• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1. Profil SMK Pembangunan Ampel

SMK Pembangunan Ampel merupakan sekolah swasta yang menjadi salah satu dari empat SMK yang berada di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sejarah singkat SMK Pembangunan Ampel berdiri pada tanggal 8 Mei 1995 dibawah naungan Yayasan Sariputra Sadono. Sekolah ini, mula-mula hanya membuka jurusan akuntansi, namun pada saat ini SMK Pembangunan Ampel memiliki tiga jurusan yaitu Akuntansi (AK), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), dan Teknik Sepeda Motor (TSM).

(2)

54

pembelajaran yang cukup baik. Semua guru dan tenaga kependidikan memiliki ijazah S1, 4 guru memiliki ijazah S2, dan 8 guru telah memiliki sertifikat pendidik.

Visi SMK Pembangunan Ampel adalah “Terwujudnya Sekolah Menengah Kejuruan yang mengasilkan tamatan yang memiliki iman dan taqwa, berbudi pekerti luhur, berkualitas, profesional, dan mampu berkompetisi di era global. Misi SMK Pembangunan Ampel pada dasarnya melaksanakan kebijakan pemerintah dalam rangka usaha menghasilkan tamatan SMK yang berpotensi, handal

dan bersikap profesional serta mampu

mengembangkan dirinya sesuai kebutuhan dunia kerja. Misi tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1.Meningkatkan pembinaan keagamaan

2.Menerapkan pendidikan karakter pada tiap mata pelajaran

3.Meningkatkan pelayanan siswa dalam

pembelajaran dengan tenaga edukatif yang berkualitas, profesional, media memadai, dan lingkungan belajar yang kondusif

(3)

55

5.Menyiapkan tenaga kerja menengah yang profesional sesuai dengan tuntutan DU/DI.

SMK Pembangunan Ampel memiliki tujuan, antara lain :

1.Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional 2.Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier,

mampu berkompetisi dan mengembangkan diri untuk mencapai taraf hidup yang layak

3.Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk memenuhi dunia kerja pada saat ini, maupun mendatang.

4.Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, siap berkembang dan beradaptasi (adaptif) serta kreatif.

Penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah dilakukan untuk mewujudkan SMK Pembangunan Ampel sebagai sekolah kejuruan yang bermutu.

Ukuran mutu sekolah secara nasional

(4)

56

Perangkat lunak, dan Teknik sepeda motor memiliki akreditasi “B” yang berarti baik.

Untuk meningkatkan mutu sekolah, secara garis besar SMK Pembangunan Ampel telah menetapkan sasaran mutu yang akan dicapai. Sasaran mutu tersebut antara lain :

1.Pengembangan KTSP dengan melibatkan unsur-unsur sesuai dengan standar SNP

2.Peningkatan peserta didik dalam pencapaian target yang ditetapkan SKL.

3.Peningkatan prestasi akademik maupun non akademik baik tingkat daerah maupun tingkat nasional.

4. Peningkatan pemenuhan sarana prasarana sesuai SNP

5.Meningkatkan kemitraan sekolah dengan masyarakat maupun DU/DI dalam kegiatan akademik maupun non akademik dengan didukung adanya MOU.

6.Meningkatkan penggalangan dana untuk membantu operasional dan pengembangan sekolah

(5)

57

8.Meningkatkan subsidi silang kepada siswa kurang mampu dibidang ekonomi.

4.2. Langkah Pengembangan

4.2.1. Potensi dan Masalah

1. Perencanaan ( Planning)

Dalam kegiatan perencanaan penjaminan mutu

internal, SMK Pembangunan Ampel telah

melaksanakan pemetaan mutu sebagai upaya identifikasi pencapaian kinerja dan keadaan sekolah melalui pengkajian dan analisis. Pemetaan mutu tersebut dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS yang dilakukan mengacu indikator mutu 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang direkomendasikan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Selain mengacu 8 SNP, EDS yang dilakukan juga dianalisis berdasarkan sasaran dan kebijakan mutu sekolah. Hal ini sesuai wawancara dengan kepala sekolah:

Kami telah melakukan EDS tiap tahun,tepatnya EDS dibuat tiap akhir tahun pelajaran untuk mengevaluasi ketercapaian kinerja sekolah. EDS disusun melalui

aplikasi yang direkomendasikan LPMP.

(6)

58

sesuai,atau melebihi. EDS ini kemudian kami sosialisasikan sebagai bahan rapat koordinasi sekolah tahun pelajaran berikutnya.

(wawancara, kepala sekolah, 24 Juli 2017)

Hal tersebut sejalan dengan keterangan dari dua guru sebagai anggota dari tim pengembang mutu sekolah:

EDS sekolah kami menggunakan format yang direkomendasikan LPMP, karena memang seluruh SMK di Boyolali diwajibkan menggunakan format tersebut. Kami tinggal mengisi angket yang tersedia, angket tersebut berisi pertanyaan tentang ketercapaian pemenuhan SNP. Hasil analisisnya langsung bisa dilihat setelah semua angket dijawab, karena EDS dalam bentuk aplikasi atau program

(wawancara, guru 1, anggota tim pengembang mutu sekolah, 25 Juli 2017)

EDS yang disusun selain menunjukkan ketercapaian kinerja sekolah, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk meningkatkan pemenuhan SNP dan sasaran mutu sekolah

(7)

59

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga sumber tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa EDS yang disusun mengacu indikator mutu 8 SNP. EDS sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja sekolah dilakukan dengan cara membandingkan standar acuan mutu dengan kondisi nyata sekolah.

selain itu, EDS juga digunakan untuk

mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk meningkatkan pemenuhan SNP.

Selain wawancara, informasi mengenai EDS dilakukan melalui studi dokumen. Dalam dokumen EDS SMK Peembangunan Ampel Tahun Pelajaran 2016/2017 terdapat analisis dan kajian pemenuhan SNP, serta kelemahan dan tantangan yang mengacu pada sasaran mutu sekolah (Sumber: EDS SMK Pembangunan Ampel, 2016: 6-49).

Pemetaan mutu sekolah melalui kegiatan EDS menunjukkan kinerja sekolah atas pemenuhan 8 SNP. EDS menggambarkan kondisi riil sekolah, apakah sekolah telah memenuhi SNP atau bahkan melebihi SNP. Kondisi nyata sekolah dapat tergambarkan melalui pengisian angket EDS secara transparan dengan data-data yang benar-benar telah

(8)

60

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tim pengembang mutu sekolah, diperoleh data bahwa sekolah mengalami kendala dalam menyusun EDS. Menurut kepala sekolah, kendala yang dialami adalah kurangnya akurasi pengisian angket EDS. Data yang dipakai belum sepenuhnya diperbaharui berdasarkan kondisi riil sekolah (wawancara kepala sekolah, 24 Juli 2017) Sejalan dengan pendapat dari anggota tim pengembang mutu sekolah bahwa tidak semua data telah di update sesuai kondisi nyata sekolah. sehingga pengisian angket EDS kurang mendukung dalam menggambarkan pemenuhan indikator mutu SNP (wawancara, dua anggota tim pengembang mutu sekolah, 26 Juli 2017)

Untuk memperoleh kebenaran dari hasil

wawancara, peneliti menggunakan teknik

(9)

61

Untuk menindaklanjuti hasil EDS sebagai pemetaan mutu, SMK Pembangunan Ampel telah menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS). RKS berisi tentang cara pencapaian tujuan sekolah yang dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program sekolah. perencanaan yang disusun mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Seperti yang disampaikan kepala sekolah :

Untuk mengawali tahun pelajaran baru, kami menyusun RKS. RKS tersebut akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan semua kegiatan sekolah. RKS ini disusun dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru, komite sekolah dan yayasan. Kami duduk bersama dalam rapat koordinasi penyusunan RKS

(wawancara, kepala sekolah, 24 Juli 2017).

(10)

62

sekolah (wawancara, anggota tim pengembang sekolah, 25 Juli 2017).

Melalui studi dokemen RKS SMK

Pembangunan Ampel (2016 : 156-171) memuat Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS).

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga sumber tersebut diatas dan hasil studi dokumen RKS, dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun RKS sekolah telah melibatkan stake holder. Selain itu, RKS yang disusun telah memenuhi semua kebutuhan perencanaan sekolah, yang meliputi RKT, RKJM,dan RKAS.

Sani (2015:154) berpendapat, RKS disusun berdasarkan hasil analisis data EDS. Laporan EDS merupakan merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan mutu sekolah. EDS berperan dalam membangun informasi terutama untuk melihat kinerja sekolah dalam penerapan SNP. Informasi yang diperoleh akan menjadi dasar dalam menyusun perencanaan pemenuhan SNP yang tertuang dalam RKS.

(11)

63

menyusun perencanaan. Seperti yang disampaikan kepala sekolah:

Penyusunan RKS dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan 8 SNP. Pengerjaan secara kelompok dilakukan agar penyusunan RKS berjalan efektif dan efisien. Pada kenyataannya cara ini tidak berjalan dengan baik. Hanya beberapa personil saja yang bekerja dan memakai EDS sebagai acuan untuk pengembangan RKS

(wawancara, kepala sekolah, 26 Juli 2017)

Keterangan yang hampir sama diperoleh dari dua orang guru yang berperan dalam tim pengembang mutu, bahwa kurang adanya solidaritas dan kekompakan dalam menyusun RKS, bahkan

beberapa penanggungjawab standar (SNP)

menggunakan rencana kerja periode lalu (wawancara, dua guru anggota tim pengembang mutu, 25 Juli 2017).

(12)

64

tersebut peneliti menanyakan teknik apa yang digunakan sekolah untuk menetapkan solusi permasalahan atau strategi dalam pengembangan RKS. Berikut kutipan wawancara dengan seorang guru yang juga anggota tim pengembang mutu:

...memang harusnya memakai teknik seperti SWOT agar dapat ditemukan rencana strategis yang benar benar efektif sebagai solusi masalah, tapi kami terus terang tidak menggunakan teknik tertentu karena agak mengalami kesulitan dan memakan waktu jika memakai teknik tersebut. Jadi perencanaan strategi yang dibuat seadanya saja dan mengabaikan kelemahan dan kelebihan yang dimiliki sekolah

(wawancara, guru A tim pengembang mutu , 26 Juli 2017).

Pernyataan yang kurang lebih sama diperoleh dari beberapa sumber yang ada saat dilakukan wawancara (wawancara, guru B dan C, tim pengembang mutu, 25 Juli 2017) Data tersebut didukung oleh dokumen RKS yang dimiliki sekolah, dimana tidak terdapat analisis dan teknik tertentu yang mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan sekolah dalam mengembangkan RKS.

(13)

65

SMK Pembangunan Ampel dari aspek perencanaan kurang efektif. Dibutuhkan model perencanaan efektif yang dapat menjawab semua kebutuhan sekolah.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Tahap dalam sistem penjaminan mutu internal berikutnya setelah perencanaan kegiatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang telah direncanakan. SMK Pembangunan Ampel telah melakukan pengorganisasian penjaminan mutu internal dengan membentuk tim pengembang mutu sekolah. Secara dokumentasi pembentukan tim tersebut diwujudkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang Tim Pengembang Mutu Sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan kepala sekolah:

(14)

66

menjabat struktural saja. Hal ini dilakukan karena memang kuantitas guru disini terbatas. Yang dilibatkan hanya guru yang menginduk di sekolah ini, mengingat sebagian besar guru mengajar di beberapa sekolah jadi tidak fokus jika dilibatkan.

(wawancara, kepala sekolah, 26 Juli 2017)

Hal serupa juga disampaikan oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam tim pengembang mutu. Berikut salah satu keterangan yang disampaikan:

Sekolah ini hanya memiliki 27 guru, yang menginduk hanya sekitar 15 guru, yang lain mengajar di beberapa sekolah. jadi, guru yang menginduk diberi kepercayaan untuk menjadi tim pengembang mutu agar lebih fokus.

(wawancara, 3 guru anggota tim pengembang mutu ,27

Juli 2017)

(15)

67

8) Pengembang Lingkungan Sekolah, 9) Pengembang Budaya Sekolah, 10) Pengembang Kegiatan Kesiswaan, 11) Pengembang Hubungan Sosial dan Pencitraan Publik. Dari hasil studi dokumen mengenai SK tersebut, pengorganisasian yang disusun sekolah, masih bersifat umum. Struktur organisasi dan uraian tugas belum menunjukkan pembagian pengembangan mutu berdasarkan 8 SNP. Sehingga tidak sejalan dengan penyusunan RKS yang telah mengacu pada 8 SNP.

Dari hasil studi dokumen dan wawancara tentang tim pengembang mutu sekolah, dapat disimpulkan bahwa penjaminan mutu internal dari aspek pengoganisasian di SMK Pembangunan Ampel kurang efektif sehingga dibutuhkan model pengorganisasian yang tepat.

3. Pelaksanaan (Acting)

(16)

68

dan prosedur pelaksanaan pada tingkat satuan pendidikan, serta seluruh bagian organisasi satuan pendidikan untuk masing-masing standar (SNP). Pelaksanaan standar ini disesuaikan dengan program sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan hasil EDS. Pelaksanaan program merupakan kegiatan pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP.

Kepala SMK Pembangunan Ampel sebagai penanggungjawab penjaminan mutu internal menjelaskan tentang pelaksanaan program:

Semua aktifitas sekolah dalam tahun pelajaran yang sedang berjalan kami usahakan konsisten dengan program sekolah. Tetapi pada kenyataannya tidak semua program bisa direalisasikan. Biasanya berkaitan dengan pendanaan.

(wawancara,kepala sekolah,26 Juli 2017)

Hal yang sama diungkapkan oleh penanggungjawab standar pembiayaan:

(17)

69

Sasaran mutu kami salah satunya meningkatkan hasil nilai UN, jadi realisasi program ini diutamakan, otomatis akan menunda program lainnya, tapi kami usahakan untuk dapat merealisasikan semua program meskipun ada efisiensi dana.

(wawancara, penanggungjawab standar pembiayaan,27 Juli 2017)

Informasi yang sama diperoleh dari

penanggungjawab standar sarana prasarana :

Yang paling banyak alokasi pendanaan adalah standar sarpras dan SKL. Program standar lain mungkin hanya berkisar administrasi,transport,akomodasi. Jadi, kami mengutamakan mana yang dianggap kebutuhan mendesak dalam realisasi program. Meski demikian, dengan hambatan dana menyebabkan tidak semua program bisa terlaksana.

(wawancara, penanggungjawab standar sarpras, 27 Juli 2017).

(18)

70

yang mengacu pada sasaran mutu dalam pelaksanaan program.

Koordinasi sangat dibutuhkan dalam realisasi program pada tiap-tiap standar dengan menerapkan prinsip prioritas. Pendanaan dengan jumlah yang tetap sesuai RKS, oleh sekolah ini diolah dan dialokasikan sesuai program dengan mengkoordinasi semua penanggungjawab standar.

Dalam menyusun pemetaan mutu, dibutuhkan data yang akurat mengenai ketercapaian pemenuhan standar mutu dan kinerja sekolah pada periode yang lalu. Dengan demikian, dibutuhkan dokumen laporan kegiatan pelaksanaan program yang akuntabel. Berdasarkan studi dokumentasi terdapat beberapa dokumen laporan kegiatan pelaksanaan

program. Diantaranya dokumen laporan

pertanggungjawaban (LPJ) dari standar pembiayaan, laporan kegiatan bagian kesiswaan (SKL), laporan inventaris barang (standar sarpras), dan dokumen kurikulum (standar isi). Untuk standar yang lain belum ada laporan kegiatan pelaksanaan program. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya akurasi data pencapaian standar mutu.

Pelaksanaan program kerja sebagai

(19)

71

perangkat penjaminan mutu. Menurut Sani (2015:171) perangkat merupakan alat yang digunakan untuk menjalankan fungsi dari suatu sistem atau program. Dalam penjaminan mutu sekolah, perangkat yang digunakan antara lain dokumen yang berisi visi, misi, tujuan, kebijakan, dan sasaran mutu sekolah, selain itu sekolah harus memiliki Prosedur Operasional Standar (POS) dan Instruksi Kerja (IK). POS dan IK disusun untuk setiap masing-masing SNP. Melalui studi dokumen diketahui bahwa sekolah memiliki dokumen mutu yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran mutu. Selain didokumenkan, melalui observasi data-data tersebut juga nampak dipasang melalui papan display

didepan gedung sekolah. akan tetapi dokumen POS dan IK hanya dimiliki oleh standar sarana prasarana dan standar proses. POS dan IK tersebut adalah

penggunaan Laboratorium dan penyusunan

(20)

72

4. Evaluasi (Controlling)

Tahap terakhir dalam sistem penjaminan mutu internal adalah evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan mengawasi dan menilai secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya. Dalam penjaminan mutu, evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian standar. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kesenjangan dan permasalahan yang terjadi di sekolah dalam upaya memenuhi standar yang telah ditetapkan. Menurut Sani (2015:154) pada kasus penjaminan mutu sekolah, evaluasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau tim yang dibentuk oleh kepala sekolah. Evaluasi yang telah dilakukan di SMK Pembangunan Ampel, seperti dijelaskan oleh kepala sekolah dari hasil wawancara:

Disekolah kami yang melakukan evaluasi program adalah kepala sekolah, tiap akhir tahun pembelajaran

dilakukan monev atas pelaksanaan program.

Terkadang ada monev dari pengawas, tapi itu tidak kontinu. Yang sering di supervisi atau monev adalah sekolah negeri, untuk sekolah swasta jarang.

(21)

73

Hal yang hampir sama dikemukakan oleh tim pengembang mutu standar isi dan standar proses:

...dilakukan monev oleh kepala sekolah, karena memang belum ada tim evaluator khusus yang dibentuk. Kendalanya karena personilnya terbatas, dengan jumlah guru yang menginduk Cuma 25 orang, dan sebagian sudah menjadi tim pengembangan mutu. Evaluator juga membutuhkan kemampuan yang baik, jadi bapak kepala sekolah saja yang menjadi evaluator. Monev yang dilakukan kepala sekolah seputar pelaksanaan program, dengan mengacu RKS dan laporan kegiatan. Tapi tidak semua standar menyusun laporan kegiatan, jadi monev kurang efektif.

(wawancara,tim pengembang mutu standar isi,27 Juli 2017)

....kepala sekolah tiap akhir tahun pelajaran melakukan cek pelaksanaan program. Kegiatan tersebut seputar sesuai tidak dengan RKS, berapa persen keterlaksanaannya, kendala apa yang dihadapi. Format monev kepala sekolah atas keterlaksanaan

program dilakukan dengan cek list

(wawancara,tim pengembang mutu standar proses,27 Juli 2017)

(22)

74

persentase keterlaksanaan program dan kekurangan atau masalah yang dihadapi (Laporan Monev dan Supervisi Kepala Sekolah, 2016 ). Kendala yang dihadapi adalah hanya beberapa standar saja yang menyusun laporan kegiatan sehingga evaluasi yang dilakukan hanya berdasarkan observasi kegiatan.

(23)

75

mutu, sehingga hasil evaluasi program kurang maksimal.

Dalam proses evaluasi dibutuhkan laporan hasil audit. Selain memuat hasil pelaksanaan program, laporan audit juga berisi rekomendasi tindak lanjut (Sani, 2015:210). Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan beberapa anggota tim pengembang mutu, laporan evaluasi yang disusun oleh kepala sekolah tidak dipakai untuk mengembangkan sasaran mutu tahun ajaran berikutnya. Hal tersebut berdampak pada pengisian data angket EDS yang kurang update, sehingga pemetaan mutu maupun sasaran mutu tidak efektif.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa SMK Pembangunan Ampel mempunyai potensi dalam pelaksanaan siklus penjaminan mutu internal. Akan tetapi belum efektif disebabkan masih mengalami beberapa masalah.

(24)

76

melaksanakan tahap perencanaan penjaminan mutu internal, akan tetapi masih mengalami kendala. Kendala yang dihadapi adalah mengenai akurasi pengisian angket EDS, sehingga EDS sebagai alat

untuk memetakan mutu, kurang dapat

menunjukkan kondisi nyata sekolah. selain akurasi EDS, kendala yang dihadapi adalah kurangnya koordinasi masing-masing standar dalam menyusun RKS sebagai tindak lanjut dari EDS sehingga penyusunan RKS tidak efektif. Kendala lain yang dialami berkaitan dengan penyusunan RKS adalah tidak semua pihak menggunakan data analisis EDS sebagai dasar penyusunan RKS, sehingga perencanaan yang tersusun tidak konsisten dengan EDS. Selain itu pihak sekolah mengalami kesulitan dalam menetapkan solusi masalah dan strategi pengembangan program, sehingga membutuhkan teknik tertentu yang dapat membantu sekolah dalam menyusun strategi perencanaan.

(25)

77

Masalah yang dihadapi adalah struktur organisasi tim pengembang mutu sekolah masih bersifat umum. SK Tim Pengembang Sekolah belum menunjukkan pembagian berdasarkan 8 SNP sehingga tidak sejalan dengan penyusunan RKS.

Dari aspek pelaksanaan pemenuhan program, aktifitas sekolah dilaksanakan berdasarkan program sekolah (RKS). Meskipun demikian masih terdapat kendala, yaitu terbatasnya pendanaan. Terbatasnya dana menyebabkan tidak semua program dapat terealisasi. Dibutuhkan teknik penentuan skala prioritas yang dapat menjawab permasalahan. Selain pendanaan, sekolah belum memiliki perangkat

penjaminan mutu sebagai pedoman untuk

melaksanakan program. Hasil akhir dari pemenuhan program adalah laporan kegiatan. Dalam hal ini, tidak semua standar menyusun laporan kegiatan, sehingga akan sulit menilai atau mengevaluasi keterlaksanaan program.

(26)

78

mempunyai kesibukan dan pekerjaan sebagai pimpinan sekolah sehingga hasil evaluasi kurang maksimal. Dibutuhkan tim audit internal yang indepeden untuk melakukan penilaian kinerja. Kendala lain berkaitan dengan hasil evaluasi adalah laporan hasil evaluasi tidak digunakan sebagai dasar dalam menyusun sasaran dan kebijakan mutu tahun pelajaran berikutnya. Hal tersebut menyebabkan ketercapaian sasaran mutu kurang efektif.

(27)

79 4.2.2.Pengumpulan Data

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai konsep dan teori yang menunjang sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah.

Pengembangan model penjaminan mutu

internal, merupakan pengembangan model

prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Suparman, 2014: 9). Desain pengembangan model penjaminan mutu internal disusun dengan pendekatan teori prinsip – prinsip manajemen oleh George R Terry (2013). Langkah manajemen tersebut terlihat seperti gambar 2.4. dibawah ini :

Gambar 4.1. Fungsi Manajemen oleh G.R,Terry

Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan

Fungsi Manajemen

(28)

80

Model prosedural yang digunakan sebagai acuan adalah Siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016, 13-14). Siklus tersebut meliputi : 1) Pemetaan mutu pendidikan, 2) Penyusunan rencana peningkatan mutu, 3) Pelaksanaan pemenuhan mutu, 4) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu, 5) Penetapan standar mutu baru. Siklus tersebut seperti terlihat dalam 4.2 gambar dibawah ini :

Gambar 4.2. Siklus Penjaminan Mutu Internal (Kemdikbud,2016)

4.2.3. Desain Produk.

(29)

81

desain model penjaminan mutu internal yang sesuai dengan kebutuhan.

Langkah tersebut seperti gambar 4.3. dibawah ini :

Gambar 4.3 Model Penjaminan Mutu Internal SMK Pembangunan Ampel

Fungsi Manajemen

Perencanaan

Standar Mutu 8 NSP

Pengorganisasian

Evaluasi

Visi Misi Sasaran Mutu

Pemetaan Mutu EDS

Koordinasi Standar 8 NSP

Teknik Analisis Medan Kekuatan

(Field Force Analisys)

(30)

82

1.Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini sekolah melakukan pemetaan

mutu. Pemetaan mutu adalah kegiatan

mengidentifikasi pencapaian kinerja dan keadaan sekolah melalui pengkajian dan analisis. Pemetaan mutu dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Kegiatan dalam EDS adalah membandingkan standar acuan mutu dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan kondisi sekolah, apakah sesuai atau bahkan lebih. Program EDS yang telah disediakan dari Lembaga Penjaminan Mutu pendidikan (LPMP) dalam bentuk angket dan raport ini akan mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk meningkatkan pemenuhan SNP.

Untuk menjamin keakuratan data EDS, agar dapat menunjukkan kondisi riil sekolah, perlu dilakukan update data tiap standar dalam SNP.

Update data dilakukan berdasarkan acuan standar

mutu SNP minimal tiap semester dan dimonitor melalui supervisi kepala sekolah. Hasil EDS yang telah di update sesuai kondisi riil sekolah, kemudian disosialisasikan melalui rapat koordinasi sekolah tahunan.

(31)

83

dan program kegiatan. Laporan EDS dijadikan dasar untuk menyusun Rencana kerja Sekolah (RKS). Penyusunan RKS dibagi atas 8 SNP sesuai standar acuan mutu dalam EDS. Delapan standar tersebut meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Dibutuhkan koordinasi yang baik pada tiap standar untuk mendapatkan rencana kerja yang efektif dan efisien, terutama berkaitan dengan standar pembiayaan. Dalam realisasi semua

program, standar pembiayaan berperan

mengakomodasi rencana pendanaan.

(32)

84

kekuatan dilakukan dengan melihat faktor pendorong (driven force) dan faktor pelemah

(restraining force) yang terkait dengan masalah yang

ditemukan. Faktor pendorong adalah faktor yang memungkinkan masalah dapat diatasi dan dapat ditelaah dari hasil isian EDS. Faktor pelemah adalah faktor yang menyebabkan masalah semakin sulit untuk diatasi yang dapat ditelaah dari isian EDS. Langkah selanjutnya adalah membuat solusi dalam bentuk program atau kegiatan untuk meningkatkan faktor pendorong dan meminimalkan faktor pelemah. Dengan menggunakan teknik medan kekuatan, penyusunan RKS akan lebih efektif.

Tahap perencanaan dalam penjaminan mutu internal, mulai dari pemetaan mutu sampai dengan penyusunan rencana kerja akan tampak seperti gambar 4.4. dibawah ini :

Gambar 4.4. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek Perencanaan

Perencanaan

Koordinasi Standar dalam 8 NSP

(33)

85

2.Tahap Pengorganisasian.

Tahap pengorganisasian merupakan cara untuk menempatkan orang berdasarkan kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang telah direncanakan. Pengorganisasian dalam sistem penjaminan mutu dilakukan dengan membentuk Tim Pengembang Mutu (TPM). TPM ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Anggota TPM terdiri atas guru dan tenaga kependidikan. Pemilihan anggota TPM berdasarkan kemampuan yang dimiliki personal. Selain itu anggota TPM terbagi menjadi 8 standar dalam SNP. Karena keterbatasan personil, tiap standar terdiri atas 1 orang penanggungjawab dan 1 orang anggota. Didalam SK TPM terdapat uraian tugas ( job description) untuk masing-masing standar, sehingga anggota TPM paham akan tugasnya.

(34)

86

sistem atau program. Perangkat mutu tersebut berupa petunjuk kerja. Petunjuk kerja merupakan rincian aktifitas yang diuraikan dalam Prosedur Operasional Standar (POS). POS disusun untuk

masing–masing standar dalam SNP.

Penanggungjawab tiap standar dalam TPM menyusun POS untuk pedoman melaksanakan rencana yang ada dalam RKS, sehingga semua rencana dapat dilaksanakan dengan efektif.

(35)

87

Untuk menjalankan fungsi sebagai auditor mutu, TAM membutuhkan perangkat audit. Perangkat audit merupakan alat yang digunakan untuk kegiatan menilai pencapaian sasaran mutu. Perangkat audit berupa Kertas Kerja Audit (KKA). KKA terdiri atas KKA Form 1 digunakan untuk memeriksa kelengkapan dokumen, KKA Form 2 digunakan untuk pengujian dilapangan, KKA Form 3 untuk meringkas kondisi audit dan kriteria temuan, dan KKA Form 4 untuk analisis hasil audit.

Tahap pengorganisasian penjaminan mutu, dapat dilihat dalam gambar 4.5. berikut ini :

Gambar 4.5. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek Pengorganisasian

SOP dan IK

Tim Pengembang

Mutu (TPM)

Tim Audit Mutu

(TAM)

Kepala Sekolah

(36)

88

3.Tahap Pelaksanaan.

Pelaksanaan program adalah pelaksanaan tugas dan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja dan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada agar pekerjaan yang telah dilakukan berjalan sesuai apa yang direncanakan. Pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan pembagian tugas untuk masing-masing standar dalam SNP. TPM sebagai pelaksana standar, merealisasikan semua program sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan EDS. Kegiatan pelaksanaan program adalah pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Dengan demikian, semua aktifitas sekolah dalam tahun pelajaran yang sedang berjalan, harus konsisten dengan program-program sekolah.

(37)

89

berkaitan dengan pengadaan barang dan fasilitas. Meskipun demikian, standar pembiayaan harus dapat meng-cover seluruh aktifitas sekolah. Untuk itu dibutuhkan skala prioritas dalam realisasi program. Skala prioritas disusun berdasarkan tingkat urgensi pencapaian sasaran mutu.

Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan program, TPM wajib menyusun laporan kegiatan.

Laporan kegiatan ini dibutuhkan untuk

mengevaluasi jalannya program, dengan menilai kesesuaian dengan RKS. laporan kegiatan disertai dengan laporan pertanggungjawaban (LPJ) terhadap penggunaan dana. LPJ yang disusun diserta dengan bukti transaksi yang sah. Selain itu, TPM wajib mendokumenkan semua aktifitas kegiatan. Dokumentasi bisa dalam bentuk foto atau rekaman kegiatan. Hal ini dilakukan untuk kepentingan penilaian lapangan atas keterlaksanaan program sekolah.

Tahap pelaksanaan program dalam

(38)

90

Gambar 4.6. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek Pelaksanaan

4.Tahap Evaluasi.

Tahap evaluasi adalah tahap dimana TAM sebagai auditor melakukan kegiatan pengawasan dan penilaian secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya. Dalam penjaminan mutu, tahap evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian

Pelaksana Rencana Pemenuhan

TPM

Pelaksana Kegiatan SOP dan IK

Standar Pembiayaan

Skala Prioritas

Laporan Kegiatan

Standar Isi SKL Proses Pengelolaan

(39)

91

standar mutu 8 SNP. Kegiatan evaluasi ini juga dilakukan untuk mengetahui kesenjangan dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program.

Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, TAM membutuhkan perangkat audit mutu. Perangkat audit mutu yang telah dijelaskan dalam tahap pengorganisasian diatas, akan digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi. Terdapat beberapa langkah dalam audit internal penjaminan mutu. Langkah pertama, adalah memeriksa kelengkapan

dokumen (laporan kegiatan/LPJ) dengan

(40)

92

atau saran untuk tindakan koreksi yang sebaiknya dilaksanakan oleh TPM.

Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan audit, TAM perlu menyusun laporan hasil audit. Laporan hasil audit memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi tindak lanjut. Laporan tersebut merupakan ukuran kinerja auditor dan hanya disampaikan pada pihak yang berkepentingan, yaitu TPM dan kepala sekolah.

Dari laporan hasil audit akan nampak ketercapaian sasaran mutu sekolah. Dalam laporan ini, dapat diketahui tingkat pencapaian sasaran mutu yang telah direncanakan lewat RKS berdasarkan EDS dan beberapa sasaran mutu yang belum tercapai, serta rekomendasi untuk perbaikan. Laporan hasil audit ini, akan digunakan untuk menyusun sasaran mutu yang baru pada tahun pelajaran berikutnya. Sehingga akan terjadi

perbaikan mutu secara berkesinambungan

(continously improvement).

(41)

93

Gambar 4.7. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek evaluasi Hasil akhir yang diharapkan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut :

1.Tahap perencanaan menghasilkan pemetaan mutu yang akurat. Pengisian data EDS dilakukan dengan data yang update, sehingga menunjukkan kondisi riil sekolah. analisis data EDS akan mengidentifikasi pencapaian mutu sekolah berdasarkan standar mutu 8 SNP. Dengan menggunakan teknik analisis Medan Kekuatan

Evaluasi

KKA Form 1-4 Kegiatan

Audit

Laporan Hasil Audit

Sasaran Mutu Baru

(42)

94

dan koordinasi yang baik dalam penyusunan RKS akan menghasilkan perencanaan dan strategi yang efektif dan efisien.

2.Tahap Pengorganisasian menghasilkan Tim Pengembang Mutu (TMP) dan Tim Audit Mutu (TAM). TPM bertugas melaksanakan semua rencana yang tertuang dalam RKS, sedangkan TAM menilai kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap program, dan menilai pencapaian sasaran mutu yang ditetapkan sekolah. Pemilihan anggota TPM dan TAM berdasarkan kompetensi personal, sehingga akan terpilih orang-orang yang mempunyai integritas yang tinggi dan credible dalam menjalankan pekerjaan.

(43)

95

4.Tahap evaluasi menghasilkan kegiatan pengawasan dan penilaian secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya serta analisis kesenjangan dan permasalahan yang terjadi

selama pelaksanaan program dengan

menggunakan perangkat audit yang terukur. Hasil akhir dari tahap ini adalah laporan audit. yang memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi tindak lanjut yang merupakan ukuran kinerja auditor. Laporan hasil audit digunakan sebagai acuan menyusun sasaran mutu tahun berikutnya.

4.2.4.Validasi Desain

(44)

96 Tabel 4.1

Hasil Uji Validasi

Model Penjaminan Mutu Internal

No Pernyataan

6 Penjaminan Mutu

Sekolah

Jelas (4) Cukup Jelas

(3)

Jelas (4)

7 Penjaminan Mutu

(45)

97

Keterangan : Tidak Jelas : 1 Kurang Jelas : 2 Cukup Jelas : 3

Jelas : 4

Sangat Jelas : 5

Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa rata-rata nilai yang diberikan validator 1, Dr. Yari Dwi Kurnaningsih, M.Pd adalah 4 dalam kategori jelas. Rata-rata nilai yang diberikan validator 2 yaitu Dr. Ade Iriani, M.M adalah 3,4 dalam kategori cukup jelas. Rata-rata nilai yang diberikan validator 3 yaitu Kartomo, M.Pd adalah 4,3 dalam kategori jelas. Rata-rata dari nilai ketiga validator menunjukkan angka 3,90. Berdasarkan kriteria kualitas model, angka 3,90 termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan memenuhi kriteria model yang baik.

Beberapa saran dari validator tersebut antara lain:

1.Validator 1 :

Memperjelas kedudukan lampiran dan melengkapi contoh format kertas kerja audit mutu.

2.Validator 2 :

Menambahkan kajian teori, memperbaiki tata bahasa, dan membenahi daftar pustaka.

(46)

98

Pada bagian penutup, untuk menambahkan peran yayasan dalam monitoring dan evaluasi implementasi model penjaminan mutu internal.

4.2.5.Perbaikan Desain

Berdasarkan hasil validasi dan saran dari validator, selanjutnya dilakukan revisi sehingga diperoleh model penjaminan mutu internal yang dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal. Revisi dilakukan berdasarkan saran dari validator.

(47)

99

Revisi selanjutnya berdasarkan saran dari validator 1, yaitu mengenai kelengkapan lampiran KKA format 1. Dalam draft model, KKA format 1 hanya memuat standar pengelolaan, revisi yang dilakukan adalah dengan menambahkan 7 standar yang lainnya yaitu, Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian.

Revisi untuk memperbaiki desain produk dari validator 2 adalah menambahkan teori tentang penjaminan mutu internal. Dalam bab 2 draft model menggunakan teori mengenai siklus penjaminan mutu internal dari Kemdikbud (2016), revisi yang dilakukan adalah dengan menambahkan teori proses penjaminan mutu dari Sani (2015). Menurut Sani (2015) proses penjaminan mutu mengandung 6 ciri fungsional, yaitu (1) Penetapan Standar, (2) Evaluasi pengukuran pencapaian standar, (3) Pemenuhan standar, (4) Audit internal, (5) Rekomendasi peningkatan mutu, dan (6) Peningkatan mutu berkelanjutan. Teori dari Sani memberikan kontribusi bahwa standar yang telah ditetapkan perlu dievaluasi sebelum dilaksanakan.

(48)

sumber-100

sumber yang digunakan dalam menyusun model. Sedangkan untuk tata bahasa, diperbaiki menggunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga jelas subyek, predikat, obyek dan keterangannya serta memperbaiki kesalahan pengetikan.

Revisi untuk memperbaiki desain produk dari saran validator 3, adalah melibatkan komite sekolah dalam mengevaluasi implementasi model penjaminan mutu internal. Dalam draft model bab 4 bagian penutup,evaluasi implementasi model dilakukan oleh pengawas. Berdasarkan saran dari validator 3, selain pengawas, komite sekolah sebagai pemangku kepentingan sekolah perlu dilibatkan dalam evaluasi implementasi model. Komite sekolah perlu mengetahui perkembangan kemajuan sekolah sebagai masukan dalam upaya pengembangan sekolah.

4.3.

Pembahasan

Model ini disesuaikan dengan kondisi tempat penelitian dilakukan, agar dapat diimplementasikan dengan mudah. Keberhasilan model ini terletak pada

pelaksanaan secara menyeluruh dan

berkesinambungan dari tahap ke tahap. Selain itu, koordinator yang baik antara pelaksana standar sangat menentukan keberhasilan model.

(49)

101

koordinasi. Pemantauan yang intensif atas pelaksanaan tiap tahap, diperlukan untuk menjaga agar kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari rencana yang telah disusun.

Pada tahap pegorganisasian khususnya

staffing baik pembentukan TPM maupun TAM,

dibutuhkan penyeleksian yang baik. Penempatan anggota tim berdasarkan kompetensi dan integritas personal yang memadai sehingga akan berkontribusi positif terhadap tujuan

Dalam tahap pelaksanaan, TPM harus tetap menjaga keharmonisan dan koordinasi atas pelaksanaan program kerja. Selain itu, dibutuhkan konsistensi terhadap pelaksanaan tiap tahap dalam model penjaminan mutu internal.

Pada tahap evaluasi, prinsip obyektif, transparan, dan independen dibutuhkan untuk menghasilkan hasil penilaian atas pelaksanaan program. TAM wajib melakukan tindakan koreksi dan memberikan rekomendasi untuk menyusun sasaran mutu pada periode mendatang.

(50)

102

(1) Tahap desain, pemetaan mutu menggunakan QFD SIM WEB, (2) Tahap kontrol, yaitu tindakan korektif terhadap desain, (3) Tahap Implementasi, dan (4) Tahap Evaluasi. Meskipun penelitian dilakukan di SMK, akan tetapi tidak menggunakan standar mutu 8 SNP yang menjadi acuan Kementrian Pendidikan Nasional untuk menilai mutu sekolah kejuruan. Pemetaan mutu yang dilakukan tidak melalui EDS yang disarankan oleh Kemdikbud sebagai dasar untuk mengevaluasi kondisi sekolah berdasarkan indikator mutu 8 SNP. Di sisi lain, tahap evaluasi tidak dilanjutkan dengan menyusun standar mutu baru.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Sulaiman (2013) agak berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di perguruan tinggi. Tahapan-tahapan yang dilalui dalam sistem penjaminan mutu internal menempatkan pemetaan mutu, justru setelah evaluasi dan sebelum audit mutu. Model ini, kurang baik jika digunakan untuk SMK karena pemetaan mutu harusnya digunakan sebagai dasar penyusunan RKS.

(51)

103

kerjasama melakukan penyusunan sistem

penjaminan mutu sekolah dengan standar internasional. Untuk kebutuhan SMK, penelitian ini bisa diterapkan jika sekolah tersebut telah memenuhi standar mutu 8 SNP, kemudian menyusun standar mutu baru yang lebih tinggi dari SNP.

Model penjaminan mutu internal di SMK Pembangunan Ampel ini, dikembangkan dengan metode pengembangan dari Sugiono (2016). Melalui analisis potensi dan masalah, serta kajian teoritis disusun pengembangan model penjaminan mutu internal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah dengan memuat tahap-tahap siklus penjaminan mutu.

Menurut Sani (2015) kegiatan penjaminan mutu yang umum digunakan mengacu pada siklus manajemen. Tahap siklus manajemen yang digunakan dalam penelitian ini mengacu tahapan prinsip-prinsip manajemen dari Terry (2013) yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

evaluasi. Dalam model penjaminan mutu

(52)

104

– orang yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap pekerjaan sehingga pelaksanaan rencana akan lebih efektif.

Model yang digunakan sebagai acuan untuk dikembangkan adalah siklus penjaminan mutu internal dari Kementrian Pendidikan Nasional (2016), yaitu : (1) Pemetaan mutu (EDS), (2) Penyusunan RKS, (3) Implementasi, dan (4) Evaluasi. Pengembangan model ini menempatkan EDS dan RKS dalam tahap perencanaan. Tahap kedua ,yaitu pengorganisasian menambahkan peran kepala sekolah dalam hal staffing. Selain staffing kebaruan model ini dibandingkan dengan model- model sebelumnya adalah, model ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan obyek penelitian. Melalui kajian empiris dan teoritis model ini dilengkapi dengan komponen-komponen yang dijelaskan secara rinci meliputi apa, siapa yang melaksanakan, bagaimana melaksanakan, dan kapan dilaksanakan, serta hasil akhir yang diharapkan pada tiap tahap.

Gambar

Gambar 4.1.  Fungsi Manajemen oleh G.R,Terry
Gambar 4.2. Siklus Penjaminan Mutu Internal
Gambar 4.3 Model Penjaminan Mutu Internal SMK Pembangunan
gambar 4.4. dibawah ini :
+6

Referensi

Dokumen terkait

Maksud data sekunder ini di gunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat seberapa banyak adanya kepemilikan tanah pertanin secara absentee serta untuk mengetahui

penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005), menunjukkan bahwa NIM berpengaruh signifikan positif dan merupakan variable yang paling berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMK Negeri 1 Surabaya mengimplementasikan sistem penjaminan mutu internal secara mandiri dengan melibatkan seluruh pemangku

Dari ilustrasi di atas dapat dijelaskan bahwa Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri dari 2 bagian yaitu (1) Sistem Penjaminan Mutu

Agar bau wangi yang di hasilkan mampu memberi keriangan dan tetap sehat maka di perlukan ke hati - hatian dalam menentukan pengharum mobil yang enak, unik, yang tahan lama,

Nilai efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa adanya pem- berian kromium yang mampu memanfaatkan e- nergi yang terdapat dalam pakan terutama kar- bohidrat dan lemak dalam

Nomor 1 s.d 5 diperoleh informasi, dari 26 (dua puluh enam) calon pelanggan sebagian besar sudah mengetahui bahwa sabun mandi herbal adalah sabun kesehatan

Soemitra, Bank… , h.. transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit , dan sebagainya. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS,