• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Islamic Communication and Broadcasting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Journal of Islamic Communication and Broadcasting"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Islamic Communication and Broadcasting

Mengetahui bagaimana retorika dakwah, susunan serta penggunaan bahasa retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap ceramah dan tulisan beliau serta melalui wawancara langsung. Hasil analisis menunjukkan bahwa K.H Abul Hidayat Saerodjie menggunakan retorika dakwah dengan susunan bahasa deduktif, induktif, kronologis dan logis dalam menyampaikan tausiahnya. Penggunaan bahasa yang beliau gunakan dalam dakwahnya adalah dengan lagam agama, lagam agitator,dan ragam bahasa hukum. terbukti pada Tabligh akbar di Sukabumi Tanggal 18 Desember 2016 dan tausiyah yang beliau bawakan di tausiyah siang Rasil TV.

Kata Kunci: Retorika, Dakwah, K.H. Abul Hidayat Saerodjie

©2018 –PKJICA Program STAI Al-Fatah Bogor. Ini adalah artikel dengan akses

terbuka dengan licenci CCBY-NC-4.0(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).

PENDAHULUAN

Retorika berasal dari bahasa Inggris Rethorics yang artinya “ilmu bicara”. Dalam

perkembangannya , retorika disebut seni bicara dihadapan umum atau ucapan untuk

menciptakan kesan yang diinginkan (Munawir,1997)

K.H. Abul Hidayat Saerodjie adalah seorang da’i atau mubalig yang dengan pesan yang

disampaikannya dapat menggugah semangat pendengarnya atau pemirsanya (mad’u) karena

nasihat yang berikan beliau sangat menyejukan. Hal ini terjadi, terutama, kepada

pemuda-pemudi generasi Khilafah, dan umumnya para ikhwan dan akhwat. Mereka senang ketika beliau

memberikan nasihat karena cara penyampaian dakwahnya memberikan kesan yang positif dan

isinya merupakan perjuangan beliau dalam mendakwahkan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di

PKJICA

(2)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti mengidentfikasi masalah yang

muncul adalah bagaimana Retorika dakwah dan susunan Bahasa serta penggunaan bahasa

retorika dakwah K.H Abul Hidayat Saerodjie dalam perjuangan dakwah islamiyah.

Artikel ini membahas mengenai Retorika Dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie yang

telah dilakukan berpuluh tahun lamanya. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan

kemampuan, maka peneliti hanya memfokuskan pada retorika dakwah KH. Abul Hidayat

Saerodjie dalam beberapa acara da’wah yang direkam dalam bentuk audio dan vidio.

Tulisan ini bertujuan untuk menggali aspek aspek da’wah K.H Abul Hidayat Saeroji

dengan harapan dapat memberikan kontrobusi kepada ilmu pengetahuan beruapa:

1. bagaimana Retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie;

2. bagaimana susunan dan penggunaan bahasa yang diterapkan KH. Abul Hidayat

Saerodjie dalam dakwahnya.

Aspek keduanya diyakini penting untuk diketahui agar bisa menjadi cermin untuk calon dai dai lainnya dalam menda’wahkan Islam yang rahmatan lil alamin. Selain itu, temuan dari penelitian ini dapat juga menjadi bahan evaluasi oleh penceramah itu sendiri sehingga aspek aspek ayang terkandung dalam ceramah ceramah sebelumnya dapat dijadikan

pertimbangan untuk diteruskan atau dihilangkan dalam upaya pencapaian da’wah yang

maksimal.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie ?

2. Bagaimana susunan dan penggunaan bahasa retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie

?

METODE

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Untuk mendapatkan data

yang objektif dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif analisis yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan

(Mastubu, 1998). Dimana penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptifkan atau

menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fenomena yang diteliti.

Data diambil di kediaman K.H Abul Hidayat Saerodjie yaitu di Pondok Pesantren

Suffah Hizbullah, Desa Pasirangin RT 02 RW 05 Kecamatan Cileungsi Bogor. Tehnik

pengumulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara,

observasi, dokumentasi dan analisa data. Tahap observasi terhadap beberapa buku beliau

tentang dakwah dilakukan pada tanggal 10-17 Oktober 2017 dan tahap wawancara langsung

kepada K.H Abul Hidayat Saerodjie dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2017 jam 13:00 WIB.

Tahap dokumentasi dilakukan melalui foto-foto video buku dan rekaman suara pada saat

(3)

ANALISIS RETORIKA DAKWAH KH ABUL HIDAYAT SAERODJIE

1. Susunan Bahasa

Dianalisis dari rekaman Tabligh Akbar dengan tema “Persatuan dan Kesatuan”.

Setiap mengawali tausiyahnya, K.H Abul Hidayat Saerodjie selalu membacakan

muqoddimah “Innalhamdalillah ...” kemudian diakhir muqoddimahnya beliau selalu

membaca “Masyaa Allahukaan waman lam yasya’ lam yakun laa haula walaa quwwata

illa billah ‘amma ba’du.” Hal tersebut juga dilakukan disetiap ceramah beliau baik di

media elektronik radio, televisi maupun di tabligh akbar atau ceramah langsung di depan

halayak umum. Sebagai contoh ceramah yang di bawakan pada Tabligh Akbar di

Sukabumi Tanggal 18 Desember 2016 dalam awal ceramahnya K.H Abul Hidayat

Saerodjie membacakan muqodimah tersebut.

Setelah itu beliau melanjutkan dengan membaca rujukan dalil barupa ayat dari Alquran maupun dari hadist Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassallam yang berkaitan dengan tema atau judul dari ceramah beliau, yaitu al-Quran surat Asy-Syura ayat 13 dan

dilanjutkan dengan ucapan salam kepada para tamu undangan dan semua yang turut hadir

mendengarkan ceramah beliau. Lebih jauh dari itu, beliau melakukan ceramah yang

diawali dengan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas

yaitu sebagai berikut: “Satu kalimat yang ringan dan mudah diucapkan, tetapi berat

dilaksanakan yaitu kalimat ummatan wahidah, wihdatul ummah, union and unity, “persatuan dan kesatuan”.

Kemudian pada sesi berikutnya beliau menjelaskan gagasan atau ide lebih lanjut

dengan mengaitkanya pada ayat yang telah beliau bacakan sebelumnya, kemudian

menjelaskan maksud dari ayat tersebut yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan

sebagai berikut: “Persatuan Dan Kesatuan” sebagimana Allah subhanahu wata’ala telah

berfirman didalam surat yang saya bacakan diawal tadi surat asy-syura ayat 13 bahwa Allah

telah mensyariatkan kepadamu minaddin dari agama. Yang disyariatkan Allah kepada kita

adalah addin bukan yang lain. Sebagaimana yang telah diwasiatkan kepada Nuh sama dengan

kepada nabi kita Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wassalam juga sama dengan yang

diwasiatkan kepada nabi Ibrahim, Musa dan Isa. Apa yang diwasiatkan itu ‘An aqimuddin

walaa tatafaroqu fiih,’ tegakkan oleh kamu agama dan jangan kamu berpecah belah

didalamnya jangan kamu berfirqoh-firqoh didalamnya....”

Penjelasan berikutnya yang mengambil maksud dari surat Asy-Syuro ayat 13

adalah penjelasan dari gagasan persatuan dan kesatuan. Sesuai yang dijelaskan dalam

teori deduktif, kutipan ceramah K.H Abul Hidayat Saerodjie diatas diawali dengan gagasan

utama lalu di ikuti dengan keterangan penunjang berupa ayat alquran, penyimpulan dan

(4)

dari ceramah tersebut masuk dalam lingkup sosial. Yang dimaksud lingkup sosial antara lain

adalah contoh dari kisah perjalanan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassallam, perumpamaan,

berdasarkan judul yang dibawakan. Hal tersebut di ungkapkan dalam ceramah sebagai

berikut:Dan satu kalimat yang paling ditakuti oleh orang kafir adalah kalimat union and

unity, kalimat persatuan dan kesatuan, karena persatuan dan kesatuan baik menurut ayat ini

ataupun ayat-ayat yang lain, Allah menurunkan para nabi tidak pernah memerintahkan

agama itu bercerai berai. Syarat sesudah laa illaha illallah adalah bersatu tidak ada nabi

yang memerintahkan agama itu bergolong-golong, satu kita sebagai umat, umat yang

bertauhid, umat yang bersaudara kaljasadi wahid seperti tubuh yang satu.”

Selain bukti yang disampaikan di atas, yang berhubungan dengan teori deduktif

yaitu adanya sebuah penunjang untuk melengkapi bukti yang berujung pada kesimpulan

dari teori deduktif tersebut, antara lain sebagai berikut : “Maka disini kalau kita melihat

perjalanan nabi sampai ke Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam dan semenjak rasulullah sampai ke abad 20 umat islam selalu terpimpin, dimasa rasulullah atau masa sebelumnya,

beliaulah pemimpin umat bukan dinasti yang beliau bangun, bukan kerajaan yang jadi

obsesinya, tapi beliau membangun peradaban yang religius, masyarakat yang agamis,

masyarakat yang bertauhid, masyarakat yang bersaudara. Sebagaimana ketika beliau hijrah

ke Madinah, yang pertama kali beliau bangun adalah masjid, bukan kerajaan atau dinasti itu

artinya islam membangun masyarakat yang religius, yang agamis, kemudian yang kedua

adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshor, kaum yang bermusuhan menjadi satu

umat umatan wahidah. Inilah cikal bakal dibangunnya peradaban islam sesuai dengan surat

Asy-Syura ayat 13 ...”

Adanya sebuah penunjang seperti penyataan di atas merupakan sebuah contoh yang

memotivasi kita agar bersatu dan mengukuhkan ukhuwah islamiyah sebagaimana yang

diterapkan sejak zaman sebelum Rasulullah sallallau ‘alaihi wassalam dan para

khulafaurrosyidin al mahdiyin. Maka menurut peneliti pernyataan penunjang tersebut sudah

memberikan dan mengantarkan kita pada gambaran dari tema“persatuan dan kesatuan”.

Pada kutipan selanjutnya juga di temukan susunan bahasa kronologis, yaitu:

pengaturan pesan berdasarkan urutan waktu terjadinya, umumnya di gunakan tahapan

terjadinya berdasarkan peristiwa, berikut kutipan di bawah ini: “Sebagaimana ketika beliau

hijrah ke Madinah, yang pertama kali beliau bangun adalah masjid, bukan kerajaan atau

dinasti itu artinya islam membangun masyarakat yang religius, yang agamis, kemudian yang

kedua adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshor, kaum yang bermusuhan

menjadi satu umat umatan wahidah. Inilah cikal bakal dibangunnya peradaban islam sesuai

dengan surat Asy-Syura ayat 13 tadi. Ketika beliau dihormati layakya seorang raja, para

(5)

mereka menghormati para raja-raja, lastu bi malik aku bukan raja aku hamba dan utusan

Allah...”

Kemudian kutipan pernyataan logis berdasarkan sebab akibat biasanya dipakai untuk

menjelaskan tentang peristiwa dengan menggunakan uraian secara detail tentang peristiwa

yang sudah terjadi dan akibat yang ditimbulkan, berikut kutipan dibawah ini : “Maka

dalam sejarah yang kita baca pernah terjadi perang 200 tahun yang disebut perang salib

dari abad 11 sampai abad 13. Mereka kerahkan semua kekuatan untuk menghancurkan

Islam karena mereka khawatir islam akan menyebar sampai ke eropa. Namun Islam tidak

bisa dihancurkan karena Islam dalam jaminan Allah. Sehingga seorang doktor teolog

Samuel Zeimer dedengkot seorang orientalisme, yang pada saat itu berkumpul di Palestina

untuk membahas tentang perkembangan Islam. Akhirnya tuan Zeimer mengutarakan

kuncinya: ketahuilah apa kekuatan dan kelemahan umat Islam, yaitu terletak pada

agamanya, Jika Islam memegang teguh Alquran dan Sunnah nabinya. Maka jika ingin

menghancurkan Islam, jauhkanlah umat islam dari agamanya, dari masjid dari ulama.

Buat sistem yang sedikit demi sedikit menarik umat islam dari agamanya seperti perayaan

tahun baru, ulang tahun valentin dsbg. Yang kedua adalah tumbangkan kekholifahan

Islam...”

Susunan bahasa logis berdasarkan sebab akibat. Pada kalimat diatas dijelaskan bahwa “akibat dari kehancuran Islam adalah karena meninggalkan agama, alquran dan assunnah...”. Maka, setelah di uraikan dengan teori susunan bahasa yang terdiri dari deduktif, kronologis, danlogis.Acara “Tabligh Akbar di Sukabumi” tanggal 18 Desember 2016 sudah mencakup dari semua komponen dari susunan bahasa yang ada antara lain

menggunakan gagasan utama diakhiri dengan perincian dan kesimpulan, ceramah

mencakup sebab akibat dan saling berkaitan yang menggambarkan kronologi satau

berdasarkan urutan waktu dari peristiwa dalam Al-Quran dan Hadits.

Episode Tausiah Siang TV Rasil “Tanggung Jawab Suami”

Tanggung jawab suami, merupakan tema dari tausiyah yang ditayangkan melalui TV

Rasil pada tanggal 10 November 2016. Dalam tema ini peneliti memperoleh kata kunci

atau gagasan dari judul pada tausiah tersebut yaitu “Tanggung Jawab Suami”. Penjelasan

kalimat “Tanggung Jawab Suami” tersebut yang dimaksud atau dijelaskan oleh

Jalaludin Rahmat yaitu teori deduktif, merupakan pengaturan pesan berdasarkan

gagasan utama kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan

dan bukti. Pengertian tersebut ditemukan peneliti dalam analisis, sebagai berikut

:”Tanggung jawab suami adalah kewajiban seseoarang terhadap keluarga terutama

adalah seorang suami terhadap keluarganya. Apakah cukup hanya memberikan nafkah?

Kewajiban apa saja yang harus dilakukan juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan

(6)

Sesuai yang dijelaskan dalam teori deduktif, kutipan ceramah K.H Abul Hidayat Saerodjie diatas di awali dengan gagasan utama lalu di ikuti dengan keterangan penunjang,

penyimpulan dan bukti. Setelah memberikan pengertian dari judulnya, isi dari ceramah

tersebut adalah contoh dari kehidupan, perumpamaan, berdasarkan judul yang

dibawakan. Hal tersebut di ungkapkan dalam ceramah sebagai berikut : “Tanggung jawab

seorang suami tidak hanya memberikan nafkah karena ketika dia memposisikan dirinya

sebagai seoarang suami berarti telah memposisikan dirinya sebagai soerang kapten/

nahkoda jika itu kapal, yaitu orang yang harus membawa kapal tersebut selamat

mengarungi samudera kehidupan. Sebagaimana samudera yang penuh dengan gejolak jika

sampai di tengah-tengah samudera ditemukan gelombang, sebagaimana kehidupan....”

Dan kemudian di diperjelas dengan hadits rasulullah tentidak melaksanakan

kewajibanya, sebagia berikut : “Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh abu dawud

dalam suatu riwayat abdullah bin amr bin ‘asy radhiyallahu‘anhu ia berkata telah bersabda rasulullah sallallahu ‘alaihi wassalam : cukuplah seorang berdosa kalau dia mengabaikan

orang yang menjadi tanggung jawabnya dalam hal nafkah....”

Kemudian kutipan pernyataan logis pada pernyataan diatas adalah hadist rasulullah

bahwa seorang suami jika ia ingkar terhadap janjinya untuk bertanggung jawab terhadap

keluaranya maka ia telah berdosa.

Susunan bahasa logis berdasarkan sebab akibat. Pada kalimat diatas dijelaskan bahwa “sebab seorang suami berdosa adalah jika ia tidak bertanggung jawab terhadap

keluarganya.” Dengan demikian penulis mengkategorikan pernyataan tersebut pada susunan

bahasa secara logis.

2. Penggunaan Bahasa

Tabligh Akbar “Persatuan dan Kesatuan”.

Pada ceramah ini penulis menganalisis menemukan penggunaan bahasa Ustadz

Abul Hidayat Saerodjie menggunakan ragam bahasa hukum yaitu: menggunakan

bahasa yang di mengerti agar setiap kalimat yang terkandung di dalamnya mudah

di terima pendengar sesuai dengan keadaan masyarakat berikut kutipan nya: “Satu

kalimat yang ringan dan mudah diucapkan, tetapi berat dilaksanakan yaitu kalimat ummatan wahidah, wihdatul ummah, union and unity, “persatuan dan kesatuan”.

Berdasarkan kutipan di atas maka K.H Abul Hidayat Saerodjie menggunakan ragam

bahasa hukum yaitu: persatuan dan kesatuan atau menjadi umat yang satu adalah sebuah

kalimat yang mudah dan ringan untuk diucapkan namun berat bagi setiap orang untuk

(7)

Selanjutnya K.H Abul Hidayat Saerodjie menggunakan penggunaan bahasa langgam

agama yaitu mempunyai irama suara yang kadang naik dan turun, ucapan yang lambat

terkesan lembut tetapi memperhatikan naik turunya agar ceramahnya dapat diterima dan

didengarkan oleh pemirsa. Langgam agama terdapat pada kutipan berikut:“Persatuan Dan

Kesatuan” sebagimana Allah subhanahu wata’ala telah berfirman didalam surat yang saya bacakan diawal tadi surat asy-syura ayat 13 bahwa Allah telah mensyariatkan kepadamu

minaddin dari agama. Yang disyariatkan Allah kepada kita adalah addin bukan yang lain.

Sebagaimana yang telah diwasiatkan kepada nuh sama dengan kepada nabi kita Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wassalam juga sama dengan yang diwasiatkan kepada nabi Ibrahim, Musa dan Isa. Apa yang diwasiatkan itu An aqimuddin walaa

tatafaroqu fiih, tegakkan oleh kamu agama dan jangan kamu berpecah belah didalamnya

jangan kamu berfirqoh-firqoh didalamnya....”

Sedangkan kalimat perintah untuk melakukan atau menegakkan persatuan dan

kesatuan pada surat Asy-Syuro ayat 13 adalah apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan kepada Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wassalam juga sama dengan yang

diwasiatkan kepada nabi Ibrahim, Musa dan Isa yaitu An aqimuddin walaa tatafaroqu fiih.

Perintah agar bersatu dalam agama Islam dan larangan untuk berpecah belah dalam agama

islam. Hal tersebut adalah integral pada pernyataan perintah dan larangan dengan nada

yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu kecil. Dan dengan Langgam Agama yang

digunakan oleh K.H Abul Hidayat Saerodjie memperhatikan naik turunnya intonasi agar

bisa dipahami oleh audience secara baik.

Penggunaan bahasa selanjutnya yang digunakan K.H Abul Hidayat Saerodjie adalah

langgam agitator yaitu cara penyampaian dengan agresif untuk meyakinkan para

audience. Memperjelas simpulan dari analisis suara yang peneliti lakukan, peneliti

mencantumkan apa yang di ucapkan sebagai berikut : “Tegakkan oleh kamu agama dan

jangan kamu berpecah belah didalamnya jangan kamu berfirqoh-firqoh didalamnya....”

Maka berdasarkan analisis yang didapat, peneliti pada Acara “Tabligh Akbar di

Sukabumi tanggal 18 desember 2016” sudah mencakup dari semua komponen dari penggunaan bahasa yang ada antara lain menggunakan langgam agama, langgam agitator

dan ragam bahasa hukum yang telah dijelaskan di atas.

Episode Tausiah Siang TV Rasil “Tanggung Jawab Suami”

Pada ceramah ini di temukan penggunaan bahasa ilmiyah yaitu: bagaimana setiap

orang berpikir dalam membahas suatu masalah yang disampaikan serta mencari solusinya

atau jawabanya, berikut kutipan di bawah ini:“Tanggung jawab suami adalah kewajiban

(8)

Apakah cukup hanya memberikan nafkah? Kewajiban apa saja yang harus dilakukan juga

akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah”

Kutipan di atas mengisyaratkan nada dan intonasi K.H Abul Hidayat Saerodjie yang

naik turun menyebutkan sebuah pertanyaan kepada pendengar tentang apa saja yang

menjadi tanggung jawab seorang suami. Dan menggunakan intonasi tinggi pada saat

memberikan tekanan agar pendengar mencari jawabanya karena kewajiban suami adalah

hal yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah.

Kemudian ditemukan penggunaan bahasa langgam agama yaitu: irama suara yang

terkadang naik dan turun, dengan gaya ucapan yang lambat dan cermat, berikut kutipan di

bawah ini: “Tanggung jawab seorang suami tidak hanya memberikan nafkah karena ketika

dia memposisikan dirinya sebagai seoarang suami berarti telah memposisikan dirinya

sebagai soerang kapten/ nahkoda jika itu kapal, yaitu orang yang harus membawa kapal

tersebut selamat mengarungi samudera kehidupan. Sebagaimana samudera yang penuh

dengan gejolak jika sampai di tengah-tengah samudera ditemukan gelombang,

sebagaimana kehidupan...”

Peneliti menemukan perbedaan dengan analisis langgam agama sebelumnya,

perbedaannya bahwa pada pengucapan ceramah oleh K.H Abul Hidayat Saerodjie di

bagian ini lebih tinggi. Penekanan terlihat seperti pada kutipan yang diatas di bagian

“Seorang suami juga bertugas sebagai seorang guru bagi keluarganya, istri dan

anak-anaknya membimbing mereka agar menjadi manusia yang taqwa kepada Allah...”, kalimat

tersebut merupakan kalimat awalnya dengan intonasi tinggi untuk memberikan tekanan

bahwa seorang suami adalah seorang guru, membimbing keluarganya.

Selanjutnya dalam episode yang sama ditemukan ragam bahasa hukum yaitu:

menggunakan bahasa yang di mengerti audience berikut kutipannya: “Didalam sebuah

hadits yang diriwayatkan oleh abu dawud dalam suatu riwayat Abdullah Bin Amr Bin ‘Asy Radhiyallahu‘anhu ia berkata telah bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassalam : cukuplah seorang berdosa kalau dia mengabaikan orang yang menjadi tanggung jawabnya

dalam hal nafkah...”

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menganalisis bahwa K.H Abul Hidayat Saerodjie mengatakan bahwa rasulullah sallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda bahwa dikatakan berdosa seseorang (suami) jika ia mengabaikan keluarganya atau tidak

bertanggung jawab pada keluarganya.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data pada BAB III dalam skripsi ini maka dapat disimpulkan

(9)

1. Pada susunan bahasa berdasarkan analisis dari dua tausiyah retorika dakwah yang

digunakan adalah susunan bahasa deduktif, induktif, kronologis dan logis.

2. Dalam penggunaan bahasa memakai langgam agitator, langgam agama dan ragam

bahasa hukum.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari paparan hasil analisis diatas maka terdapat beberapa saran

yang disampaikan yaitu:

1. Diharapkan penyampaian dakwah memakai retorika yang tepat agar penyampaian isi pesan

dakwah tersebut bias dipahami oleh mad’u Dan hendaklah dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah saja tetapi juga mencontohkan teladan yang baik menurut alquran dan

sunnah kepada masyarakat.

2. Saran kepada pembaca skripsi ini, bila ada kekurangan dalam penyampaian sesuatu dalam

bentuk apapun yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan yang lainnya, maka saran dan

kritiknya sangat diperlukan guna penyempurnaan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M Masyhur (1995). Dinamika Islam Sejarah Transformasi dan Kebangkitan, Yogyakarta: LKPSM.

Amin, Samsul Munir (2008). Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah.

Arifin, Anwar (2011). Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi (cet ke-1). Jakarta; Graha Ilmu.

Bachtiar, Wardi (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (cet ke-1).Jakarta: Logos.

Badruttamam, Nurul (2005). Dakwah kolaboratif Tarmizi Taher( cet ke-1). Jakarta: Grafindo.

Burhan Bungin(2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu "al (Edisi Kedua). Jakarta: Kencana Pranada Media.

Champion, Dean J. (1998). Metodologi dan Masalah Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Hasanuddin, H. (1996). Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

I Wuwur (1991). Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: CV. Firdaus.

Israr, MH (1993). Retorika dan Dakwah Islam Era Modern(Cet ke-6). Jakarta: CV Firdaus.

(10)

Meleong. Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (cet ke-1). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulkham, A., M. (1996). Idiologi Gerakan Dakwah. Yogyakarta: Sipress.

Munir, Muhammad dan Ilaihi, Wahyu (2009). Manajemen Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta dan Prenada Media Kencana.

Oka, I Gusti Ngurah (1976). Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar. Bandung: Tarate.

Rakhmat, Jalaludin(1998). Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Saputra, Wahidin (2011). Pengantar Ilmu Dakwah, hal. 261, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta

Syukir, Asmuni (1983). Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa institusi dan organisasi kesehatan bergengsi di Inggris termasuk the British Medical Association, Royal College of General Practitioners, Royal College of

Penyusunan Laporan Barang Milik Daerah Tersusunnya Laporan Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. Jumlah LBMD Pemda Eks 0 0 0 0 0 0 0

Menurut Sedarmayanti (2007:260) pentingnya kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri di. Kota

Algoritma Naive Bayes dapat diartikan sebagai sebuah metode yang tidak memiliki aturan, Naive Bayes menggunakan cabang matematika yang dikenal dengan teori

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah solusi knowledge management yang dapat diterapkan pada divisi produk PT ABC meliputi proses combination, internalization,

Jadi dengan demikian Demokrasi dalam pendidikan sangat penting, sebab dengan pelaksanaan demokrasi dalam proses pembelajaran peserta didik mampu meningkatkan

Dalam memenuhi Kerangka Acuan Kerja, lingkup dari layanan yang diberikan Konsultan akan dibatasi pada Perencanan Teknis Pekerjaan Jasa Konsultasi Perencanaan Teknis Pembangunan