Halaman 1 dari 7
STUDI AWAL:
PENGGUNAAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK
DI PROVINSI SUMATERA UTARA SAMPAI DENGAN TAHUN 2019
A. Gambaran Umum
Sistem kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara dipasok dengan menggunakan sistem transmisi 150 kV dan transmisi 275 kV yang berasal dari Sektor Pembangkitan Belawan, Sektor Pembangkitan Medan, Sektor Pembangkitan Pandan dan Sektor Pembangkitan Labuhan Angin (tidak termasuk Pulau Nias/Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Pulau Tello dan Pulau Sembilan yang masih beroperasi secara isolated). PLN juga melakukan swap energy dengan PT Inalum untuk ikut membantu memenuhi kebutuhan beban puncak.
Disamping pusat-pusat pembangkit di atas, ada beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLN), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (IPP) yang memasok listrik langsung ke sistem distribusi (20kV).
Kapasitas terpasang pembangkit listrik di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 sebesar 2178,4 MW dengan Daya Mampu Netto (DMN) 1609,5 MW. Dengan total beban puncak pada tahun 2013 yang mencapai 1455 MW, dimana beban puncak yang terlayani hanya sebesar 1374 MW, sehingga Provinsi Sumatera Utara masih mengalami defisit sebesar 81 MW.
Secara lebih rinci, kapasitas pembangkit di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.
No Nama Pembangkit Jenis Bahan
Halaman 2 dari 7
Tabel 2 Pembangkit Listrik di Provinsi Sumatera Utara
Halaman 3 dari 7
Sehubungan dengan kurangnya pasokan listrik di Sumatera Utara sebagai akibat dari tidak seimbangnya penambahan pembangkit dan pertumbuhan beban, maka pada saat beban puncak diberlakukan pemadaman bergilir. Untuk menanggulangi pemadaman yang berkepanjangan, sementara PLN Wilayah Sumatera Utara telah melakukan demand side management dengan cara mengurangi laju pertumbuhan beban, yaitu membuat kuota (pembatasan) jumlah sambungan baru. Untuk mengantisipasi beban puncak, PLN setidaknya harus memiliki tambahan cadangan listrik sebesar 30 persen sehingga bila ada gangguan masih ada cadangan listrik yang bisa digunakan.
B. Penggunaan dan Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik di Provinsi Sumatera Utara
1. Penggunaan Listrik di Provinsi Sumatera Utara
Penggunaan listrik di Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sejalan dengan pertumbuhan ekonominya. Namun pasokan tenaga listrik (pembangkitan) mengalami penurunan daya mampu (derating capacity) karena umur pembangkit yang semakin tua dan penambahan kapasitas pembangkit baru yang relatif kecil.
Kota Medan merupakan pusat beban terbesar di Sumatera Utara (hampir 60% dari seluruh demand di Provinsi ini) dengan tingkat pertumbuhan beban yang tinggi.
Jumlah Total Pelanggan PLN di Sumatera Utara pada tahun 2013 adalah 2,9 juta pelanggan, yang didominasi dari Kelompok Rumah Tangga sebanyak 2,75 juta pelanggan, Kelompok Industri sebanyak 3.691 Pelanggan, Kelompok Bisnis 102 ribu Pelanggan, Kelompok Sosial 54 ribu pelanggan, Kelompok Gedung Kantor Pemerintah 6.726 Pelanggan, dan Kelompok Penerangan Jalan Umum 14.101 Pelanggan.
Jumlah Energi yang terjual di Sumatera Utara pada tahun 2013 adalah sebesar 7.917 GWh, dimana untuk Kelompok Rumah Tangga terjual sebesar 3.870 GWh, Kelompok Industri sebesar 2.134 GWh, Kelompok Bisnis 1.195 GWh, Kelompok Sosial 235,56 GWh, Kelompok Gedung Kantor Pemerintah 91 GWh, dan Kelompok Penerangan Jalan Umum 390,16 GWh.
Pendapatan PLN untuk Wilayah Sumatera Utara pada tahun 2013 mencapai Rp 6,38 Triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari Kelompok Rumah Tangga dengan nilai RP 2,4 Triliun, diikuti oleh Kelompok Industri sebesar Rp 1,86 Triliun, Kelompok Bisnis Rp 1,4 Triliun, Kelompok Sosial Rp 186,6 miliar, Kelompok Gedung Kantor Pemerintah Rp 111,6 miliar, dan Kelompok Penerangan Jalan Umum Rp 388,3 miliar.
Kelompok Jumlah
Rumah Tangga 2.749.091 3.870,87 2.425.644 626,64
Industri 3.691 2.134,05 1.859.488 871,34
Bisnis 102.982 1.195,41 1.407.778 1.177,65
Sosial 53.993 235,56 186.613 792,23
Pemerintahan 6.726 91,19 111.571 1.223,54
Penerangan Jalan
Umum 14.101 390,16 388.301 995,25
TOTAL 2.930.584 7.917 6.379.395 947,78
Tabel 2 Statistik Penggunaan Energi Listrik Sumatera Utara
Halaman 4 dari 7
2. Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik di Provinsi Sumatera Utara
Proyeksi kebutuhan listrik Sumatera Utara sampai dengan tahun 2019 tersaji pada tabel berikut
Tabel 3 Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik di Sumatera Utara s.d Tahun 2019
Untuk memenuhi proyeksi kebutuhan tenaga listrik tersebut, diperlukan pembangunan sarana pembangkit dengan memperhatikan potensi sumber energi primer setempat, transmisi, Gardu Induk, dan distribusi yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Potensi Sumber Energi
Sumber energi yang cukup besar tersedia di Sumatera Utara untuk membangkitkan energi listrik adalah tenaga air dan panas bumi. Namun Provinsi ini tidak mempunyai potensi batubara sedangkan sumber gas alam telah mengalami penurunan. Potensi tenaga air Provinsi Sumatera Utara diperkirakan mencapai 1.201 MW dan potensi panas bumi diperkirakan mencapai 1370 MW.
Berdasarkan Master Plan Study for Power Development in the Republic of Indonesia oleh WestJEC/Direktorat Jendral Minerbapabum tahun 2007, potensi panas bumi yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara seperti dijelaskan pada Tabel 4.
Lokasi Panas Bumi Keterangan Potensi
(MW)
Sarulla & Sibual Buali Existing/Expansion 660 Sibayak/Lau
Debuk-Debuk Existing/Expansion 160
Sorik Merapi High Possibility 500
Sipaholon Low Possibility 50
TOTAL 1370
Tabel 4 Potensi Panas Bumi di Sumatera Utara
Halaman 5 dari 7
Tabel 5 Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Provinsi Sumatera Utara
Halaman 6 dari 7
Halaman 7 dari 7 C. KESIMPULAN
1. Total beban puncak Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 mencapai 1455 MW, dimana beban puncak yang terlayani hanya sebesar 1374 MW, sehingga Provinsi Sumatera Utara masih mengalami defisit sebesar 81 MW.
2. Konsumsi Penggunaan Energi Listrik Di Sumatera Utara diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya dengan proyeksi total konsumsi pada tahun 2019 mencapai 13.563 GWh dan beban puncak mencapai 2691 MW. Untuk mengantisipasi hal tersebut, telah direncanakan pembangunan pembangkit listrik (yang sebagian besar merupakan PLTGU) dengan total kapasitas 2868 MW dengan biaya investasi sebesar USD 5,76 miliar.
3. Namun rencana tersebut belum mengantisipasi kebutuhan energi listrik untuk industri yang diprediksi akan meningkat tajam dengan adanya rencana pembangunan Kawasan Industri Aluminium di Kuala Tanjung, yang diperkirakan setidaknya membutuhkan infrastruktur energi dengan kapasitas pembangkit 1.000 MW di luar dari pembangunan pembangkit listrik yang telah direncanakan.