• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien 2.1.1 Pengertian Kepuasan - Pengaruh Persepsi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Dan Minat Pemanfaatan Ulang Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien 2.1.1 Pengertian Kepuasan - Pengaruh Persepsi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Dan Minat Pemanfaatan Ulang Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2012"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Pasien 2.1.1 Pengertian Kepuasan

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang;

perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan

suatu jasa. Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila

kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk

oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang pelayanan tersebut.

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang memengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset

(2)

pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman

buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih

banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya (Purwanto, 2007). Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi (2002) berpendapat

bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan

konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan.

Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati (2001) yang menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh

konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka konsumen akan

merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh

konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

(3)

2.1.2 Faktor-Faktor Kepuasan Pasien

Menurut Budiastuti dalam Purwanto (2007) mengemukakan bahwa pasien

dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain : kualitas produk atau jasa, kualitas pelayanan, faktor

emosional, harga atau biaya pelayanan.

Tjiptono (2004) menyatakan kepuasan konsumen terhadap pelayanan jasa ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu : kinerja (performance), ciri-ciri

atau keistimewaan tambahan (features) sebagai karakteristik sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, keandalan (reliability),

kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), daya tahan (durability), kemampuan pelayanan (service ability) dan estetika.

2.1.3 Pengukuran Kepuasan Pasien

Pada prinsipnya kepuasan pasien dapat diukur dengan berbagai macam metode dan teknik. Ada 4 (empat) metode dalam mengukur kepuasan pasien, sebagai

berikut:

a. Sistem Keluhan dan Saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer oriented) perlu

memberikan kesempatan yang luas kepada para konsumen untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka terhadap pelayanan yang disediakan.

b. Ghost Shopping

(4)

atau bersikap sebagai konsumen kepada pesaing. Dengan cara ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari pesaing.

c. Lost Customer Analysis

Penyedia jasa mengevaluasi dan menghubungkan konsumen yang telah berhenti

membeli atau yang telah pindah ke penyedia jasa agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. Pemantauan terhadap lost customer analysis sangat penting karena

peningkatannya menunjukkan kegagalan penyedia jasa dalam memuaskan konsumen.

d. Survei Kepuasan Konsumen

Melalui survei, penyedia jasa akan memperoleh tanggapan dan umpan balik

(feedback) secara langsung dari konsumen serta memberikan kredibilitas positif

bahwa penyedia jasa menaruh perhatian terhadap para konsumen (Kotler, 2003). Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan

bermutu sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Apabila kenyataan sama dengan harapan, maka layanan disebut memuaskan. Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai

jauhnya perbedaan antara kenyataan dan harapan konsumen atas layanan yang mereka terima (Lupiyoadi, 2001).

2.1.4 Aspek-Aspek yang Memengaruhi Kepuasan Pasien

(5)

a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama kali datang di rumah sakit.

b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan

dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien selama berada di rumah sakit.

c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien

dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit.

d. Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan untuk berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan memerhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara

lain : ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya televisi, kursi, air minum dan sebagainya.

e. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan minuman, privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang

disediakan dan privasi ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di rumah sakit.

(6)

g. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi,

kunjungan dokter atau perawat.

2.2 Minat Pemanfaatan Ulang

Menurut Herbert dalam Ikbal (2006), konsep pemanfaatan ulang atau secara

teori disebut pembelian ulang merupakan proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang. Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan merupakan fungsi dari determinan-determinan : pengaruh lingkungan,

perbedaan individu, proses psikologis yang masing-masing mempunyai kekuatan pengaruh terhadap proses keputusan konsumen. Proses ini merupakan tahapan dari

pengambilan keputusan oleh konsumen yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi hasil.

Penelitian Lely dan Rika (2004) menemukan adanya hubungan bermakna

secara statistik antara kepuasan dan minat kunjungan ulang. Studi Prastiwi dan Ayubi (2008) menemukan proporsi responden yang berminat melakukan kunjungan ulang

ke Puskesmas Wisma Jaya sebesar 93,2%. Pasien bayar yang puas akan mempunyai peluang 7.5 kali untuk berminat melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas Wisma Jaya daripada pasien bayar yang tidak puas, setelah mengendalikan variabel

pendidikan, umur dan pengeluaran.

Kajian teoritis tentang pemanfaatan ulang pendapat Zeithalm et al. (2006)

(7)

minat beli kembali pelanggan untuk mengetahui keinginan pelanggan yang tetap setia atau meninggalkan suatu pelayanan jasa. Konsumen yang merasa senang dan puas

akan jasa yang telah dimanfaatkannya, akan berpikir untuk membeli ulang kembali jasa tersebut. Pembelian yang berulang akan membuat konsumen menjadi loyal

terhadap suatu pelayanan jasa.

Minat merupakan “salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang

akan mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau tindakan” (Schiffman dan Kanuk, 1997). Sedangkan menurut Simamora (2002) minat adalah

sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1997) minat membeli merupakan aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap

suatu jasa yang diinginkan. Sehingga minat membeli dapat diartikan sebagai suatu sikap senang terhadap suatu obyek yang membuat individu berusaha untuk mendapatkan obyek tersebut dengan cara membayarnya dengan uang atau dengan

pengorbanan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan minat membeli adalah

(8)

sehingga individu ingin memiliki barang tersebut dengan cara membeli atau menukar dengan uang.

Swastha dan Irawan (2001) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa

senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi

minat, yaitu :

a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat

diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain.

b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi

tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.

c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya.

d. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria,

misalnya dalam pola belanja.

e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda

(9)

Menurut Swastha dan Irawan (2001) terdapat dua faktor yang memengaruhi minat beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi

tidak terduga (unexpected situation) dan sikap terhadap orang lain (respect to others).

2.3 Rumah Sakit Gigi dan Mulut

2.3.1 Pengertian Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Rumah sakit gigi dan mulut adalah rumah sakit khusus yang

memyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dan merupakan sarana pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan gigi tingkat akademik (S1) dan profesi (dokter gigi dan dokter spesialis) serta pendidikan magister (S2) dan doktoral (S3).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 1173 tahun 2004 tentang rumah sakit gigi dan mulut menyatakan bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah

sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan

melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis. RSGM terbagi atas beberapa klinik, yaitu :

1. Klinik Periodonsia

2. Klinik Oral Medicine (OM) 3. Klinik Bedah Mulut

(10)

6. Klinik Konservasi 7. Klinik Pedodonsia

8. Klinik Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat

2.3.2 Fungsi dan Tujuan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fungsi RSGM adalah :

1. Pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat meliputi ; (a) sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut primer, sekunder, dan tersier, (b) penunjang, rujukan dan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut, (c) wadah pengembangan konsep

pelayanan kedokteran gigi dan (d) pusat unggulan pelayanan kedokteran gigi. 2. Pendidikan. Sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran gigi, dokter

gigi, dokter gigi spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor dan pendidikan berkelanjutan bidang kedokteran gigi.

3. Penelitian : (a) pusat penelitian, pengkajian, dan pengembangan ilmu kedokteran

gigi, (b) pusat penerapan obat, bahan dan kedokteran gigi.

RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan nomor 1173

tahun 2004, menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu RSGM Pendidikan dan RSGM non Pendidikan. RSGM Pendidikan adalah RSGM yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga digunakan sebagai

sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya dan terikat melalui kerjasama dengan

(11)

Tujuan umum RSGM adalah meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional, modern dan sesuai

dengan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi. Tujuan khusus RSGM, yaitu: (a) tersedianya sarana pelayanan

kesehatan gigi dan mulut bagi masayarakat secara optimal, meliputi : 1) pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter gigi umum. 2) pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan

wewenang dokter gigi spesialis. 3) pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter gigi subspesialis/dokter gigi spesialis

konsultan. (b). tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan gigi lainnya, (c) tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada kedokteran gigi, (d) tersedianya unit pelayanan sebagai

sarana rujukan bagi unit yang lebih rendah, (e) tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum (rujukan secara pelayanan kesehatan lain

setingkat/horizontal), kegiatan pelayanan kesehatan terintegrasi, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan penelitian.

Kriteria yang harus dipenuhi oleh RSGM Pendidikan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Menteri Kesehatan No.1173 tahun 2004 adalah : (1) kebutuhan akan proses pendidikan, (2) fasilitas dan peralatan fisik untuk pendidikan, (3) aspek

(12)

2.3.3 Sasaran RSGM

Sasaran RSGM adalah tercapainya mutu pelayanan kesehatan gigi yang dapat

memberi perlindungan kepada masyarakat melalui pelayanan kesehatan gigi, pendidikan dan penelitian.

2.3.4 Sarana Peralatan RSGM

RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah : (1) lokasi

atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata ruang, (2) bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan

kerja dan analisis dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain, (3) peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.

Ketentuan persyaratan minimal peralatan RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomor 1173 MENKES/PER/X/2004, meliputi:

jumlah dental unit 50, jumlah dental chair 50 unit, jumlah tempat tidur 3 buah, 1 unit

intra oral camera, 1 unit dental X-ray, 1 unit panoramic X-ray, 1 unit Cephalometri X-ray, 1 unit autoclave /7 unit sterilizator, 1 camera dan 1 digital intra oral.

2.3.5 Tenaga Kesehatan RSGM

RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomor 1173

(13)

1. Tenaga medis kedokteran gigi, yang terdiri dari : dokter gigi, dokter gigi spesialis, yang meliputi : bedah mulut, orthodonsia, konservasi, prostodonsia, pedodonsia,

periodonsia, oral medicine.

2. Dokter/spesialis lainnya : dokter anestesi, dokter penyakit dalam dan dokter

spesialis anak

3. Tenaga Keperawatan : perawat gigi dan perawat

4. Tenaga kefarmasian : apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker

5. Tenaga Keteknisan Medis : radiografer, teknisi gigi, analis dan perekam medis 6. Tenaga Non Kesehatan : administrasi dan kebersihan

7. Mahasiswa co-asisten

2.4 Kualitas Pelayanan

Kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang aspek teknis medis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien

saja tetapi juga sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya (Wijono, 2000).

Indikator kualitas pelayanan atau respon teknis/karakteristik mutu mengacu kepada sepuluh kriteria umum atau standar yang menentukan kualitas pelayanan (Parasuraman et al., 2005). Adapun uraian dari kesepuluh kriteria tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang

(14)

adalah kemampuan petugas medis dalam memberikan pelayanan dengan jelas dan akurat.

b. Tanggap (Responsiveness), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan kesediaan untuk melayani pelanggan dengan cepat dan tepat. Termasuk di

dalamnya adalah cekatan dalam menolong pasien pada saat menjalankan tugas misalnya ketangkasan perawat dan dokter dalam menangani pasien.

c. Kompetensi (Competence), yaitu kemampuan menguasai keterampilan yang

disyaratkan dan pengetahuan untuk melaksanakan pelayanan. Variabel yang termasuk di dalamnya adalah keterampilan perawat dalam melayani pasien,

keahlian dokter di bidangnya.

d. Akses (Access), yaitu kemudahan untuk didatangi, ditemui, atau dihubungi. Termasuk di dalamnya adalah perawat segera datang ketika dipanggil, intensitas

kunjungan perawat dan dokter ke pasien, peralatan panggil perawat yang berfungsi dengan baik.

e. Keramahan (Courtesy), yaitu kesopanan, sikap hormat, perhatian, dan keramahan karyawan. Variabel yang termasuk di dalamnya adalah ramah kepada pasien, sopan, jujur, sabar, komunikasi yang baik dan lancar dengan pasien, tidak ada

perbedaan pelayanan kepada pasien.

f. Komunikasi (Communication), yaitu kemampuan memberikan informasi dengan

(15)

dokter dalam memberikan informasi yang diminta pasien, komunikasi yang baik dan lancar antara dokter dan perawat dengan pasien, kemampuan dalam

memberikan informasi secara jelas dan tidak berbelit-belit dari petugas admnistrasi.

g. Kredibilitas (Credibility), artinya dapat dipercaya oleh konsumen, kejujuran dari penyedia pelayanan. Elemen ini mewakili reputasi dan spesialisasi dokter yang disediakan oleh pihak rumah sakit, keterampilan perawat, kejujuran dari karyawan,

tidak menerima tip dari pasien, dan tidak adanya perbedaan pelayanan kepada pasien karena adanya perbedaan kelas atau koneksi.

h. Keamanan (Security), artinya konsumen bebas dari perasaan ketakutan, resiko, dan keragu-raguan. Variabel yang termasuk di dalamnya adalah pasien merasa bebas dari rasa kecemasan yang berlebihan terhadap penyakitnya serta mutu obat yang

dimakan, bebas dari ketakutan akan diagnosa yang salah mengenai penyakitnya, dokter mampu memberikan informasi yang diminta pasien, perawat terampil dalam

melayani pasien, petugas keamanan mampu menjamin keamanan dan ketenangan rumah sakit.

i. Memahami pelanggan (Understanding), artinya rumah sakit berupaya untuk

memahami pelanggan dan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Termasuk di dalamnya antara lain kesabaran karyawan, karyawan bekerja tanpa mengganggu

(16)

j. Nyata (Tangibles), yaitu komponen-komponen jasa yang berbentuk fisik seperti fasilitas-fasilitas fisik, peralatan yang digunakan untuk menyediakan pelayanan,

penampilan karyawan, serta sarana komunikasi yang digunakan. Termasuk di dalamnya adalah penampilan perawat, dokter, serta karyawan lainnya, kondisi

bangunan rumah sakit, kamar dan kamar mandi, ketersediaan hiburan (TV, musik, dan lain-lain).

Dalam perkembangan selanjutnya Parasuraman et al. (2005) membuat ukuran

kualitas pelayanan menjadi 5 (lima) dimensi dengan pertimbangan beberapa kriteria kualitas yang telah ada sebelumnya mempunyai beberapa kesamaan yaitu :

1) Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat yang digunakan.

2) Reliability (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah

dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).

3) Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan

(konsumen) dan menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.

4) Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan

keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.

(17)

Kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya.

Namun disamping itu yang lebih penting lagi adalah bagaimana proses pemberian pelayanan dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna

pelayanan kesehatan. Dengan demikian, proses pemberian pelayanan dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas harus selalu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, disamping harus menganut nilai-nilai moral untuk diterapkan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.

Kualitas adalah suatu konsep yang luas, sehingga dalam melakukan pengkajian kualitas pelayanan kesehatan perlu diperhatikan berbagai dimensi dari kualitas pelayanan kesehatan seperti kompetensi teknis dari pemberi pelayanan, akses

atau jangkauan pelayanan, efektifitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan, hubungan antar manusia dari si pelaku pemberi pelayanan, kesinambungan dari

pelayanan, kenyamanan yang dirasakan oleh konsumen dan pemberian informasi yang memadai kepada konsumen .

2.5 Persepsi terhadap Pelayanan Rumah Sakit

Persepsi pengguna pelayanan kesehatan merupakan masalah yang harus

(18)

CONSUMER

MARKETER

Gambar 2.1 Conseptual Model Of Service Quality

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa kesenjangan (gaps)

merupakan poin dasar dalam hal persepsi konsumen (pasien) dan komunikasi organisasi rumah sakit serta hubungan dengan konsumen (pasien). Kesenjangan-5 (gaps-5) merupakan perbedaan antara kepuasan pasien tentang pelayanan dan

(19)

persepsi tentang pelayanan yang diberikan. Kesenjangan ini merupakan hasil (akumulasi) langsung dari kesenjangan atau gabungan kesenjangan 1 sampai 4.

Kesenjangan-5 (gaps-5) tidak dapat di minimalisasi secara langsung, akan tetapi dengan mengurangi kesenjangan pada point 1 sampai 4.

Menurut Swayne et al (2006), bahwa implementasi strategi akan memberi perubahan pada level organisasi, rencana implementasi menunjukkan karakteristik yang respons terhadap kondisi yang ada, penyesuaian, mengacu kepada pasar, dan

strategi yang berdaya saing. Berhasil tidaknya peningkatan kualitas sangat tergantung dari monitoring faktor-faktor di atas dan juga umpan balik dari hasil-hasil

pelayanan yang dihasilkan untuk perbaikan lebih lanjut terhadap faktor-faktor tersebut. Dengan demikian nampak bahwa peningkatan kualitas merupakan proses yang kompleks yang pada akhirnya menyangkut managemen rumah sakit secara

keseluruhan.

2.6 Landasan Teori

Kualitas pelayanan mengacu kepada teori service quality (Parasuraman et al.,

2005) melalui 5 dimensi yaitu : tangible (bukti langsung atau berwujud), reliability

(keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (kepastian atau jaminan) dan

(20)

Kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan rumah sakit mengacu kepada Supranto (2001) bahwa kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya, seperti gambar di bawah ini :

Gambar 2.2 Landasan Teori

Sumber : diadopsi Parasuraman et al. ( 1998) dan Supranto (2001)

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Kualitas Pelayanan Rumah Sakit - Tangible (bukti langsung atau

berwujud)

- Reliability (keandalan)

- Responsiveness (daya tanggap) - Assurance (kepastian atau jaminan) - Empaty (empati)

Pelayanan yang Diterima Pasien

Pelayanan yang Diharapkan Pasien

(21)

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Pelayanan

Rumah Sakit - Tangibles (bukti

langsung)

- Reliability (keandalan) - Responsiveness (daya

tanggap)

- Assurance (jaminan) - Emphaty (empati)

Kepuasan Pasien RSGMP FKG

USU Medan

Minat Pemanfaatan

Gambar

Gambar 2.1  Conseptual Model Of Service Quality
Gambar 2.2 Landasan Teori
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil analisis efisensi penggunan modal sendiri terhadap laba usaha (rentabilitas modal sendiri) menujukan hasil bahwa Kopkar Sejahtera Universitas Muria

Dalam penelitian ini telah ditentukaa titik lebur bell an baku matampiron dengan alat ^Electrothermal Helt- icg Point Apparatus1* • Dari basil percobaan didapat data (tabel

Android adalah salah satu sistem operasi yang ada dalam handphone yang sedang marak belakangan ini, dan SQLite adalah salah satu manajemen basisdata yang dapat digunakan

Akan tetapi bagaimana cara untuk menyingkapkan diri tersebut, berapa banyak yang bisa diungkapkan, bagaimana cara untuk menying- kapkan diri, melalui wahana apa penyingkapan

Sehingga dapat dirumuskan dari pernyataan di atas bahwa layanan konseling kelompok berhubungan dengan kedisiplinan.Berdasarkan uraian tersebut, layanan konseling kelompok

sistim Pengaturan/pengendalian lalu lintas pada persimpangan mempunyai cakupan luas antara lain masalah perhitungan besarnya kapasitas persimpangan yang ada, volume lalu lintas,

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan