• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Budaya dan Etika Terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Faktor Budaya dan Etika Terhad"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

“Pengaruh Faktor Budaya

dan Etika Terhadap Bisnis

Internasional”

Tugas International Business

Bagus Nur Hakim

5114221045

Magister Management Executive

(2)
(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penulisan... 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka... 3 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional

...3

2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong ... 3 2.1.3 Pengertian Budaya Lingkup Bisnis

Internasional...4

2.1.3.1 Enam Cara Bisnis Lintas Budaya ... 4 2.1.3.2 Karakteristik Kebudayaan... 7 2.1.4.Lima Dimensi Orientasi... 7

2.1.5 Komponen – Komponen Sosiokultur.... 8 2.1.6 Pengertian Etika... 8 2.1.7 Teori Etika... 9 2.1.8 Pengertian Etika Bisnis... 10 2.1.9 Permasalahan Etika Bisnis dalam Bisnis

...11

2.1.10 Prinsip Etika Bisnis... 12 2.1.11Kode Etik Perusahaan... 14

BAB III : PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Perdagangan Internasional... 15 3.2 Manfaat Perdagangan Internasional ... 15 3.3 Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

...16 3.4 Pengaruh Budaya Terhadap Bisnis Internasional ...16 3.5 Pengaruh Etika Terhadap Bisnis Internasional ...18

BAB IV : KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan... 21

4.2 Saran... 21

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Ekonomi Internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan ekonomi antar negara. Hubungan ekonomi tersebut mencakup tiga bentuk hubungan, pertama berupa pertukaran hasil atau output negara satu dengan negara lain, kedua berupa pertukaran atau aliran sarana produksi atau faktor produksi, dan ketiga berupa hubungan utang piutang antar negara atau hubungan kredit.

Bentuk hubungan tersebut merupakan permasalahan ekonomi internasional, yang secara garis besar menyangkut aspek: pola atau bentuk perdagangan, harga ekspor dan impor barang dagangan/barang modal, manfaat perdagangan, pengaruh pendapatan nasional, mekanisme neraca pembayaran, politik perdagangan luar negeri, persekutuan perdagangan, modal luar negeri (investasi) dan transfer teknologi.

Perdagangan atau pertukaran berarti proses tukar-menukar yang dilakukan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang terlibat. Pada kenyataannya, dalam memenuhi kebutuhannya suatu negara belum mampu memproduksi barang sendiri tanpa menerima bantuan dari negara lain. Seiring dengan berkembangnya teknologi, memungkinkan suatu negara mengadakan hubungan dagang dengan negara lain atau mengadakan kegiatan ekspor dan impor. Oleh karena proses tukar-menukar tersebut dilakukan antar negara, maka disebut dengan perdagangan internasional.

Dari uraian di atas, perdagangan internasional (international trade) dapat didefinisikan sebagai kegiatan transaksi dagang antara satu negara dengan negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa, dan dilakukan melewati batas daerah suatu negara. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan dagang dengan Prancis, Japan, China, Amerika Serkat, Singapura, Malaysia, dan lain-lain.

Pemasaran internasional merupakan salah satu bentuk pemasaran yang telah lama dilakukan oleh orang-orang terdahulu, banyak sejarah mencatat bahwa perdagangan antar wilayah dilakukan melalui jalur laut maupun darat, dan para saudagar yang terkenal dan menjadi pemain utama dalam perdagangan di masa itu diantaranya saudagar Cina, Arab maupun dari barat seperti spanyol dan portugis. namun saat itu pemasaran masih dilakukan secara sederhana dan tradisional, tidak ada strategi-strategi pemasaran khusus dan kompleks dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.

(6)

melakukan kegiatannya secara global, saat ini daerah pemasaran internasional sudah semakin berkembang dan menjadi lebih kompleks serta luas, karena daerah pemasaran internasional dibedakan berdasarkan batas wilayah negara yang memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Sehingga perusahaan yang akan sukses dan berhasil dalam melakukan pemasaran internasional adalah perusahaan yang dapat mengetahui seluk-beluk daerah pemasarannya dengan baik.

Salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pemasaran internasional adalah faktor budaya. Pemasar internasional harus mengetahui pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi akibat adanya aspek budaya ini. Hal ini karena setiap daerah dan batas wilayah memiliki budaya yang berbeda-beda. Sehingga Dalam membuat produk, budaya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi karakteristik produk tersebut.

Di sisi lain hubungan bisnis antara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis juga sangat dipengaruhi oleh faktor budaya atau kebangsaan yang berbeda. sehingga pemasaran internasional memiliki tantangan tersendiri dalam ke dinamisan faktor budaya internasional tersebut. Salah sat tantangan yang harus dihadapai oleh perusahaan global dalah karakteristik perilaku konsumen yang semakin kompleks. Hal ini karena perilaku pembelian dan kebutuhan konsumen didorong oleh norma-norma budaya. Latar belakang budaya juga mempengaruhi konsumen dalam mengolah informasi dan faktor yang memotivasi konsumen dalam melakukan pembelian. Perusahaan yang melakukan bisnis global berarti berhubungan dengan konsumen, mitra strategis, distributor dan pesaing dengan pola pikir budaya yang berbeda.

Oleh karena itu aspek budaya menjadi aspek yang harus diperhatikan bagi perusahaan yang akan melakukan kegiatan bisnisnya secara global, sehingga aspek budaya dapat dijadikan landasan perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasarannya.

Setiap tahun, selama tujuh tahun terakhir para eksekutif senior dari 250 perusahaan di California selatan telah disurvei mengenai kegiatan bisnis internasional perusahaan mereka (Aigner dan Kraemer 1994-2000). Di tahun - tahun ini para eksekutif telah mengidentifikasi “Perbedaan Budaya” sebagai masalah yang paling serius mempengaruhi penjualan dan operasi bisnis internasional mereka. Peraturan pemerintah negara lain juga konsisten disebutkan sebagai masalah.

(7)

lebih efisien. Budaya memiliki dampak luas pada manajemen sumber daya manusia (Adler 1997). Budaya mempengaruhi bagaimana para pekerja menanggapi gaji dan insentif non-bayar, bagaimana mengatur perusahaan, dan bahkan bagaimana eksekutif menyusun dan menerapkan strategi bisnis internasionalnya.

Selama dekade terakhir penelitian dan literatur tentang etika bisnis mengalami peningkatan signifikan. Ini tidaklah mengherankan mengingat betapa kompleksnya etika bisnis dalam organisasi – organisasi dan pentingnya etika bisnis dalam ajang internasional. Situasi – situasi etika bisnis menjadi kompleks, mencakup hal – hal seperti pengharapan sosial, kompetisi yang jujur, perlindungan dan hak – hak legal, serta tanggung jawab sosial. Etika bisnis juga menimbulkan konsekuensi potensial bagi banyak pihak, seperti konsumen, pegawai, pesaing usaha, dan masyarakat umum. Dalam ajang internasional, pesatnya globalisasi usaha semakin banyak menimbulkan pertanyaan – pertanyaan tentang etika dalam lingkungan baru dan berbeda (Hyan, 2001).

Hingga saat ini, banyak penelitian empiris yang diarahkan untuk meneliti faktor – faktor penentu perilaku etis. Faktor – faktor penentu yang paling banyak diteliti antara lain atribut – atribut personal (seperti agama, kewarganegaraan, jenis kelamin, dan usia). Pendidikan serta pengalaman kerja, kepribadian, nilai – nilai dan keyakinan. Kelompok – kelompok referen seperti pengaruh kelompok seprofesi, pengaruh manajemen puncak, serta penghargaan dan sangsi (Hyan, 2001).

Meneliti faktor -faktor penentu etika berperilaku merupakan langkah yang penting karena dapat menambah pengetahuan tentang faktor – faktor yang terkait dengan etika bisnis dan pengambilan keputusan yang etis. Penelitian etika bisnis lebih banyak dilakukan di negara – negara maju terutama di negara - negara barat dimana hasil penelitiannya belum dapat diterapkan di negara - negara berkembang misalnya negara – negara Asia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas paper ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh faktor budaya terhadap perdagangan internasional?

2. Bagaimana pengaruh budaya terhadap pemasaran internasional?

3. Bagaimana pengaruh etika terhadap perdagangan internasional?

1.2 Tujuan Penulisan

Paper ini memiliki tujuan sebagi berikut:

(8)

2. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pemasaran internasional.

3. Untuk mengetahui pengaruh etika terhadap perdagangan internasional.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka.

2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan atau pertukaran berarti proses tukar-menukar yang dilakukan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang terlibat. Pada kenyataannya, dalam memenuhi kebutuhannya suatu negara belum mampu memproduksi barang sendiri tanpa menerima bantuan dari negara lain. Seiring dengan berkembangnya teknologi, memungkinkan suatu negara mengadakan hubungan dagang dengan negara lain atau mengadakan kegiatan ekspor dan impor. Oleh karena proses tukar-menukar tersebut dilakukan antar negara, maka disebut dengan perdagangan internasional.

Dari uraian di atas, perdagangan internasional (international trade) dapat didefinisikan sebagai kegiatan transaksi dagang antara satu negara dengan negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa, dan dilakukan melewati batas daerah suatu negara. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan dagang dengan Prancis, Jepang, Cina, Amerika Serkat, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Dengan demikian perdagangan antarnegara memungkinkan terjadinya:

a. Tukar-menukar barang-barang dan jasa-jasa.

(9)

c. pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat di dalamnya.

d. Memengaruhi perkembangan ekspor dan impor serta Neraca Pembayaran Internasional (NPI) atau Balance of Payment. e. Kerja sama ekonomi antar negara di dunia.

2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perbedaan Sumber Alam

Suatu negara mempunyai kekayaan alam yang berbeda, sehingga hasil pengolahan alam yang dinikmati juga berbeda. Oleh karena sumber kekayaan alam yang dimiliki suatu negara sangat terbatas, sehingga diperlukan tukar-menukar atau perdagangan.

2. Perbedaan Faktor Produksi

Selain faktor produksi alam, suatu negara mempunyai perbedaan kemampuan tenaga kerja, besarnya modal yang dimiliki, dan keterampilan seorang pengusaha. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan oleh suatu negara juga mengalami perbedaan, sehingga dibutuhkan adanya perdagangan.

3. Kondisi Ekonomis yang Berbeda

Karena adanya perbedaan faktor produksi yang mengakibatkan perbedaan biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang, maka bisa jadi dalam suatu Negara memerlukan biaya tinggi untuk memproduksi barang tertentu. Sehingga negara tersebut bermaksud mengimpor barang dari luar negeri karena biayanya dianggap lebih murah.

4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang Karena keterbatasan kemampuan suatu negara, baik kekayaan alam maupun yang lainnya, maka tidak semua barang yang dibutuhkan oleh suatu negara mampu untuk diproduksi sendiri, untuk itulah diperlukan tukar-menukar antarbangsa.

5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan

Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selalu terdapat perbedaan. Adakalanya suatu negara lebih untung melakukan impor daripada memproduksi sendiri. Namun, adakalanya lebih menguntungkan kalau dapat memproduksi sendiri barang tersebut, karena biaya produksinya lebih mudah. Oleh karena itu, negara-negara tersebut akan mencari keuntungan dalam memperdagangkan barang hasil produksinya. 6. Adanya Persaingan Antar Pengusaha dan Antar Negara

Persaingan ini akan berakibat suatu negara meningkatkan kualitas barang hasil produksi dengan biaya yang ringan, sehingga dapat bersaing dalam dunia perdagangan.

2.1.3 Pengertian Budaya Lingkup Bisnis Internasional.

(10)

mencirikan populasi manusia. Jadi budaya terdiri atas pola-pola yang dipelajari mengenai perlaku umum bagi anggota dari masyarakat tertentu, yaitu gaya hidup yang unik dari suatu kelompok atau orang tertentu. Kebudayaan adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan, dan sikap yang membedakam suatu masyarakat dari yang lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat menentukan ketentuan -ketentuan yang mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam masyarakata tersebut.

Terdapat cara bagi para pelaku bisnis internasional untuk menyesuaikan diri atau hidup dengan budaya-budaya lain yaitu menyadari bahwa adanya budaya yang berbeda dari budayanya sendiri dan mereka harus mempelajari karakteristik dari budaya-budaya tersebut sehingga dapat beradaptasi. Tetapi menurut E.T. Hall terdapat dua cara untuk menyesuaikan diri dari budaya yaitu:

a. Menghabiskan seumur hidup disuatu negara tersebut.

b. Menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan ekstensif yang mencakup karakteristik-karakteristik utama dari suatu budaya, termasuk budaya itu sendiri.

2.1.3.1 Enam Cara dalam Melakukan Bisnis Lintas Budaya Internasional

1) Lakukanlah Persiapan. 2) Jangan Terburu – buru. 3) Bangkitkan Kepercayaan.

4) Memahami pentingnya Bahasa. 5) Menghormati Budaya.

6) Memahami Unsur – Unsur Budaya.

Budaya juga sangat mempengaruhi semua fungsi bisnis misalnya dalam pemasaran, beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak perusahaan untuk mengunakan bauran pemasaran yang sama disemua pasar. Begitu juga dalam manajemen sumber daya manusia, budaya nasional merupakan kunci penentu untuk mengevaluasi para manajer, serta dalam produksi dan keuangan faktor budaya sangat berpengaruh dalam kegiatan produksi dan keuangan.

2.1.3.2 Karakteristik Kebudayaan.

Berikut beberapa karakteristik kebudayaan yang perlu diperhatikan karena mempunyai relevansi dengan bisnis internasional:

a) Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari (learned behaviour) yang ditularkan dari satu anggota masyarakat yang lainnya.

b) Unsur- unsur kebudayaan saling terkait (interrelated).

c) Kebudayaan sanggup menyesuaikan diri (adaptive), artinya kebudayaan berubah sesuai dengan kekuatan- kekuatan eksternal yang mempengaruhi masyarakat tersebut.

(11)

masyarakat itu. Orang-orang yang sama-sama memiliki suatu kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang yang tidak memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat, berikut

beberapa pendapat lain tentang karakteristik budaya, adalah sebagai berikut:

a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi, budaya diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman. b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok

organisasi atau pembagian budaya masyarakat, budaya tidak spesifik pada perorangan dan individu.

c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.

d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasotas manusia untuk memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk menggambarkan yang lain.

e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi, perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada bagian lain.

f. Penyesuaian: Budaya berdasarkan pada kapasitas manusia untuk berubah & menyesuaikan diri.

Karena perbedaan budaya terdapat di seluruh negara, sebuah pemahaman dari pengaruh budaya dalam perdagangan internasional merupakan hal penting untuk diketahui manajemen internasional. Jika manajer internasional tidak mengetahui sesuatu tentang budaya dari Negara lain yang mereka tuju untuk berbisnis, maka hal tersebut akan menimbulkan bencana bagi perusahaan.

2.1.3.3 Unsur – Unsur Budaya.

Kebudayaan suatu masyarakat menentukan bagaimana anggota anggotanya berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Unsur -unsur dasar kebudayaan adalah struktur sosial, bahasa, komunikasi, agama, dan nilai- nilai serta sikap. Interaksi unsur- unsur ini mempengaruhi lingkungan lokal yang merupakan tempat bisnis internasional dijalankan.

(12)

Bahasa adalah cerminan utama kelompok- kelompok budaya karena bahasa merupakan sarana penting yang dipakai anggota -anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain. Ada beberapa jenis bahasa diantarnya: bahasa sebagai senjata bersaing, bahasa sebagai perantara, bahasa sebagai terjemahan, dan bahasa untuk berkata tidak.

Komunikasi diluar batas budaya, secara verbal maupun non verbal adalah suatu keahlian yang sangat penting bagi para manajer internasional, walaupun komunikasi terkadang dapat berlangsung secara salah diantara orang - orang yang mempunyai kebudayaan yang sama, peluang miskomunikasi akan sangat meningkat apabila orang- orang tersebut berasal dari budaya yang berbeda. Selanjutnya Agama adalah aspek penting kebanyakan masyarakat. Agama mempengaruhi bagaimana cara anggota- anggota masyarakat berhubungan satu sama lain dan dengan pihak luar, agama membentuk sikap yang dimiliki pemeluknya terhadap pekerjaan, konsumsi, tanggung jawab individu, dan perencanaan untuk masa depan. Nilai dan sikap budaya juga mempengaruhi nilai dan sikap anggota - anggota suatu masyarakat. Nilai adalah prinsip dan standar yang diterima anggota- anggota tersebut. Sikap terdiri atas tindakan, perasaan, dan pemikiran yang dihasilkan nilai- nilai tersebut. Nilai- nilai budaya sering berasal dari kepercayaan yang sangat mendalam tentang kedudukan individu dalam hubungan dengan Yang Ilahi, keluarga, dan hierarki sosial. Sikap budaya terhadap faktor- faktor seperti waktu, umur, pendidikan, dan status mencerminkan nilai- nilai ini dan pada gilirannya membentuk perilaku dan kesempatan yang tersedia bagi bisnis- bisnis internasional pada suatu negara tertentu.

Salah satu cara untuk mencirikan perbedaan dalam berbagai budaya adalah pendekatan konteks-rendah-konteks tinggi (low-context-high-context) yang dikembangkan oleh Edward dan Mildred Hall dalam budaya konteks rendah (low context culture) kata-kata yang dipakai pembicaraan secara eksplisit menyampaikan pesan pembicara tersebut kepada pendengarnya. Dalam budaya konteks tinggi (high context culture), konteks terjadinya pembicaraan tersebut akan sama pentingnya dengan kata-kata yang benar-benar diucapkan, dan petunjuk-petunjuk budaya berperan penting dalam memahami apa yang sedang dikomunikasikan.

(13)

2.1.4 Definisi Budaya

Sampai saat ini belum ada kesepakatan antara para ahli untuk mendefinisikan budaya secara umum, namun terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai definisi budaya itu sendiri diantaranya: menurut (Edward B. Taylor) Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar. Sedankan menurut Dr. K. Kupper kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok. Dan menurut William H. Haviland kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.

2.1.5 Definisi Pemasaran Internasional

Menurut rakesh mohan dalam bukunya yang berjudul international marketing mendefinisikan bahwa Pemasaran Internasional adalah kegiatan Pemasaran yang melewati batas-batas lebih dari satu negara. Pemasaran internasional merupakan penerapan konsep, prinsip, aktivitas, dan proses manajemen pemasaran dalam rangka penyaluran ide, barang atau jasa perusahaan kepada konsumen di berbagai Negara.

Sedangkan menurut sak onkivist dalam bukunya yang berjudul process international marketing mengemukakan bahwa Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Pasar internasional melampaui ekspor pemasar dan menjadi lebih terlibat dalam lingkungan pemasaran di negara-negara tempat suatu organisasi melakukan bisnis.

2.1.6 Elemen Budaya Yang Mempengaruhi Pasar Internasional

Budaya terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Pengetahuan tentang budaya memerlukan pemahaman yang mendalam dari bagian-bagian yang berbeda. adapun elemen-elemen budaya yang memiliki pengaruh terhadap pemasaran internasional adalah: materi hidup (Material Life), bahasa, interaksi sosial, estetika, agama, pendidikan, dan nilai-nilai.

(14)

Komponen utama dari kebudayaan adalah aspek materialnya. Kehidupan material terutama mengacu pada teknologi yang digunakan untuk memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang dan jasa dalam masyarakat. Perbedaan dalam lingkungan material menjelaskan mengenai perbedaan dalam tingkat dan jenis permintaan barang konsumsi.

 Bahasa ( Language )

bahasa merupakan tantangan yang dihadapi oleh pemasaran internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang paling penting dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa merupakan sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi di dalam lingkungan.

 Interaksi sosial

Sebuah aspek penting dari budaya adalah interaksi sosial antara orang-orang. Interaksi sosial mengacu pada cara di mana anggota masyarakat berhubungan satu sama lain. Mungkin ungkapan yang paling penting dari interaksi sosial adalah konsep kekerabatan. Konsep ini bervariasi secara dramatis di seluruh masyarakat.

 Estetika

Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya sangat menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik. Di wilayah Asia-Pasifik, ekspresi estetika didorong oleh dua prinsip: (1) kompleksitas dan dekorasi (berbagai bentuk, bentuk, dan warna), (2) harmoni dan pandangan mengenai alam (misalnya, pegunungan, bunga, pohon-pohon).

 Agama

Agama memainkan peran penting dalam banyak masyarakat. Ketika agama adalah bagian penting dari kehidupan konsumen, perusahaan harus dapat menyadarinya. Dalam masyarakat Islam, perusahaan dapat memperluas daya tarik merek mereka dan mengembangkan bisnis mereka dengan terlibat dengan konsumen Muslim dengan memastikan bahwa produk-produk yang dijual adalah halal dan menempelkan logo halal pada setiap produk yang akan di pasarkan.

 Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek pendidikan yang penting bagi pemasar internasional adalah tingkat pendidikan dan kualitas pendidikan tersebut.

 Sistem Nilai

Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk masyarakat norma dan standar. Norma-norma mempengaruhi sikap masyarakat terhadap obyek dan kode perilaku.

(15)

Untuk dapat memahami seluk-beluk pasar luar negeri, penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam perbedaan budaya. Dari perspektif pemasaran global, lingkungan budaya penting karena dua alasan utama. Pertama dan terpenting, kekuatan budaya merupakan faktor utama dalam membentuk pemasaran global. Kedua, analisis budaya seringkali mempertemukan titik-titik peluang pasar. Perusahaan yang mengenali norma-norma budaya di bandingkan pesaing mereka akan lebih di untungkan dan sering memperoleh keunggulan kompetitif.

Dalam pemasaran dikenal adanya istilah bauran pemasaran (marketing mix) yang di dalamnya memformulasikan strategi pemasaran yang harus dilakukan seorang pelaku usaha kedalam 4P yaitu product, price, place dan promotion. Pengertian bauran pemasaran (Marketing Mix) adalah sebagai berikut: “Bauran pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan perusahaannya”. Maka, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan satu perangkat yang terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi, yang didalamnya akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran dan semua itu ditujukan untuk mendapatkan respon yang diinginkan dari pasar sasaran. (Kotler dan Keller, 2007).

Produk (Product) Intensitas kompetisi di pasar memaksa perusahaan untuk mengupayakan adaptasi produk yang tinggi guna meraih keunggulan yang kompetitif atas pesaing, karena adaptasi produk dapat memperluas basis pasar lokal dan ditingkatkan untuk preferensi lokal tertentu. Konsumen semakin banyak memiliki alternatif dan sangat hati-hati dalam menentukan keputusan untuk melakukan pembelian dengan mempertimbangkan faktor-faktor kebutuhan, keunggulan produk, pelayanan dan perbandingan harga sebelum memutuskan untuk membeli. Dari faktor-faktor tersebut, keunggulan produk termasuk ke dalam pertimbangan utama sebelum membeli. Keunggulan kompetitif suatu produk merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan produk baru, dimana kesuksesan produk tersebut diukur dengan parameter jumlah penjualan produk. (Tjiptono, 2008).

(16)

hendak dicapainya. Adapun tujuan tersebut dapat berupa meningkatkan penjualan, mempertahankan market share, mempertahankan stabilitas harga, mencapai laba maksimum dan sebagainya. (Engel, J; Blackwell R, 2004).

Tempat (Place) Lokasi atau tempat seringkali ikut menentukan kesuksesan perusahaan, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial sebuah perusahaan. Disamping itu, lokasi juga berpengaruh terhadap dimensi-dimensi strategi seperti flexibility, competitive, positioning, dan focus. Fleksibelitas suatu lokasi merupakan ukuran sejauh mana suatu perusahaan dapat bereaksi terhadap perubahan situasi ekonomi. Keputusan pemilihan lokasi berkaitan dengan komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek yang sifatnya kapital intensif, maka perusahaan benar-benar harus mempertimbangkan dan menyeleksi lokasi yang responsif terhadap situasi ekonomi, demografi, budaya, dan persaingan di masa mendatang. (Tjiptono, 1996).

Promosi (Promotion) Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran

yang berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi/membujuk, dan/atau meningatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Tjiptono (2007:209-210).

2.1.4 Lima Dimensi Orientasi.

Menurut Hofstede lima dimensi orientasi bisa dijadikan sebagai pendekatan bagi manajer internasional untuk menjalankan bisnisnya.

1. Orientasi Sosial. Orientasi sosial adalah keyakinan seseorang tentang relative pentingnya individu dan kelompoknya. Kedua titik ekstrim orientasi sosial adalah individualisme dan kolektivisme. Individualisme adalah keyakinan budaya bahwa orang tersebut harus didahulukan. Nilai-nilai utama orang-orang individualistik adalah tingkat harga diri yang tinggi (selfs respect) dan kemerdekaan. Orang-orang ini sering menempatkan kepentingan karirnya di atas kebaikan organisasinya dan mereka cenderung menilai keputusan-keputusan dari sisi bagaimana keputusan-keputusan itu mempengaruhi mereka sebagai individu. Kolektivisme adalah pandangan bahwa kelompok didahulukan. Masyarakat yang cenderung bersifat kolektifistik biasanya dicirikan jaringan sosial yang ditetapkan dengan jelas, termasuk keluarga besar, suku, dan rekan kerja. 2. Orientasi kekuasaan. Orientasi kekuasaan merujuk pada

(17)

wewenang dalam berbagai hierarki seperti organisasi bisnis. Bentuk ekstrim dimensi orientasi kekuasaan adalah rasa hormat terhadap kekuasaan (power respect) dan toleransi kekuasaan (power tolerance). Rasa hormat terhadap kekuasaan ini berarti bahwa masyarakat dalam suatu budaya cenderung menerima kekuasaan dan wewenang atasannya semata-mata berdasarkan kedudukan atasan tersebut dalam hierarki itu. Sebaliknya orang-orang dalam budaya yang bercirikan toleransi kekuasaan memberikan peran penting yang jauh lebih kecil terhadap kedudukan seseorang dalam hierarki tersebut.

3. Orientasi Ketidakpastian. ambigu. Bentuk-bentuk ekstrim dimensi ini adalah penerimaan ketidakpastian (uncertainty acceptance) dirangsang oleh perubahan dan berkembang dari peluang-peluang baru. Ambiguitas dipandang sebagi suatu konteks dimana individu dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan kesempatan-kesempatan baru. Dalam budaya ini kepaastian mengandung pengertian keadaan monoton, rutinitas dan struktur yang terlalu memaksa. Sebaliknya orang-orang dari budaya yang bercirikan penghindaran ketidakpastian tidak menyukai ambiguitas dan sedapat mungkin akan menghindarinya. Ambiguitas dan perubahan dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan. Orang-orang ini cenderung menyukai cara-cara yang terstruktur, rutin dan bahkan birokratis dalam menjalankan sesuatu.

4. Orientasi sasaran. Orientasi sasaran adalah sikap dimana orang termotivasi untuk bekerja karena jenis sasaran yang berbeda. Salah satu bentuk ekstrim dalam orientasi sasaran adalah perilaku sasaran agresif (aggressive goal behavior). Orang-orang yang menunjukkan perilaku sasaran agresif cenderung memberikan nilai yang tinggi pada kepunyaan materi, uang dan ketegasan. Pada bentuk ekstrim lain orang yang menganut perilaku sasaran pasif (passive goal behavior) memberikan nilai yang lebih tinggi pada hubungan sosial, kualitas hidup, dan perhatian kepada orang lain. Budaya yang menghargai perilaku sasaran yang agresif juga cenderung menentukan peran-peran berdasarkan gender yang agak kaku, sementara budaya menekankan perilaku sasaran pasif tidak demikian.

5. Orientasi waktu. Orientasi waktu adalah sejauh mana anggota-anggota suatu budaya menganut pandangan jangka pendek versus jangka panjang terhadap pekerjaan, kehidupan, dan aspek-aspek masyarakat lainnya.

2.1.5 Komponen – Komponen Sosiokultural.

(18)

1. Estetika adalah sesuatu yang berkaitan dengan rasa keindahan, budaya dan selera yang baik serta diungkapkan dalam seni, drama, musik, cerita rakyat dan tari-tarian.

2. Sikap dan kepercayaan selalu dimiliki oleh setiap budaya yang hampir seluruh aspek dari perilaku manusia dan membantu membawa ketertiban didalam masyarakat dan individu-individunya. Diantara beraneka ragam subjek yang dicakup oleh sikap dan kepercayaan, beberapa diantaranya sangat penting bagi para pelaku bisnis. Termasuk sikap terhadap waktu, pencapaian pekerjaan dan terhadap perubahan.

3. Sikap terhadap waktu menimbulkan lebih banyak persolan adaptasi karena setiap negara berbeda dalam menyikapi atau mengartikan waktu.

4. Sikap terhadap pencapaian pekerjaan seorang manajer akan berbeda tajam dengan di budaya-budaya lain dibandingkan dengan budaya mereka sendiri. Sehingga mereka harus merekrut bawahan yang memiliki kebutuhan untuk ”maju” apapun motif yang mendasarinya. Salah satu sumber yang baik dari orang-orang itu adalah diantara anggota yang relatif berpendidikan, yang memandang pekerjaan sebagai jalan menuju gengsi.

5. Sikap terhadap perubahan atau ide baru akan lebih diterima apabila dapat dikaitkan lebih dekat dengan yang tradisional, sementara pada saat yang bersamaan dapat menunjukkan keunggulan relatifnya terhadap yang tradisional. Dengan kata lain semakin konsisten suatu ide baru dengan sikap dan pengalaman masyarakat maka semakin cepat ide tersebut akan diadopsi.

6. Agama adalah suatu komponen kebudayaan yang penting, bertanggung jawab atas banyak dari sikap dan kepercayaan yang mempengaruhi sikap dan perilaku dari manusia.

7. Kebudayaan material merujuk pada semua objek buatan manusia dan berkaitan dengan bagaimana orang membuat benda-benda (teknologi) dan siapa membuat apa dan mengapa (ilmu ekonomi).

2.1.6 Pengertian Etika.

Kegiatan bisnis yang meningkat di dunia dewasa ini, telah menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktik bisnis yang baik, etis, dan menjadi dasar kehidupan bisnis yang dapat diterima oleh banyak negara di dunia. Dalam kegiatan bisnis internasional, perusahaan akan mampu bertahan apabila mampu bersaing. Untuk dapat bersaing tentunya harus memiliki daya saing, yang di antaranya dihasilkan dari produktivitas dan efisiensi. Untuk itu diperlukan etika dalam berusaha atau berbisnis, karena praktik usaha yang tidak etis dapat menimbulkan kegagalan pasar, mengurangi produktivitas dan meningkatkan ketidakefisienan.

(19)

etha), yang berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dari pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan dan tata cara hidup yang baik yang dianut suatu masyarakat dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan hidup yang baik ini kemudian dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Etika secara lebih luas dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang yang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia.

Sebagai suatu ilmu, ilmu etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari standard moral dari seseorang atau suatu masyarakat (Velasquez, 2006). Standar moral merupakan norma-norma mengenai tindakan-tindakan yang dipercaya secara moral benar dan salah, serta nilai-nilai yang diberikan terhadap suatu obyek yang dipercaya secara moral adalah baik atau buruk. Etika sebagai suatu ilmu dapat dibagi dua, yaitu kajian yang bersifat normatif (normative study) dan kajian yang bersifat deskriptif (descriptive study). Kajian yang bersifat normatif merupakan investigasi yang mencoba untuk memperoleh kesimpulan mengenai apakah sesuatu baik atau buruk dan apakah suatu tindakan benar atau salah. Misalnya, terkait dengan pertanyaan: “Apakah penyuapan di dunia bisnis, baik atau buruk?”. Untuk menjawab itu, ahli etika akan mencari jawabnya berdasarkan kajian normatif dengan menggunakan berbagai teori yang ada, dan menyimpulkan apakah penyuapan di dunia bisnis baik atau buruk. Sedangkan kajian yang bersifat deskriptif merupakan investigasi yang tidak mencoba untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai baik dan buruk atau benar dan salah. Hal ini misalnya dilakukan oleh ahli anthropologi yang mempelajari standar moral dari suatu suku bangsa. Mereka akan mencoba untuk menjelaskan secara akurat mengenai standar moral dari suku bangsa tersebut dengan menggunakan berbagai teori, akan tetapi bukan tujuan mereka untuk memberikan penilaian apakah moral dari suku bangsa tersebut baik atau buruk.

2.1.7 Teori Etika.

(20)

Istilah “teleologi” berasal dari kata Yunani “telos” yang berarti tujuan, dan “logos” yang berarti ilmu atau teori. Etika teleologi menjawab pertanyaan bagaimana bertindak dalam situasi tertentu dengan melihat tujuan atau akibat dari suatu tindakan, atau dengan kata lain menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. Dalam suatu situasi tertentu, tindakan yang harus dipilih adalah tindakan yang membawa akibat yang baik, karena suatu tindakan dinilai baik apabila bertujuan baik dan mendatangkan akibat baik. Etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif, dimana tindakan seseorang tergantung dari penilaiannya terhadap akibat dari tindakan tersebut. Apabila dianggap baik, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma atau nilai moral yang berlaku dapat dilakukan.

Berbeda dengan kedua teori etika yang lain, teori ini mendasarkan penilaian moral pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Nilai moral muncul bukan dalam bentuk aturan berupa larangan atau perintah, akan tetapi dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktikkan oleh tokoh-tokoh tertentu dalam masyarakat. Menurut teori ini, cara bertindak secara moral di dalam situasi konkirt yang dilematis adalah meneladani sikap dan perilaku moral tokoh-tokoh yang kita kenal, baik dalam masyarakat, sejarah atau cerita yang kita ketahui, ketika mereka menghadapi situasi serupa.

Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:

o Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.

o Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Etika terbagi atas dua:

1. Etika umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar dan pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik buruknya suatu tindakan.

2. Etika khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus misalnya olah raga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan lahir etika bisnis dan etika profesi (wartawan, dokter, hakim, pustakawan, dan lainnya).

2.1.8 Pengertian Etika Bisnis.

(21)

minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Cukup banyak definisi mengenai etika bisnis. Secara umum etika bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu standar atau prinsip moral yang diterapkan di dalam lembaga atau organisasi bisnis dan perilaku yang dapat diterima (benar) atau tidak dapat diterima (salah) dari orang-orang yang bergerak di dunia bisnis. Sedangkan, etika bisnis internasional terkait dengan standar moral yang diterapkan di dalam kegiatan bisnis internasional. Sebagai suatu ilmu, etika bisnis merupakan ilmu yang mempelajari secara khusus standar moral tersebut dan melakukan analisis dan evaluasi dari keputusan-keputusan bisnis didasarkan pada konsep dan penilaian moral.

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:

a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

b. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

c. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

(22)

budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

2.1.9 Permasalahan Etika Bisnis dalam Bisnis Internasional

Pertanyaan terkait moral mengenai apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah, seringkali menjadi dilema di dalam kegiatan bisnis internasional. Penilaian terhadap suatu tindakan terkait bisnis yang dianggap baik atau buruk dan benar atau salah seringkali berbeda di antara satu negara dengan negara lainnya. Bahkan di dalam suatu negarapun penilaian ini sering berbeda dikarenakan perbedaan di dalam budaya dari masyarakatnya. Di samping faktor budaya, perbedaan pandangan ini juga sering dipengaruhi oleh sistem perekonomian dan sistem pemerintahan suatu negara, disamping kepercayaan dan agama yang ada di masyarakat.

Permasalahan etika bisnis dapat muncul di berbagai aspek bisnis internasional. Dalam bidang produksi misalnya, muncul permasalahan etika terkait perusahaan dengan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial, penggunaan binatang untuk uji coba obat-obatan baru, cara transportasi ternak, dan diketemukannya teknologi baru seperti produk transgenik atau genetically modified product dan cloning. Dalam bidang pemasaran misalnya, muncul permasalahan etika terkait pelaksanaan promosi (seperti adanya unsur sex dalam advertising), pemasaran langsung di sekolah, dan advertising yang menyesatkan dengan tidak memberikan informasi produk yang sebenarnya. Dalam bidang keuangan misalnya, terkait insider trading, pembayaran yang sangat besar terhadap CEO perusahaan sebagai excutive compensation, dan pembuatan laporan keuangan yang tidak benar. Dalam bidang HAKI (hak atas kekayaan intelektual), misalnya terkait pembajakan, pemalsuan merk, dan business intelligence. Dalam tenaga kerja, misalnya terkait pemberian upah buruh yang sangat rendah untuk memproduksi barang yang relatif mahal harganya, serta diskriminasi gender, suku dan agama dalam pekerjaan.

Dengan perkembangan yang sangat pesat di bidang teknologi, terutama teknologi informasi, komunikasi dan produksi, maka di masa-masa yang akan datang dapat muncul permasa-masalahan baru terkait etika dengan munculnya teknik, metode atau cara baru di bidang bisnis. Misalnya dalam bidang proses produksi, pemasaran dan keuangan.

2.1.10 Prinsip Etika Bisnis.

(23)

konsep Jepang “kyosei” yang berarti hidup dan bekerja bersama-sama demi kesejahteraan umum, dan konsep barat “human dignity” (martabat manusia) yang mengacu pada kesucian atau bernilainya setiap pribadi sebagai tujuan, tidak semata-mata sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan-tujuan orang lain atau bahkan untuk melaksanakan kehendak mayoritas.

Kode etik ini terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu mukadimah, prinsip-prinsip umum, dan prinsip-prinsip stakeholder. Prinsip-prinsip umum dari ”The Caux Round-Table Principles for Business” adalah sebagai berikut:

Prinsip 1. Tanggung Jawab Bisnis Dari “Shareholders” ke Stakeholders

Nilai organisasi bisnis bagi masyarakat ialah kekayaan dan lapangan kerja yang diciptakannya serta produk dan jasa yang dipasarkan kepada konsumen dengan harga wajar yang sebanding dengan mutu. Untuk mampu menciptakan nilai itu, sebuah organisasi bisnis haruslah mempertahankan kesehatan dan kelangsungan hidupnya, namun kelangsungan hidup bukanlah tujuan yang mencukupi.

Bisnis memainkan peranan untuk meningkatkan kehidupan semua pelanggan, karyawan dan pemegang saham dengan membagikan kekayaan yang diciptakannya. Para pemasok dan pesaingpun berharap bahwa organisasi-organisasi bisnis menghormati kewajiban-kewajiban mereka dengan semangat kejujuran dan keadilan. Sebagai warga yang bertanggung jawab dari komunitas lokal, nasional, regional dan global dimana mereka beroperasi, organisasi-organisasi bisnis ikut serta dalam menentukan masa depan komunitas-komunitas itu.

Prinsip 2. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan dan Komunitas Dunia

Organisasi-organisasi bisnis yang didirikan di luar negeri untuk membangun, memproduksi atau menjual juga harus memberi sumbangan pada pembangunan sosial negara-negara itu dengan menciptakan lapangan kerja yang produktif dan membantu meningkatkan daya beli warga negara setempat. Organisasi-organisasi bisnis harus juga menyumbang pada hak-hak azasi manusia, pendidikan, kesejahteraan dan vitalisasi negara-negara tempat mereka beroperasi.

(24)

Prinsip 3. Perilaku Bisnis: Dari Hukum Tersurat ke Semangat Saling Percaya

Dengan tetap mengakui keabsahan rahasia-rahasia dagang, organisasi-organisasi bisnis haruslah menyadari bahwa kelurusan hati, ketulusan, kejujuran, sikap memegang teguh janji, dan transparansi, bermanfaat tidak hanya bagi kredibilitas dan stabilitas bisnis sendiri, tetapi juga bagi kelancaran dan efisiensi transaksi-transaksi bisnis, khususnya pada tingkat internasional.

Prinsip 4. Sikap Menghormati Aturan

Untuk menghindari konflik-konflik dagang dan untuk menggalakkan perdagangan yang lebih bebas, kondisi-kondisi adil dalam persaingan, perlakuan yang seimbang dan adil bagi seluruh partisipan, organisasi-organisasi bisnis wajib menghormati aturan-aturan internasional dan domestik. Disamping itu, bisnispun harus menyadari bahwa perilaku-perilaku tertentu, biarpun tidak melanggar aturan, tetap saja dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan.

Prinsip 5. Dukungan Bagi Perdagangan Multilateral

Organisasi-organisasi bisnis wajib mendukung sistem perdagangan multilateral dari GATT/WTO serta kesepakatan-kesepakatan internasional serupa. Mereka wajib bekerja sama dalam upaya-upaya untuk memajukan liberalisasi perdagangan yang progresif dan sesuai dengan akal sehat dan untuk mengendurkan ketentuan-ketentuian domestik yang secara tidak masuk akal menghambat perniagaan global, dengan tetap menghormati tujuan-tujuan kebijaksanaan nasional.

Prinsip 6. Sikap Hormat Bagi Lingkungan Alam

Bisnis wajib melindungi dan, dimana mungkin, meningkatkan lingkungan alam, mendukung pembangunan yang berkelanjutan, dan mencegah terjadinya pemborosan sumber-sumber daya alam.

Prinsip 7. Menghindari Operasi-Operasi Yang Tidak Etis

(25)

2.1.11 Kode Etik Perusahaan.

Di negara yang kegiatan bisnisnya sudah maju, seperti di Amerika Serikat dan Eropa, sebagian besar perusahaan besar sudah mengembangkan kode etik perusahaannya masing-masing. Kode etik itu antara lain menjelaskan harapan perusahaan agar karyawan mampu mengenali masalah-masalah etis terkait kebijakan perusahaan, dan harapan menyangkut perilaku karyawan dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, di dalam pedoman Etika Bisnis dari perusahaan Ericsson, dimuat tata tertib mengenai tanggung jawab individu, serta tanggung jawab terhadap karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya, termasuk:

 mematuhi undang-undang, tata tertib dan peraturan;

 melindungi informasi rahasia perusahaan dan informasi para

pelanggan serta vendor perusahaan;

 perlindungan dan penggunaan aset perusahaan yang layak;  memperlakukan karyawan dengan hormat dan melindungi hak

azasi manusia;

 menangani konflik kepentingan;

 mendukung pengungkapan secara lengkap, adil, akurat, tepat

waktu dan dapat dipahami dalam laporan keuangan dan komunikasi publik lainnya;

 melindungi lingkungan; dan

 mendukung pelaporan tentang setiap perilaku yang melanggar

hukum atau yang tidak etis.

BAB III PEMBAHASAN

2.2Pengertian Perdagangan Internasional

(26)

atau global. Skema perdagangan internasional dapat digambarkan sebagai berikut.

2.3Manfaat Perdagangan Internasional.

a. Sumber Devisa

Jika kita mengekspor suatu komoditi, kita

mendapat mata uang asing seperti dolar, yen atau mata uang yang lainnya. Mata uang asing ini disebut devisa. Devisa dapat digunakan untuk, misalnya, mengimpor barang modal dan konsumsi.

b. Perluasan Kesempatan Kerja

Perdagangan internasional, terutama kegiatan ekspor, memberi kesempatan untuk memperluas kesempatan kerja karena untuk menghasilkan barang yang diekspor, dibutuhkan tenaga kerja. c. Stabilisasi Harga

Jika harga suatu jenis barang dalam negeri mahal atau

jumlahnya kurang dan tidak memenuhi permintaan pasar, maka barang tersebut harus diimpor. Dengan adanya impor, harga barang jenis tersebut akan stabil dan permintaan pun d apat terpenuhi.

d. Peningkatan Kualitas Konsumsi

Melalui perdagangan internasional, penduduk dapat membeli barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau mutunya belum sebaik produk luar negeri.

Perdagangan internasional dapat memacu industri dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat bersaing di pasar internasional.

e. Percepatan Alih Teknologi

Untuk menggunakan barang-barang yang diimpor dari luar negeri, dibutuhkan pengetahuan atau keterampilan tertentu sehingga perlu pelatihan atau bimbingan. Hal seperti itu akan mempercepat alih teknologi. Alih teknologi memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih modern. f. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri

sendiri

Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara, misalnya: kondisi geografis, iklim, tingkat

penguasaan IPTEK. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak

diproduksi sendiri.

g. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang dari luar negeri. Dengan mengadakan spesialisasi dan

(27)

Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya tanpa takut kelebihan produksi karena dapat menjual ke luar negeri.

2.4Faktor – Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

a. Perbedaan sumber daya alam

Sumber daya alam yang dimiliki setiap negara berbeda. Untuk mendapatkan sumber daya alam yang dibutuhkan dan tidak dimiliki suatu negara, diperlukan pertukaran antar negara yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional.

b. Selera

Penduduk suatu negara lebih menyukai produk negara lain, sehingga harus mengimpor produk itu.

c. Penghematan biaya produksi (Efisiensi)

Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara dapat memasarkan hasil produksinya pada banyak negara. Negara tersebut berproduksi dalam jumlah besar sehingga dapat menurunkan biaya produksi. Masalah

efisiensi juga menjadi alasan tidak diproduksinya barang berteknologi tinggi oleh negara berkembang.

d. Perbedaan teknologi

Negara yang menggunakan teknologi maju dapat menjual barang dengan harga murah pada negara yang teknologinya sederhana.

e. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri. f. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan

pendapatan negara.

g. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.

h. Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.

i. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

2.5Pengaruh Budaya Terhadap Bisnis Internasional

(28)

Kesalahan lain yang dilakukan P&G dalam mengelola bisnis internasionalnya adalah berkaitan dengan promosi produk sabun camay, Iklan camay yang gagal di jepang adalah iklan yang memperliatkan seorang wanita Jepang yang sedang mandi ketika suaminya masuk ke kamar mandi. Wanita tersebut mulai menceritakan kepada suaminya tentang sabun kecantikannya yang baru, tetapi suaminya mengelus pundak wanita itu, mengisyaratkan bahwa busa sabun bukanlah apa yang dia pikirkan. Meskipun iklan itu diterima dengan baik di Eropa, namun sangat gagal di Jepang, karena di Jepang memandang campur tangan suami atas istrinya adalah sikap yang tidak baik.

P&G juga telah melakukan kesalahan karena kurang memiliki pengetahuan mengenai budaya bisnis. Perusahaan itu memperkenalkan deterjen cheer dengan memberikan potongan harga, tetapi hal ini merendahkan reputasi merek sabun tersebut, kata seorang pesaing. Potongan harga di Jepang memiliki arti berbeda dengan di Eropa & Amerika Serikat, di Jepang sekali anda memberikan diskon atas produk anda sulit sekali untuk menaikkan kembali harganya. Para pedagang besar di Jepang mereka terbiasa menghasilkan uang yang lebih sedikit karena akibat dari margin yang kecil. Selain itu, tampaknya P&G tidak menyadari bahwa ibu -ibu rumah tangga di Jepang tidak memiliki mobil keluarga untuk membawa belanjaan, sehingga mereka berbelanja di warung- warung sekitar tempat tinggalnya. Para pedagang eceran kecil ini, menjual sekitar 30% dari semua deterjen yang diperdagangkan di Jepang, dengan toko yang memiliki ruang rak yang terbatas, hal tersebut yang membuat mereka tidak suka menyimpan produk- produk yang didiskon, karena laba yang diperoleh lebih rendah.

Berdasarkan case studi dari P&G di Jepang, dapat disimpulkan pentingnya memahami budaya negara yang dituju dalam menjalankan bisnis internasional. Dan dari case studi tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki pengaruh terhadap bisnis internasional. Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari (Aigner dan Kraemer 1994-2000). Para eksekutif telah mengidentifikasi “Perbedaan Budaya” sebagai masalah yang paling serius mempengaruhi penjualan dan operasi bisnis internasional mereka.

Karena perbedaan budaya terdapat di seluruh negara, sebuah pemahaman dari pengaruh budaya dalam perdagangan internasional merupakan hal penting untuk diketahui manajemen internasional. Jika manajer internasional tidak mengetahui sesuatu tentang budaya dari Negara lain yang mereka tuju untuk berbisnis, maka hal tersebut akan menimbulkan bencana bagi perusahaan

(29)

karena karakteristik ini mempunyai relevansi dengan bisnis internasional:

a) Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari (learned behaviour) yang ditularkan dari satu anggota masyarakat yang lainnya.

b) Unsur- unsur kebudayaan saling terkait (interrelated).

c) Kebudayaan sanggup menyesuaikan diri (adaptive), artinya kebudayaan berubah sesuai dengan kekuatan- kekuatan eksternal yang mempengaruhi masyarakat tersebut.

d) Kebudayaan dimiliki bersama (shared) oleh anggota - anggota masyarakata tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan masyarakat itu. Orang-orang yang sama-sama memiliki suatu kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang yang tidak memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat, berikut beberapa pendapat lain tentang karakteristik budaya, adalah sebagai berikut:

a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi, budaya diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman. b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok

organisasi atau pembagian budaya masyarakat, budaya tidak spesifik pada perorangan dan individu.

c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.

d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasotas manusia untuk memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk menggambarkan yang lain.

e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi, perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada bagian lain.

(30)

misalnya, industri minuman ringan. Di banyak negara di luar Amerika Serikat, toko – toko memiliki ukuran rak yang sangat terbatas, dan lemari es dengan kapasitas jauh lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat. Akibatnya minuman, ringan di jual dalam ukuran yang lebih kecil seperti stengah liter dan satu liter, berbeda dengan yang dijual di amerika yang biasa menjual kemasan 2 liter.

 Bahasa ( Language )

bahasa merupakan tantangan yang dihadapi oleh pemasaran internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang paling penting dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa merupakan sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi di dalam lingkukang. Dua aspek bahasa menjadi dasara bagi pemasaran internasional adalah (1) penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi dalam budaya dan (2) keragaman besar bahasa di seluruh dunia.

 Interaksi sosial

Sebuah aspek penting dari budaya adalah interaksi sosial antara orang-orang. Interaksi sosial mengacu pada cara di mana anggota masyarakat berhubungan satu sama lain. Mungkin ungkapan yang paling penting dari interaksi sosial adalah konsep kekerabatan. Konsep ini bervariasi secara dramatis di seluruh masyarakat. Sebagai contoh Dalam budaya Cina, guanxi merupakan bentuk penting dari interaksi sosial dalam konteks bisnis. Guanxi, yang kira-kira berarti koneksi, sangat penting dalam berbagai situasi seperti untuk melakukan kesepakatan negosiasi, distribusi, mendapatkan izin usaha serta mendirikan usaha patungan. Oleh karena itu sangat penting untuk membangun Guanxi di Cina melalui program pendidikan eksekutif, di mana eksekutif senior dari berbagai industri dan kota dapat bertemu dan berinteraksi.

 Estetika

Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya sangat menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik. Di wilayah Asia-Pasifik, ekspresi estetika didorong oleh tiga prinsip: (1) kompleksitas dan dekorasi (berbagai bentuk, bentuk, dan warna), (2) harmoni dan pandangan mengenai alam (misalnya, pegunungan, bunga, pohon-pohon). Estetika memainkan peran utama dalam merancang visual dari produk, termasuk komponen seperti kemasan dan logo. Serangkaian studi tentang desain logo merek di Singapura dan China menyarankan bahwa perusahaan harus memilih desain logo yang rumit (kompleks, mendalam, aktif), harmonis (simetri, keseimbangan), dan natural. Disisi lain Warna juga memiliki arti yang berbeda dan banding estetika.

 Agama

(31)

perusahaan harus dapat menyadarinya. Dalam masyarakat Islam, perusahaan dapat memperluas daya tarik merek mereka dan mengembangkan bisnis mereka dengan terlibat dengan konsumen Muslim dengan memastikan bahwa produk-produk yang dijual adalah halal dan menempelkan logo halal pada setiap produk yang akan di pasarkan.

 Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek pendidikan yang penting bagi pemasar internasional adalah tingkat pendidikan dan kualitas pendidikan tersebut. Sangat penting bagi perusahaan untuk memperhatikan kualitas dari pendidikan. Pendidikan merupakan suatu jembatan untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Contohnya 51 perusahaan teknologi yang beroperasi di India menghadapi masalah, dimana Perguruan tinggi di India menghasilkan banyak lulusan teknik, tetapi 85 persen dari mereka menurut sebuah perkiraan tidak siap untuk bekerja setelah lulus.

 Sistem Nilai

Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk masyarakat norma dan standar. Norma-norma mempengaruhi sikap masyarakat terhadap obyek dan kode perilaku. Dari sudut pandang pemasaran internasional, sistem nilai masyarakat memiliki kedudukan yang sangat penting. Sikap lokal terhadap budaya asing akan mendorong posisi produk dan keputusan dalam melakukan desain produk. Di banyak negara, barang yang memiliki karekter Amerika sangat dihargai. Perusahaan-perusahaan AS mampu memanfaatkan sentimen tersebut dengan menggunakan karakter Americana sebagai instrumen penjualan. McIlhenny menjual Tabasco dengan label produk yang sama di seluruh dunia menekankan karakter Amerika dalam setiap produk yang dijualnya.

2.7 Pengaruh Budaya Dalam Menentukan Strategi Marketing Mix di Pemasaran Internasional.

Untuk dapat memahami seluk-beluk pasar luar negeri, penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam perbedaan budaya. Dari perspektif pemasaran global, lingkungan budaya penting karena dua alasan utama. Pertama dan terpenting, kekuatan budaya merupakan faktor utama dalam membentuk pemasaran global. Kedua, analisis budaya seringkali mempertemukan titik-titik peluang pasar. Perusahaan yang mengenali norma-norma budaya di bandingkan pesaing mereka akan lebih di untungkan dan sering memperoleh keunggulan kompetitif.

(32)

price, place dan promotion. Dalam pemasaran internasional aspek budaya sangat mempengaruhi strategi para pemasar untuk merumuskan strategi marketing mix tersebut, agar kegiatan pemasaran produk yang dilakukan dapat sukses dan berhasil di lingkungan internasional yang sangat dinamis. Oleh karena itu perlu disusun program marketing mix yang baik di dasarkan pada kriteria berikut ini:

Product

Dalam Pemasaran internasional, pelaku usaha harus dapat menciptakan produk yang sesuai dengan target pasar mereka. Dan budaya merupakan suatu instrumen yang sangat penting untuk digunakan dalam menciptakan produk dalam perspektif global. Karena setiap daerah pemasaran membutuhkan produk yang berbeda serta pendekatan yang berbeda dalam penciptaan produk tersebut. Produk tertentu, khususnya, makanan, minuman, dan pakaian memiliki hubungan dan ikatan budaya yang sangat kental dibandingkan dengan produk lainnya seperti mobil dan sepeda motor. Produk atau jasa juga dapat dilarang atau dibatasi karena alasan budaya. Pada bulan Maret 2004, pemerintah Arab Saudi melarang impor dan penjualan ponsel yang menggunakan kamera setelah adanya laporan tindakan pelanggaran (memotret perempuan) oleh pemilik ponsel tersebut. Di China Pepsi menciptakan produk dengan kemasan berwarna merah untuk menarik perhatian pembeli dengan alasan warna merah merupakan warna keberuntungan bagi masyarakat China.

Price

Kesediaan pelanggan untuk membayar produk yang dipasarkan akan bervariasi pada daerah yang memiliki budaya yang berbeda. Produk yang dianggap memiliki nilai yang baik dalam satu budaya, mungkin memiliki nilai lebih dan dihargai lebih mahal dibandingkan dalam budaya lain. Di China penetapan harga barang sering menggunakan angka 8. Misalnya 20 dollar sering dibuat dengan angka 19.8 dollar dari pada menggunakan angka 19.9 dollar yang biasa dilakukan pada pasar secara luas di dunia. Hal ini karena Dalam budaya Cina, angka 8 dikaitkan dengan kemakmuran dan keberuntungan. Simbolisme ini berasal dari fakta bahwa pengucapan 8 memiliki kesamaan dalam pengucapan kata kaya.

Place (Distribusi)

(33)

Hal ini lebih menarik konsumen Taiwan dan China untuk melakukan pembelian. Contoh lain adalah pendekatan distribusi yang di lakukan oleh Mc Donald. Di beberapa negara McDonald sekarang menawarkan layanan antar untuk setiap produk yang di beli oleh konsumennya. Model ini berjalan efektif untuk daerah perkotaan yang telah maju dengan tingkat kesibukan penduduknya yang tinggi serta ketersediaan tenaga pengantar yang masih relatif murah. Di Mesir, sistem layanan antar menyumbangkan 27 persen dari pendapatan Mc Donald.

Promotion

Dari empat unsur bauran pemasaran, promosi adalah salah satu yang paling menonjol. Budaya biasanya akan memiliki pengaruh besar pada strategi komunikasi perusahaan. Peristiwa penting dari kalender budaya suatu negara (misalnya, Tahun Baru Cina, Ramadhan) sering menciptakan peluang pemasaran utama dengan komunikasi pemasaran yang berbeda. Promosi menjadi sangat penting dalam strategi pemasaran internasional karena Cara di mana pelanggan memproses komunikasi pemasaran seringkali bergantung pada nilai-nilai budaya mereka. Oleh karena itu pelaku pemasaran internasional harus berhati-hati melakukan komunikasi pemasaran melalui strategi promosi iklan dan advertising lainnya, hal ini karena gaya iklan yang efektif dalam budaya tertentu dapat menjadi kontraproduktif dalam budaya lain. Dalam konteks budaya tinggi (misalnya, Spanyol, Italia, Jepang), gaya komunikasi cenderung lebih langsung dan halus. Dalam konteks budaya rendah (misalnya, Jerman, dan negara skandinavia) iklan menggunakan data faktual, dan menyertakan alasan agar kegiatan promosi lebih efektif.

Oleh karena itu para pelaku pemasaran internasional harus faham mengenai strategi pemasaran khususnyamarketing mix dalam memformulasikan strategi pemasan yang paling cocok dengan target market pasar internasional yang sangat dinamis, sehingga adanya kesesuaian antara strategi pemasaran dan budaya setempat akan berdampak pada kelanggengan bisnis dan keberhasilan memasarkan produk yang dilakukan oleh para pemasar internasional.

2.8Pengaruh Etika Terhadap Bisnis Internasional

(34)

dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya.

Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie.

Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%. Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah. Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.

Referensi

Dokumen terkait

BAB II BAB II PEMBAHASAN

1 Pembangunan jalan 1 Peningkatan Jl Ampel - Nambo 2 Rehab Jl Kaligandu - Terondol 3 Rehab Jl Heo Tarnaya 4 Rehab Jl Kasemen - Margasana 5 Rehab Jl Penancangan - Warung Jaud 6 Rehab

Perlu dibuat standar prosedur operasional (SPO) kelengkapan pengisian resume medis 24 jam setelah selesai pelayanan, perlu melakukan koordinasi antara bagian keuangan

memperkenalkan pelabelan tidak teratur lainnya yang didasarkan pada pelabelan total, yaitu pelabelan total tidak teratur sisi dan pelabelan total tidak teratur

bertujuan untuk mencari perbaikan Dwell Time pada proses bongkar petikemas

Komite penyakit infeksi AAP menyatakan bahwa terapi asiklovir per oral yang diberikan dalam 24 jam penyakit pada anak sehat dengan varisela akan mengurangi lama demam satu hari

Pankreatitis  : Sebagai komplikasi dari kolelitiasis yang terdorong mencapai ampula vateri. Hal ini menyebabkan obstruksi pada penghubung saluran empedu dengan

keberhasilan target dari pembentukan unit pengaduan yang dimana masyarakat telah mengetahui dan memahami bentuk pelayanan yang harusnya mereka terima serta