95%) antara 0.18-4.67.
PEMBAHASAN
adalah sindroma klinis yang terjadi bila jaringan terpajan hormon tiroid dalam kadar tinggi yang kebanyakan disebabkan oleh hiperaktivitas kelenjar tiroid atau hipertiroidism. Gambaran klinis pada individu termasuk sering terjadi penurunan berat badan yang jelas walaupun tanpa terjadi penurunan nafsu makan9.
Hasil analisis menemukan sebanyak 73 (84.9%) wanita usia subur yang berumur < 40 tahun ternyata mempunyai nilai IMT tidak normal. Hasil ini mempunyai kemiripan dengan yang disampaikan oleh Guyton (1991) bahwa prevalensi hipertiroid lebih kurang 10 per 100.000 pada wanita dibawah umur 40 tahun. Hal serupa diungkapkan oleh Guyton, bahwa pada tirotoksikosis sebanyak 15% disertai dengan gangguan nafsu makan yang menurun sehingga menyebabkan berat badan berangsur–angsur turun1. Namun pada analisis ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan IMT pada wanita usia subur.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang tetap mempertimbangkan keterbatasan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan:
Tidak terdapat hubungan yang 1.
signifikan antara hipertiroid dengan nilai IMT wanita usia subur.
Tidak terdapat hubungan yang 2.
signifikan antara umur dengan nilai IMT wanita usia subur.
Pada wanita usia subur yang 3.
menderita hipertiroid diperoleh
hasil bahwa nilai IMT paling banyak terletak pada kategori III = gemuk (≥ 25) sebanyak 58 %.
Pada wanita usia subur yang 4.
berumur < 40 tahun mempunyai nilai IMT tidak normal sebanyak 84.9% Wanita usia subur hipertiroid maka 5.
kemungkinan mempunyai nilai IMT menjadi tidak normal sebesar 0.30 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita usia subur yang normotiroid.
Wanita usia subur yang berumur 6.
<40 tahun kemungkinan mem-punyai nilai IMT menjadi tidak normal sebesar 0.93 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita usia subur yang berumur ≥ 40 tahun.
SARAN
Perlu memantapkan pemantau-an berat badpemantau-an secara berkala setiap bulan sekali kususnya pada wanita usia subur yang terdeteksi hipertiroid. Monitoring status gizi dimasyarakat untuk menjaring gejala awal yang muncul dengan melalui pemantauan status gizi (PSG).
DAFTAR PUSTAKA
Guyton. Fisiologi Manusia dan 1.
Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi. Mississippi: Department of Physiology and Biophysics; 1991. Departemen Kesehatan RI. Gizi 2.
Tentukan Kualitas Hidup. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, 2007. Departemen Kesehatan RI. Pesan 3.
Ministry of Health, Directorate 4.
General of Community Health, Directorate of Community Nutrition. Technical Assistance for Evaluation on Intensified Iodine Deficiency Control Project, Final Report; 2003. Knudsen N. Small Differences 5.
in Thyroid Function May Be Important for Body Mass Indek and the Occurrence of Obesity in the Population. The Journal of Clinical Endocrinology&Metabolism. 2005;90(7): 4019-4024.
Dvorakova M. Relationship Berween 6.
Pituitary-Thyroid Axis Hormones and Anthropometric parameters in Czechh Adult Population. Institute of endocrinology, Prague, Czech
Republic. Physiological Research. 2008;57 Suppl 1: S127-S134.
Ata. The Symptons of Graves 7.
Disease Stem partly from Hyperthyroidism and Partly as Consequence of Auto immunity. 2003. Diunduh dari http://www. thyroidimaging.com, tanggal 2007 Mei 10.
Guyton. Fisiologi Kedokteran. 8.
Edisi 9. Mississippi: Department of Physiology and Biophysics; 1997. Greenspan, Baxter. Endokrinologi 9.