EKONOMI PUBLIK
PEMILU SERENTAK UNTUK PEMERINTAHAN INDONESIA YANG
LEBIH BAIK
Dosen :
Yogi Pasca Pratama, S.E, M.E
Nama :
Dwi Rizka Maulidiyah
F1117027
S1 EKONOMI PEMBANGUNAN (TRANSFER)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2
Indonesia akan memasuki tahun politik pada 2019. Dinamakan tahun politik karena pada tahun ini akan dilaksanakan Pemilihan Umum Serentak, yakni pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR RI, DPD dan Presiden dan Wakil Presiden yang akan dilaksanakan serentak pada 17 April 2019. Seluruh rakyat Indonesia akan bersama-sama menentukan wajah baru pemerintahan Indonesia melalui para calon pemimpin Negara dengan segudang janji yang mereka bawa.
Pemilihan umum merupakan salah satu bagian dari proses sekaligus hasil dari sistem demokrasi yang dianut Bangsa Indonesia. Pemilu di Indonesia dilaksanakan di hampir semua level dalam struktur kekuasaan baik di tingkat eksekutif maupun legislatif. Pemilu serentak adalah pelaksanaan pemilu legislatif serta pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan secara bersamaan. Penyelenggaraan pemilu serentak yang dilaksanakan tahun 2019 adalah atas dasar dikabulkannya uji materi UU No.42 Tahun 2008 oleh Mahkamah Konstitusi.
Pemilu yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil adalah pemilu yang kompetitif, yaitu mewajibkan semua pejabat pemerintah yang terpilih bertanggung jawab dan tunduk pada pengawasan rakyat. Karena pemilu adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Berbicara pemilu maka tidak terlepas dari partai politik. Partai politik merupakan satu-satunya lembaga yang diakui oleh undang-undang dan memiliki peran khusus yang tidak dapat digantikan oleh lembaga lain, karena partai politik dapat mencalonkan anggotanya menjadi anggota legislatif dan eksekutif. Sebagai salah satu sarana untuk berpartisipasi, partai politik mempunyai fungsi sebagai sarana komunikasi politik yang menjadi jembatan antara pihak yang memerintah dan yang diperintah. Namun sering kali apa yang diharapkan dari fungsi partai politik tersebut kurang dapat terlaksana, sehingga menimbulkan keraguan dan kecemasan dalam masyarakat.
3
mengurangi money politics, korupsi dan akan mendorong kualitas Parpol yang lebih demokratis serta meminimalkan konflik antar partai atau pendukung partai. Namun, sebenarnya kualitas demokrasi tergantung kepada keadilan, bukan biaya atau waktu yang dihabiskan.
Partai politik diharuskan untuk mengarahkan kadernya sesuai dengan daerah asalnya masing-masing. Karena kader yang sesuai dengan daerah asalnya lebih mengerti situasi, kondisi dan permasalahan yang di hadapi oleh daerahnya. Tak hanya itu, partai politik juga diharapkan tidak menjadikan kemenangan kadernya menjadi suatu keharusan, ingatlah selalu bahwa tujuan utama demokrasi bukan untuk adu kekuasaan. Untuk masyarakat, diharapkan memilih calon wakil rakyat yang telah terbukti dalam kinerja, memiliki track record yang bagus, bukan berdasarkan latar belakang partai politik, keluarga, apalagi hanya melihatnya secara fisik.
Disinilah pendidikan akan pentingnya pemilu kepada masyarakat harus dilakukan oleh segenap elemen bangsa yang berkompeten di bidangnya. Dengan munculnya kesadaran berpolitik yang bersih, politik uang yang marak dilakukan dalam pelaksanaan kampanye juga bisa dihilangkan. Masyarakat menjadi paham bahwa jika mereka salah dalam memilih pemimpin, selama lima tahun pula mereka akan hidup dalam kesusahan dan kesengsaraan, karena tidak ada janji dan harapan yang menjadi kenyataan.
4
DAFTAR PUSTAKA
Artis, A. (2012). EKSISTENSI PARTAI POLITIK DAN PEMILU LANGSUNG DALAM KONTEKS DEMOKRASI DI INDONESIA. Sosial Budaya, 9(1), 59-80. Bachtiar, F. R. (2014). PEMILU INDONESIA: KIBLAT NEGARA DEMOKRASI DARI BERBAGAI REFRESENTASI. JPP (Jurnal Politik Profetik), 2(1).
MH, T. S. (2017). PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, 3(1).
Pardede, M. (2014). IMPLIKASI SISTEM PEMILIHAN UMUM INDONESIA. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 3(1), 85-99.
Prasetyoningsih, N. (2014). Dampak Pemilihan Umum Serentak bagi Pembangunan Demokrasi Indonesia. Jurnal Media Hukum, 21(2), 23.
SH, S. (2014, October). Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Sistem Presidensil. In Seminar Nasional" Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kesehatan dan Pasien dalam Perspektif UU No. 36 Tahun 2014". Universitas Islam Batik Surakarta.
Sodikin, S. (2014). PEMILU SERENTAK (PEMILU LEGISLATIF DENGAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN) DAN PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIAL. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 3(1), 19-31.
