• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek antikanker ekstrak etanolik daun lavender (Lavandula officinalis Chaix) terhadap sel kanker payudara T47D melalui penekanan ekspresi Reseptor Estrogen- α.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek antikanker ekstrak etanolik daun lavender (Lavandula officinalis Chaix) terhadap sel kanker payudara T47D melalui penekanan ekspresi Reseptor Estrogen- α."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dengan tingkat prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia setelah kanker leher rahim. Selama ini penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi imunologik. Terdapat beberapa kelemahan dari pengobatan tersebut antara lain menimbulkan rasa mual dan muntah, pendarahan serta dapat meningkatkan resiko kanker endometrium (pada wanita menopause). Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penemuan obat antikanker yang selektif.

Penelitian ini mengeksplorasi efek antikanker ekstrak etanol daun lavender (Lavandula officinalis Chaix.) terhadap sel kanker payudara T47D. Model sel kanker payudara yang digunakan adalah sel T47D yang mampu mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ERα). Uji sitotoksisitas dianalisis menggunakan metode 3-[4,5-dimethylthiazol-2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium bromide (MTT), dilanjutkan dengan uji induksi apoptosis dengan metode Annexin V Fluos. Mekanisme molekuler terhadap ERα dianalisis secara semi-kuantitatif menggunakan metode imunositokimia.

Ekstrak etanol daun lavender (L. officinalis Chaix) menunjukkan efek sitotosik pada nilai IC50 232 µg/mL yang dihitung secara statistik menggunakan program R serta mampu menginduksi sel kanker payudara T47D melalui mekanisme apoptosis dengan menekan ekspresi protein ERα.

(2)

ABSTRACT

Breast cancer is the second highest incidence after cervical cancer in Indonesia. Management of breast cancer is conducted by a series of treatment include surgery, chemotherapy, radiation, hormonal, and immunological therapy. But, there are several side effects caused by the treatment, for example, nausea and vomiting, bleeding, and may increase the risk of endometrial cancer (for menopausal woman). Furthermore, it is important to discover a selective anticancer drug.

This study explored the effect of ethanol extract of Lavandula officinalis

Chaix leaves against T47D breast cancer cell line. Breast cancer cell model used T47D, an overexpressing estrogen receptor alpha (ERα). Cytotoxicity assay were analyzed using 3-[4,5-dimethylthiazol-2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium bromide

(MTT) then induction of apoptosis using Annexin V Fluos method. Molecular mechanism on ERα was analyzed using a semi-quantitative methode, immunocytochemistry.

Ethanol extract of Lavandula officinalis Chaix leaves showed cytotoxic effect with IC50 value 232 µg/mL which calculated using statistical R program and was able to induce T47D breast cancer cells through mechanism of apoptosis by inhibition the expression of ERα.

Keyword: Ethanolic extract, Lavandula officinalis Chaix, breast cancer, T47D.

 

(3)

EFEK ANTIKANKER EKSTRAK ETANOLIK DAUN LAVENDER

(Lavandula officinalis Chaix) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA

T47D MELALUI PENEKANAN EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN-α

Skripsi

!Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Disusun Oleh :

Winda Sekarjati

NIM : 118114126

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

EFEK ANTIKANKER EKSTRAK ETANOLIK DAUN LAVENDER

(Lavandula officinalis Chaix) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA

T47D MELALUI PENEKANAN EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN-α

Skripsi

!Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Disusun Oleh :

Winda Sekarjati

NIM : 118114126

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan – rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai

kamu demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberi kepdamu hari depan yang pebuh harapan.”

(Yeremia 29:11)

“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN”

(Yeremia 17:7)

!

(8)
(9)
(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkat-Nya yang

begitu melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Efek Antikanker Ekstrak Etanolik Daun Lavender (Lavandula Officinalis Chaix)

terhadap Sel Kanker Payudara T47D melalui Penekanan Ekspresi Reseptor

Estrogen-α” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini

tidak lepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan yang indah ini penulis hendak mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing dan dosen

penguji skripsi ini serta selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi,

atas segala bimbingan, bantuan, dukungan, kesabaran, dan motivasi

selama penyusunan skripsi tidak lupa atas segala izin yang telah diberikan

untuk dapat menggunakan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan

skripsi ini.

3. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. selaku dosen penguji skripsi

dan telah memberikan saran kepada penulis.

(11)

viii

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen penguji skripsi

dan telah memberikan saran kepada penulis.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma atas ilmu , arahan, dan bimbingan yang telah dibagikan.

6. Ibu Rumbi dan Ibu Juju selaku teknisi Laboratorium Parasitologi, Fakultas

Kedokteran Umum UGM atas bimbingan dan bantuan selama melakukan

berbagai perlakuan sel kanker di laboratorium tersebut.

7. Keluarga tercinta, Bapak Sudarto, Ibu Tatik Retnowulan, Pandu

Yogaswara dan Datia Kurnia Witri atas segala doa yang tak henti

diucapkan, dukungan, semangat, dan bantuan agar penulis dapat

menyelesaikan studi dengan tepat waktu dan menjadi kebanggan keluarga.

8. Teman- teman tim skripsi “Pasti Sukses!” : Clara Dewi Anggraeni dan

Andung Panjalu Vidityo yang telah memberikan bantuan, semangat dan

tekad untuk dapat mengenakan toga bersama di hari wisuda nanti.

9. Sahabat-sahabat tercinta Vincentius Henry, Albertus Juannino, Theresia

Dian, Skolastika Ferranda, dan Gregoria Novalia atas segala dukungan dan

semangat yang telah diberikan.

10.Teman-teman FST B 2011, FSM C 2011, dan seluruh teman- teman

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2011

atas kebersamaannya.

11.Rekan-rekan kerja part time di PT. Aseli Dagadu Djokdja terkhusus

(12)

ix

serta dukungan, doa dan motivasi untuk setiap anggotanya agar dapat

menyelesaikan studi dengan tepat waktu.

12. Teman-teman Pemuda GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta atas motivasi

yang selalu diberikan.

13.Sahabat tercinta Thorifah Zatu Sabila dan Karisa Indraswari atas

persahabatan yang telah terjalin sejak duduk di bangku Taman Kanak-

kanak hingga saat ini.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang

telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, sehingga membutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk perubahan

yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 23 Februari 2015

(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

(14)

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Lavender (Lavandula officinalis Chaix) ... 6

1. Taksonomi ... 6

E. Uji Sitotoksik dengan Metode MTT ... 14

F. Uji Apoptosis menggunakan Annexin V Fluos ... 15

G. Uji Ekspresi Sel dengan Metode Imunositokimia ... 16

H. Landasan Teori ... 17

I. Hipotesis ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 19

1. Variabel Penelitian ... 19

2. Definisi Operasional ... 20

C. Bahan Penelitian ... 21

D. Alat Penelitian ... 22

E. Tata Cara Penelitian ... 22

(15)

xii

2. Determinasi Tanaman ... 22

3. Sortasi Basah ... 22

4. Pencucian ... 23

5. Pembuatan serbuk daun lavender kering ... 23

6. Pembuatan ekstrak etanol daun L. officinalis Chaix ... 23

7. Pembuatan larutan uji ... 23

8. Uji sitotoksik ekstrak etanol daun L. officinalis Chaix... 24

9. Uji apoptosis Annexin V Fluos... 26

10.Imunositokimia ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Penyiapan ekstrak ... 31

B. Uji sitotoksik ekstrak dengan metode MTT ... 32

C. Uji apoptosis ekstrak dengan metode Annexin V Fluos ... 38

D. Uji ekspresi ERα menggunakan metode imunositokimia ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 53

(16)

xiii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Viabilitas sel T47D dengan perlakuan ekstrak ... 35

Tabel II Viabilitas sel T47D dengan perlakuan tamoxifen ... 36

Tabel III Persentase sel T47D pada uji Annexin V Fluos ... 39

Tabel IV Perhitungan ekspresi ERα pada kontrol sel ... 43

Tabel V Perhitungan ekspresi ERα ekstrak ... 44

!

! !

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

. Halaman

Gambar 1. Lavandula officinalis Chaix... 7

Gambar 2. Struktur senyawa dalam lavender... 8

Gambar 3. Anatomi kelenjar payudara manusia... 9

Gambar 4. Jalur signaling ERα... 11

Gambar 5. Sel T47D... 12

Gambar 6. Anatomi sel nekrosis dan apoptosis... 13

Gambar 7. Struktur MTT... 15

Gambar 8. Bentuk kristal formazanpada metode MTT... 33

Gambar 9. Morfologi sel T47D... 37

Gambar 10. Hasil pembacaan flowcytometer ... 39

Gambar 11. Morfologi ekspresi sel T47D pada uji imunositokimia ... 42

!

!

!

!

!

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

. Halaman

Lampiran 1. Surat keterangan hasil determinasi daun lavender ... 54

Lampiran 2. Perhitungan seri kadar ekstrak dan tamoxifen ... 55

Lampiran 3. Viabilitas sel T47D dengan pemberian ekstrak ... 56

Lampiran 4. Viabilitas sel T47D dengan pemberian tamoxifen ... 57

Lampiran 5. Analisis IC50 ekstrak menggunakan program R ... 58

Lampiran 6. Analisis IC50 tamoxifen menggunakan program R ... 59

(19)

xvi INTISARI

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dengan tingkat prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia setelah kanker leher rahim. Selama ini penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi imunologik. Terdapat beberapa kelemahan dari pengobatan tersebut antara lain menimbulkan rasa mual dan muntah, pendarahan serta dapat meningkatkan resiko kanker endometrium (pada wanita menopause). Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penemuan obat antikanker yang selektif.

Penelitian ini mengeksplorasi efek antikanker ekstrak etanol daun lavender

(Lavandula officinalis Chaix.) terhadap sel kanker payudara T47D. Model sel

kanker payudara yang digunakan adalah sel T47D yang mampu mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ERα). Uji sitotoksisitas dianalisis menggunakan metode

3-[4,5-dimethylthiazol-2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium bromide (MTT), dilanjutkan

dengan uji induksi apoptosis dengan metode Annexin V Fluos. Mekanisme molekuler terhadap ERα dianalisis secara semi-kuantitatif menggunakan metode imunositokimia.

Ekstrak etanol daun lavender (L. officinalis Chaix) menunjukkan efek sitotosik pada nilai IC50 232 µg/mL yang dihitung secara statistik menggunakan

program R serta mampu menginduksi sel kanker payudara T47D melalui mekanisme apoptosis dengan menekan ekspresi protein ERα.

(20)

xvii ABSTRACT

Breast cancer is the second highest incidence after cervical cancer in Indonesia. Management of breast cancer is conducted by a series of treatment include surgery, chemotherapy, radiation, hormonal, and immunological therapy. But, there are several side effects caused by the treatment, for example, nausea and vomiting, bleeding, and may increase the risk of endometrial cancer (for menopausal woman). Furthermore, it is important to discover a selective anticancer drug.

This study explored the effect of ethanol extract of Lavandula officinalis

Chaix leaves against T47D breast cancer cell line. Breast cancer cell model used T47D, an overexpressing estrogen receptor alpha (ERα). Cytotoxicity assay were analyzed using 3-[4,5-dimethylthiazol-2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium bromide

(MTT) then induction of apoptosis using Annexin V Fluos method. Molecular mechanism on ERα was analyzed using a semi-quantitative methode, immunocytochemistry.

Ethanol extract of Lavandula officinalis Chaix leaves showed cytotoxic effect with IC50 value 232 µg/mL which calculated using statistical R program and

was able to induce T47D breast cancer cells through mechanism of apoptosis by inhibition the expression of ERα.

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi

masalah kesehatan utama baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut data WHO

tahun 2013, angka kejadian kanker meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun

2008 menjadi 14,1 juta kasus pada tahun 2012. Di Indonesia, prevalensi penyakit

kanker juga cukup tinggi, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau

sekitar 330.000 orang. Jenis kanker yang menduduki posisi dengan angka

kejadian tertinggi pada wanita adalah kanker leher rahim (serviks) dan kanker

payudara. Menurut estimasi Globocan, International Agency for Reasearch on

Cancer (IARC) tahun 2012, angka kejadian kanker payudara sebesar 40 per

100.000 wanita, sedangkan kanker leher rahim sebesar 17 per 100.000 wanita

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Berdasarkan data di atas,

maka penelitian terkait kanker payudara sangat menarik untuk dikembangkan.

Kanker payudara sendiri memiliki berbagai macam sub tipe secara

molekuler, Karolina dkk. (2010) menggolongkan menjadi empat macam yaitu:

luminal (luminal A dan luminal B), HER2, basal-like, dan normal breast.

Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Pilar dkk. (2010), kanker

payudara luminal A merupakan sub tipe yang paling umum terjadi, yaitu sekitar

(22)

!

2

dari kanker payudara luminal A adalah adanya ekspresi gen yang diaktifkan oleh

faktor transkripsi estrogen. Over ekspresi produksi reseptor akibat stimulasi

estrogen dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak terkontrol. Salah satu

jenis reseptor yang bertanggung jawab atas kejadian kanker payudara adalah

reseptor estrogen alfa (ERα). Informasi terkait regulasi ekspresi reseptor ERα

memberikan kontribusi positif terhadap penelitian mengenai kanker payudara

(Hayashi, dkk., 2003).

Mekanisme terjadinya kanker payudara yang cukup kompleks juga

berpengaruh pada berbagai macam pengobatan yang diberikan bagi para penderita

kanker payudara, beberapa diantaranya melalui operasi pengangkatan payudara,

terapi radiasi, dan terapi hormonal (National Cancer Institute, 2013). Tidak sedikit

pula efek samping yang ditimbulkan dari berbagai jalur pengobatan tersebut,

kelemahan dari pengobatan kanker payudara adalah munculnya efek samping

yang secara umum dapat berupa mual dan muntah, timbulnya rasa nyeri dan sakit,

pendarahan, dan lain sebagainya. Berdasarkan keterangan diatas, maka perlu

adanya penelitian untuk menemukan suatu senyawa yang memiliki target aksi

lebih spesifik pada sel kanker payudara sehingga tidak menimbulkan berbagai

efek samping.

Daun Lavandula officinalis Chaix (Sinonim Lavandula angustifolia

Mill.; Lavandula vera DC) dipilih karena mengandung berbagai komponen

senyawa kimia, antara lain adalah linalil asetat, linalol, kampor, limone, dan lain

sebagainya, namun yang terbesar diantara semua adalah kandungan monoterpen

(23)

!

(2001) melaporkan bahwa salah satu hasil metabolit monoterpen memiliki

aktivitas dalam melawan sel kanker payudara pada uji klinik fase I yang pernah

dilakukan. Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak

daun L.officinalis Chaix potensial untuk dikembangkan sebagai agen

kemopreventif pada kanker payudara.

Penelitian ini didesain untuk eksplorasi aktivitas antikanker dan

kemampuan ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix dalam menginduksi apoptosis

sel kanker payudara T47D. Mekanisme molekuler antikanker dianalisis melalui

(24)

!

4

1. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol daun lavender mempunyai kemampuan sitotoksik,

induksi apoptosis, dan menekan ekspresi ERα terhadap sel kanker payudara T47D

serta berapa nilai IC50 ekstrak tersebut?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan menggunakan ekstrak etanol Lavandula officinalis

Chaix yang pernah dilakukan adalah Neuroprotective effect of pretreatment with

Lavandula officinalis ethanolic extract on blood-brain barrier permeability in a

rat stroke model (Rabiei dan Rafieian, 2014), dalam penelitian tersebut ekstrak

etanol digunakan untuk pengobatan stroke. Terdapat pula penelitian lain

menggunakan ekstrak lavender sebagai anti-mikroba yang dikombinasikan

dengan minyak aroma terapi lain, judul penelitian tersebut adalah The In Vitro

Antimicrobial Activity of Lavandula angustifolia Essential Oil in Combination

with Other Aroma Therapeutic Oils (Rapper, dkk.,2013).

Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian tentang uji

efektifitas antikanker ekstrak etanol daun lavender (Lavandula officinalis Chaix)

dengan metode MTT dan imunositokimia pada sel kanker payudara T47D belum

pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis.

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

(25)

!

lavender (Lavandula officinalis Chaix) sehingga dapat pula menjadi sumber acuan

yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah khasiat dari

ekstrak etanol daun lavender (Lavandula officinalis Chaix) yang berpengaruh

pada apoptosis sel kanker payudara T47D dan mendeteksi ekspresi sel protein

kanker payudara.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui aktivitas antikanker ekstrak etanol daun lavender terhadap

sel kanker payudara T47D.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui efek ekstrak etanol daun lavender terkait kemampuan

sitotoksik, induksi apoptosis pada sel kanker payudara T47D serta penekanan

(26)

!

Berdasarkan sistem taksonomi, tanaman lavender dikenal dengan nama

ilmiah Lavandula officinalis Chaix. Adapun klasifikasi tanaman tersebut adalah

sebagai berikut :

Species : Lavandula officinalis Chaix

(United States Departement of Agriculture)

Lavender merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di tempat

kering dengan sinar matahari penuh disertai perlindungan angin (Prusinowska,

2014). Tanaman ini berasal dari wilayah Mediterania Utara, kemudian

(27)

!

Serikat dan bekas Yugoslavia. Lavender berasal dari bahasa latin yang diambil

dari kata “Lavo” atau “Lavare” yang berarti sarana untuk mencuci atau

membersihkan (Prusinowska, 2014). Lavender merupakan nama dalam bahasa

Indonesia maupun bahasa Inggris (WHO, 2007).

2. Morfologi

Gambar 1. Lavandula officinalis Chaix (United States Departement of Agriculture)

Lavandula officinalis Chaix merupakan sinonim dari Lavandula

angustifolia Mill. Pada sebagian besar buku referensi lama menyebutkan bahwa

Lavandula officinalis Chaix sebagai nama spesies, namun menurut peraturan

internasional nomenklatur botani, Lavandula angustifolia Mill. Merupakan nama

spesies yang resmi. Lavender merupakan tanaman yang termasuk dalam anggota

keluarga Lamiaceae serta memiliki genus yang terdiri dari 25-35 sub-spesies dan

memberikan morfologi yang beragam. Tanaman ini ditemukan dalam bentuk

semak aromatik setinggi 1-2 meter, memiliki cabang berwarna abu sampai coklat

tua. Bunga lavender berwarna ungu tua hingga biru tua dengan tinggi 25-35 cm.

Jumlah bunga dalam satu batang mencapai 6-10 buah. Daun mengelompok pada

(28)

!

8

tangkai daun sangat pendek, bentuk tangkai daun linier-lanset higga linier dengan

panjang 17 mm, lebar 2 mm (WHO, 2007).

3. Kandungan kimia

(A) (B) (C) (D)

Gambar 2. Struktur senyawa yang terkandung dalam lavender (A) Linalool; (B) Linalil asetat; (C) Kumarin; (D) Asam ursolat (PubChem, 2015).

Lavender mengandung banyak konstituen kimia, namun kandungan yang

terbesar merupakan minyak esensial, beberapa diantaranya yang memiliki

konsentrasi tertinggi adalah linalool yang tergolong dalam monoterpen alkohol

dan linalil asetat yang tergolong monoterpen ester. Senyawa kimia lain yang

terdapat di dalamnya adalah asam ursolat, monoterpen keton (kumarin), dan lain

sebagainya (European Medicines Agency, 2011).

4. Khasiat dan kegunaan

L. officinalis Chaix diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang baik

dan komponen kimia yang berperan adalah komponen fenolik, kandungan minyak

esensial didalamnya juga memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dalam

melawan lipid peroksidasi sistem model asam linoleat. Senyawa perilil alkohol

(POH) golongan monoterpen didalam L. officinalis Chaix dapat digunakan

(29)

!

(Bardon, dkk.,2002). Pada penelitian Lim (2014), menyebutkan bahwa tikus yang

diberi makan p-limonene (salah satu golongan monoterpen) sebanyak 10.000 ppm

dapat mereduksi 72% tumor payudara dibandingkan dengan kontrol pada 18

minggu perlakuan

.

Khasiat lain yang terkandung dalam L. officinalis Chaix adalah sebagai

antimikrobia, antikonvulsan dan memiliki efek sedatif, serta berperan sebagai

senyawa anti-inflamasi. Pada uji klinik diketahui bahwa minyak esensial L.

officinalis Chaix dapat digunakan untuk aromaterapi pada penderita insomnia

(WHO, 2007).

B. Kanker Payudara dan Reseptor Estrogen- α (ERα)

Gambar 3. Anatomi kelenjar payudara manusia (PubMed Health, 2014).

Kelenjar payudara manusia terdiri dari duktus dan lobus, dibentuk dari

sel-sel epitel yang dikekelingi sel-sel mioepitel serta sel lain yang tergolong dalam

jaringan ikat seperti fibroblast, sel endotel, serabut saraf dan adiposa. Kanker

payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara, termasuk

(30)

!

10

bermula dari sel epitelial, sehingga sebagian besar kanker payudara dikelompokan

sebagai karsinoma (keganasan tumor epitelial) (Hondermarck, 2003).

Terjadinya kanker payudara dibagi kedalam 4 tahapan utama didasarkan

pada hasil pengujian tumor dan benjolan kelenjar getah bening selama operasi dan

tes lain, tahapan tersebut adalah :

a) Tahap 0 (karsinoma in situ) : Merupakan tahapan non-invasif yaitu

dimana sel abnormal ditemukan di dalam kelenjar payudara. Sel abnormal ini

cenderung tidak menyebar menuju jaringan lain didalam payudara.

b) Tahap 1 : Tahap 1 terdiri dari 1A dan 1B. Pada tahap 1A

ditemukan tumor yang berukuran 2 cm atau lebih kecil dan tidak menyebar di

jaringan yang lain. Pada tahap 1B terdapat sekelompok kecil sel kanker dengan

ukuran 0,2 mm namun tidak lebih dari 2 mm ditemukan di kelenjar getah bening.

c) Tahap 2 : Ukuran tumor menjadi lebih besar, yaitu sekitar 2–5 cm,

sel kanker ditemukan pada kelenjar getah bening aksilaris atau didekat tulang

dada.

d) Tahap 3 : Ukuran tumor lebih besar dari 5 cm, sel kanker sudah

mulai menyebar pada kelenjar getah bening aksilaris. Sekelompok kecil sel

kanker berukan lebih besar dari 0,2 mm.

e) Tahap 4 : Kanker sudah mulai menyebar pada bagian tubuh lain,

terutama pada bagian tulang, paru- paru, hati atau otak.

(National Cancer Institue, 2013).

Faktor yang dapat meningkatkan resiko kanker payudara pada individu

(31)

!

memiliki anak, kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode menstruasi

yang lebih lama (menstruasi pertama lebih awal atau menopause lebih lambat),

faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen) (Hondermarck, 2003).

Gambar 4. Jalur signaling ERα (Compston, 2001).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses metastasis kanker

payudara karena adanya aktivasi atau overekspresi beberapa protein, yaitu ERα,

ekspresi berlebih pada ERα sering ditemukan pada tahapan awal terjadinya kanker

payudara (Hayashi, dkk., 2003). ERα merupakan faktor transkripsi ligand-

dependent yang memodulasi transkripsi gen melalui proses perekrutan menuju

kromatin gen sasaran. Proses signaling pada reseptor ERα membantu dalam

memahami terjadinya kanker payudara, tahapan signaling ERα memberikan

kontribusi pada perubahan epigenik, epigenik merupakan modifikasi DNA yang

tidak merubah urutan gen, namun dapat berdampak pada ekspresi gen dan dapat

diwariskan. Sinyal ERα berpotensi untuk mengaktifkan sinyal ekstranuklear yang

berfungsi untuk mengaktifkan beberapa kaskade kinase yang secara langsung

(32)

!

12

fungsi dari histon yang memodifikasi enzim. Deregulasi ERα melalui sinyal

epigenik memiliki implikasi pada perkembangan kanker payudara (Mann, dkk.,

2011).

C. Sel Kanker T47D

Gambar 5. Sel T47D (Koleksi pribadi).

T47D merupakan sel kanker payudara yang aktivitasnya bergantung dari

jumlah hormon dalam tubuh manusia, sel ini secara luas digunakan sebagai model

eksperimental studi kanker payudara. T47D dapat dipakai pada uji in vitro (dalam

sel kultur) maupun in vivo (tumor xenograf pada tikus), fungsi protein dan tingkat

efikasi daya hambat sel. Sel ini awalnya berasal dari sisi metastasis efikasi pleura

dan memberikan ekspresi pada reseptor estrogen (Adjo dan Lin, 2012).

Sel kanker payudara T47D mengekpresikan reseptor estrogen nukleus,

yang diperlukan bagi sel untuk mengaktifkan gen penting tertentu dalam

pertumbuhan dan replikasi. Estrogen termasuk dalam hormon seks yang terdiri

dari estradiol, estriol, dan estrone. Hormon-hormon ini mampu menembus

membran sel sehingga dapat berdifusi langsung ke nukleus. Sekali estrogen dapat

masuk ke dalam nukleus, maka dapat terjadi ikatan antara substrat dan reseptor

(33)

!

dengan sisi spesifik pada DNA yang dapat menaikkan atau menurunkan ekspresi

gen tergantung pada peran faktor transkripsi sisi aktif (Neumann dan Rossi,

2012).

D. Apoptosis

Gambar 6. Anatomi (A) sel nekrosis (B) dan (C) sel apoptosis (Johnson dkk., 2002).

Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram dan sekaligus

suatu komponen yang normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan

pada organisme. Pada apoptosis, sel yang mati merupakan respon terhadap

berbagai stimulus, sel ini dikontrol dan diregulasi, sel yang mati difagosit oleh

makrofag (Lumongga, 2008). Kejadian apoptosis ditandai dengan adanya

perubahan morfologi, termasuk penyusutan sel, membran bleebing, kondensasi

kromatin, fragmentasi DNA, dan pembentukan badan apoptosis (Handayani,

2012).

Apoptosis berbeda dengan nekrosis, pada nekrosis terjadi kematian sel

tidak terkontrol, sel yang mati pada nekrosis dapat membesar dan kemudian

hancur serta lisis pada satu daerah yang merupakan respon terhadap inflamasi.

(34)

!

14

penyakit, termasuk kanker, autoimun dan penyakit degeneratif. Sinyal apoptosis

terjadi melalui berbagai jalur independen yang dimulai dengan memicu peristiwa

dalam sel maupun dari luar sel, misalnya dengan ligasi kematian reseptor. Seluruh

jalur signaling apoptosis bertemu pada suatu mesin kerusakan sel yang diaktifkan

oleh famili protease sistein (caspase) yang membelah pada residu aspartat.

Pembongkaran sel dicapai dengan cara proteolisis dari konstituen vital sel,

degradasi DNA, dan fagositosis oleh sel tetangga (Strasser, dkk., 2000).

E. Uji Sitotoksik dengan Metode 3-[4,5-dimethylthiazol-2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium bromide (MTT)

Uji 3-[4,5-dimethylthiazol-2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium bromide

(MTT) merupakan uji viabilitas sel yang dikembangkan untuk format 96 sumuran.

Metode ini diawali dengan mempersiapkan substrat MTT dalam larutan fisiologis

kemudian ditambahkan pada sel yang telah dikulturkan dan diinkubasi selama 1-

4 jam. Jumlah formazan (berbanding lurus dengan jumlah sel yang hidup) diukur

pada panjang gelombang 570 nm dengan menggunakan spektrofotometer. Sel

yang hidup dan memetabolisme aktif mengkonversi MTT menjadi formazan yang

berwarna ungu pada absorbansi maksimum 570 nm. Ketika sel tersebut mati,

maka sel itu kehilangan kemampuan dalam mengkonversi MTT menjadi sebuah

formasan, sehingga adanya perubahan warna berfungsi hanya sebagai penanda

jumlah sel yang masih hidup. Jumlah sinyal yang dihasilkan bergantung dari

konsentrasi MTT, masa inkubasi, jumlah sel yang hidup dan aktivitas

metabolisme (Terry, dkk., 2013).

(35)

!

Gambar 7. Struktur MTT dan formasan yang terbentuk (Terry, dkk., 2013).

F. Uji Apoptosis menggunakan Annexin V Fluos

Annexin V Fluos merupakan suatu metode uji yang digunakan untuk

menghitung jumlah sel yang telah mengalami apoptosis. Hal ini didasarkan pada

sel-sel normal di alam bersifat hidrofobik dan memiliki membran fosfolipid yang

terdistribusi di dalam dan di bagian luar lapisan membran. Pada bagian luar lipid

bilayer mengandung fosfatidilkolin dan sfingomielin sedangkan pada bagian

dalam terdapat fosfatidilserin, ketika terjadi apoptosis pada sel tersebut, bagian

membran menjadi terganggu atau rusak, sehingga mengakibatkan fosfatidilserin

keluar menuju bagian luar. Annexin V Fluos yang memiliki afinitas kuat terhadap

fosfatidilserin sehingga dapat terdeteksi jumlah sel yang mengalami apoptosis.

Sedangkan untuk sel- sel yang mengalami kerusakan DNA berikatan dengan

reagen propidium iodin dan dapat memberikan data jumlah sel yang mengalami

nekrosis (Istvan, dkk., 1995).

Alat yang digunakan untuk mendeteksi hasil Annexin V Fluos adalah

flow cytometer. Flow cytometer merupakan alat yang canggih untuk mendeteksi

(36)

!

16

diapancarkan oleh sel itu sendiri. Adanya fluroresensi ini kemungkinan berkaitan

dengan pewarnaan atau adanya konjugasi pada antibodi spesifik pada permukaan

sel atau pada komponen intraseluler. Flow cytometer dapat mengidentifikasi

berbagai macam jenis sel pada populasi sel yang heterogen, hal ini dapat dicapai

dengan adanya Fluorescence Activated Cell Sorting (FACS) didalam flow

cytometer, perangkat ini mampu mengidentifikasi lebih dari dua warna floresensi

(Macey, 2007).

G. Uji Ekspresi Sel dengan Imunositokimia

Metode imunositokimia memanfaatkan suatu antibodi spesifik yang

dapat berikatan dengan protein atau antigen didalam sel dan membran di bawah

mikroskop (Richard, 2010). Ada dua jenis metode imunositokimia, yaitu metode

langsung dan metode tidak langsung. Pada metode langsung, antibodi yang

mengikat fluoresen atau zat warna langsung berikatan dengan antigen pada sel.

Sedangkan pada metode tidak langsung, antigen diikatkan pada antibodi primer

secara langsung, kemudian ditambahkan antibodi sekunder yang mengikat enzim

seperti peroksidase, alkali fosfatase, atau glukosa oksidase. Antibodi sekunder

akan berikatan dengan antibodi primer. Selanjutnya ditambahkan substrat

kromogen yang diubah oleh enzim sehingga terjadi pembentukan warna (pigmen)

yang mampu memberikan warna pada sel (Richard, 2011).

Pada metode imunositokimia dibutuhkan suatu kontrol yang terdiri dari

antibodi primer, antibodi sekunder, dan kontrol label. Antibodi primer digunakan

untuk mengetahui spesifisitas ikatan antibodi primer tehadap antigen, antibodi

(37)

!

primer, sedangkan kontrol label merupakan hasil dari proses pelabelan selama

proses imunositokimia dan menunjukkan bahwa label yang digunakan tidak

bersifat endogen/bereaksi dengan produk (Richard, 2011).

H. Landasan Teori

Kanker payudara memiliki hubungan erat dengan hormon estrogen yang

terdapat pada wanita. Salah satu penyebab terjadinya kanker payudara adalah

aktivasi atau overekspresi protein, yaitu reseptor estrogen alfa (ERα). ERα

berikatan dengan estrogen membentuk kompleks reseptor aktif dan dapat

mempengaruhi transkripsi gen yang mengatur proliferasi sel, adanya overekspresi

pada ERα menimbulkan terjadinya proliferasi sel yang abnormal dan memicu

terjadinya kanker.

Beberapa macam jenis terapi yang pernah diberikan bagi penderita

kanker payudara antara lain adalah terapi hormonal, terapi radiasi, operasi

pengangkatan payudara, dan kemoterapi. Kekurangan dari berbagai terapi tersebut

yaitu munculnya iritasi pada kulit payudara, lymphedema, rasa mual, muntah,

diare dan sakit kepala, sehingga diperlukan adanya penelitian suatu senyawa yang

mampu membunuh sel kanker payudara secara selektif dan meminimalkan

munculnya efek samping. Selama ini telah dilakukan berbagai macam penelitian

terkait senyawa alam yang memiliki aktivitas antikanker pada kelenjar payudara.

Menurut Lim (2014), L. officinalis Chaix merupakan tanaman yang

memiliki kandungan monoterpen cukup tinggi dan senyawa ini mempunyai

(38)

!

18

menghambat viabilitas sel diujikan pada sel kanker payudara T47D yang mampu

mengekspresikan ERα. Kemampuan senyawa dalam menginduksi apoptosis diuji

menggunakan Annexin V Fluos. Jalur kematian apoptosis dipilih karena tidak

membawa pengaruh pada sel sekitarnya dan memberikan terapi yang lebih

selektif. Pengamatan molekuler sel dalam menekan ekspresi ERα dilakukan

dengan metode semi-kuantitatif melalui imunositokimia. Tamoxifen dapat

digunakan sebagai obat pembanding dalam penelitian ini karena obat ini tergolong

dalam terapi hormonal yang telah terbukti mampu menghambat ikatan antara

estrogen dengan sel-sel kanker ER-positif

I. Hipotesis

Adanya pengaruh ekstrak etanol daun lavender (Lavandula officinalis

Chaix) terhadap viabilitas sel T47D yang diuji menggunakan metode

3-[4,5-dimethylthiazol-2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium (MTT) dan mampu menginduksi

(39)

19 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Efek Antikanker Ekstrak Etanolik Daun

Lavender (Lavandula Officinalis Chaix) terhadap Sel Kanker Payudara T47D

melalui Penekanan Ekspresi Reseptor Estrogen-α” termasuk penelitian

eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak lengkap

pola searah. Penelitian ini termasuk jenis ekperimental karena terdapat perlakuan

terhadap subyek uji. Rancangan penelitian acak lengkap pola searah karena

penelitian ini memiliki satu faktor dengan banyak level.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas : tujuh peringkat konsentrasi ekstrak etanol daun

lavender yaitu (1585, 1150, 1000, 300, 178, 100, 10) µg/mL.

2) Variabel tergantung : viabilitas sel, persentase sel apoptosis, level

ekspresi protein ERα.

b. Variabel Pengacau

1) Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi sel uji, yaitu sel

(40)

!

20

Chaix yang didistribusikan oleh Dipokusumo Farm (Rasamala A4, Semarang Kota

50189, Jawa Tengah, Indonesia) berasal dari kebun di Malang, Jawa Timur dipanen

pada bulan Juni 2014, serta lama pengeringan daun L. Officinalis Chaix.

2) Variabel pengacau tak terkendali

Usia tanaman, cuaca, kontaminasi lingkungan, kondisi lingkungan, dan waktu

inkubasi.

2. Definisi Operasional

a. Ekstrak etanol daun Lavandula officinalis Chaix adalah larutan kental hasil

ekstraksi total daun lavender yang diperoleh dengan cara mengekstraksi.

b. Uji MTT adalah metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah sel yang

masih hidup setelah pemberian ekstrak etanol daun Lavandula officinalis

Chaix.

c. Konsentrasi IC50 adalah konsentrasi sampel yang mampu mematikan sel

sebanyak 50% dari total sel.

d. Apoptosis sel yang teramati adalah sel hidup berfluoresensi hijau terang, sel

yang mengalami nekrosis berwarna oranye merata seperti sel normal, sel yang

mengandung ERα berwarna coklat dan sel yang tidak mengandung ERα

berwarna biru.

e. Imunositokimia adalah metode yang digunakan untuk mengetahui adanya

ekspresi suatu protein spesifik di dalam sel.

f. Level ekspresi ERα populasi atau persentase sel yang berwarna coklat baik

pada sitoplasma dan atau nukleus dalam tiga lapang pandang.

(41)

!

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

a. Daun lavender (Lavandula officinalis Chaix) diperoleh dari distributor

Dipokusumo Farm (Rasmala A4, Semarang Kota) yang dipanen pada bulan

Juni 2014

b. Breast Cancer Cell Line T47D diperoleh dari Laboratorium Parasitologi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 70% (CV. Labora), PBS

(Phospate Buffer Saline), MK (Media Kultur) yang berisi Dulbeco’s Modified

Eagle Media (DMEM) dan Roswell Park Memorial Institute (RPMI), Dimethyl

Sulfoxide (DMSO), Reagen MTT 5mg/mL (50 mg MTT dan 10 mL PBS), Sodium

Dodecyl Sulfate (SDS) 10% dalam 0,1N HCl (larutan stopper), Fetal Bovine

Serum (FBS) 10% (v/v) (Gibco), penisilin- streptomisin 1% (v/v) (Gibco), tripsin

EDTA 0,25%, fungizone 0,5% (Gibco), reagen Annexin V Fluos (Roche),

Propidium Iodine (Pi), reagen Imunositokimia yang terdiri dari metanol, larutan

hidrogen peroksida, Novostain universal detection kit, antibodi monoklonal

primer ERα (Thermo Fisher Scientific Pierce), biotinylated universal secondary

antibodi(Lab Vision), etilen, xylol, dan hematoxylin (Dako). Bahan untuk kontrol

positif adalah tablet tamoxifen 10 mg (Nolvadex), akuades, Streptavidin berupa

(42)

!

22

D. Alat Penelitian

Treated tissue culture dish diameter 10 cm, 96 well-plate, 24 well-plate,

6 well-plate, cover slip, sentrifuge tube, object-glass, conical tube, eppendorf,

inkubator CO2, Laminar air flow cabinet, mikropipet, yellow-tip, blue-tip, pinset,

autoklaf, hemositometer, ELISA reader, kamera digital, mikroskop cahaya, rotary

evaporator, mikroskop inverter, neraca digital.

E. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan tanaman

Tanaman Lavender officinalis Chaix dibeli dari perkebunan Dipokusumo

Farm (Rasamala A4, Semarang Kota 50189, Jawa Tengah, Indonesia) dipanen

pada bulan Juni 2014. Bagian tanaman yang digunakan hanya bagian daun dan

dipilih daun segar dengan ciri berwarna hijau, mengeluarkan aroma lavender,

bentuk masih utuh dan sedikit lengket karena kandungan minyak atsiri.

2. Determinasi tanaman

Daun lavender yang telah diperoleh dari perkebunan Dipokusumo Farm

dilakukan determinasi atau identifikasi tanaman sesuai dengan Lampiran 1.

3. Sortasi basah

Daun lavender dipisahkan dari bunga, batang dan akarnya serta

pengotor lain seperti tanah yang menempel pada permukaan daun.

(43)

!

4. Pencucian

Pencucian daun lavender dilakukan dengan menggunakan air mengalir

sebanyak tiga kali, pencucian dilakukan dengan hati–hati supaya daun lavender

tetap dalam kondisi utuh.

5. Pembuatan serbuk daun lavender kering

Daun lavender yang telah dicuci bersih dilakukan pengeringan suhu

rendah dengan cara dimasukkan ke dalam lemari pendingin pada suhu 5-100C

selama 14 hari, daun yang telah kering tersebut kemudian dibuat dalam bentuk

serbuk dengan cara diblender hingga hancur dan diperoleh serbuk halus simplisia.

6. Pembuatan ekstrak etanol daun Lavandula officinalis Chaix

Sebanyak 10 gram serbuk simplisia dilarutkan dengan 50 mL etanol

70% dalam erlenmeyer, kemudian dilakukan pengadukan dan dilanjutkan dengan

maserasi selama 48 jam dengan kecepatan 150 rpm. Hasil maserasi yang

diperoleh selanjutnya disaring dan diambil bagian cairan, kemudian dilakukan

rotary evaporator pada suhu 800C selama 5 menit dilanjutkan dengan pemekatan

dengan menggunakan waterbath selama 4,5 jam pada suhu yang sama, yaitu 800C

hingga diperoleh hasil ektraksi dengan konsistensi kental berwarna hijau pekat.

Hasil ekstraksi yang diperoleh ditimbang, ditempatkan dalam flakon, dan

disimpan pada suhu ruang (Hajhashemi, dkk., 2003).

7. Pembuatan larutan uji

a. Sampel ( ekstrak etanol daun L. officinalis Chaix)

Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dilarutkan kedalam

(44)

!

Larutan kontrol positif menggunakan tamoxifen dari 20 tablet Nolvadex

yang tiap tabletnya mengandung 20 mg tamoxifen, ditimbang kemudian digerus

hingga homogen. Sebanyak 10 mg dilarutkan dalam DMSO 100 µL, didapatkan

larutan stok kontrol dengan konsentrasi 100.000 µg/ mL. Selanjutnya dibuat tujuh

seri kadar pengenceran yaitu 1585 µg/mL; 1150 µg/mL; 1000 µg/mL; 300 µg/mL;

178 µg/mL; 100 µg/mL; dan 10 µg/mL (Setiawati, dkk., 2009).

8. Uji Sitotoksik ekstrak etanol daun Lavender pada sel T47D

a. Perlakuan sel T47D

Sel T47D yang telah diinkubasi selama 24 jam dikeluarkan dari

inkubator dan dipindahkan menuju LAF (Laminar Air Flow), seluruh kegiatan uji

sitotoksik dilakukan didalam LAF yang sebelumnya telah diberi penyinaran UV

(Ultra Violet). Selanjutnya, seluruh media didalam well-plate dibuang dan

ditiriskan, lalu segera dipipet 100 µL sampel dari setiap seri kadar dan

dimasukkan kedalam lubang well-plate, dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.

Didalam satu well-plate yang berisi 96 lubang diisi oleh sampel, kontrol sel,

kontrol positif (tablet tamoxifen). Selanjutnya, sel diinkubasi selama 24 jam

didalam inkubator dan setelah inkubasi dilakukan pengamatan pada sel yang telah

diberi perlakuan sampel dibawah mikroskop inverter, tidak semua lubang diamati,

(45)

!

terendah, bentuk sel diamati dan diambil gambar dengan menggunakan kamera

digital.

b. Metode MTT

Seluruh reagen MTT dipersiapkan dengan cara mencampur 1 mL MTT

dengan 10 mL MK kedalam conical tube, digojog secara perlahan karena sangat

mudah berbuih. Selanjutnya, media yang terdapat pada sel T47D perlakuan

dibuang dengan membalikan plate 1800 diatas tempat pembuangan dengan jarak

10 cm kemudian tekan plate secara perlahan diatas tisu untuk meniriskan sisa

cairan. Larutan PBS dimasukkan sebanyak 100 µL kedalam semua sumuran yang

telah berisi sel untuk mencuci sisa media yang masih bercampur dengan sel,

kemudian buang PBS dengan cara membalik plate seperti perlakuan diatas.

Ditambahkan reagen MTT yang telah dipersiapkan sebelumnya sebanyak 100 µL

ke setiap sumuran, termasuk kontrol media, dilakukan inkubasi selama empat jam

didalam inkubator CO2. Setelah itu, diamti kondisi sel dan formazan yang

terbentuk dibawah mikroskop inverted, jika formasan telah terbentuk,

ditambahkan 100 µL SDS 10% dalam 0,1N HCl. Plate dibungkus menggunakan

alumunium foil dan diinkubasi pada tempat gelap selama semalam pada suhu

kamar.

(American Type Culture Collection, 2011).

c. ELISA Reader

ELISA reader dihidupkan dan ditunggu hingga proses regressing selesai.

Pembungkus plate dan tutup plate dibuka kemudian plate dimasukkan kedalam

(46)

!

26

start. ELISA reader dimatikan, kertas hasil pembacaan menggunakan ELISA

reader di fotocopy dan ditempel pada logbook. Data yang diperoleh diolah untuk

mendapatkan nilai IC50 dengan membuat grafik absorbansi versus konsentrasi

menggunakan program Microsoft Excell serta dilanjutkan dengan program R.

Persentase sel yang hidup dihitung dengan rumus:

Persentase sel hidup = (!"#$%&'"#(!!"#$%&'%(!!!"#$!%&"'!!"#$%"&!!"#$%)

(!"#$%"&'#(!!"#$%"&!!"#!!"#$%"&'#(!!"#$%"&!!"#$%) X 100%

(Doyle dan Griffiths, 2000).

9. Uji apoptosis Annexin V Fluos

a. Perlakuan sel

Penanaman sel T47D dilakukan pada 6 well-plate, tiap sumuran diisi

dengan 2 mL. Jumlah sel sekitar lima ratus ribu hingga satu juta sel. Diinkubasi

selama 24 jam didalam inkubator CO2. Selanjutnya, plate sel yang telah

diinkubasi diambil dan dimasukkan dalam LAF, seluruh media dalam sumuran

disedot menggunakan micropipet dan dibuang. Selanjutnya dicuci PBS sebanyak

satu kali, PBS disedot kembali menggunakan micropipet. Sampel pada

konsentrasi IC50 dimasukkan dalam well-plate sebanyak 2 mL. Kemudian

diinkubasi selama 24 jam.

b. Pra Perlakuan Annexin V Fluos

Well-plate yang telah diinkubasi dengan sampel diambil dan disiapkan

conical tube untuk memindahkan media yang ada pada well-plate kedalam

conical tube.sesuai dengan jenis masing- masing sampel yang ada, termasuk

kontrol sel. Well-plate yang telah kosong dicuci menggunakan PBS sebanyak 1

(47)

!

ke dalam conical tube yang sesuai dengan tiap sampel. Selanjutnya, dimasukkan

tripsin kedalam well-plate sebanyak 200 µL, diinkubasi selama 3 menit, dan

diamati menggunakan mikroskop hingga terlihat bentuk bulat transparan yang

menunjukkan sel T47D. Ditambahkan MK sebanyak 1 mL kedalam plate, lalu

disedot kembali dan ditampung pada conical tube. Dilakukan sentrifuge pada

conical tube selama 4 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Supernatan yang

terbentuk dibuang kemudian ditambahkan PBS dingin sebanyak 1 mL. Dilakukan

resuspensi dan 1 mL cairan di dalam conical tube dipindahkan kedalam eppendorf

1 mL. Eppendorf disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm.

c. Pembuatan reagen Annexin V Fluos

Eppendorf dibungkus dengan alumunium foil, diambil 550 mL buffer

dan dimasukkan dalam eppendorf, ditambahkan reagen Annexin V Fluos 10 µL

lalu di vortex dan ditambahkan reagen Pi 10 µL, di vortex kembali. (Setiap 100

µL larutan uji digunakan 2 µL reagen Annexin V Fluos dan 2 µL reagen Pi).

d. Perlakuan sampel dengan reagen Annexin V Fluos

Supernatan pada sampel dibuang dan disisakan endapan yang terbentuk,

ditambahkan 100 µL reagen Annexin V Fluos yang telah dibuat kedalam endapan

sampel. Dilakukan inkubasi selama 10 menit dalam ruang gelap (laci).

Ditambahkan buffer 300 µL didalam eppendorf kemudian dilakukan analisis.

(48)

!

diambil sedikit dan dituang diatas kaca preparat untuk menghitung jumlah sel.

Kaca preparat diletakan diatas Haemositometer (alat penghitung sel), kemudian

diamati menggunakan mikroskop inverter perbesaran 10 kali dan dilakukan

penghitungan dengan bantuan counter. Sel sudah sesuai dengan kriteria apabila

jumLahnya antara minimal 50.000- 100.000 sel, jika hasil perhitungan sel sudah

sesuai maka dilanjutkan dengan preparasi sel tersebut. Dimasukka 5 mL MK

kedalam conical tube yang baru dan ditambahkan 1,25 mL sel dari conical tube

awal kedalam conical tube yang berisi 5 mL MK.

b. Subkultur sel

Cover slip dimasukkan ke dalam well plate sesuai dengan jumlah sampel

dan kontrol yang digunakan. Campuran MK dan sel yang ada di conical tube

dimasukkan pada 24 well-plate yang telah diisi coverslip sebanyak 1 mL. Inkubasi

dilakukan selama 24 jam didalam inkubator CO2.

c. Perlakuan

MK yang ada di dalam well plate disedot kemudian diisi dengan sampel

sebanyak 1 mL. Di dalam well plate juga diberi kontrol sel, kontrol positif, dan

kontrol negatif.

(49)

!

d. Perlakuan imunositokimia

Coverslip dipindahkan diatas kaca preparat dengan bantuan pinset dan

jarum agar tidak merusak sel dan peletakan coverslip juga harus tepat, tidak boleh

terbalik. Pada ujung kaca preparat diberi label yang dilapisi dengan selotip agar

tidak lepas atau sobek saat diberi perlakuan. Kaca preparat dipindahkan pada

tempat kayu untuk memudahkan memberi reagen imunositokimia. Mula–mula

dilakukan pencucian dengan PBS sebanyak dua kali dengan cara menggenangi

coverslip yang ada diatas kaca preparat dengan PBS yang diambil menggunakan

micropipet (asal tergenang). PBS ditarik atau disedot kembali dengan

menggunakan micropipet yang berbeda, hal ini dilakukan dengan hati- hati agar

coverslip tidak terjatuh. Lalu dilakukan fiksasi metanol selama 10 menit, fiksasi

metanol juga dilakukan dengan cara yang sama dengan pencucian PBS yaitu

dengan menggenangi coverslip dengan metanol dan menarik kembali setelah 10

menit. Selanjutnya, dilakukan pencucian PBS dua kali dan akuades dua kali, lalu

dibuat campuran H2O2 : H2O = 1:9, campuran diambil sebanyak 100 µL untuk

diteteskan diatas coverslip, didiamkan selama 10 menit kemudian ditarik/disedot

kembali menggunakan micropipet yang berbeda. Kemudian, preparat dicuci PBS

sebanyak dua kali. Larutan bloking ditambahkan 100 µL, didiamkan 10 menit dan

kembali disedot. Antibodi primer ditambahkan sebanyak 50 µL dan didiamkan

selama satu jam, antibodi primer dan diratakan dipermukaan coverslip, seluruh

coverslip diberi antibodi primer kecuali kontrol negatif. Cairan disedot kemudian

dibuang. PBS ditambahkan untuk pencucian. Antibodi sekunder universal

(50)

!

30

kemudian dibuang. Streptavidin (HRP) ditambahkan sebanyak 100 µL, didiamkan

selama 10 menit, cairan disedot kemudian dibuang. Proses pencucian PBS

dilakukan sebanyak dua kali. Sebanyak 100 µL DAB ditambahkan dan didiamkan

selama 2 menit. Akuades ditambahkan untuk mencuci sebanyak dua kali, disedot

kemudian dibuang. Perwarna hematoxilin ditambahkan sebanyak 100 µL dan

didiamkan selama 5 menit, kembali dicuci akuades dua kali hingga bersih dan

warna biru dari pewarna hilang. Etanol absolut ditambahkan dengan cara

menggenangi preparat dan langsung ditarik kembali kemudian digenangi xylol

dan kembali langsung ditarik. Coverslip yang ada di atas preparat dikeringkan

selama beberapa menit. Setelah kering, coverslip ditempel diatas object glass

dengan cara memberikan setetes etilen dan diaratakan di atas coverslip. Preparat

imunositokimia dapat diamati menggunakan mikroskop cahaya.

(51)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun

L. officinalis Chaix terhadap viabilitas sel kanker payudara T47D dengan melihat

aktivitas ekstrak etanol daun L. officinalis Chaix dalam menekan ekspresi ERα

serta untuk mengetahui IC50 ekstrak etanol daun L. officinalis Chaix yang

berpengaruh pada apoptosis sel kanker payudara T47D. Persentase viabilitas sel

diketahui dari uji in vitro menggunakan MTT assay, deteksi apoptosis dilakukan

dengan metode Annexin V Fluos dan dilanjutkan dengan uji imunositokimia

untuk melihat ekspresi antigen spesifik pada sel terhadap estrogen-α secara

molekuler. Tamoxifen digunakan sebagai kontrol positif karena tamoxifen telah

diketahui dapat dipergunakan sebagai obat dalam terapi hormonal bagi penderita

kanker payudara.

A. Penyiapan Ekstrak

Penelitian ini menggunakan sampel berupa tanaman yaitu daun L.

officinalis Chaix. Determinasi daun L. officinalis Chaix pada penelitian ini

bertujuan untuk membuktikan bahwa tanaman yang diguakan dalam penelitian ini

memang benar tanaman yang dimaksud, yaitu L. officinalis Chaix. Bagian

tanaman yang digunakan untuk determinasi merupakan bagian daun, hasil

determinasi dibuktikan dengan adanya surat keterangan yang dikeluarkan

(52)

!

32

determinasi menyatakan bahwa daun yang digunakan merupakan daun L.

officinalis Chaix (Lampiran 1).

Tahap selanjutnya dilakukan proses ekstraksi menggunakan metode

maserasi dengan pelarut etanol 70% dan diharapkan seluruh kandungan zat aktif

di dalam daun L. officinalis Chaix dapat tersari. Maserasi merupakan cara

ekstraksi yang sederhana, yaitu dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari, pada percobaan ini dilakukan maserasi selama 48 jam agar diperoleh

rendemen ekstraksi dengan kadar yang tinggi. Prinsip maserasi adalah masuknya

cairan penyari kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga terjadi

perbedaan konsentrasi antara zat terlarut didalam sel dengan yang diluar sel maka

larutan didalam sel didesak keluar dan hal ini terjadi berulang kali hingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan yang ada di dalam dan di luar sel. Hasil

maserasi disaring untuk memisahkan bagian padat yang mengendap dengan

bagian cairan, bagian cairan dilakukan pemekatan dengan bantuan rotary

evaporator untuk menguapkan larutan penyari (etanol 70%) sehingga diperoleh

hasil ekstraksi yang pekat, evaporasi dilakukan selama 5 menit karena jumlah

cairan hasil ekstraksi sedikit, sehingga hanya memerlukan waktu singkat untuk

menguapkan. Pemekatan dilanjutkan kembali menggunakan waterbath untuk

menguapkan sisa–sisa etanol 70% yang masih ada.

B. Uji sitotoksik ekstrak daun L.officinalis Chaix pada sel kanker

payudara T47D dengan metode MTT

Uji sitotoksik bertujuan untuk mengetahui potensi ketoksikan suatu

(53)

!

metode kolorimetrik berdasarkan pada perubahan garam tetrazolium [3-(4,5-dimet

iltiazol-2-yl)-2,5-difeniltetrazolium bromide] (MTT) menjadi formazan dalam

mitokondria yang aktif pada sel hidup. MTT diabsorbsi oleh sel hidup dan

dipecah oleh sistem reduktase suksinat tetrazolium yang termasuk dalam respirasi

mitokondria, sehingga aktif menjadi bentuk formazan (Doyle dan Griffiths, 2000).

Intensitas warna ungu dan jumlah kristal formazan yang terbentuk proporsional

dengan viabilitas sel. Kemudian absorbansi dapat diukur menggunakan ELISA

reader, hasil pembacaan ELISA terdapat pada Lampiran 3 dan 4.

!

Gambar 8. Kristal formazan (A) kontrol sel; (B) perlakuan ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix

Ilustrasi gambar di atas merupakan contoh kristal formazan yang

terbentuk pada kontrol sel dan perlakuan ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix.

Intensitas warna ungu dan jumlah kristal formazan yang terbentuk proporsional

dengan jumlah sel yang hidup, pada kontrol sel terbentuk kristal formazan lebih

banyak daripada perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun

L.officinalis Chaix mampu menghambat sel kanker payudara T47D. Namun perlu

gambaran terkait sensitivitas ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix terhadap sel

kanker payudara T47D sehingga dapat diperoleh suatu evaluasi mengenai

(54)

!

34

Sensitivitas ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix terhadap sel kanker

payudara T47D diukur melalui nilai IC50, nilai IC50 menunjukkan konsentrasi

ekstrak etanol daun L. Officinalis Chaix yang mampu mematikan setengah dari

populasi sel T47D yang ada. Pada penelitian ini diperoleh nilai IC50 232,86 µg/mL

yang dihitung secara statistik menggunakan program R, program R merupakan

software statistik seperti halnya SPSS untuk analisis regresi namun memiliki

kemampuan yang lebih baik dalam mengolah dan menganalis data, hal ini seperti

yang dikemukakan oleh Darinus (2002). Hasil IC50 menunjukkan bahwa ekstrak

etanol daun L. Officinalis Chaix memiliki sifat sitotoksik yang cukup lemah

dibandingkan dengan nilai IC50 tamoxifen yaitu 13,98 µg/mL. Menurut

Kamuhabwa (2000), suatu ekstrak dikatakan memiliki efek sitotoksik terhadap sel

kanker payudara apabila memiliki nilai IC50 ≤ 100 µg/mL, namun ekstrak etanol

daun L. officinalis Chaix tetap memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai

antikanker karena dalam penelitian Machana (2011) menyebutkan bahwa ekstrak

dikatakan tidak aktif sebagai antikanker apabila memiliki nilai IC50 > 500 µg/mL.

Nilai IC50 yang kurang sensitif diduga karena kompleksitas senyawa yang

terkandung didalam ekstrak etanol daun L. officinalis Chaix.

Pengaruh ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix terhadap viabilitas sel

kanker payudara T47D dapat diketahui dari suatu kurva sigmoid yang

menunjukkan hubungan persentase viabilitas sel versus log konsentrasi ekstrak

etanol daun L.officinalis Chaix kemudian dibandingkan dengan kurva viabilitas

sel dari tamoxifen. Berikut merupakan hasil pengukuran viabilitas sel kanker

payudara T47D dengan perlakuan ekstrak etanol daun lavender.

(55)

!

Tabel I. Viabilitas sel kanker payudara T47D dengan perlakuan ekstak etanol daun lavender.

Dari hasil yang disajikan diatas, maka dapat diketahui bahwa pemberian

ekstrak etanol daun L. Officinalis Chaix berpengaruh pada viabilitas sel kanker

payudara T47D, semakin meningkat konsentrasi ekstrak maka viabilitas sel

semakin menurun. Salah satu kandungan senyawa alam yang mampu

mempengaruhi viabilitas sel kanker payudara T47D adalah monoterpen.

Monoterpen merupakan senyawa alam yang terkandung dalam L. officinalis Chaix

dengan kadar tertinggi, senyawa ini memegang peranan penting sebagai agen

kemopreventif dan memiliki aktivitas terapi pada tikus yang terinduksi sel kanker

payudara T47D, hal ini dipaparkan oleh Satomi dkk. (1999) pada penellitiannya.

Monoterpen juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker serta menginduksi

(56)

!

36

Tabel II. Viabilitas sel kanker payudara T47D dengan perlakuan tamoxifen.

Konsentrasi

Data tamoxifen menunjukkan hasil yang sama, yaitu bahwa semakin

tinggi konsentrasi tamoxifen, persentase viabilitas sel kanker payudara T47D

mengalami penurunan. Tamoxifen tergolong dalam terapi hormonal yang

digunakan pada pasien penderita kanker payudara, mekanisme aksi tamoxifen

diketahui dapat melalui dua aksi, yaitu 1) melakukan kompetisi dengan 17β-

estradiol (E2) pada lokasi reseptor untuk memblok peran promosi E2 pada kanker

payudara; dan 2) dengan mengikat DNA setelah aktivasi metabolik (Yu dan

Bender, 2001). Tamoxifen merupakan senyawa yang memiliki aktivitas

antiestrogen dan menjadi inhibitor kompetitif bagi estrogen yang berikatan pada

reseptornya (Osborne, 1998). Apabila tamoxifen berikatan dengan ERα maka

ligand-activated transcription factor yang melakukan regulasi transkripsi pada

nukleus berikatan dengan Estrogen Response Element (ERE) dan mempengaruhi

aktivitas protein coregulator sehingga proliferasi dari estrogen dapat dihambat

(Deroo dan Korach, 2006)

(57)

!

Gambar 9. Morfologi sel T47D (A) kontrol sel ; (B) ekstrak etanol daun L. Officinalis Chaix 1585 µg/mL; (C) ekstrak lavender 300 µg/mL; (D) ekstrak lavender 10 µg/mL; (E) tamoxifen

(sel hidup: ;sel mati: )

Morfologi sel kanker payudara T47D diamati dibawah mikroskop

inverter dan memberikan gambaran bahwa sel yang mati memiliki warna lebih

gelap dan berbentuk bulat, hal ini terjadi karena sel kehilangan sitoplasma akibat

rusaknya membran sel, sehingga sel tidak dapat meneruskan cahaya dari

mikroskop. Sedangkan untuk sel yang masih hidup ditunjukkan dengan bentuk

yang lebih lonjong dan warna terang.

Perubahan morfologi sel perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui

kemampuan ekstrak etanol daun L. Officinalis Chaix dalam menginduksi

(58)

!

38

C. Uji Apoptosis Ekstrak Etanol Daun L. Officinalis Chaix dengan Metode Annexin V Fluos

Metode Annexin V Fluos digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui jalur kematian sel akibat pemberian ekstrak etanol daun L. Officinalis

Chaix. Metode ini dipilih karena dapat memberikan hasil kuantitatif yang cepat

untuk mengetahui jumlah sel yang mengalami apoptosi melalui flow cytometer

dan dapat membedakan sel yang mengalami nekrosis maupun sel yang mengalami

apoptosis menggunakan reagen Annexin V Fluos dan Propidium Iodin (Pi).

Mekanisme kematian sel dapat dibagi menjadi dua yaitu melalui mekanisme

apoptosis dan nekrosis, proses kematian sel melalui mekanisme apoptosis penting

digunakan sebagai indikasi selektifitas ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix

sebagai agen kemopreventif. Mekanisme kematian sel dapat dilihat dari

persentase total sel di setiap kuadran dengan menggunakan metode Annexin V

Fluos. Hasil Annexin V Fluos kemudian dianalisis menggunakan alat bernama

FACSCalibur (Gambar 10)

(59)

!

Gambar 10. Hasil pembacaan flow cytometer: (A) Kontrol sel; (B) Ekstrak etanol daun L.officinalis Chaix; (C) Tamoxifen

Tabel III. Persentase jumlah sel kanker payudara T47D pada setiap kuadran

Kontrol sel

Ekstrak etanol daun L.officinalis

Chaix

Tamoxifen

Kuadran I

(Sel hidup) 91,85% 5,51% 4,55%

Kuadran II (Early apoptosis)

6,24% 25,27% 65,61%

Kuadran III (Late apoptosis)

1,75% 52,83% 27,62%

Kuadran IV

Gambar

Tabel I Viabilitas sel T47D dengan perlakuan ekstrak ........................
Gambar 1. Lavandula officinalis Chaix (United States Departement of Agriculture)
Gambar 2. Struktur senyawa yang terkandung dalam lavender (A) Linalool; (B) Linalil
Gambar 3. Anatomi kelenjar payudara manusia (PubMed Health, 2014).
+7

Referensi

Dokumen terkait

ekstrak etanol daun benalu alpukat ( Dendrophthoe sp. grew on Persea americana ) yang diuji pada sel kanker payudara sel T47D dengan metode MTT secara in vitro. mengandung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak etanol, fraksi polar, semipolar, dan nonpolar tanaman kitolod terhadap sel kanker payudara T47D

Pada uji sitotoksik anti kanker ekstrak etanol daun maitan (Lunasia amara Blanco) dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara T47D dengan nilai IC50 sebesar

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, penelitian tentang Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik Daun Pukul Empat ( Mirabilis jalapa L.) Terhadap

Sitotoksisitas Ekstrak Aspergillus fumigatus dari Daun Mekai ( Albertisia papuana Becc.) terhadap Sel Kanker Payudara T47D

Uji sitotoksik ekstrak etanol daun afrika (EEDA) yang diekstraksi secara refluks terhadap sel kanker payudara (T47D) dan sel kanker kolon (WiDr) dilakukan

Uji penghambatan sel kanker T47D dilakukan menggunakan kombinasi dari esktrak etanol bawang dayak ( Eleutherine americana Merr.) dengan ekstrak etanol biji sirsak

untuk mengetahui efek ekstrak daun dewandaru terhadap sel kanker payudara T47D dan MCF-7 yang dilakukan secara in vitro dengan metode MTT assay..