• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tant"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tantang Gizi Dengan Status Gizi

Mahasiswa Baru Prodi Ilmu Kebidanan Dan Administrasi Rumah Sakit

Fakultas Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta

Faza Muhammad Abdillah1, M Hafid Arasyid2, Amajida Lutfia3, Ratna Gayatri4, Wiji Indah Lestari5

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan kebiasaan makan pada remaja adalah pengetahuan gizi yang rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah. Pengetahuan dan praktek gizi remaja yang rendah tercermin dari perilaku menyimpang dalam kebiasaan memilih makanan. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tantang gizi dengan status gizi mahasiswa baru Prodi Ilmu Kebidanan dan Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa baru Universitas Alma Ata yang berasal dari Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit dan D3 Ilmu Kebidanan. Data pengetahuan tentang gizi diukur menggunakan kuesioner pengetahuan gizi. Data status gizi diukur menggunakan pengukuran berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2). Status gizi remaja diukur menggunakan IMT/U. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.

Hasil: Dari total subjek penelitian (40 orang), sebesar 10% memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi dan sebesar 22,5% mengalami status gizi yang tidak normal. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi pada mahasiswa baru Prodi Ilmu Kebidanan dan Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta.

(2)

PENDAHULUAN

Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh masalah gizi terhadap pertumbuhan, perkembangan, intelektual, dan produktivitas menunjukkan besarnya peranan gizi bagi kehidupan manusia. Jika terjadi gangguan gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih, pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal (1). Kecenderungan prevalensi remaja kurus relatif sama tahun 2007 dan 2013, dan prevalensi sangat kurus naik 0,4 persen. Sebaliknya prevalensi gemuk naik dari 1,4 persen (2007) menjadi 7,3 persen (2013) (2).

Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan kebiasaan makan pada remaja adalah pengetahuan gizi yang rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah. Pengetahuan dan praktek gizi remaja yang rendah tercermin dari perilaku menyimpang dalam kebiasaan memilih makanan. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya (1).

Pada penelitian tahun 2013, didapatkan sebagian besar subjek (84.5%) memiliki pengetahuan gizi yang cukup dan hanya 15.5% subjek yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang. Tetapi tidak ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi (p=0.348 lebih besar dari α=0.05) (1). Namun pada penelitian tahun 2010,menunjukkan bahwa dari penelitian ini diperoleh jumlah siswa yang berpengetahuan baik sebanyak 83 orang (94,3%), dan siswa yang mempunyai status gizi normal sebanyak 56 orang (63,6%). Dari analisa chi squere, didapati ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi siswa di SMA Harapan 1 Medan (3).

Adanya ketidak konsistensi hasil penelitian tentang pengetahuan gizi dan status gizi maka peneliti ingin melakukan penelitian hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dengan status gizi mahasiswa baru Prodi Ilmu Kebidanan dan Administrasi Rumah Sakit Fakultas Ilmu Kesehatan angkatan 2016 Universitas Alma Ata Yogyakarta.

BAHAN DAN METODE

(3)

dan saat dilakukan pengambilan data melalui kusioner mahasiswa tersebut tidak mengikuti. Subjek penelitian yaitu mahasiswa baru yang memenuhi inklusi sebesar 40 orang. Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan tentang gizi, dan variabel terikat adalah status gizi. Variabel luar adalah usia dan jenis kelamin.

Data karakteristik subjek penelitian meliputi usia dan jenis kelamin didapatkan dengan wawancara. Data antropometri dengan cara melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Antropometri dikategorikan menjadi 2 yaitu gizi normal ( Z score ≥-2,0 s/d ≤ 2,0 2 untuk remaja, IMT >18,5 - <23,5 untuk dewasa) gizi tidak normal (Z score <-2,0 dan >2,0 untuk remaja, IMT <18,5 - >23,5 untuk dewasa). Data pengetahuan tentang gizi didapatkan dari kuesioner tentang gizi yang selanjutnya dikategorikan menjadi total skor ≤55% (kurang baik) dan >55% (baik).Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan selanjutnya diuji statistik bivariat menggunakan uji chi-square.

HASIL

Jumlah subjek dari Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit sebanyak 9 orang (22,5%) dan Program Studi D3 Kebidanan sebanyak 31 orang (77,5%). Jumlah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang (97,5%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang (2,5%). Jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (10%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 36 orang (90%).

Responden remaja yang memiliki tingkat pendidikan tentang gizi baik sebanyak 9 orang (100%). Responden dewasa yang memiliki tingkat pendidikan tentang gizi kurang baik sebanyak 4 orang (12,9%) sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan tentang gizi baik sebanyak 27 orang (87,1%).

Tabel.1 Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Dengan Status Gizi

Score

(4)

BAHASAN

Setelah dianalisis menggunakan SPSS 20 dengan uji chi square test didapatkan p : 1 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi mahasiswa baru D3 Ilmu Kebidanan dan S1 Administrasi Rumah Sakit di Universitas Alma Ata. Hal ini sama dengan penelitian pada tahun 2010, yang dilakukan pada siswa SMP N 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan Gizi dengan Status Gizi (4). Hal ini juga di dukung oleh penelitian tahun 2002 bahwa tidak terdapat hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi dan penelitian ini dilakukan pada ibu yang mempunyai anak umur 0 -36 bulan di Puskemas Wonosalam II Kabupaten Demak (5).

Akan tetapi penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan tahun 2006, bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi pada ibu di Kecamatan Beji Kabupaten Depok (6). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua yaitu faktor internal yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan umur, sedangkan yang kedua adalah faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan, dan sosial budaya (7).

Kecenderungan seseorang untuk memiliki motivasi berperilaku kesehatan yang baik dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilannya (8). Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan berlangsung lama (long lasting) (9). Oleh karena itu apabila mempunyai pengetahuan gizi baik diharapkan memiliki status gizi yang baik pula.

Pendidikan mempengaruhi pengetahuan yaitu, dengan memberikan intervensi pendidikan gizi dua minggu sekali dengan alat bantu booklet secara langsung pada siswa, didukung dengan pendidikan gizi pada guru kelas dan orangtua, dalam hal ini ibu akan meningkatkan pengetahuan. Terdapat hubungan positif nyata antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan tingkat pendidikan normal. Makin tinggi tingkat pengetahuan, pendidikan, keterampilan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan, sehingga diharapkan status gizi baik. Dalam penelitian ini pekerjaan dianggap tidak memberikan pengaruh terhadap pengetahuan gizi karena mahasiswa umumnya tidak memiliki pekerjaan (10)(11).

(5)

pelayanan kesehatan. Pokok masalah selain dari pengetahuan juga terdiri dari pendidikan, kemiskinan dan keterampilan dimana akar masalahnya adalah krisis ekonomi langsung (12).

Asupan makanan mempunyai hubungan langsung dengan status gizi dibuktikan pada penelitian tahun 2008 bahwa besarnya asupan lemak, asupan energi, asupan protein berpengaruh signifikan dengan kejadian obesitas. Dimana untuk asupan energi >2056,1 kkal/hari berpeluang sepesar 28 kali terjadi pada siswa yang obesitas. Sedangkan untuk asupan lemak menunjukan bahwa siswa yang obesitas berpeluang terkena obesitas sebesar 25 kali dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas apabila asupan lemak >69,6 gr/hari. Demikian juga untuk asupan protein menunjukan siswa obesitas memiliki peluang terjadi sebesar 2,7 kali dibandingkan siswa yang tidak obesitas bila asupan proteinya >75,8 gr/hari (13).

Hasil yang sama dijunjukkan oleh penelitian tahun 2010, bahwa konsumsi energi yang lebih dari 85% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) mempunyai peluang resiko lebih kecil 1,43 kali terhadap kejadian status gizi underweight dan 1,49 kali terhadap kejadian stunting dibandingkan dengan balita dengan konsumsi kurang dari 85% AKG (6).

Penyakit infeksi juga mempunyai hubungan langsung dengan status gizi, diare memiliki hubungan nyata positif dengan status gizi. Jika status gizi baik maka peluangnya menderita diare akan semakin rendah(14). Penyakit infeksi (bakteri, virus, parasit) mempunyai hubungan yang sangat erat dengan malnutrisi. Kaitan penyakit infeksi dengan kedaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi (12). Pada penelitian yang dilakukan tahun 2010 juga menunjukan hasil yang berhubungan antara status gizi dengan status gizi infeksi dan memberikan pengertian bahwa balita yang tidak infeksi mempunyai peluang resiko lebih kecil 1,26 kali terhadap kejadian status underweight pada balita dibandingkan dengan balita yang infeksi (6).

Aktifitas fisik merupakan faktor lain yang mempengaruhi status gizi. Aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap kejadian obesitas. Semakin sedikit penggunaan waktu siswa untuk melakukan aktivitas sedang dan berat, maka peluang terjadinya obesitas semakin besar. Semakin banyak aktivitas maka semakin banyak kalori yang yang digunakan sehingga tubuh menjadi ideal atau justru lebih kurus, tetapi apabila kurang beraktivitas tubuh akan cenderung menyimpan kelebihan kalori sehingga terjadi kelebihan berat badan (13).

(6)

makanan. Apabila kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama maka dapat berbahaya bagi kesehatan sendiri dan bahaya terhadap kesehatan dapat dilihat dari status gizi. Penelitian tahun 2011, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara merokok dengan overweight (15)(16).

Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak ditelitinya asupan nutrisi, penyakit infeksi, gaya hidup dan status ekonomi mahasiswa baru yang kemungkinan adalah faktor pengganggu dari penelitian ini, selama penelitian masih ada siswa yang dalam mengerjakan kuesioner saling contekan, kemungkinan terjadi human error saat mengisi Berat Badan dan Tinggi Badan dan masih sangat kurangnya jumlah sampel yang dilakukan dalam penelitian. Sehingga dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi Mahasiswa S1 Administrasi Rumah Sakit dan D3 Kebidanan di Universitas Alma Ata Yogyakarta.

KESIMPULAN DAN SARAN

Mahasiswa baru yang memiliki satus gizi normal sebesar 77.5% dan yang memiliki status gizi tidak normal sebesar 22.5%. tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi (OR: 1.17, 95% CI: 0.16 – 12.8).

Bagi siswa yang berpengetahuan gizi tidak baik sebaiknya lebih ditingkatkan lagi pengetahuan tentang status gizi dengan lebih banyak membaca dan belajar, setelah itu diterapkan dikehidupan sehari-hari. Sedangkan siswa yang status gizinya tidak baik sebaiknya dilakukan usaha seperti mengatur pola makan agar status gizinya menjadi baik. Diharapkan siswa menyadari pentingnya mempunyai status gizi yang baik yaitu tidak kurus dan tidak gemuk agar mahasiswa dapat menjalankan aktivitas mereka dengan baik.

Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan gizi dengan status gizi dengan lebih memperhatikan faktor-faktor perancu seperti asupan energi, aktifitas fisik, penyakit infeksi dan yang lainnya.

RUJUKAN

1. Syahrir,N.Thaha,A,R.dan Jafar,N.2013.Pengetahuan Gizi, Body Image, dan Status Gizi Remeja di SMA Islam Athirah Kota Makassar Tahun 2013.Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar.

2. Balitbang Kemenkes RI.2013.Riset Kesehatan Dasar;RISKESDAS.Jakarta:Balitbang Kemenkes RI

(7)

4. Hendrayati, dkk. 2010. Pengetahuan Gizi Pola Makan dan Status Gizi Siswa SMP Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Diakses tanggal 5 Oktober 2016.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/91103340 _1858-4608.pdf

5. Supadi J.2002.Analisis Faktor-faktor Pola Asuh Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Umur 0-36 Bulan di Puskesmas Wonosalam II Kabupaten Demak [TESIS].Semarang.Universitas Diponegoro

6. Hariyadi, D., 2010. Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat. Diakses tanggal 5 Oktober 2016. http://repository.ipb.ac.id

7. Wawan, 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia . Yogyakarta: Nuha Medika

8. Emilia, O., 2008. Promosi kesehatan dalam lingkup kesehatan reproduksi. Yogyakrta: Pustaka Cendikia Press

9. Notoatmojo, 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rieanika Cipta

10. Zulaekah, S., 2011. Efektivitas Pendidikan Gizi dengan Media Booklet terhadap Pewngetahuan Gizi Anak SD. Diakses tanggal 5 Oktober 2016. http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas 11. Talahatru, A. H., 2006. Kajian Indeks Masa Tubuh ( IMT) dan Pertambahan Berat Badan Ibu

Hamil serta hubungannya dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir di Kota Amban. Diakses tanggal 5 Oktober 2016. http://repository.ipb.ac.id

12. Supariasa, 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

13. Simatupang, M. R., 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru. Diakses tanggal 5 Oktober 2016. http://repository.usu.ac.id/

14. Masithah, T. et all. 2005. Hubungan Pola Asuh Makan dan Kesehatan dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Mulya Harja. Diakses tanggal 5 Oktober 2016. http://repository.ipb.ac.id

15. Polli, H., 2003. Gaya Hidup Pola Aktivitas Pola Makan dan Status Gizi Remaja SMU di Bogor

diakses pada tanggal 5 Oktober 2016.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/Handle/123456789/6869/2003hjp.pdf

16. Peltzer, K. and Pengpid, S., 2011. Overweigth and Obesity and Assosiated Factors among School-Aged Adolescents in Ghana and Uganda. Diakses tanggal 5 Oktober 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu agenda pembelajaran daram diktat tersebut adalah kegiatan Benchmarking to Best Practice, untuk melihat secara langsung dan atau mempelajari inovasi atau hal-hal positif

Ada perbedaan skala nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value 0,000 &lt; α = 0,05), sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh teknik relaksasi

Jika dibandingkan dengan nilai standar deviasi dari beberapa formula empiris seperti pada tabel 3, maka nilai standar deviasi untuk formula empiris magnitudo

Pasien rawat inap di rumah sakit memiliki berbagai spektrum klinis be- rupa pasien dengan hipertensi sejak sebelum masuk rumah sakit dengan komorbid lain, Tatalaksana

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada awal tahun 1996 dan mencapai puncaknya pada tahun 1997 mendorong keinginan kuat dari pemerintah pusat untuk mendelegasikan

pengujian normalitas data adalah sebagai berikut. a) Apabila nilai signifikansi (p) &gt; 0,05 data terdistribusi normal b) Apabila nilai signifikansi (p) &lt; 0,05 data

ITPC BARCELONA [Peluang Pasar Produk Alas Kaki di Spanyol 2013] 34 Pada market brief ini, akan dibahas lebih lanjut dan khusus untuk perdagangan pasar produk HS

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara membandingkan antara anggaran dan keterserapan anggaran bantuan operasional kesehatan untuk setiap