• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi | Amrullah | Journal Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Kesehatan dr. Soebandi | Amrullah | Journal Kesehatan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 ii

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi

Vol. 3 No. 1, Oktober 2014 – Maret 2015

Terbit 2 kali setahun pada bulan Oktober dan April. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analisis-kritis dibidang ilmu kesehatan.

Susunan Redaksi Jurnal Kesehatan dr. Soebandi No. SK : 878/U.K/X/2013

Pelindung

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember Penasehat

Ketua Lembaga Pengembangan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Penyunting

Ketua

Khofi Hadidi, S.Kep., Ns. Sekretaris Diana Octania, SH

Bendahara

Lailil Fatkuriyah, S.Kep., Ns Penelaah Ahli

DR. Ah. Yusuf, S.Kp. M.Kes (PPNI Jawa Timur) Penyunting pelaksana

Andi Eka Pranata., S.ST Fitria Jannatul Laili, S.Keb., Bd Firdha Novitasari, S.Kep., Ns., M.M Zidni Nuris Yuhbaba, S.Kep., Ns., M.M

Dinar Perbawati, S.ST Ai Nurjannah, S.ST

Dana dan Usaha Mussia, S.ST Kustin, SKM Marketing Drs. H. M. Fanani Putri Herlidian, S.ST., M.Kes

Siti Mudawamah, S.ST Zaida Mauludiyah, S.Keb.Bd

Alamat Penyunting : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember, JL. dr. Soebandi No. 99 Jember. Telp (0331) 483536. Fax. (0331) 483536. Email : jurnalsoebandi@gmail.com.

(3)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 iii

Jurnal Kesehatan dr. Soebandi

Vol. 3 No. 1, Oktober 2014 – Maret 2015

DAFTAR ISI ( CONTENT)

HALAMAN 1. Gambaran Kecemasan Primipara Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di

Puskesmas Sukorejo.

Siti Aisah……….………...

134-139

2. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK 1 Pancasila Ambulu Jember

Sandi Satria..……...

140-147

3. Hubungan Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Balita Tentang Posyandu di Desa Darsono RT 02 RW 01 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Jember.

Dony Setiawan HP………..

148-154

4. Perbedaan Tingkat Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah dilakukan Tindakan Akupressur Pada Penderita Hipertensi Lansia di PSLU Puger Kabupaten Jember.

Eko Bagus Santoso……….

155-161

5. Pemenuhan Kebutuhan Tidur Terhadap Tingkat Depresi Lansia di UPT PSLU Bondowoso.

Adi Hamsyah Maulana………...

162-169

6. Gambaran Faktor Rendahnya Konsumsi Tablet Fe Ibu Hamil Trimester III di Desa Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

Stefani Maulidya Restianti….………...

170-176

7. Gambaran Faktor Penyebab Pre Eklampsia/Eklampsia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember

Nabila Istifadah…………..………

177-184

8. Hubungan umur, pendidikan, paritas, penyakit penyerta terhadap kajadian abortus di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSD Kalisat Jember 2014

Herlidian Putri...

(4)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 134

GAMBARAN KECEMASAN PRIMIPARA DALAM PERAWATAN

BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS SUKOREJO

Siti Aisah * Moch Wildan** Fitria Jannatul Laili***

*, *** Program DIII Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember ** Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Anxiety is to gridlock that was not clear and spread, which relate to feeling not certain and not helpless. Many women’s health is worried about her beby, feeling uneasy and guilty that she feels after giving birth to her first child because her own more attention to her beby. To take care of beby was not a difficult but often mother Primipara have concern in fostering baby. According to data collection that will be done at the end of 2012 in the community health center sukorejo Bangsalsari obtained 840 mother giving birth, consisting of 420 mother multipara and mother primipara. In The month of October survey in 2013 mother were obtained from 18 primipara that gave birt to take care of her beby, in both bathe, treat umbilical cord and giving water mother’s milk less true. The aim of the research is to know the picture high anxiety mothers primipara in the care newly born baby in the community Health Center Sukorejo sub-district Bangsalsari Jember Regency.

This research is Descritive. The population in this research is mother primipara 1-7 days post in october the mothers 18 primipara. Loding technique a sample total product sampling as many as 18 mother her purifying primipara. Data collection using quistionnaries. Results of research most respondents age of 20-25 of 45 percent, from the factors education most respondents educated junior high school that is 56 percent, and a half- rsondens who does not work ( IRT 50 percent. Most mother 78 percent primipara, anxiety at the time to treat newborn baby.

Therefore expected to health workers particularly midwives to improve service obstetric patients at the time that pregnant mother in the gave birth periodid not experience anxiety in fostering newly born baby.

Key words : Worry, Primipara, treatment newly born baby

PENDAHULUAN

Proses persalinan merupakan suatu proses yang alamiah namun membutuhkan banyak tenaga, daya dan upaya dalam setiap tahap. Persalinan dimulai ketika leher rahim (serviks) mulai membuka atau melebar. Uterus berkontraksi dalam jarak waktu teratur, dan perut menjadi keras. Disela-sela

kontraksi uterus melemas dan perut melunak. Waktu kelahiran yang tepat cukup sulit untuk diprediksi. Masa

pra-kelahiran disebut “pembukaan”, yaitu

(5)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 135 beberapa hari atau minggu. Pada masa

inilah awal ibu merasakan kecemasan, yang dapat berlanjut hingga pada masa nifas yang sering disebut Depresi Pascapartum (Pratiwi, 2010).

Beberapa dampak negatif pada ibu yang terkena kecemasan pascapersalinan, yaitu minat dan ketertarikan ibu pada bayi berkurang dan tidak menunjukan respon yang positif terhadap kehadiran bayi yang baru dilahirkannya. Dalam hal ini, ibu tidak mampu merawat bayinya secara optimal karena ibu merasa tidak berdaya dan kurang percaya diri, sehingga ibu lari dari tanggung jawabnya sendiri. Sedangkan dampak negatif yang dapat terjadi pada bayi, yaitu tumbuh Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran sampai usia 4 minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pada saat adaptasi tersebut terjadi gangguan-gangguan yang berpotensi menyebabkan kematian dan kesakitan sedangkan perawatan bayi baru lahir meliputi tentang cara menjaga kehangatan bayi (mencegah hipotermi), cara menyusui yang benar, cara mencegah infeksi dan jadwal pemberian imunisasi (Pusdiknakes, 2003,.24). Saifuddin (2006) masa neonatus merupakan masa kristis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dilahirkan yaitu merawat dan mengasuh bayi. Pada periode awal, orangtua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya, bahwa bayi merupakan pribadi yang belum matang, tidak berdaya dan memiliki sifat tergantung, sehingga perlu perlindungan, perawatan, dan sosialisasi yang ditandai dengan masa pembelajaran

yang intensif dan tuntutan untuk mengasuhnya (Bobak, 2005).

Who Health Organization (WHO) proporsi kematian bayi baru lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia tenggara. Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang mempunyai sistem registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat tentang jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama. Dalam Kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara di Asia Tenggara masih sangat lambat. Perkiraan kematian yang terjadi karena tetanus adalah sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian yang terjadi di Afrika dan Asia Tenggara disebabkan karena Infeksi pada tali pusat pada umumnya menjadi tempat masuk utama bakteri, terutama apabila diberikan sesuatu yang tidak steril (Prawirohardjo, 2008).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka kematian bayi baru lahir sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian terebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat (Depkes, 2007).Bappenas (2004) salah satu penyebab tingginya kematian bayi adalah rendahnya perilaku masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Rendahnya perilaku dalam perawatan bayi baru lahir disebabkan kurangnya pengetahuan akan perawatan bayi baru lahir.

Hasil survei Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2007 menunjukkan adanya kematian bayi sebesar 69 dari 7051 sampel yang disurvey. (Depkes RI, 2008).

(6)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 136 melahirkan, dalam merawat bayinya baik memandikan, merawat tali pusat dan memberikan asi kurang benar. Disamping itu peneliti juga melihat bahwa ibu nifas primipara masih tampak kaku dan mempunyai rasa takut untuk memegang dan menggendong bayinya, apalagi memandikan, merawat tali pusat dan memberikan asi. Dengan demikian dapat di pelajari bahwa masih ada para ibu belum mampu memberikan perawatan pada bayi baru lahir.

Ketidak mampuan ibu merawat bayi baru lahir normal kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya pengetahuan, pendidikan, sosial budaya, pekerjaan, peran petugas kesehatan (perawat atau bidan), peran keluarga motivasi dan sosial ekonomi. Pengetahuan ibu nifas primipara dalam merawat bayinya adalah sangat penting karna dengan pengetahuan yang cukup, maka ibu nifas mampu serta berani melakukan perawatan bayinya dengan benar tanpa rasa takut dan kaku. Saat ini belum ditemukan yang pasti tentang penyebab kecemasan ibu pascapersalinan yang cukup berpengaruh terhadap hubungan ibu dan bayi secara intim. Begitu juga terhadap perawatan rutin yang dilakukan ibu pada bayinya. Sensitifitas terhadap perubahan hormonal dianggap hanya sebagai faktor pencetus, sedangkan faktor lainnya hanya karena ibu harus bisa menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu yang bahagia dan percaya diri dalam mengasuh bayinya (Nolan, 2003).

Kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan

bayi. Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar ibu pasca bersalin. Hal ini ditunjukkan dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak secara efektif terhadap tuntutan lingkungan. Pengalaman ibu yang baru pertama sekali dalam perawatan bayi baru lahir, sudahlah pasti memiliki tingkat kecemasan yang berat dibandingkan ibu yang telah beberapa kali melahirkan serta telah beberapa kali merawat bayinya dengan sendiri (Ratih Putri Pratiwi, 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai “

gambaran kecemasan ibu primipara dalam perawatan bayi baru lahir selama post partum di puskesmas sukorejo

bangsalsari jember ” sehingga dapat

digunakan sebagai salah satu dasar untuk manajemen perawatan bayi baru lahir.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan Survey. Rancangan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi dilakukan secara sistematis dan lebih menekan pada data faktual daripada penyimpulan. Fenomena ini disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya suatu hipotesis (Nursalam, 2009).

Populasi penelitian ini adalah semua ibu nifas primipara post partum hari ke 1-7 di Puskesmas Soekorejo Kecamatan Bangsalsari. Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara non-probability sampling,dengan metode accidentally.Dengan jumlah sampel 18 orang.

(7)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 137 HASIL

A. Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di Puskesmas Soekorejo Kabupaten Jember tahun 2013

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu nifas primipara di Puskesmas Soekorejo Kabupaten Jember tahun 2013.

No Pendidikan Jumlah Presenttase (%) 1.

Perguruan tinggi / Akademi

4 orang

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan ibu nifas primipara di Puskesmas Soekorejo Kabupaten Jember tahun 2013.

No Pekerjaan Jumlah Presentase 1.

1. Gambaran kecemasan ibu primipara dalam perawatan bayi baru lahir.

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan ibu nifas primipara di Puskesmas Soekorejo Kabupaten Jember tahun 2013.

No Kecemasan Jumlah Presentase (%) 1.

Dari Distribusi Frekuensi Gambaran Kecemasan primipara dalam perawatan bayi baru lahir di Puskesmas Soekorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Menunjukkan bahwa sebagain besar responden mengalami

kecemasan sedang yaitu sebanyak 14 responden (78%). Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan adalah umur, pendidikan.

(8)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 138 sebanyak 7 responden (58%). Usia yang

di anggap optimal untuk mengambil keputusan adalah usia diatas 20 tahun karena usia kurang dari 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya kebimbingan dalam mengambil keputusan atau memilih dan kurangnya pengalaman (Sulaiman, 2005). Dengan demikian responden yang berusia 20-35 tahun merupakan masa dewasa matang, jadi seharusnya responden tidak mengalami kecemasan terhadap perawatan bayi baru lahir.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa hampir setengah dari responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 10 responden (71%). Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terutama dalam meningkatkan pengetahuan seseorang tentang sesuatu atau pun sebagian pengalaman hidupnya, notoatmodjo (2003). Disini banyaknya ibu yang berpendidikan sampai SMP di selain di karenakan oleh faktor ekonomi juga dikarenakan oleh budaya sekitar yang beranggapan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi karena pada akhirnya perempuan tetap akan mengurus rumah tangga. Responden yang berpendidikan lebih tinggi tidak akan mengalami kecemasan pada perawatan bayi baru lahir dari pada responden yang berpendidikan lebih rendah.

KESIMPULAN

Karakteristik ibu yang mengalami kecemasan Sebagian responden umur 20

– 25 tahun di dapatkan (45%), dari faktor pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu (56%). Sebagian besar (78%) ibu nifas primipara mengalami kecemasan pada saat merawat bayi baru lahir.

Gambaran kecemasan primipara terhadap perawatan bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember didapatkan data bahwa bahwa sebagain besar responden mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 78% responden.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bappenas. 2004. Rencana Stategi Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta .ECG Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku

Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : ECG.

Depkes Ri. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Depkes. 2007. Profil Kesehatyan Indonesia Tahun 2006. Medan. Farrer Helen. 1999. Keperawatan

Maternitas. Jakarta: ECG.

Hamilton. 1995. Dasar dasar Keperawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: ECG

Hana. 2011. Konsep Kecemasan. www.wordpress.com. Diakses tanggal 29 September 2013. Hidayat. 2009. Metode Penelitian

Keperawatan & Teknik Analisa Data. Jakarata: Selemba Medika. Keliat, Budi Anna. Dkk. 2011. Konsep

Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta. EGC

Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : ECG.

Luluk A, Zuyina, dkk. 2010. Psikologi Kesehatan. Jogjakarta. Nuha Medika.

Mansur,Hera.2009.Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan . jakarta: Hamil Dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Musbikin. 2006. Kudidik Anakku Dengan

Bahagia. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

(9)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 139 Musbikin. 2007.Persiapan Menghadapi

Persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nolan. 2003. Kehamilan Dan Melahirkan. Jakarta: ARCAN. Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan

Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Pratiwi. 2010. Pengertian Kecemasan, http.//psikologi.or.id./mycontes/u ploads/2013/os/PengertianKecem asanAxiety.P df.

( Diakses pada Tanggal 07 Juli 2013)

Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Masa nifas (post

partum).www.wordpress.com. Diakses tanggal 27 September 2013.

Puadiknakes. 2003. Asuhan Kebidanan Postpartum. Jakarta: Pusdiknakes. Robinson. 2002. Tanya jawab perawatan

bayi tahun pertama. Jakarta: ARCA.

Rudolf, Abraham. (2006). Buku Ajar Pediatrik. Edisi 20. Jakarta : EGC Saleha. 2009.Asuhan kebidan pada masa

nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sylvia D, Elvira.2006. Depresi Pasca

Persalinan. jakarta : FKUI

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC Stuart & Sundeen (1991), Buku saku

keperawatan jiwa,buku kedokteran jiwa. Jakarta EGC.

Suci. 2007 . Imunisasi bayi 4 bulan pertama. Dibuka pada 29 Juni 2013 dari

http://zandecella.wordprees.com/2 007/08/21/imunisasibay4bulanpert ama)

Suherni, dkk. 2009. Perawatan masa nifas. Yogyakarta. Fitramaya.

Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitan Kesehatan.: Rineka Cipta, jakarta

Suririnah.(2009) .Buku pintar kegamilan dan persalinan . jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Varney, Helen. 2008. Buku ajar asuhan kebidanan vol 2.Jakarta

Saifudin. 2006. Penyusunan skala psikologis . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.: EGC

(10)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 140 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS

MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUNTANSI SMK I PANCASILA

AMBULU JEMBER

Sandi Satria.* Kiswati**, Akhmad Efrizal Amrullah***

*, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember ** Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Adolescence is a period of transition that connects childhood to adulthood, the physical changes seen in young women that is experiencing the menstrual cycle, one of the causes of menstrual cycle disorders are psychological factors such as anxiety, in Indonesia the number of young women who experience anxiety disorder by 20 %. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of anxiety with the menstrual cycle. The method used is analytic correlation with cross-sectional design conducted in May 2014, where the population is all class XI student majoring in accounting SMK I Pancasila Ambulu, sampling technique using probability sampling proportionate to the type of random sampling and obtained 110 student population, 78 as a sample. Methods of data collection using questionnaires. The results of this study using the contingency coefficient association test p value = 0.010 (Ho was rejected sig <0.05) means that there is a significant relationship between the level of anxiety with the menstrual cycle and the value of contingency coefficient = 0.308 correlation is weak but definitely means higher levels of anxiety, the more high menstrual cycle disorders. Irregular menstrual cycles is more common in moderate and severe levels of anxiety. It is recommended to treat anxiety, especially in adolescents by means of support or motivation and knowledge of the wider school education, especially for counseling teachers should pay attention to their students with such anxiety can be overcome in order to maintain reproductive health in adolescents.

Keywords: Level of anxiety, menstrual cycle.

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, remaja adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun (Wijaya, 2009). Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa ini juga merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh

(11)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 141 estrogen dan progesterone , Tanda-tanda

awal yaitu tumbuhnya payudara dan rambut pubis. Tubuh tumbuh dengan pesat dan memberi bentuk tubuh wanita. Pubertas mencapai puncak pada awitan menstruasi, periode menstruasi pertama disebut menarche (Proverawati, 2009).

Siklus menstruasi merupakan bagian dari proses regular yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulanya untuk kehamilan. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), (Sarwono, 2009). Siklus menstruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun (menarche) yang terus berlanjut sampai umur 40-50 tahun (menopause) tergantung pada berbagai factor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat badan tubuh relative terhadap tinggi tubuh. Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung 28 hari, siklus normal 21-35 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita. Selama siklus menstruasi, ovarium menghasilkan hormone estrogen dan progesteron (Sarwono, 2009). Siklus menstruasi meliputi perubahan siklus didalam endokrin, ovarium, dan uterus. Baik faktor fisiologis individu maupun lingkungan dapat mempengaruhi perubahan siklus ini (Manuaba, 2009). Hipotalamus adalah sumber utama kontrol hipotalamus dan mengatur kelenjer hipofisis anterior melelui jalur hormonal. Sebaliknya, kelanjar hipofisis anterior mengatur ovarium dengan hormon. Akhirnya, ovarium menghasilkan hormon yang mengendalikan perubahan yang terjadi simultan dan selaras. Mood wanita dapat berubah sejalan dengan siklus tersebut karena adanya hubungan yang erat antara hipotalamus dan korteks serebri (Manuaba, 2009). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus

menstruasi (Sarwono, 2009) adalah: Fungsi hormon terganggu, kelainan sistemik, cemas, kelenjar gondok, hormon prolactin berlebihan, kelainan fisik. Dampak dari gangguan siklus menstruasi seperti: Perdarahan rahim menyimpang, Perdarahan diluar menstruasi. Pada kelainan anatomis terjadi perdarahan diantaranya pada mulut rahim (keganasan, perlukaan, atau polip). Pada badan rahim (mioma uteri [tumor rahim]), pada lapisan dalam rahim keguguran atau penyakit troboblast, keganasan. Sedangkan pada kelainan dapat berupa kehamilan tuba (diluar kandungan) radang saluran telur sampai keganasan tuba (Manuaba, 2009).

(12)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 142 sekali terhadap depresi karena situasi

tersebut menimbulkan ketidakpastian yang mengakibatkan kecemasan. Rasa khawatir, takut, sedih, cemas dalam dirinya adalah sebagai stressor yang dapat mengakibatkan meningkatnya kecemasan apabila ia tidak dapat mengendalikan kesadaran dan bersifat maladaptif (Hawari, 2013). Berdasarkan data National Institute of Mental Healt (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Di Indonesia jumlah remaja putri yang mengalami gangguan kecemasan sebesar 20% (Putri, 2007). Pada Kabupaten Jember jumlah remaja mengalami gangguan kecemasan setiap tahun meningkat pada tahun 2012 sebesar 20 % dan pada tahun 2013 sebesar 25% terkait masalah pembelajaran disekolah (Dinkes jember, 2013). Data dari Dipuskesmas Ambulu (2013), remaja putri yang mengalami gangguan menstruasi sebesar 30% pada tahun 2013. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Desty Nur Isnaenir mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai "Hubungan Antara Stress Dengan Pola Menstruasi pada Mahasiswi D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta" diperoleh kesimpulan : Terdapat hubungan positif antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswi D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengenai judul penelitian, subyek penelitian, waktu penelitian, uji statistik penelitian dan instrumen penelitian. Penelitian sebelumnya mengenai stress hubungannya dengan pola menstruasi menggunakan uji spearman rank corelation dengan instrument penelitian DASS 42 yang dimodifikasi. sedangkan penelitian ini meneliti tentang tingkat kecemasan hubungannya dengan siklus

menstruasi menggunakan uji Koefisien Kontingensi dengan instrumen penelitian HRS-A

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi, artinya setelah menggambarkan secara keseluruhan kemudian dilakukan analisa dengan pendekatan “Cross Sectional” adalah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya, tiap subyek penellitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).

HASIL

Kegiatan penelitian ini di lakukan SMK I Pancasila Ambulu-Jember dengan menggunakan lembar kuesioner yang diberikan langsung kepada siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi pada siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember. Responden penelitian ini berjumlah 87 siswi yang diambil secara proposional random sampling dari jumlah populasi sebanyak 110 siswi. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut :

1. Data Umum Responden

Data umum responden berisi tentang karakteristik responden yang merupakan hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi, tetapi tidak termasuk dalam variabel penelitian. Variabel yang dimaksud adalah umur siswi kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember

(13)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 143 a. Karakteristik Responden berdasarkan umur

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Umur Pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember

Umur Frekuensi Persentase

16 4 4.6%

17 80 92.0%

18 3 3.4%

Total 87 100.0%

2. Data Khusus Responden

Data khusus responden berisi tentang karakteristik responden yang termasuk dalam variabel penelitian. Karakteristik yang dimaksud meliputi Tingkat Kecemasan, Siklus menstruasi, dan hubungan Tingkat Kecemasan dengan Silkus Menstruasi .

a. Tingkat Kecemasan

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase Kecemasan Ringan 6 Siswi 6.9% Kecemasan Sedang 34 Siswi 39.1% Kecemasan Berat 47 Siswi 54.0% Kecemasan Berat Sekali 0 Siswi 0.0%

Total 87 Siswi 100%

b. Siklus Mentruasi

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember.

Siklus Mentruasi Frekuensi Persentase Teratur 43 siswi 49.4 %

Tidak teratur 44 siswi 50.6%

Total 87 siswi 100.0%

3. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Siklus Menstruasi

Tabel 5.4. Distribusi hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstuasi pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember.

Tingkat Kecemasan

Siklus Menstruasi

Persentase Teratur Tidak Teratur

Cemas Ringan 6 0 6 (6,9%) Cemas Sedang 12 22 34 (39,1%) Cemas Berat 25 22 47 (54,0%) Cemas berat Sekali 0 0 0 (0,0%)

Total 43 44 87 (100%)

(14)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 144 Berdasarkan tabel diatas, diperoleh

hubungan tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi. Responden yang mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 6 siswi (6,9%) , mengalami siklus menstruasi teratur 6 siswi dan siklus tidak teratur 0 siswi, kecemasan sedang sebanyak 34 siswi (39,1%), mengalami siklus menstruasi teratur 12 siswi dan siklus tidak teratrur 22 siswi, kecemasan berat sebanyak 47 siswi (54,0%), mengalami siklus menstruasi teratur 25 siswi dan siklus tidak teratrur 22 siswi. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Tingkat kecemasan dengan Siklus menstruasi maka dilakukan analisis menggunakan uji asosiasi Koefisien Kontingensi dengan taraf signifikansi (p)<0.05 atau tingkat kepercayaan 95%. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai p = 0,010 (Ho ditolak karena nilai sig <0,05) dan nilai Koefisien Kontingensi = 0,308. Hal ini berarti bahwa ada hubungan secara positif antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi pada siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Ambulu-Jember. Kriteria hasil nilai koefisien kontingensi dengan kekuatan hubungan rendah/lemah tapi pasti.

PEMBAHASAN Tingkat Kecemasan

Dari hasil penelitian diperoleh data seperti pada tabel 5.2 tentang tingkat kecemasan siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 6 siswi (6.9%), kecemasan sedang sebanyak 34 siswi (39.1%), kecemasan berat sebanyak 47 siswi (54,0%). Kondisi responden sebagian besar mengalami gangguan kecemasan sedang dan kecemasan berat, dipengaruhi oleh faktor usia remaja sebagai faktor mencari identitas sehingga terjadi perubahan emosional yang tidak stabil, tugas pembelajaran di sekolah dan aktivitas pekerjaan di rumah, merasa tidak mampu menghadapi persoalan-persoalan di dalam kehidupan yang

dihadapinya sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan psikologis pada diri remaja yaitu kecemasan . Hal ini sesuai dengan teori managemen kecemasan, ditandai dengan rasa khawatir, takut, sedih, cemas dalam dirinya adalah sebagai stressor yang dapat mengakibatkan meningkatnya kecemasan apabila ia tidak dapat mengendalikan kesadaran dan bersifat maladaptif (Hawari, 2013).

Diperlukan tindakan untuk mengatasinya, dengan cara terapi psikososial untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja maupun di lingkungan pergaulan sosialnya. Remaja sebagai masa yang rentan terhadap kecemasan, emosional yang tidak stabil maka dengan melalui pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran dan kedekatan kepada Allah, dzikir dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan positif.

Pentingnya peran keluarga pada remaja yang mengalami segala persoalan dengan tugas-tugas nya baik dirumah maupun disekolah untuk memberi dukungan (support), oleh karena itu peran keluarga cukup efektif dalam mengurangi kecemasan, selain itu dengan memberi konseling sehingga kehidupan remaja lebih terarah dan termotivasi untuk lebih baik lagi, konseling dapat dilakukan secara efektif bila ada motivasi dari kedua belah pihak, antara klien (orang yang mendapat konsultasi) dan konselor (orang yang memberikan konsultasi)

(15)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 145 pada remaja dengan cara mendapat

dukungan atau motivasi baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, serta mendapat pengetauhan yang lebih luas dari pendidikan sekolah, khususnya untuk guru konseling harus memperhatikan anak didiknya sehingga dengan demikian gangguan kecemasan pada remaja bisa teratasi.

2. Siklus Menstruasi

Berdasarkan tabel 5.3 mengenai siklus menstruasi, sebanyak 43 responden (49.4%), mengalami siklus menstruasi teratur, hal ini bahwa siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur lebih banyak yaitu 44 responden (50.6%). Kondisi ini terjadi pada responden karna kurang memperhatikan asupan mengenai gizi seimbang, kurangnya waktu istirahat sehingga menyebabkan hormon yang dihasilkan oleh tubuh terganggu.

Kurangnya perhatian mengenai kecemasan sehingga perempuan mengalami gangguan kecemasan juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh, bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan turun drastis, sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolismenya terganggu, siklus menstruasinya pun ikut terganggu.

Seorang perempuan khususnya remaja putri sebaiknya lebih memperhatikan siklus menstruasi yang dialami dari periode bulan ke bulan berikutnya, untuk dapat mengetahui teratur dan tidaknya siklus menstruasi, dengan demikian bila mengalami siklus tidak teratur dapat memeriksa keadaan tersebut pada pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

3. Hubungan antara tingkat

kecemasan dengan siklus

menstruasi

Dari analisis data menggunakan uji asosiasi koefisien kontingensi dengan

taraf signifikansi (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p=

0,010 (Ho ditolak nilai sig <0,05) berarti ada hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi dan nilai Koefisien Kontingensi= 0,308 korelasi lemah tapi pasti artinya semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin tinggi gangguan siklus menstruasi pada siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember.

Kesehatan reproduksi khususnya

remaja putri erat kaitannya dengan menstruasi. Dimana tidak setiap remaja mempunyai siklus menstruasi yang teratur, siklus menstruasi yang tidak teratur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagian yaitu usia, asupan gizi dan gangguan psikologis terhadap responden. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, kecemasan melibatkan system neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita. Gangguan pada siklus menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik.

(16)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 146 menyebabkan penurunan kadar GnRH,

dimana melalui jalan ini maka kecemasan menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi oligomenorea atau polimenorea. Gejala klinis yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala-gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila kecemasan yang ada bisa diatasi, panjang pendeknya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat kecemasan, genetik dan gizi (Wiknjosastro,2005, Octaria,2009).

Rata-rata usia responden sekitar 16 – 18 tahun dengan tingkat kecemasan rata-rata pada level kecemasan berat. Jenis aktifitas yang dilakukan oleh responden antara lain mengikuti kegiatan pembelajaran sekolah secara rutin, masalah internal pada dirinya sendiri , mengerjakan tugas-tugas sekolah , ikut dalam organisasi sekolah maupun diluar sekolah , dan mengikuti kursus yang disediakan oleh lembaga sekolah seperti : kursus bahasa jepang , bahasa inggris dan kursus komputer. Oleh itu pengetahuan mengenai kecemasan dan penanganannya perlu diketahui, dengan harapan dapat teratasi gangguan kecemasan dengan tindakan yang benar, untuk mengatasi kecemasan khususnya pada remaja dengan cara mendapat dukungan atau motivasi baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, serta mendapat pengetauhan yang lebih luas dari pendidikan sekolah, khususnya untuk guru bimbingan konseling harus memperhatikan anak didiknya dengan demikian kecemasan bisa teratasi guna menjaga kesehatan reproduksi pada remaja

KESIMPULAN

1. Tingkat kecemasan pada siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember sebagian besar mengalami kecemasan berat (54,0%).

2. Siklus siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember lebih dari separuh sebagian besar mengalami siklus menstruasi tidak teratur (50,6%).

3. Terdapat hubungan positif antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi pada siswi kelas XI jurusan akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember kekuatan korelasi lemah tapi pasti dengan kriteria kontingensi = 0.308 artinya semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin tinggi gangguan siklus menstruasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto S. (2010). Proses Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta

Anonymous. Pelayanan kesehatan perduli remaja (PKPR). (2013) 4&Itemid=82 Diakses tanggal 25 April 2013.

Bandiyah, S dan Lukaningsih, Z. (2011). Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika Durand V., Barlow D., (2007). Intisari

Psikologi Abnormal. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hidayat A.A., (2007). Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta. Salemba Medika.

Isnaeni, D. N. (2010). Hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa D IV kebidanan jalur reguler Unibersitas Sebelas Maret Surakarta. ari

(17)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 147 http://inetdeni.wordpress.com

(Diakses tanggal 1 Mei 2014) Manuaba I.B.G., (2009). Memahami

Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta. Arcan.

Mahbubah Atik. (2006). Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Usia 20-29 Tahun di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten

Pacitan. Skripsi.

http://eprints.undip.ac.id

(Diakses pada tanggal 25 Maret 2013)

Nevid J., Rathus S., Greene B., (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga

Nursalam, (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Proverawati. (2009). Menarche

Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan Edisi Kedua, Cetakan IV. Jakarta : PT. Yayasan Bina Pustaka.

Putri. (2007). “Gangguan Kecemasan”. (Online).

(http://www.pikirdongorg./ index.php? option-com, (diakses 28 Maret 2013).

Samadi. (2004). Bersahabat dengan Putri Anda. Jakarta: Pustaka Zahra Sarwono sarlito. (2010). Psikoloi remaja:

GRAFINDO PERSADA; Jakarta Setiawan, A dan Saryono. (2007).

Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Muha Medika.

Saryono. (2009). Sindrom Premenstruasi.:NUHA MEDIKA; 2009

Stuart, G W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Sugiyono, (2009). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Semiun Y., (2006). Kesehatan Mental 1. Jakarta Kanisius.

Wijaya, A (2009). Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja.Bersumber darihttp://www.infodokterku.co m. (diakses pada tanggal 1april 2014).

(18)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 148

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU BALITA DENGAN

TINGKAT KEPUASAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI

DESA DARSONO RT 2 RW 1 WILAYAH KERJA PUSKESMAS

ARJASA KABUPATEN JEMBER

Dony Setiawan HP*, Zidni Nuris Y**, Firdha Novitasari ***

*, **, *** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRACT

Elderly posyandu is an integrated service post for the community elderly in a certain areas that have been agreed, which is driven by the community where they can get health care. The design of this study using a descriptive cross-sectional correlative approach, with variable levels of service satisfaction posyandu elderly and elderly. The population in this study is the elderly who live in the Village I Village Sukorambi Krajan RW Sukorambi Jember District. Lansianya amount is 127 people. The sampling technique used was simple random sampling techniques (simple random sampling). The samples used were as many as 96 elderly people by using simple random sampling technique sampling. Retrieval of data using a questionnaire enclosed with the form of answers to a graduated scale, which is measured at the time of completion of the activity in the elderly posyandu elderly. Based on the analysis of the data processed using spearman rho showed a direct relationship between service satisfaction levels posyandu elderly by the elderly in Hamlet Krajan Work Area Health Center Sukorambi Jember with p-value 0.000. The conclusion of this study is that there is a relationship posyandu elderly with satisfaction levels in elderly Hamlet Village Krajan RW I Sukorambi Work Area Health Center Sukorambi Sukorambi Jember District. Recommendations of this study is posyandu seniors who routinely carried out 1 time a month, can be applied in elderly health care in posyandu elderly.

Key words: Elderly Posyandu Services, Elderly, Elderly Satisfaction Levels

PENDAHULUAN

Balita adalah anak yang berusia dibawah lima tahun. Masa Balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Pada usia tersebut, pertumbuhan seorang anak sangatlah pesat sehingga memerlukan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya. Kondisi kecukupan gizi tersebut sangatlah berpengaruh dengan kondisi kesehatan secara berkesinambungan pada masa mendatang (Nursalam,2005:27).

Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1990, jumlah balita sebesar 11,3 juta (6,4%) dari jumlah penduduk. Pada tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah balita, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan meningkat

menjadi 18,3 juta (8,5%) (Nugroho, 2008). Secara umum, tingkat kesehatan masyarakat Indonesia terkait erat kaitannya dengan meningkatnya kesejahteraan kesehatan balita.

(19)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 149 maka pembangunan kesehatan

masyarakat desa merupakan usaha memperluas jangkauan layanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta dengan peran aktif dari masyarakat sendiri. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat yang bersangkutan.

Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan di segala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional,khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional.

Hal ini merupakam suatu upaya yang besar sehingga tidak dapat dilaksanakan hanya oleh pemerintah melaikan perlu peran serta masyarakat. Untuk mempercepat angka penurunan tersebut diperlukan keaktifan peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Posyandu karena Posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan umum. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Untuk mewujudkan tujuan posyandu tersebut maka perlu dibarengi dengan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas oleh kader posyandu. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan kader diantaranya pengetahuan kader tentang posyandu, pengetahuan kader tentang posyandu akan berpengaruh terhadap kemauan dan perilaku kader untuk mengaktifkan kegiatan posyandu, sehingga akan mempengaruhi terlaksananya program kerja posyandu. Perilaku yang didasari pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Selain pengetahuan kader tentang posyandu, keaktifan kader juga dipengaruhi oleh motivasi baik dari dalam diri kader sendiri ataupun dari pihak luar seperti dukungan yang positif dari berbagai pihak diantaranya kepala desa, tokoh masyarakat setempat, maupun dari petugas kesehatan setempat, fasilitas yang memadai (mengirimkan kader kepelatihan-pelatihan kesehatan, pemberian buku panduan, mengikuti seminar-seminar kesehatan), penghargaan, kepercayaan yang diterima kader dalam memberikan pelayanan kesehatan mempengaruhi aktif tidaknya seorang kader posyandu. Penghargaan bagi kader dengan mengikuti seminar-seminar kesehatan dan pelatihan serta pemberian modul-modul panduan kegiatan pelayanan kesehatan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kader mampu dalam memberikan pelayanan kesehatan dan aktif datang disetiap kegiatan posyandu.

Berdasarkan penelitian terkait, dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh mahasiswa Program S1 Keperawatan PSIK FK Universitas Sumatra Utara, disitu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pelayanan posyandu balita dengan tingkat kepuasan Ibu Balita. Pelayananan yang diberikan petugas posyandu kepada balita akan memberikan gambaran tentang kepuasan. Kepuasan baik apabila pelayanan yang diterima lebih besar dari harapan. Kepuasan cukup apabila pelayanan yang diterima sama dengan harapan. Kepuasan kurang apabila pelayanan yang diterima lebih kecil/ jauh dari harapan.

(20)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 150 kesehatan fisiknya terganggu.

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti mengambil Desa Darsono RT 02 RW 01 sebagai lokasi penelitian, karena Desa Darsono.

Jumlah balita yang tercatat dalam daftar anggota posyandu balita di Desa Darsono RT 02 RW 01 dengan jumlah balita 40 orang. Dalam pelaksanaan posyandu bulan Maret, yang datang ke posyandu sejumlah 25 balita. Dari kehadiran balita yang datang ke posyandu balita hanya 25 orang. Berdasarkan paparan diatas peneliti menggambarkan bahwa ada permasalahan terkait dengan perhatian pada balita. Bahwa terdapat 25 balita yang datang dari 40 jumlah balita yang tercatat di Desa Darsono RT 02 RW 01. Posyandu balita ini diaktifkan kembali dan telah berjalan mulai bulan Maret 2011 sampai sekarang. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui seberapa tingkat kepuasan ibu balita tentang pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu balita.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasional. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel. Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variabel yang lain. Sedangkan model pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat (Nursalam, 2009).

Pada penelitian yang akan dilakukan, pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik simple random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana). Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai responden di Desa Darsono RT 2 RW 1 Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.

Untuk mencari hubungan antara kedua

variabel dihitung dengan ”spearman rho” menggunakan program spps for windows

dengan derajat kemaknaan α = 0.05

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Data Umum

Data umum berisi tentang usia ibu balita, tingkat pendidikan, pekerjaan, yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai berikut :

a. Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Usia di Desa Darsono RT 2 RT 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei-Juli 2011

No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) 1. 20-25 25 68,75 2. 26-35 11 31,25 Total 36 100

b. Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(21)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 151

Tabel 5.2 Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei-Juli 2011

Kriteria Pendidikan Jumlah Persen (%)

SD 20 57,29

SMP 14 26,04

SMA 2 16,67

Perguruan Tinggi 0 0

Jumlah 36 100

c. Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Bekerja/ Tidak

Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Wawancara Responden Berdasarkan Bekerja/ Tidak Responden di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jemberbulan Mei-Juli 2011

Kriteria Pekerjaan Jumlah Persen (%) Tidak Bekerja 30 72,92

Bekerja 6 27,08

Jumlah 36 100

A. Data Khusus

Data khusus merupakan kelompok data yang terdapat dalam variabel penelitian. Yaitu

variabel independen adalah pelayanan posyandu balita dan variabel dependen adalah

tingkat kepuasan ibu balita. Variabel-variabel itu Hubungan Pelayanan Posyandu balita

Dengan Tingkat Kepuasan ibu balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja

Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember serta hubungan antara kedua variabel tersebut.

1. Pelayanan Posyandu Balita

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pelayanan Posyandu Balita Menurut Responden Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei - Juli 2011

No. Jumlah Persentase (%) Baik 30 63,8 Cukup 10 21,3 Kurang 7 14,9 Total 47 100

1. Tingkat Kepuasan Balita

Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Tingkat Kepuasan Balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei - Juli 2011

(22)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 152

No. Jumlah Persentase (%) Sangat Puas 87 90,62

Puas 9 9,38

Kurang Puas 0 0 Total 96 100

1. Hubungan Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Dusun Krajan Wilayah Kerja Puskesmas Sukorambi Kabupaten Jember bulan Mei - Juli 2011.

Tabel 5.6 Tabel Kontingensi Antara Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei - Juli 2011

Tingkat Kepuasan Balita

Pelayanan Posyandu Balita Jumlah

Cukup (%) Baik (%)

Puas 2 2,08% 6 6,25% 8 Sangat Puas 30 31,25% 58 60,41% 88

Total 32 64 96

PEMBAHASAN

Hasil analisis data teknik Spearman Rho pada tabel 5.7 didapatkan nilai p ini 0,000 <  (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Balita Di Dusun Krajan Wilayah Kerja Puskesmas Sukorambi Kabupaten Jember. Sedangkan untuk hasil perhitungan nilai Rho didapatkan hasil 0,602. Maka jika dihubungkan dengan nilai korelasi menurut Guildford, 1987 dapat diartikan bahwa antara Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita di Dusun Krajan Wilayah Kerja Puskesmas Sukorambi Kabupaten Jember mempunyai hubungan yang tinggi sekali atau hubungan tidak dapat diabaikan.

Setelah melakukan penelitian terhadap Hubungan Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember bulan Mei - Juli 2011 terlihat pada tabel kontingensi (tabel 5.6) yang menunjukkan bahwa dari Pelayanan

Posyandu Balita yang cukup dengan Tingkat Kepuasan Balita yang puas sebanyak 2 responden (2,08%), Pelayanan Posyandu Balita yang baik dengan Tingkat Kepuasan Balita yang puas sebanyak 6 responden (6,25%), Pelayanan Posyandu Balita yang cukup dengan Tingkat Kepuasan Balita yang sangat puas sebanyak 30 responden (31,25%), Pelayanan Posyandu Balita yang baik dengan Tingkat Kepuasan Balita yang sangat puas sebanyak 58 responden (60,41%).

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa kepuasan merupakan fungsi dari kesan harapan dan kinerja (Tjiptono, 2001). Diketahui bahwa ada dua variabel yang menentukan kepuasan pelanggan yaitu expectation dan performance.

(23)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 153 hasil perhitungan nilai Rho didapatkan

hasil 0,602. Maka jika dihubungkan dengan nilai korelasi dapat diartikan bahwa antara Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Desa Darsono RT 2 RW 1 Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember mempunyai hubungan yang kuat atau hubungan tidak dapat diabaikan (Nursalam, 2009). Dari penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa pelayanan posyandu balita yang dilaksanakan dengan baik maka berdampak pada tingkat kepuasan balita yang sangat puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu balita.

Dari analisis data teknik Spearman Rho pada tabel 5.7 didapatkan nilai p ini 0,000 <  (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Dusun Krajan Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember, hal ini disebabkan karena hasil daripada pelayanan posyandu balita dengan tingkat kepuasan balita itu adalah sama. Artinya Pelayanan posyandu balita yang baik akan memberikan kepuasan yang sangat puas pada pelanggannya dan itu terbukti di dusun Krajan wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Adapun beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan balita di dusun Krajan wilayah kerja Puskesmas Arjasa, diantaranya adalah umur, pendidikan, bekerja atau tidak, jarak posyandu ke rumah. Variabel inilah yang menyebabkan adanya Hubungan Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Balita Di Dusun Krajan Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember.

Umur sangat berpengaruh terhadap kriteria untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, sehingga sampel yang diambil tepat sasaran untuk dijadikan responden. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap apa yang ditangkap

saat mendapatkan pelayanan di posyandu balita, serta kecakapan dalam berkomunikasi dengan petugas posyandu balita. Bekerja atau tidak responden ini juga berpengaruh terhadap adanya hubungan kedua variabel karena jika balita di bekerja maka jelas bahwa balita tersebut memiliki hubungan sosial yang lebih erat dengan orang lain daripada balita yang tidak bekerja yang hanya dirumah. Jarak antara posyandu balita dengan rumah balita sangat penting sekali karena sangat berpengaruh terhadap kedua variabel penelitian ini. Jarak itu menentukan banyak tidaknya balita yang datang ke posyandu balita.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pelayanan posyandu balita di Desa darsono Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember yang terbanyak adalah dalam kategori baik, yaitu 63 responden (65,62%). 2. Tingkat kepuasan ibu balita di Desa

darsono Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember yang terbanyak adalah dalam kategori sangat puas, yaitu 87 responden (90,62%).

3. Ada Hubungan Pelayanan Posyandu Balita Dengan Tingkat Kepuasan Ibu Balita di Desa darsonoRW I Desa Arjasa Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC

(24)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 154 Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar

Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC

MH, Pribadi Zen. 2013. Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan Profesional. Jogakarta: D-Medika

Rita Yusnita. 2012. Hubungan Komunikasi Teurapetik Bidan Dengan Kecemasan Ibu Bersalin Di Ruang Kebidanan Dan Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie. (Online).

(http://www.eprints.undip.ac.id diakses tanggal 1 Mei 2014) Rizky Hardhiyani 2013. Hubungan

Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada Pasien Rawat Inap. (Online). (http://journal.unnes.ac.id/sju/ind ex.php/dcp diakses pada tanggal 1 Mei 2014)

Rohani & Hingawati Setio. 2013. Panduan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pramana

Simatupang, Erna Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC

Tamsuri, Anas. 2005. Konseling dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Triatmojo. 2007. Mengukur Kepuasan Pelanggan. (Online). (http://www.triatmojo.wordpress. com diakses tanggal 12 April 2014)

Wahyudin, Uud. 2009. Membangun Komunikasi Terapeutik. (Online). (http://www.m.kompas.com

diakses tanggal 18 Mei 2012)

(25)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 155 PERBEDAAN TINGKAT TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN TINDAKAN AKUPRESUR PADA PENDERITA HIPERTENSI

LANSIA DI PSLU PUGERKABUPATENJEMBER

Eko Bagus Santoso*, Arif Judi Susilo**, Andi Eka Pranata***

*, *** STIKES dr.Soebandi Jember **Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Problem of hypertension in the elderly is often found to be a major factor for coronary disease. Elderly In Social Institution Puger Jember, there are number of elderly who suffer from hypertension as much as 50%. Penatalaksaan hypertension in the elderly is essential to lower blood pressure by pharmacological therapy and non-pharmacological therapy. One of the non-pharmacological therapy in hypertension by using acupressure. The purpose of the study was to determine differences in the level of blood pressure before and after the act of acupressure in elderly hypertensive patients in PSLU Puger Jember. Pre-experimental research design plan design with one group pretest-posttest design. The population in this study as many as 70 people. The sampling technique used is random sampling. According to the experimental sample size Roscoe number of sample members 10 s / d 20, then obtained a sample of 14 people. The results showed that prior to the act of acupressure most respondents have a category of blood pressure levels as much as level 1 (64.3%). Most respondents after acupressure action has a category 1 level of blood pressure levels as much (85.7%). Based on the analysis of matched pairs Wilcoxon test p value = 0.083, p value (<0.05). It can be concluded that Ho accepted levels of blood pressure before and after the action of acupressure are the same. Suggestions for further research should be very familiar with the mechanism of implementation acupressure meridian points are pressed to the right and lead to positive outcomes for the elderly.

Keywords: level of blood pressure, acupressure

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai the silent kiler (pembunuh diam-diam) karena penderita tidak tahu bahwa dirinya menderita hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini karena dapat memicu terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebovaskuler. Hipertensi pada lansia dicirikan dengan hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tetapi tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal, keadaan ini biasanya ditemukan pada orang yang telah berusia 50 tahun ke atas dan

memastikan hipertensi. (Widyanto & Triwibowo, 2013: 113).

(26)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 156 (Depkes RI, 2007). Prevalensi hipertensi

di Indonesia sebesar 26,5 persen, di Jawa Timur prevalensi hipertensi didapatkan sebesar 26,2 persen dan di Jember jumlah penderita hipertensi sebanyak 69.000 kasus (RISKESDAS, 2013). Dampak masalah hipertensi pada lanjut usia cenderung kearah penyakit degeneratif. Penyakit jantung iskemik, serebrovaskuler atau penyakit pembuluh darah otak yang menyebabkan kematian urutan pertama, selain penyakit neoplasma dan saluran pernafasan (Nugroho, 2008: 7).

Seiring dengan bertambahnya usia juga akan meningkat tekanan darah, apabila seseorang mencapai puncaknya yaitu lansia terjadi pengkakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan (complience) arteri yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah sesuai dengan umur. Selain itu komplikasi yang disebakan oleh hipertensi adalah penyakit jantung koroner, gagal ginjal, stroke dan penyakit pada pembuluh darah. Penatalaksaan hipertensi pada lanjut usia sangatlah penting untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang selama ini diberikan di Panti Sosial Lanjut Usia Puger Kabupaten Jember adalah pemberian obat captopril. Efek samping dari pemberian terapi farmakologi adalah pusing, sakit kepala dan lemas. Sedangkan terapi nonfarmakologi yang diberikan adalah senam setiap hari selasa dan jum'at, pengajian setiap hari rabu, dan pemberian teh bunga rosella. Salah satu terapi non farmakologi yang kini sedang di kembangkan adalah dengan akupresur (Hartono, 2012: 3).

Akupresur merupakan terapi komplementer untuk menyeimbangkan sistem saraf dan sistem endokrin. Proses akupresur dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan menciptakan sensasi rasa (nyaman, pegal, panas, gatal, kesemutan, dan perih) pada saat diberikan terapi, apabila sensasi tersebut

tercapai maka sirkulasi darah dalam tubuh akan lancar, juga dapat merangsang keluarnya hormon endomorfin, yaitu hormon sejenis morfin yang dihasilkan dari dalam tubuh untuk memberikan rasa tenang (Hartono, 2012: 63).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Lanjut Usia Puger Kabupaten Jember, terdapat jumlah lanjut usia sebanyak 140 orang dari total lanjut usia dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 70 orang. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan tindakan akupresur pada penderita hipertensi lansia di Panti Sosial Lanjut Usia Puger Kabupaten Jember.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah komparatif dengan pendekatan Pra Experiment Design. menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. Dalam desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di PSLU Puger Kabupaten Jember yang menderita hipertensi, yaitu berjumlah 70 orang.

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Probability Sampling. Tehnik Probability Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dengan cara undian (lotre) dari jumlah 70 orang diambil 14 orang sample. Kemuadian responden diberikan perlakuan akupresur selama 10 menit dan diulang selama 6 hari. Setelah itu responden dilakukan post test dengan mengukur tekanan darah nya kembali Alat pengumpulan data untuk tindakan akupresur menggunakan checklist observasi dan untuk tekanan darah menggunakan alat sfigmomanometer merek ABN yang hasilnya ditabulasikan pada lembar observasi.

(27)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 3 No. 1 157 Uji statisitik yang digunakan adalah

uji comparasi dua sampel bepasangan menggunakan uji Wilcoxon Matched

Pairs dengan tingkat kepercayaan 95% (α < 0,05).

HASIL

Data Umum

Data umum mengenai karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan actor

herediter hipertensi,

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di UPT PSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014

No Jenis Kelamin

Frekuensi (f)

Prosentase (%) 1 Laki Laki 3 21,4 2 Perempuan 11 78,6 Total 14 100

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Herediter di UPT PSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014

No Faktor Herediter

Frekuensi (f)

Prosentase (%) 1 Ya 5 35,7 2 Tidak 9 64,3 Total 14 100

Data Khusus

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Tindakan Akupresur di UPT PSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014

No Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Tingkat 1 9 64,3

2 Tingkat 2 4 28,6 3 Tingkat 3 1 7,1

Total 14 100

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Tekanan Darah Sesudah Dilakukan Tindakan Akupresur di UPT PSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014

No Kategori Frekuensi (f)

Prosentase (%) 1 Tingkat 1 12 85,7 2 Tingkat 2 1 7,1 3 Tingkat 3 1 7,1 Total 14 100

Perbedaan Kategori Tingkat Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Tindakan Akupresur

Tabel 5.5 Tabel Silang Tingkat Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Tindakan Akupresur di UPTPSLU Puger Kabupaten Jember Tahun 2014

Gambar

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi pada Siswi kelas XI Jurusan Akuntansi SMK I Pancasila Ambulu-Jember
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pelayanan Posyandu Balita Menurut Responden Di Desa
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Tindakan Akupresur di
tabel 5.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dianugrahkan sebagai Pemimpin Terbaik Indonesia Tahun 2006 di Jakarta atas Jasa dan Prestasi Serta Andil Terhadap Bangsa Negara Republik Indonesia (Certificate Of Merit

Sedangkan ketidakmampuan fungsional, merupakan suatu ketidakmampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat melaksanakan suatu aktivitas-aktivitas atau kegiatan-

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat, kekuatan dan tidak pernah meninggalkan penulis selama melakukan skripsi

 Pembentukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli) Kabupaten Banjarnegara sesuai dengan Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor: 700/1290

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2015, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,99 persen,

- Menggambarkan struktur anatomi membujur pada daun (epidermis atas dan epidermis bawah). - Menganalisis keterkaitan antara pengaruh lingkungan terhadap struktur anatomi pada

Tabel 2 menunjukkan nilai validitas pada aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan sebesar 1,00 yang berarti LKS berbasis inkuiri terbimbing sangat

Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh Metode Inkuiri Berbantuan Alat Peraga terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Luas dan Keliling Lingkaran Kelas VIII MTs Darul