• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Salatiga Tahun A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Salatiga Tahun A"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Pengertian Motivasi Belajar

(2)

17

dalam diri individu tidak dapat diamati secara langsung, yang dapat diamati adalah perilaku yang dilakukan oleh individu, seperti mengerjakan tugas-tugas belajar, perilaku belajar yang dilakukan, dan suatu perwujudan dari perasaan atau pikiran ke dalam wujud kata-kata (verbalization). Motivasi belajar mencakup aktivitas fisik dan mental; aktivitas fisik memerlukan usaha dan ketekunan, sedangkan aktivitas mental memerlukan kegiatan kognitif dalam perencanaan, pengulangan, organisasi, pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah (Pintrich & Schunk, 2002).

(3)

Motivasi belajar termasuk dalam domain afektif (hasrat dan kemauan) yang digunakan dalam menentukan arah perilaku individu terhadap tujuan, suatu kecenderungan ke arah perilaku mengejar tujuan yang muncul dari kondisi dalam (batiniah) seperti dorongan dalam diri individu yang membangkitkan perilaku menuju pada satu tujuan/ sasaran belajar, satu dorongan yang meliputi pemberian kekuatan atau dorongan perilaku yang harus dipuaskan oleh individu (siswa). Motivasi belajar mengarahkan diri siswa untuk meraih tujuan belajar, yaitu siswa mencapai aktivitas akademik yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas belajarnya yang terarah pada tujuan yang berasosiasi dengan perilaku yang terfokus pada tujuan (Pintrich, 2002).

(4)

19

B.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Belajar

Pintrich et al. (2002) menyatakan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor (1) self-efficacy siswa, (2) keterampilan dasar mengajar guru, dan (3) pola asuh otoritatif orangtua.

1. Faktor self-efficacy siswa yang tinggi

Siswa dengan self-efficacy yang rendah akan menghindari tugas belajar yang menantang atau sulit, sedangkan siswa dengan self-efficacy yang tinggi akan termotivasi belajar dengan baik dan siswa akan lebih tekun berusaha mengerjakan tugas belajar yang menantang atau yang sulit sekalipun.

2. Faktor keterampilan dasar mengajar guru

(5)

lebih termotivasi untuk belajar karena keterampilan guru memberi penguatan atau pujian.

3. Faktor pola asuh otoritatif orangtua

Pola asuh otoritatif orangtua (authoritative parenting style): yaitu respons orangtua kepada anak berkaitan dengan kehangatan dan kontrol perilaku dari orangtua kepada anak. Orangtua otoritatif tegas dalam mendidik anak, namun orangtua mendidik anak dengan kehangatan, orangtua memberi dorongan belajar dan disiplin belajar kepada anak yang disepakati bersama berdasarkan diskusi keluarga. Orangtua mengkombinasikan kontrol dan dorongan dengan mengawasi perilaku anak dan mendorong anak dalam waktu bersamaan untuk mematuhi peraturan yang ada dalam keluarga.

(6)

21

C.

Meningkatkan Motivasi Belajar

Guru memegang peran penting dalam proses belajar-mengajar di kelas. Guru SMK (STM) berperan sebagai pengajar, pelatih keterampilan, dan motivator bagi siswa. Setiap perbuatan guru memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, tidak hanya perbuatan memberikan hadiah/ penghargaan (reward) yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, melainkan perbuatan seperti perencanaan pembelajaran dan manajemen kelas juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ada 7 (tujuh) cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menurut Schunk, Pintrich, & Meece (2002), yaitu:

1. Guru memberikan feedback (umpan balik) untuk hasil pekerjaan siswa. Pemberian feedback membuat siswa merasa diperhatikan dan menunjukkan bahwa guru memperhatikan siswa. Feedback dari guru akan membuat siswa merasa bersemangat lagi untuk belajar dan motivasi belajar siswa dapat meningkat. Saat guru selesai menerangkan pelajaran dan ada siswa yang bertanya tentang penjelasan guru, maka guru memberikan feedback dengan menunjukkan rasa senang akan pertanyaan yang diajukan siswa.

(7)

pujian, guru dapat memberikan rewards dengan memajang hasil karya terbaik di kelas, atau dengan mengumumkan di depan kelas siapa saja yang memperoleh nilai tertinggi pada saat ulangan. Siswa yang merasa bahwa prestasi belajarnya diakui dan dihargai akan memotivasi untuk lebih giat lagi belajar. Guru juga dapat memberikan punishment atau hukuman bagi siswa yang mengalami kemunduran prestasi belajar. Guru memberikan hukuman dengan cara memberikan latihan mandiri bagi siswa dengan tujuan agar siswa dapat mengerjakan tugas dan meraih prestasi belajar dengan lebih baik dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas yang mendukung siswa untuk belajar. Suasana pembelajaran berhubungan dengan keterampilan dan kepemimpinan guru di dalam kelas. Guru mengajar dengan menstimulasi siswa untuk menyatakan pendapat di kelas, dan mendorong siswa untuk saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan ditambah dengan dukungan guru pada siswa maka diharapkan siswa termotivasi untuk belajar.

(8)

23

memberikan tugas-tugas yang bervariasi dan menarik bagi siswa, menyediakan dukungan emosional dan kognitif yang memadai bagi siswa dalam mengerjakan tugas belajarnya, serta menyediakan berbagai materi yang dibutuhkan siswa untuk dapat menyelesaikan tugasnya.

5. Antusiasme guru dalam mengajar di kelas dapat menciptakan suasana pembelajaran yang positif untuk mendukung proses kegiatan belajar-mengajar. Guru yang antusias dalam mengajar akan berusaha untuk mengenal siswa-siswanya secara personal, misalnya dengan mengenal latar belakang keluarga siswa. Antusiasme guru ditunjukkan juga dengan cara bersikap hangat dan peduli kepada siswa, guru menunjukkan emosi saat mengajar di kelas misalnya dengan menggunakan humor, dan menciptakan suasana kelas yang interaktif seperti mengajak siswa untuk saling berdiskusi atau memberikan pertanyaan untuk didiskusikan oleh siswa. Dengan demikian suasana kelas akan menjadi lebih menyenangkan dan siswa akan termotivasi belajar selama di kelas.

(9)

yang berbeda satu sama lain. Untuk dapat menjangkau setiap siswa, guru perlu menerapkan pengajaran yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa yang beragam.

7. Pola asuh otoritatif orangtua berperan positif untuk memotivasi belajar siswa. Siswa yang tinggal dalam lingkungan keluarga dengan orangtua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Kehangatan dan kontrol tinggi yang diterapkan orangtua dalam mendidik anak akan membangun hubungan yang baik antara orangtua dengan anak yang diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan anak seperti masalah belajar dan kesulitan belajar di sekolah. Dengan demikian maka dapat menunjang kelancaran proses belajar-mengajar dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

D.

Pengukuran Motivasi Belajar

(10)

25

misalnya Occupational Learning Motivation Scale (OLMS) yang terdiri dari 40 item yang meliputi tiga sub skala yaitu motivasi intrinsik, motivasi negatif, dan motivasi ekstrinsik (Acat & Demiral, 2002). Cara lain untuk mengukur motivasi belajar adalah dengan menggunakan tes, salah satu tes untuk mengukur motivasi belajar yaitu The Attitude/ Motivation Test Battery—AMTB (Gardner, 1985) yang mengukur tiga aspek yaitu integrative attitude, instrumental attitude, dan motivation intensity. AMTB terdiri dari 18 item pernyataan yang terbagi dalam dua bagian: bagian A terdiri dari 8 item dengan 7-poin skala Likert, dan bagian B terdiri dari 10 item dan 3 tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah untuk menjawab item pernyataan (Okuniewska, 2010) .

(11)

E.

Pandangan Siswa Tentang

Keterampilan

Mengajar Guru

Pandangan adalah hasil perbuatan memandang seperti memperhatikan; melihat orang dipandang yang disegani dan dihormati (KBBI, 2005). Pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah perbuatan yang diinterpretasikan siswa ketika memperhatikan dan melihat keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru yang diterapkan pada saat mengajar.

Pintrich & Schunk (2002) menyatakan bahwa terdapat lima aspek keterampilan dasar mengajar guru, yaitu: a) Keterampilan mengulas pembelajaran sebelumnya.

(12)

27

sebelumnya, karena akan membangun jaringan pengetahuan yang lebih terorganisir.

b) Keterampilan memberikan materi baru. Pemberian materi baru dilakukan dengan memberi bahan pengajaran baru dan penjelasan yang jelas serta mendetail. Bahan pembelajaran dan penjelasan yang jelas serta mendetail bertujuan untuk memastikan siswa memahami isi materi dan tidak terikat pada proses mental yang kompleks untuk memahami apa yang guru jelaskan.

c) Keterampilan memberikan umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan keterampilan pembelajaran yang efektif. Guru yang memberitahukan kepada siswa, bahwa praktik mereka baik, memberikan informasi yang benar saat terjadi kesalahpahaman dari siswa, dan jika dibutuhkan guru mengajarkan dan mempraktikkan kembali materi yang belum dipahami siswa, untuk membantu memperkuat kesadaran awal siswa mengenai kemampuan mereka dalam belajar. d) Keterampilan memberikan latihan mandiri. Latihan

(13)

e) Keterampilan mengulas kembali materi yang telah diajarkan dengan interval jarak waktu (mingguan atau bulanan). Pengulangan secara periodik bagi siswa yang memiliki penampilan yang baik, menunjukkan bahwa siswa telah belajar dan mempertahankan informasi, yang akan meningkatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya, karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa mengenai kemampuan mereka.

F.

Pengukuran Pandangan Siswa Tentang

Keterampilan Mengajar Guru

(14)

29

serta keberhasilannya dalam nilai ujian siswa (Palmer, 1998). Alat ukur lain menggunakan inventori. Inventori yang digunakan misalnya The Preferred Thinking Styles in Teaching Inventory (PTSTI), dan The Effective Teacher Inventory (ETI) (Zhang, 2003). PTSTI terdiri dari 65 pernyataan tentang keterampilan mengajar guru dalam praktik pendidikan, dan ETI terdiri dari 6 aspek yang diukur yaitu yang berkaitan dengan keterampilan mengajar guru yang efektif dalam pembelajaran, meliputi: (1) kualifikasi akademik dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru, (2) kesiapan mengajar guru dan penguasaan materi yang diajarkan, (3) sifat dan kepribadian guru, (4) relasi yang terjalin antara siswa dengan guru, (5) motivasi dan semangat guru dalam mengajar, dan (6) pengelolaan kelas.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur keterampilan mengajar guru dengan mengadaptasi SET yang disesuaikan dengan lima aspek keterampilan mengajar guru yang dijabarkan oleh Pintrich & Schunk (2002).

G.

Pengertian Pola Asuh Orangtua

(15)

hubungan sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, pendidikan, dan kepribadian orangtua, menyebabkan adanya keanekaragaman cara mengasuh dan mendidik anak (Baumrind, 1991).

Mendidik dan mengasuh anak di dalam sebuah keluarga bukanlah hal yang mudah, tetapi pada dasarnya adalah bagaimana cara yang tepat untuk membina anak agar sasaran dapat tercapai, yaitu supaya anak dapat bertumbuh dan berkembang sebagai orang yang memiliki kepribadian positif, tumbuh menjadi orang yang bertanggung jawab, mandiri, dan berperilaku sosial yang sesuai dengan harapan orangtua. Baumrind (1991) meyakini bahwa orangtua harus mengembangkan aturan dan memberikan dukungan kepada anak dengan penuh kehangatan.

(16)

31

kehangatan dan kontrol menghasilkan keberagaman dalam diri seorang anak untuk merespons pengaruh pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua dipandang sebagai karakteristik orangtua yang membedakan keefektifan dari praktik sosialisasi keluarga dan penerimaan anak pada praktik pengasuhan orangtua (Baumrind dalam Darling & Steinberg, 1994).

Baumrind (1991) telah meneliti pola asuh kepada anak di dalam keluarga yang didasarkan pada studi praktik yang berfokus pada konfigurasi dari praktik pola asuh yang berbeda asumsi. Pola asuh dipandang sebagai karakteristik orangtua yang membedakan keefektifan dari praktik sosialisasi keluarga dan penerimaan anak pada praktik tersebut (dalam Darling & Steinberg, 1994).

Baumrind (1991) membagi pola asuh menjadi 4 (empat) pola asuh orangtua yang berbeda dengan pedoman: (1) warmth yang menggambarkan bagaimana orangtua berespons kepada anaknya yang berkaitan dengan kehangatan dan dukungan dari orangtua, (2) control yang menggambarkan bagaimana standar yang ditetapkan orangtua bagi anak yang berkaitan dengan kontrol perilaku dari orangtua.

(17)

Tabel 2.1

Faktor Pembeda Pola Asuh Orangtua

Authoritative Authoritarian Indulgent Neglectful Warmth high low high low Control high high low low Sumber: Baumrind, 1991

Terdapat empat pola pengasuhan, yaitu: 1) pola asuh otoritatif (authoritative parenting style), 2) pola asuh otoriter (authoritarian parenting style), 3) pola asuh memanjakan (indulgent parenting style), dan 4) pola asuh mengabaikan (neglectful parenting style) (Baumrind, 1991):

1. Pola asuh otoritatif orangtua (authoritative parenting style)

Pola asuh otoritatif yaitu penerapan kehangatan dan kontrol yang tinggi oleh orangtua. Dalam pola asuh otoritatif, orangtua memberikan batasan dan mengendalikan perilaku anak. Komunikasi verbal timbal balik berlangsung dengan bebas, orang tua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati. Pengasuhan otoritatif mendorong perilaku anak menjadi kompeten. Anak yang memiliki orangtua dengan pola asuh otoritatif, akan sadar diri dan dapat bertanggungjawab secara sosial (Baumrind, 1991).

(18)

33

memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Adanya sikap orangtua yang hangat dan bersifat membesarkan hati anak, berkomunikasi dua arah secara demokratis membuat anak semakin sadar dan bertanggung jawab secara sosial (Baumrind, 1991).

(19)

anak tidak hanya merasa tertekan, tetapi juga dihargai sebagai pribadi yang bebas. Komunikasi antara orangtua dengan anak atau anak dengan orangtua, serta aturan intern keluarga merupakan hasil dari kesepakatan yang telah disetujui dan dimengerti bersama. Baumrind (dalam Santrock, 2003) menekankan bahwa dalam pengasuhan otoritatif mengandung empat kriteria, yaitu: (1) kebebasan dan pengendalian merupakan prinsip yang saling mengisi, dan bukan suatu pertentangan, (2) hubungan orang tua dengan anak memiliki fungsi bagi orang tua dan anak, (3) adanya kontrol yang diimbangi dengan pemberian dukungan dan semangat (4) adanya tujuan yang ingin dicapai yaitu kemandirian, sikap bertanggung jawab, terhadap diri sendiri dan tanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat

2. Pola asuh otoriter orangtua (authoritarian parenting style)

(20)

35

dengan tekun dan rajin. Orangtua mengetahui prestasi akademik anak di sekolah dan orangtua menekankan anak untuk selalu berprestasi tanpa orangtua melibatkan diri dengan kehangatan dalam proses belajar. Dengan demikian maka anak bisa jadi tidak termotivasi untuk belajar karena anak merasakan tekanan tanpa mendapat pendampingan belajar dari orangtua.

3. Pola asuh permisif yang pemurah orangtua (indulgent parenting style)

(21)

4. Pola asuh permisif yang mengabaikan orangtua (neglectful parenting style)

Pola asuh permisif yang mengabaikan yaitu penerapan kehangatan dan kontrol yang rendah oleh orangtua. Orangtua neglectful memberikan kehangatan dan kontrol perilaku yang rendah kepada anak. Orangtua memberi kebebasan kepada anak dan tidak membatasi anak untuk berperilaku sesuai dengan yang diinginkan. Orangtua neglectful tidak mencurahkan perhatian pada kegiatan belajar anak dan tidak memantau prestasi akademik anak di sekolah. Orangtua mengabaikan dan tidak peduli apakah anak belajar atau melakukan apa selama berada di sekolah. Anak yang tidak mendapat kontrol perilaku dari orangtua akan menjadi malas belajar dan tidak termotivasi untuk belajar.

H.

Pengukuran Pola Asuh Otoritatif Orangtua

(22)

37

(23)

I.

Kajian Hubungan Antara Pandangan Siswa

Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola

Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi

Belajar Siswa

Penelitian Wibowo (2010) mengenai pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar siswa, dengan populasi penelitian 120 orang siswa SMKN 1 Sedan Rembang kelas XI Program Keahlian Mekanik Otomotif tahun pelajaran 2008/2009. Sampel diambil secara acak 89 orang siswa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner motivasi belajar siswa dan pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru kemudian dianalisis menggunakan Pearson’s Product Moment. Hasil penelitian menyatakan ada hubungan signifikan antara pandangan siswa keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar siswa dengan koefisien korelasi rxy = 0,489 dan p = 0,00 < 0,05.

(24)

39

terdapat hubungan yang signifikan antara pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 6 Malang dengan koefisien korelasi rxy = -0,138 dan p = 0,356 > 0,05.

Penelitian Lestari (2012) berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Otoritatif Orangtua Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMKN 12 Jakarta, dengan populasi penelitian siswa kelas XI berjumlah 71 orang siswa, diambil sampel sebanyak 60 orang dengan teknik proportional random sampling. Pengambilan data pola asuh orangtua siswa dan motivasi belajar siswa menggunakan instrumen angket, analisis korelasional menggunakan Pearson’s Product Moment untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif dengan motivasi belajar siswa, koefisien korelasi rxy = 0,447 dan p = 0,00 < 0,05.

Trah (2012) melakukan penelitian berjudul Hubungan Pola Asuh Otoritatif Orangtua dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK PAB II Helvetia Medan Tahun Ajaran 2011/2012 dengan populasi seluruh siswa kelas X dengan sampel sebanyak 60 orang siswa. Analisis menggunakan Pearson’s Product Moment dengan koefisien korelasi rxy = -0,019 dan koefisien signifikansi p = 0,370 >

(25)

siswa kelas X SMK PAB II Helvetia Medan Tahun Ajaran 2011/2012.

J.

Hipotesis

1. Hipotesis Empirik

1) Ada hubungan yang signifikan antara pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015.

2) Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif orangtua dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015.

2. Hipotesis Statistik

1) Ho: rx1.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015, dan jika Ho: rx1.y ≠ 0 artinya ada hubungan yang signifikan antara pandangan siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun ajaran 2014/2015. 2) Ho: rx2.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang

(26)

41

Gambar

Tabel 2.1 Faktor Pembeda Pola Asuh Orangtua

Referensi

Dokumen terkait

Para obtener más información sobre las novedades de versiones anteriores de CorelDRAW Graphics Suite, haga clic en Ayuda ` Resaltar novedades , y elija una versión.. Los

Es posible cambiar los nodos de un objeto de curva a uno de los cuatro tipos siguientes: asimétrico, uniforme, simétrico o línea. Los tiradores de control de cada nodo se comportan

Maka dapat diartikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yaitu variabel bebas (Citra Merek) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Niat Beli)

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran, Kami Panitia Pelelangan mengundang Saudara untuk dapat menghadiri Ferifikasi dan Klarifikasi terhadap Perusahaan pada

Sanggahan disampaikan kepada Pokja 3 Pekerjaan Konstruksi ULP Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Apilkasi SPSE pada website LPSE Kabupaten Jombangb.

Materi yang diberikan yaitu mahasiswa dapat menyiapkan tempat kerja dan perlengkapan membordir, membuat dan memindahkan desain hiasan pada kain yang akan dibordir sesuai

Sehubungan dengan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dilingkungan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2012 bersama ini kami mengundang

PANITIA LELANG PEMBANGUNAN JALAN WILAYAH I, II, III, IV DAN V, REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN (DAK) DAN OPTIMALISASI FUNGSI JARINGAN IRIGASI YANG TELAH DIBANGUN (DAK)