9 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, dunia musik telah banyak berkembang dan lebih beragam
seiring berkembangnya pola pikir manusia. Di Indonesia, musik pada awalnya
merupakan bentuk kesenian yang bersifat tradisi yang erat kaitannya dengan
perkembangan sejarah dan budaya. Namun seiring masuknya media eletronik ke
Indonesia, masuk pula berbagai jenis musik barat, seperti Pop, Jazz, Blues,
Rock, R&B, Reggae, Country, Underground, Punk, Funk, Jazz, Rap, HipHop,
K-pop, dan sebagainya. Hal itu pulalah yang menjadi alasan utama lahirnya
berbagai komunitas musik di Indonesia. Di kota Medan sendiri terdapat banyak
komunitas musik. Contohnya komunitas Rapper “PLAT BK”, komunitas musik
Blues “Medan Blues Society”, komunitas musik Underground “Berontak Zine”,
komunitas Beatbox Medan “Gendang Mulut”, “Hands Up”, “Mouth Percussion”,
dan masih banyak lagi.
Imitasi suara terutama pada alat musik sudah ada sejak dahulu kala.
Beatbox sendiri mulai berkembang di awal tahun 1980-an seiring dengan musik
HipHop, yang pada awalnya tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat
Afro-Amerika1
1
Afro-Amerika adalah kelompok etnis keturunan Afrika yang hidup dan tinggal di Amerika, disebut juga Negro (id.m.wikipedia.org/wiki/Afrika-Amerika#_)
dan juga Latin Amerika. Hal ini berawal dari keterbatasan
10
menirukannya dengan menggunakan mulut. Dimana pemainnya menggunakan
tubuh mereka (misalnya dengan bertepuk tangan atau menghentak) sebagai
instrumen perkusi dan menghasilkan suara dengan mulut mereka dengan
bernafas keras masuk dan keluar, sebagaimana teknik yang digunakan dalam
beatboxing saat ini. Seni-seni vokal perkusi seperti musik Bol di India dan Kouji
di China turut menjadi landasan dalam beatboxing, meskipun tidak ada
hubungan langsung dengan HipHop. Di Indonesia sendiri terdapat tari Kecak
yang musik latarnya merupakan paduan dari bunyi-bunyi dari kosakata tertentu.
Beatbox merupakan salah satu bentuk seni yang memfokuskan diri dalam
menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun
tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut,
lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya. Pemain beatbox atau lebih dikenal
dengan beatboxer, mampu mendemonstrasikan segala bentuk bunyi-bunyian
dengan handal. Beatbox selalu dikaitkan dengan musik HipHop, namun pada
prakteknya beatbox juga diterapkan untuk genre musik lainya seperti Rock, Pop,
RnB, dan sebagainya. Imitasi suara ini sudah dikenal mayarakat dunia sejak
dahulu kala. Perkembangan beatbox di Indonesia sudah tersebar luas, di
Indonesia sudah banyak komunitas-komunitas beatbox seperti Indobeatbox,
Jakarta Beatbox Clan, Bekasi Beatbox Clan, Bogor Beatbox Clan, Bandung
Beatbox Family, dan sekarang juga ada sekolah khusus beatbox di Indonesia
seperti Gazzell Beatbox School .
Kata “beat box” secara harfiah mengacu pada mesin drum generasi
11
“Human Beat Box”. Musisi yang menjadi pelopor diantaranya Doug E. Fresh,
Darren “Buffy” Robinson dari grup The Fatboys, dan Leonardo “Wise” Roman
dari “Stetsasonic”. Masing-masing musisi mempelopori ciri khas dan gaya yang
berbeda-beda dan menginspirasi generasi beatboxer berikutnya. Selain
menghasilkan suara ketukan dan ritme, pada era ini musisi Biz Markie juga
memperkenalkan teknik MCing dan menyanyi yang digabungkan dengan suara
perkusi 2
2
(id.wikipedia.org/wiki/Beatbox)
. Teknik mengeluarkan bunyi dari mulut memang terbilang tidak
mudah. Beatbox mengategorikan pelajarannya dalam tiga jenis, yaitu suara
dasar, efek, dan humming. Suara dasar dikenal dengan bunyi B, T, dan K. B
mewakili ketukan drum, T mewakili suara hi hat (seperti suara simbal), dan K
mewakili suara snare drum--drum yang dilengkapi tali senar. Sementara itu, efek
memiliki jenis yang bervariasi seperti techno beat, alarm, suara robot, dan
lainnya. Terakhir, humming, merupakan rangkaian irama yang dibuat dengan
mulut tertutup.
Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dengan
terang-terangan dinobatkan oleh para ilmuwannya berada dalam dua kelompok
disiplin, yaitu ilmu humaniora dan ilmu sosial sekali gus. Etnomusikologi
memberikan kontribusi keunikannya dalam hubungannya bersama aspek-aspek
ilmu pengetahuan sosial dan aspek-aspek ilmu humaniora, dalam caranya untuk
melengkapi satu dengan lainnya, mengisi penuh kedua pengetahuan itu.
Keduanya akan dianggap sebagai hasil akhir darinya sendiri; keduanya
12
Disiplin etnomusikologi biasanya secara tentatif paling tidak menjangkau
lapangan-lapangan studi lain sebagai suatu sumber stimulasi (stimulus) baik
terhadap etnomusikologi itu sendiri maupun disiplin saudaranya. Ada beberapa
cara yang dapat dijadikan nilai pemecahan terhadap masalah-masalah ini. Studi
teknis dapat memberitahukan kita banyak tentang sejarah kebudayaan. Fungsi
dan penggunaan musik adalah sebagai suatu yang penting dari berbagai aspek
lainnya pada kebudayaan, untuk mengetahui kerja suatu masyarakat. Musik
mempunyai interelasi dengan berbagai tumpuan budaya; ia dapat membentuk,
menguatkan, saluran sosial, politik, ekonomi, linguistik, religi, dan beberapa
jenis perilaku lainnya. Teks nyanyian melahirkan beberapa pemikiran tentang
suatu masyarakat, dan musik secara luas dipergunakan sebagaimana analisis
makna terhadap prinsip struktur sosial. Etnomusikolog seharusnya tidak bisa
menghindarkan diri dengan masalah-masalah simbolisme (perlambangan) di
dalam musik, pertanyaan tentang hubungan antara berbagai seni, dan semua
kesulitan pengetahuan apa itu estetika dan bagaimana strukturnya. Ringkasnya,
masalah-masalah etnomusikologi bukan hanya terbatas kepada teknik
semata--tetapi juga tentang perilaku manusia. Etnomusikologi juga tidak sebagai sebuah
disiplin yang terisolasi, yang memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah
esoterisnya saja, yang tidak dapat diketahui oleh orang selain yang melakukan
studi etnomusikologi itu sendiri. Tentu saja, etnomusikologi berusaha
mengkombinasikan dua jenis studi, untuk mendukung hasil penelitian, untuk
memecahkan masalah-masalah spektrum yang lebih luas, yang mencakup baik
13
Berdasarkan sejarah perkembangan etnomusikologi, terjadi gabungan dua
disiplin yaitu muskologi dan etnologi. Musikologi selalu digunakan dalam
mendeskripsikan struktur musik yang mempunyai hukum-hukum internalnya
sendiri sedangkan etnologi memandang musik sebagai bahagian dari fungsi
kebudayaan manusia dan sebagai suatu bahagian yang menyatu dari suatu
dunia yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai
berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but tidakes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam, 1964:3-4).
Berdasarkan kutipan di atas, menurut Merriam, para pakar
etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada pembahagian bidang kajian
14
yaitu musikologi dan etnologi. Kemudian menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampurkan kedua disiplin itu
dengan cara yang unik, dengan penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi
tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini,
dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya. Seorang sarjana
menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem
tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik
sebagai suatu bahagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian
yang integral dari keseluruhan kebudayaan ini. Pada saat yang sama,
beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh pakar antropologi Amerika, yang
cenderung untuk mengandaikan kembali suatu aura reaksi terhadap
aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan
melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya.
Seiring berjalannya waktu, seni musik beatbox mulai menjalar ke
berbagai kota-kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Medan. Kota medan
sendiri mempunyai komunitas beatbox, salah satunya bernama Gendang Mulut.
Komunitas Gendang Mulut ini berdiri pada tanggal 1 Desember 2010, yang
didirikan oleh sekelompok anak muda yang bernama Fathin Dayanto Sitinjak,
Zul Boang, Aryo, dan Adi Suranta Ketaren. Sampai saat ini komunitas Beatbox
Gendang Mulut beranggotakan sekitar 20 orang. Kata “Gendang Mulut”
awalnya dinamai dengan “Gondang Mulut”, dengan alasan kota Medan
merupakan kota yang didominasi oleh suku Batak. Namun sejalan dengan itu,
15
melainkan ada juga yang berasal dari suku lainnya.3
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi
tentang komunitas beatbox Gendang Mulut yang ada di Medan dalam kajiannya
terhadap studi deskriptif teknik permainan musik beatbox.
Hal ini pulalah yang
menjadi alasan mengapa mereka akhirnya mengganti nama menjadi “Gendang
Mulut”, yaitu agar menjadi umum dan tidak mengarah pada satu suku saja.
Komunitas Gendang Mulut sering tampil di acara-acara yang
menggusung tema HipHop yang mana di dalamnya unsur beatbox juga tidak
bisa dilepaskan. Komunitas ini juga sering diundang pada acara Pentas Seni
(Pensi) di beberapa sekolah, universitas, maupun tempat lainnya. Jenis musik
yang dibawakan juga beragam, mulai dari Hiphop, R&B, Rock, hingga Dangdut.
Namun musik yang paling sering mereka bawakan adalah lagu-lagu yang sedang
booming atau sedang naik daun di kalangan masyarakat terutama anak muda. Ini
merupakan daya tarik tersendiri bagi mereka untuk membuat penonton antusias
dalam menyaksikan penampilan mereka. Kesamaan dalam selera bermusik dan
sama-sama ingin memperkenalkan musik beatbox kepada masyarakat luas
menjadi salah satu latar belakang terbentuknya komunitas ini. Tak ada sekolah
ataupun khursus khusus dalam mempelajari beatbox, para anggota Gendang
Mulut memulai kreasi mereka dengan melihat berbagai referensi dari berbagai
media, contohnya dari media online youtube. Dengan melihat berbagai video
tentang beatbox mereka pun menirukannya. Tidak melulu menirukan apa yang
dilihat, mereka akhirnya bisa menciptakan gaya mereka sendiri.
3
16 1.2 Pokok Permasalahan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan masalah untuk
menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan
masalah juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini.
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Komunitas Beatbox Gendang Mulut di
Medan?
2. Apa yang mempengaruhi eksistensi Komunitas Beatbox Gendang Mulut di
Medan?
3. Bagaimana teknik permainan musik Beatbox yang disajikan oleh
komunitas Gendang Mulut di Medan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Komunitas Beatbox Gendang Mulut
di Medan.
2. Untuk mengetahui apa yang mempengaruhi eksistensi Komunitas Beatbox
Gendang Mulut di Medan.
3. Untuk mengetahui teknik permainan musik Beatbox yang disajikan oleh
17 1.3.2 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
1. Sarana untuk memperluas pengetahuan tentang komunitas Beatbox
Gendang Mulut di Medan.
2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu kajian
musikologis suatu komunitas musik Beatbox yang mengandung
unsur-unsur musikal kepada disiplin ilmu Etnomusikologi khususnya, dan ilmu
pengetahuan pada umumnya.
3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang
memiliki keterkaitan dengan topik penelitian
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Untuk memberikan pemahaman tentang tulisan ini maka penulis
menguraikan kerangka konsep sebagai landasan berpikir dalam penulisan. Tulisan
ini berisi suatu kajian tentang studi deskriptif teknik permainan musik yang
disajikan oleh komunitas beatbox Gendang Mulut di Medan. Kata deskriptif
adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258).
“Teknik” adalah cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu,
sedangkan “permainan” adalah suatu pertunjukan dan tontonan (Kamus Bahasa
Indonesia 2008). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa teknik permainan
merupakan gambaran mengenai pola atau cara yang dipakai dalam suatu
18
bagaimana cara memainkan musik beatbox, termasuk di dalamnya bagaimana
posisi mulut dalam memproduksi suara, dan juga efek suara-suara lainnya.
Sehingga teknik permainan dalam hal ini akan mengamati setiap frasa yang
dimainkan dalam lagu tersebut, bagaimana melodi yang dimainkan ataupun
bagaimana tempo yang dimainkan di setiap frasanya.
Secara etimologi, istilah musik berasal dari bahasa Yunani yaitu musike
(Hardjana, 1983:6-7). Musike berasal dari perkataan muse-muse, yaitu Sembilan
dewa-dewa Yunani di bawah dewa Apollo yang melindungi seni dan
pengetahuan. Dalam buku lain mengatakan bahwa musik adalah nama salah satu
dewa orang Yunani yang bernama Mousikus yang dilambangkan sebagai dewa
keindahan dan menguasai bidang kesenian dan ilmu pengetahuan (Napsirudin,
1996:23 dalam Permatasari, 2010:21). Dalam bahasa Yunani sendiri musik adalah
mousike, yang berarti ilmu tentang penyusunan melodi. Menurut seorang filsuf
besar, Aristoteles (dalam Okatara:2), musik memiliki kemampuan mendamaikan
hati yang gelisah, memiliki terapi rekreatif, dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Musik merupakan sebuah bentuk seni melalui media berupa suara. Musik dapat
pula berarti nada atau suara yang dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki
irama, lagu, dan keharmonisan. Kamus musik menjabarkan tentang pengertian
musik yaitu suatu cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai macam
suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe,
2003:288). Musik kerap menjadi tempat untuk menuangkan ungkapan seni,
19
berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Definisi
sejati tentang musik juga bermacam-macam:
a. Bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indra pendengar.
b. Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
c. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan
orang dan disajikan sebagai musik.
d. Ekspresi artistik dengan bunyi-bunyian atau melodi dari alat-alat musik ritmis,
atau nada-nada yang harmonis (Ralph Taylor MA. New Master Pictorial
Encyclopedia).
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah
kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang
berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti
“sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak” (Wenger, 2002: 4). Komunitas
berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek,
contohnya komunitas musik. Adapun konsep musik dalam konteks komunitas
beatbox yang dimaksud penulis adalah musik vokal yang dalam hal ini adalah
produksi suara atau bunyi-bunyi yang dihasilkan.4
4
Medan merupakan salah satu
kota terbesar di Indonesia, memiliki kreativitas musik yang cukup tinggi. Ini bisa
20
dilihat dari banyaknya komunitas musik yang berdiri. Didukung pula dengan
pesatnya perkembangan teknologi dan media yang ada, menjadikan anak muda
Medan lebih inovatif dalam berkarya khususnya dalam bidang rmusik.
1.4.2 Teori
Teori adalah salah satu acuan yang dipergunakan penulis untuk
menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1985:3), bahwa pengetahuan yang
diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, serta pengalaman kita sendiri
adalah landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang teori-teori
yang bersangkutan.
Dalam mengkaji komunitas musik Beatbox maka penulis menggunakan
teori yang dikemukakan oleh P. Merriam.
Alan P. Merriam (1964:210-222) distinguish between the use and music. The use of music in society is often recognized and a knowledge by the heir to the musical culture itself. The use made in the context of the ceremony that can be viewed on the spot. The use of music covers all wearing custom music, and as some other activities. The function of music is not always realized by a culture of music in a particular ethnic group, whereas the function of the music itself has a more profound impact and far.
Dalam hal ini Merriam berpendapat penggunaan musik mencakup
kebiasaan memakai musik dan sebagai suatu aktifitas lain, sedangkan fungsi
musik tidak selalu disadari oleh suatu kelompok musik dalam suku bangsa
tertentu, padahal fungsi musik itu sendiri mempunyai dampak yang lebih
21
Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya musik itu mempengaruhi
pikiran dan jiwa, hingga perilaku seseorang maka dalam hal ini penulis memakai
teori psikologi musik yang ditulis oleh Djohan dalam bukunya Psikologi Musik
(2007:87) beliau mengatakan bahwa “Musik diakui mempunyai kekuatan untuk
mengantar daan menggugah emosi. Baik dituangkan melalui penjiwaan alur
cerita, musik dan watak tokoh yang diperankan, maupun sebagai sarana untuk
mengekspresikan diri, maka musik tidak dapat dipisahkan dari jiwa.”
Khusus untuk menganalisis teknik permainan beatbox yang dilakukan oleh
Komunitas Gendang Mulut, penulis menggunakan teori etnosains. Menurut
Ihromi (1987), teori etnosains adalah teori yang lazim digunakan di dalam disiplin
antropologi. Pada dasarnya teori ini menitikberatkan kepada pandangan dan
aktivitas yang dilakukan oleh informan yang dilatarbelakangi budaya tertentu.
Jadi peneliti hanya menginterpretasi data berdasarkan latar belakang budaya itu
hidup. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teori etnosains yang penulis
pergunakan adalah untuk mengungkap aspek teknik permainan beatbox oleh
Gendang Mulut.
Dalam mendukung kajian struktur musik Beatbox, penulis menggunakan
metode transkripsi. Dalam etnomusikologi transkripsi merupakan suatu proses
penotasian bunyi menjadi simbol-simbol yang dapat dilihat atau diamati, dan
simbol-simbol tersebut disebut dengan notasi. Dalam melakukan transkripsi,
penulis berpedoman pada teori yang dinyatakan oleh Charles Seeger tentang
notasi perskriptif dan notasi deskriptif yang didapat penulis selama mengikuti
22
bertujuan sebagai petunjuk atau suatu alat untuk membantu mengingat bagi
seorang penyaji bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik, (2)
notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada
pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum
diketahui oleh pembaca.
Dalam pembahasan nanti, penulis akan memakai notasi deskriptif.
Alasannya adalah karena dalam penulisan ini akan memberikan informasi dan
kajian yang mendetail yang terdapat dalam komposisi musik beatbox.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Kata
metode secara harafiah dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Ada juga yang mengatakan metode dalam penelitian sebagai alat dalam
melakukan penelitian, yaitu dari pengumpulan data, penganalisian data sampai
dengan menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Triswanto,
2010:15). Penelitian metode biasanya ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: objek
penelitian, sumber data, waktu, dana, dan teknik yang digunakan untuk
mengolah data.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
23
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang kita amati (Bogdan dan Taylor
1975:5). Penelitian deskriptif yang dimaksud berupa pengumpulan data yang
berupa kata-kata dan gambar-gambar, yang diperoleh ketika mengadakan
penelitian di lapangan seperti hasil wawancara dengan narasumber, foto, video,
dan dokumentasi lainnya.
Supaya proses penelitian deskriptif memperoleh hasil yang maksimal
maka penulis akan menggunakan dua hal metode penelitian dalam
etnomusikologi seperti yang diungkapkan oleh Netl (1964:62-64), yaitu kerja
lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan berupa
pemilihan lokasi penelitian, pemilihan informan, pengambilan dan pengumpulan
data yang berupa rekaman video, foto, dan hasil wawancara. Kerja laboratorium
berupa pengolahan dari data-data yang telah didapatkan di lapangan untuk
selanjutnya dianalisis hingga membuatnya menjadi sebuah kesimpulan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-litelatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah
yang dipecahkan (Nazir, 1988:111). Penulis mencari dan mengumpulkan
informasi dan referensi dari skripsi yang terdapat di website skripsi
24
buku, artikel juga sumber dari internet yaitu dengan kata kunci World Wide
Web (www).
1.5.2 Penelitian Lapangan
Beberapa metode yang penulis lalukan dalam melaksanakan penelitian
lapangan antara lain:
1. Wawancara
2. Perekaman
3. Pemotretan
4. Metode Penelusuran Data Online
1.5.2.1 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988:
234).
Teknik yang dilakukan penulis adalah seperti yang telah dikemukakan
oleh Koentjaraningrat (1985:138-140) yaitu wawancara dapat dilakukan dengan
tiga cara:
1. Wawancara terfokus : pertanyaan yang terpusat pada satu pokok
permasalahan yang sebelumnya telah ditentukan penulis terlebih
25
2. Wawancara bebas : pertanyaan yang lebih beragam tidak pada satu
pokok masalah namun tetap berkaitan dengan informasi objek
penelitian si penulis,
3. Wawancara sambil lalu: pertanyaan yang diajukan pada suasana yang
tidak terkonsep. Biasanya informan dijumpai secara tidak sengaja
atau kebetulan seperti pertemuan saat informan dan penulis bertemu
di acara-acara pertunjukan musik Beatbox.
Dalam wawancara penulis menyiapkan terlebih dahulu segala sesuatu
yang dibutuhkan yaitu menyusun pertanyaan, menyiapkan alat-alat tulis, hingga
menyediakan alat rekam untuk merekam wawancara penulis dengan informan
ataupun kejadian-kejadian lain yang dianggap penting dan berhubungan dengan
tulisan ini.
1.5.2.2 Perekaman atau Dokumentasi
Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan komunitas
Beatbox Gendang Mulut di kota Medan, penulis menggunakan kamera digital
merk Sony, handphone merk Samsung GT S6810, Laptop Acer Aspire E1-431.
1.5.2.3 Penelusuran Data Online
Internet merupakan salah satu media online yang memberikan banyak
informasi dala, berbagai hal baik berupa teori, rekaman gambar maupun
26 1.5.3 Kerja Laboratorium
Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari
studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan
disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek
penelitian untuk penulisan skripsi. Data yang dipergunakan untuk penulisan ini
adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu etnomusikologi.
Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data.
Menurut Burhan Bungin (2007:153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam
analisis data kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses
tersebut; dan (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan
proses suatu fenomena sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini,
hasil penelitian akan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang
diperoleh.
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Jl. Tanjung Sari, Pasar V, Komplek Raysa,