Pembuatan Nanopartikel Kitosan-Fe
3O
4secara Kopresipitasi
Ex-Situ
menggunakan Tripolyphosphate/Sulfat sebagai
Crosslinker
dan Karakterisasinya Menggunakan XRD
Ika Oktavia Wulandari1), Akhmad Sabarudin2)*, D.J Djoko Herry Santjojo3)
1) Program Studi Magister Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya 2) Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya 3) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
Diterima 01 April 2016, Direvisi 28 April 2016
ABSTRAK
Dalam penelitian ini telah disintesis nanopartikel magnetik Fe3O4 melalui metode kopresipitasi ex-situ serta dilakukan modifikasi permukaan Fe3O4 dengan kitosan yang terikat silang dengan agen
crosslinker tripolyphosphate (TPP) dan sulfat. Material Fe3O4 terbentuk melalui pencampuran garam FeCl2.4H2O dan FeCl3.6H2O dengan rasio 1:2 dalam suasana basa. Proses modifikasi permukaan berbasis kitosan dilakukan dengan mencampurkan larutan kitosan dengan Fe3O4 yang telah dimurnikan dan membentuk larutan ferrogel. Selanjutnya larutan crosslinker TPP dan sulfat ditambahkan ke dalam larutan ferrogel untuk mendukung terjadinya ikatan silang antara kitosan dengan agen crosslinker tersebut. Selama proses sintesis, rasio komposisi dan waktu crosslinking berpengaruh terhadap ukuran kristal kitosan-Fe3O4 yang dihasilkan. Ukuran kristal ditentukan melalui pengolahan hasil karakterisasi masing-masing varian sampel dengan instrumen x-ray diffraction (XRD) menggunakan metode Debye Scherrer
termodifikasi. Rasio komposisi kitosan:Fe3O4 serta rasio crosslinker TPP:sulfat yang paling tinggi memberikan ukuran kristal kitosan-Fe3O4 yang lebih kecil. Sedangkan waktu crosslinking yang paling lama menyebabkan ukuran kristal kitosan-Fe3O4 yang dihasilkan menjadi lebih besar.
Kata kunci: Nanopartikel, Kitosan-Fe3O4, Kopresipitasi, Ex-situ.
ABSTRACT
Magnetic nanoparticles of Fe3O4 was synthesized in this research by using ex-situ copresipitation method followed by surface modification with crosslinked chitosan along with trypolyphospate (TPP) and sulfate crosslinking agents. The Fe3O4 materials were formed from FeCl2.H2O and FeCl3.6H2O with 1:2 ratio under alkaline condition. Surface modification processes were conducted by mixing chitosan solution with purified Fe3O4 yielding a ferrogel solution as a product. Here, the crosslinker agents, TPP and sulfate, were added to the mixture to make a crosslinking compounds. In these processes, the chitosan-Fe3O4 crystallite size were affected by composition ratio and crosslinking time which will be proven by using x-ray diffraction (XRD) and modified Debye-Scherrer methods. The results showed that, on highest ratios between chitosan and Fe3O4 as well as TPP/sulfate crosslinker, gave the smallest size of crystallite of chitosan-Fe3O4. Furthermore, the more time of crosslinking process caused crystallite size of chitosan-Fe3O4 became much smaller.
Keywords: Nanoparticle, Chitosan-Fe3O4, Coprecipitation, Ex-situ.
PENDAHULUAN
Nanopartikel berpotensi untuk digunakan
dalam berbagai aplikasi termasuk dalam bidang biomedis karena memiliki karakteristik yang unik dibandingkan material ruahnya (bulk material) [1]. Nanopartikel dapat dibuat dari bahan organik maupun bahan anorganik serta dapat disintesis dengan berbagai metode salah satunya dengan metode kopresipitasi. Metode
--- *Corresponding author:
kopresipitasi banyak digunakan karena membutuhkan proses yang lebih mudah, biaya yang lebih murah, serta dapat memberikan yield yang lebih tinggi [2-4].
Nanopartikel magnetik merupakan salah satu jenis nanopartikel berbasis bahan anorganik yang banyak dikembangkan dalam berbagai penelitian dan aplikasi biomedis karena memiliki karakter magnet yang khas. Modifikasi pada nanopartikel magnetik dibutuhkan untuk mempertahankan karakter magnet serta meminimalisir terjadinya aglomerasi pada material. Salah satu bentuk modifikasi permukaan nanopartikel adalah dengan pelapisan (coating) berbasis bahan organik seperti polimer [1].
Polimer alam dapat digunakan sebagai coating nanopartikel magnetik untuk aplikasi biomedis karena sifatnya yang inert dan tidak beracun. Kitosan merupakan salah satu polimer alam yang dihasilkan dari proses deasetilasi kitin dan bersifat biokompatibel dan mudah terdegradasi secara alami dalam tubuh. Pembentukan nanopartikel kitosan dapat terjadi dengan penambahan suatu agen crosslinker [5-8].
Crosslinker tripolyphosphate (TPP) bersifat tidak beracun dan mudah mengalami interaksi dengan kitosan untuk membentuk suatu jaringan ikatan silang melalui gelasi ionik [9-10]. Selain TPP, terdapat agen crosslinker anionik lain yaitu sulfat yang juga dapat berinteraksi dengan kitosan membentuk jaringan ikat silang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shu dan Zhu pada tahun 2002, diketahui bahwa kombinasi antara TPP dengan sulfat sebagai crosslinker dapat memberikan bentuk (spherical) material yang baik serta mereduksi ukuran partikel material [11].
Atas dasar hal tersebut di atas, dalam penelitian ini akan dilakukan pembuatan material nanopartikel kitosan-Fe3O4 sebagai
kandidat agen drug delivery dengan menggunakan kombinasi dua agen crosslinker TPP dan sulfat. Dalam penelitian ini akan diuji pengaruh rasio komposisi terhadap karakteristik material yang meliputi rasio kitosan: Fe3O4, dan rasio crosslinker TPP: sulfat dalam pembentukan nanopartikel kitosan-Fe3O4.
Material yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dengan x-ray diffraction (XRD) untuk mengetahui yang meliputi ukuran kristal
kitosan-Fe3O4 yang dihasilkan. Selain itu
pengolahan data XRD dengan software Materials Analysis using Diffraction (MAUD) berbasis Rietvield juga dapat digunakan untuk menentukan persentase komposisi Fe3O4 dalam
masing-masing varian sampel.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kitosan berat molekul rendah (low molecular weight chitosan), asam asetat, besi (II) klorida tetrahidrat, besi (III) klorida heksahidrat, ammonia 25%, natrium tripolyphospate (TPP), natrium sulfat, dan akuades (teknis). Semua bahan memiliki grade pro analis (p.a) kecuali disebutkan lain. Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah XRD Merk Philips Tipe Xpert MPD.
Preparasi Material Nanopartikel Fe3O4.
Larutan Fe3O4 disiapkan dengan
mencampurkan garam besi (II) klorida tetrahidrat (FeCl2.4H2O) dan besi (III) klorida
heksahidrat (FeCl3.6H2O) dengan rasio mol 1:2
ke dalam 50 mL akuades. Larutan Fe diaduk dengan magnetic stirer hingga homogen selama 10 menit. Larutan ammonia water (NH3.H2O)
kemudian ditambahkan ke dalam lautan Fe melalui pompa syringe dengan kecepatan 20 mL/jam. Campuran larutan diaduk dengan magnetic stirer dan dikondisikan pada pH 10 sehingga akan terbentuk endapan Fe3O4 yang
berwarna hitam. Endapan hitam kemudian dicuci dengan akuades hingga pH 7 dan disuspensikan ke dalam 125 mL akuades. Sebelum dikarakterisasi dengan XRD, material tersebut dikeringkan terlebih dahulu dengan freeze dryer.
Penentuan Pengaruh Rasio Volume
Kitosan:Fe3O4 terhadap Ukuran Kristal Fe3O4.
Larutan Fe3O4 disiapkan sesuai dengan
prosedur sebelumnya. Larutan kitosan dibuat dengan melarutkan 0,5 gram kitosan ke dalam 100 mL asam asetat 1% v/v untuk mendapatkan larutan kitosan 0,5% w/v. Larutan Fe3O4 yang
telah disuspensikan ke dalam 125 mL akuades kemudian diambil sebanyak 10 mL (10 mL Fe3O4 dalam akuades korespondensi dengan ±
0,15 gram Fe3O4) dan dicampurkan ke dalam y
membentuk larutan ferrogel, sehingga variasi rasio volume kitosan:Fe3O4 pada sampel yaitu
1:1, 2:1, dan 3:1.
Campuran larutan kemudian diaduk dengan magnetic stirer selama 30 menit. Larutan ferrogel diikatsilangkan dengan penambahan 10 mL crosslinker TPP:sulfat dengan rasio 1:1 melalui pompa syringe dengan kecepatan 10 mL/jam. Selanjutnya campuran larutan diaduk kembali selama 1 jam hingga homogen. Koloid kitosan-Fe3O4 yang terbentuk kemudian dicuci
dengan akuades hingga pH 7, disuspensikan dalam 50 mL akuades dan disimpan pada temperatur 4 °C. Sebelum dilakukan karakterisasi dengan XRD, material tersebut dikeringkan terlebih dahulu dengan freeze dryer.
Penentuan Pengaruh Rasio TPP:Sulfat sebagai Crosslinker terhadap Ukuran Kristal Fe3O4. Penentuan pengaruh rasio crosslinker
dilakukan dengan memvariasi volume larutan crosslinker. Pembutan larutan Fe3O4, kitosan,
dan ferrogel dilakukan sama seperti prosedur sebelumnya. Larutan ferrogel diikatsilangkan dengan penambahan 10 mL crosslinker dengan variasi rasio volume TPP:sulfat yaitu 2:1 dan 3:1. Kitosan-Fe3O4 yang terbentuk kemudian
dicuci hingga pH 7, disuspensikan dalam 50 mL akuades dan disimpan pada temperatur 4 °C. Sebelum dilakukan karakterisasi dengan XRD, material tersebut dikeringkan terlebih dahulu dengan freeze dryer.
Penentuan Pengaruh Waktu Crosslinking
terhadap Ukuran Kristal Fe3O4. Penentuan
pengaruh waktu crosslinking dilakukan dengan memvariasi lama pengadukan menggunakan magnetic stirer setelah penambahan larutan crosslinker TPP dan sulfat. Variasi waktu crosslinking (crosslinking time) adalah 2 jam dan 3 jam. Kitosan-Fe3O4 yang terbentuk
kemudian dicuci hingga pH 7, disuspensikan dalam 50 mL akuades, dan disimpan pada temperatur 4°C. Sebelum dikarakterisasi material dikeringkan terlebih dahulu dengan freeze dryer.
Karakterisasi Nanopartikel Kitosan-Fe3O4 dengan X-Ray Diffraction (XRD).
Karakterisasi pada material dilakukan dengan menggunakan difraktometer sinar-X untuk mengetahui pengaruh rasio komposisi bahan
dan waktu crosslinking terhadap ukuran kristal kitosan-Fe3O4. Pola XRD sampel diperoleh
berdasarkan pengukuran dengan X-ray diffraction (XRD) menggunakan radiasi Cu Kα (30 mA, 40 KV) pada rentang 2θ 15° – 65°. Pola difraktogram sinar-X hasil karakterisasi masing-masing varian sampel kemudian dibandingkan dengan data Inorganic Crystal Structure Database (ICSD) #26410 untuk mengetahui eksistensi Fe3O4 dari varian sampel
nanopartikel kitosan-Fe3O4 tersebut. Ukuran
kristal kitosan-Fe3O4 ditentukan dengan metode
Debye scherer termodifikasi seperti ditunjukkan pada Gambar 1 [12]. Persamaan yang digunakan dalam penentuan ukuran kristal Fe3O4 adalah sebagai berikut:
L : Ukuran rata-rata kristalit (nm) λ : Panjang gelombang sinar-X (nm) β : FWHM
K : Konstanta bentuk kristalit
Data karakterisasi XRD juga dapat digunakan dalam perhitungan kuantitatif penentuan persentase Fe3O4. Persen komposisi
Fe3O4 paa varian sampel diperoleh dengan
mengolah data XRD menggunakan software MAUD yang berbasis metode Rietveld.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Preparasi Nanopartikel Fe3O4. Pada
penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel kitosan-Fe3O4 dengan crosslinker TPP dan
sulfat sebagai kandidat agen drug delivery melalui metode sintesis koprespitasi ex-situ. Dalam metode kopresipitasi ex-situ, Fe3O4
disintesis dan dimurnikan terlebih dahulu, diikuti dengan proses pelapisan (coating) berbasis polimer kitosan. Penambahan agen crosslinker kemudian dilakukan setelah terbentuk larutan ferrogel. Nanopartikel Fe3O4
terbentuk dalam suasana alkali dengan penambahan agen presipitasi ammonia water (NH3.H2O) ke dalam larutan Fe hingga
mencapai pH 10. Dalam penelitian ini digunakan larutan alkali NH3.H2O dengan
Gambar 1. Difraktogram sampel Fe3O4 tanpa coating kitosan.
Larutan garam Fe perlu dikondisikan hingga pH 10 dengan penambahan larutan basa untuk mendapatkan partikel Fe3O4 yang lebih
murni. Hal ini dikarenakan tahapan pembentukan Fe3O4 diawali dengan presipitasi
garam Fe3+ pada kisaran pH 3-4 selanjutya
diikuti dengan presipitasi garam Fe2+ pada pH
yang lebih tinggi yaitu pada pH 8-9 dan koprepitasi sempurna dari kedua garam tersebut menghasilkan Fe3O4 terjadi pada pH > 9,2 [13].
Selama proses penambahan ammonia water terjadi perubahan warna pada larutan. Pada awalnya larutan berwarna kuning, namun setelah ditambah dengan ammonia water warna larutan menjadi lebih gelap (kuning kecoklatan) setelah itu berubah menjadi coklat tua dan akhirnya menjadi hitam. Perubahan warna yang menjadi hitam menunjukkan bahwa nanopartikel Fe3O4 telah terbentuk.
Berdasarkan hasil karakterisasi dengan XRD diketahui bahwa dalam penelitian ini Fe3O4 berhasil diperoleh melalui metode
sintesis kopresipitasi ex-situ. Difraktogram XRD untuk sampel Fe3O4 tanpa coating kitosan
disajikan pada gambar 1. Pola difraktogram tersebut menunjukkan terdapat puncak-puncak difraksi pada bidang hkl masing-masing (220), (311), (400), (442), (511) dan (440) yang merepresentasikan bahwa Fe3O4 telah
diperoleh. Selanjutnya dilakukan penentuan ukuran kristal Fe3O4 melalui persamaan Debye
scherrer yang dimodifikasi. Ukuran kristal diperoleh dari eksponen intersep kurva hubungan antara ln 1/cos θ terhadap ln β. Hasilnya diketahui bahwa ukuran kristal Fe3O4
rata-rata sebesar 11,66 nm.
Puncak difraktogram XRD untuk Fe3O4
berada pada posisi 2θ yang hampir mirip dengan puncak difraktogram dari γ-Fe2O3. Oleh
sebab itu untuk memastikan bahwa sampel tersebut adalah Fe3O4, maka dilakukan
perhitungan persen komposisi Fe3O4 dalam
masing-masing varian sampel dengan software MAUD. Berdasarkan hasil analisis dengan software MAUD diketahui bahwa persen komposisi Fe3O4 dalam sampel bare Fe3O4
(tanpa coating kitosan) sebesar 87,98%. Nanopartikel Fe3O4 mudah mengalami oksidasi
dan membentuk γ-Fe2O3 pada temperatur ruang
[14-15]. Proses oksidasi dapat terjadi karena adanya oksigen baik yang berasal dari udara maupun yang terlarut dalam air. Sebelum dilapisi dengan kitosan, Fe3O4 disimpan dalam
bentuk koloid Fe3O4 dalam akuades. Selama
proses penyimpanan ini dimungkinkan dapat terjadi oksidasi Fe3O4 menjadi γ-Fe2O3 akibat
eksistensi oksigen yang terlarut di dalam air. Ukuran nanopartikel dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam proses pembuatannya. Faktor yang berpengaruh terhadap ukuran nanopartikel diantaranya adalah komposisi material, eksistensi oksigen, temperatur, serta laju reaksi. [16].
Penentuan Pengaruh Rasio Volume Kitosan dan Fe3O4 terhadap Ukuran Kristal Kitosan-Fe3O4. Karakterisasi dengan XRD
terhadap sampel kitosan:Fe3O4 pada berbagai
variasi rasio kitosan:Fe3O4 menunjukkan bahwa
posisi 2θ 35,7o merupakan puncak difraksi
dengan intensitas yang paling tinggi. Tingginya intensitas merepresentasikan kelimpahan
energi pada posisi 2θ ketika ditembak dengan radiasi sinar-X. Difraktogram sampel dengan variasi kitosan:Fe3O4 disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Difraktogram sampel dengan rasio kitosan:Fe3O4 berbeda dan Fe3O4 tanpa coating kitosan yang dibandingkan
dengan standar ICSD Fe3O4dan γ-Fe2O3.
Ukuran kristal kitosan-Fe3O4 pada setiap
variasi sampel dengan variasi komposisi kitosan:Fe3O4 yang ditentukan melalui metode
Debye scherrer termodifikasi menunjukkan bahwa ukuran kristal kitosan-Fe3O4 semakin
kecil dengan semakin meningkatnya rasio kitosan:Fe3O4. Hal ini terjadi karena Fe3O4
terdistribusi dalam larutan kitosan. Akibatnya Fe3O4 yang mulanya membentuk cluster dapat
terurai kembali membentuk kristal dengan ukuran yang lebih kecil. Bagian kecil kristal Fe3O4 ini kemudian berinteraksi dengan molekul
kitosan secara elektrostatik membentuk kristal kitosan-Fe3O4 dengan ukuran kristal yang lebih
kecil. Pengaruh rasio komposisi terhadap ukuran kristal kitosan-Fe3O4 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran kristal dan persen Fe3O4 dalam sampel
dengan variasi rasio komposisi (volume) kitosan:Fe3O4.
Rasio Kitosan:Fe3O4
Ukuran Kristal Kitosan-Fe3O4
(nm)
Kandungan (%)
Fe3O4 γ-Fe2O3
1:1 6,20 93,29 6,71
2:1 4,27 92,73 7,27
3:1 3,78 89,35 10,65
Persen komposisi Fe3O4 dalam sampel
disajikan pada tabel 1. Berdasarkan hasil analisis dengan software MAUD pada varian sampel
diketahui bahwa persen komposisi magnetit (Fe3O4) menurun dengan semakin meningkatnya
rasio kitosan:Fe3O4. Namun persen komposisi
Fe3O4 dengan coating kitosan ini lebih tinggi
dibandingkan sampel Fe3O4 tanpa coating kitosan.
Hal ini menunjukkan bahwa lapisan kitosan dapat meminimalisir oksidasi Fe3O4 membentuk γ
-Fe2O3.
Penentuan Pengaruh Rasio TPP:Sulfat sebagai terhadap Ukuran Kristal Kitosan-Fe3O4. Hasil perhitungan ukuran kristal
kitosan-Fe3O4 pada masing-masing varian sampel dengan
rasio crosslinker berbeda menunjukkan bahwa reduksi ukuran kristal terjadi dengan semakin meningkatnya komposisi crosslinker TPP. Data karakterisasi dengan XRD pada sampel dengan variasi waktu crosslinking dan hasil perhitungan ukuran kristal serta penentuan persen komposisi Fe3O4 dengan software MAUD masing-masing
disajikan pada Gambar 3 dan Tabel 2.
Pada prinsipnya crosslinker TPP mampu berinteraksi secara inter dan intramolekular dengan kitosan membentuk suatu jaringan ikat silang. Peningkatan rasio TPP:sulfat dapat menyebabkan terjadinya reduksi ukuran dari material yang dihasilkan [7]. Analisis dengan software MAUD memberikan hasil bahwa persen komposisi Fe3O4
Gambar 3. Difraktogram sampel dengan variasi TPP:sulfat
Gambar 4. Difraktogram sampel dengan variasi waktu crosslinking
Tabel 2. Ukuran kristal dan persen Fe3O4 dalam sampel
dengan variasi rasio volume crosslinker TPP:sulfat.
Rasio Kitosan:Fe3O4
Ukuran Kristal Kitosan-Fe3O4
(nm)
Kandungan (%)
Fe3O4 γ-Fe2O3
1:1 7,79 89,88 10,12
3:1 6,20 93,29 6,71
5:1 5,34 96,30 3,70
Penentuan Pengaruh Waktu
Crosslinking terhadap Ukuran Kristal Kitosan-Fe3O4. Pada pembuatan
kitosan-Fe3O4, faktor lain yang mempengaruhi ukuran
kristal adalah waktu crosslinking. Data karakterisasi XRD pada sampel dengan variasi waktu crosslinking disajikan pada Gambar 4. Ukuran kristal dan persen komposisi Fe3O4
pada masing-masing varian sampel dengan waktu crosslinking berbeda disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Ukuran kristal dan persen Fe3O4 dalam sampel
dengan variasi waktu crosslinking
Waktu
Crosslinking
(jam)
Ukuran Kristal Kitosan-Fe3O4
(nm)
Kandungan (%)
Fe3O4 γ-Fe2O3
1 29,58 93,29 6,71
2 47,05 94,52 5,48
3 57,06 97,12 2,88
yang lebih besar. Profil difraktogram pada sampel dengan variasi waktu crosslinking 2 dan 3 jam terlihat berbeda dari profil difraktogram pada varian sampel lainnya. Terdapat puncak difraksi pada posisi 2θ 21,56° yang diidentifikasi sebagai puncak karakteristik dari kitosan dengan struktur kristal ortorombik. Analisis dengan software MAUD memberikan hasil bahwa persen komposisi Fe3O4 yang
tertinggi diperoleh dari sampel dengan waktu crosslinking 2 jam.
KESIMPULAN
Material nanopartikel kitosan-Fe3O4 telah
berhasil disintesis dengan metode kopresipitasi ex-situ. Rasio komposisi dan waktu crosslinking mempengaruhi ukuran kristal kitosan-Fe3O4 yang dihasilkan. Reduksi ukuran
kristal terjadi dengan semakin tingginya rasio kitosan:Fe3O4 serta rasio crosslinker
TPP:sulfat. Namun ukuran kristal meningkat dengan semakin lamanya waktu crosslinking. Dalam proses sintesis Fe3O4, diperoleh produk
teroksidasi berupa γ-Fe2O3 yang juga bersifat
biokompatibel dengan sistem in-vivo.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Addendum Surat Perjanjian Penugasan dalam Rangka Pelaksanaan Program Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat nomor: 007/Add/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/V/2015
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melanjutkan pendidikan S2 Kimia di Universitas Brawijaya melalui program Fast Track.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wu, W., He, Q., and Jiang, C., (2008), Magnetic Iron Oxide Nanoparticles: Synthesis and SurfaceFunctionalization
Strategies, Nanoscale Research Letters, 3: 397–415.
[2] Hariani, P.L., Faizal, M., Ridwan, Marsi, Setiabudidaya, D., (2013), Synthesis and Properties of Fe3O4 Nanoparticles by
Co-precipitation Method to Removal Procion Dye, International Journal of Environmental Science and Development,
4(3), 336-340.
[3] Mahdavi, M., Ahmad, M., Haron, M.J., Namvar, F., Nadi, B., Ab Rahman, M.Z., and Amin, J., (2013), Synthesis, Surface Modification and Characterisation of Biocompatible Magnetic Iron Oxide Nanoparticles for Biomedical Applications, Molecules, 18: 7533-7548. [4] Al-Remawi, M.M.A., (2012), Properties
of Chitosan Nanoparticles Formed Using Sulfate Anions as Crosslinking Bridges, American Journal of Applied Sciences, 9 (7): 1091-1100.
[5] Govindarajan, T., and Shandas, R., (2014), A Survey of Surface Modification Techniques for Next-Generation Shape Memory Polymer Stent Devices, Polymers, 6: 2309-2331.
[6] Bansal, V., Sharma, P.K., Sharma, N., Pal, O.P., and Malviya, R., (2011), Applications of Chitosan and Chitosan Derivatives in Drug Delivery, Advances in Biological Research, 5(1): 28-37.
[7] Kumar, N, Patel, A.K., Kumari, N., and Kumar, A., (2014), A Review on Chitosan Nanoparticles for Cancer Treatment,
International Journal of Nanomaterials and Biostructures, 4(4): 63-65
[8] Rafeeq, M.P.E., Junise, V., Saraswathi, R., Krishna, P.N., and Dilip, C., (2010), Development and Characterization of Chitosan Nanoparticles Loaded with Isoniazid for The Treatment of Tuberculosis, Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 3(4): 383-390.
[9] Mi, F.W., Sung, H.W., Shyu, S.S., Su, C.C., and Peng, C.K., (2003), Synthesis and Characterization of Biodegradable TPP/Genipin Co-Crosslinked Chitosan Gel Beads, Polymer, 44: 6521–6530. [10] Ko, J.A., Park, H.J., Hwang, S.J., Park,
Drug Delivery, International Journal of Pharmaceutics, 249: 165-/174.
[11] Shu, X.Z., and Zhu, K.J., (2002), Controlled Drug Release Properties of Ionically Cross-Linked Chitosan Beads: The Influence of Anion Structure, International Journal of Pharmaceutics,
233: 217–225.
[12] Monshi, A., Foroughi, M.R., and Monshi M.R., Modified Scherrer Eqquation to Estimate More Accurately Nano-Crystallite Size Using XRD, (2012) World Journal of Nano Science and Engineering,
2: 154-160.
[13] Liang, X., Shi, H., Jia, X., Yang, Y., and Liu, X., (2011), Dispersibility, Shape and Magnetic Properties of Nano-Fe3O4
Particles, Materials Sciences and Applications, 2:1644-1653.
[14] Laurenzi, M.A, (2008), Transformation Kinetics and Magnetism Nanoparticles, Dissertation, The Catholic University of America, Washington, D.C.
[15] Kun Xu, J., Zhang, F.F., Sun, J.J., Sheng, J., Wang, F., and Sun, M., (2014), Bio and Nanomaterials Based on Fe3O4, Molecules, 19: 21506-21528.