• Tidak ada hasil yang ditemukan

32 GAMBARAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "32 GAMBARAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

Tifany Crismarita Lokra* , A. J. M. Rattu*, Jootje M. L Umboh*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Promosi kesehatan merupakan penunjang dari program-program kesehatan lainnya. Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat di tetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “perilaku Hidup bersih dan sehat 2010” (PHBS) (Dinkes 2010). Survei kesehatan nasional (2004) menunjukan bahwa pencapaian rumah yang telah melaksanakan PHBS secara nasional yang di ukur melalui 10 indikator masih jauh dari target pemerintah, yaitu 65% pada tahun 2010 (Sembiring, 2009). Indikator Pencapaian target Program Promosi Kesehatan di Kota Pematangsiantar tahun 2007 belum mencapai target yang ditetapkan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan Rumah Tangga menunjukkan bahwa dari 210 rumah yang dipantau hanya 52 (25%) yang berperilaku sehat (Tobing, 2009). Berdasarkan survei awal di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado yang dilakukan pada tanggal 17 April 2017 dan wawancara singkat dengan petugas promosi kesehatan di Puskesmas Wenang menunjukan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan meliputi penyuluhan kesehatan dimana kegiatan tersebut dilaksanakan apabila terjadi kasus penyakit di daerah tersebut. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan rumah tangga di Puskesmas Wenang untuk saat ini belum direalisasikan karena belum adanya dana dan petunjuk lanjut dari Dinas Kesehatan Kota Manado. Menyadari akan pentingnya program promosi kesehatan di puskesmas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Informan pada penelitian ini terdiri dari 3 informan kunci yaitu Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Staf Penanggung Jawab Program Promosi Kesehata, dan 2 informan pendukung yaitu Tokoh Pemerintah di Kecamatan Wenang, Tokoh Agama di GMIM Eben Haezer Bumi Beringin. Instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri selanjutnya dibantu dengan instrumen tambahan berupa alat rekam, alat bantu menulis, kamera serta daftar pertanyaan wawancara. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, penelusuran dokumen dan observasi (triangulasi teknik). Kemudian langkah kedua yaitu peneliti mencari data dari sumber yang berbeda yang terdiri dari beberapa sumber yaitu Kepala Seksi Bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Pemegang Program Promosi Kesehatan Puskesmas Wenang, Tokoh Pemerintah dan Tokoh Agama dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sama (triangulasi sumber), dengan waktu yang berbeda-beda (triangulasi waktu). Teknik analisis data melalui tiga alur yaitu: Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Kata kunci : Promosi Kesehatan, Puskesmas

ABSTRACT

Health promotion is the support of other health programs. National policy of health promotion to support efforts to improve healthy behaviors in establishing the National Vision of Health Promotion in accordance with the Minister of Health Decree. No. 1193 / MENKES / SK / X / 2004 is "Clean and healthy life behavior 2010" (PHBS) (Dinkes 2010). National health surveys (2004) show that the achievement of houses that have implemented PHBS nationally measured through 10 indicators is still far from the government's target of 65% in 2010 (Sembiring, 2009). Indicator The achievement of Health Promotion Program target in Pematangsiantar Municipality in 2007 has not reached the target set. Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) in the Household arrangement indicates that of 210 houses monitored only 52 (25%) are in good health (Tobing, 2009). Based on the preliminary survey at Wenang District Wenang City of Manado. on 17 April 2017 and a short interview with health promotion officer at Wenang Public Health Center showed health promotion activities which included health education where the activity was conducted in case of disease in the area. The Clean and Healthy Behavior Survey on the household order at Wenang Public Health Center is not currently realized due to lack of funds and further guidance from the Manado City Health Office. Realizing the importance of the health promotion program at the puskesmas, the researcher is interested in conducting research on the Health Promotion Program Map in Wenang

District Health Center Wenang

(2)

The type of research is qualitative research. Informants in this study consisted of 3 key informants namely Head of Promotion and Community Empowerment Department of Manado City Health Office, Head of Wenang Health Center, Responsible Staff of Health Promotion Program and 2 supporting informants ie Government Leader in Wenang Subdistrict, Religious Leader at GMIM Eben Haezer Bumi Beringin. Instruments in the research is the researcher himself then assisted with additional instruments in the form of recording devices, writing aids, cameras and a list of interview questions. Researchers use data collection techniques that are in-depth interviews, document tracking and observation (technical triangulation). Then the second step is the researchers looking for data from different sources consisting of several sources, namely Section Head of Promotion and Community Empowerment Manado City Health Office, Head of Wenang Health Center, Health Promotion Program Holder Wenang Puskesmas, Government and Religious Figure by using data collection techniques the same (source triangulation), with different time (triangulation time). Data analysis techniques through three paths are: data reduction, data presentation and conclusion drawing.

(3)

PENDAHULUAN

Promosi kesehatan adalah upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui

pembelajaran dari, oleh untuk, dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong diri

sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang

bersumber daya masyarakat, sesuai dengan

kondisi sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

(Kementerian Kesehatan, 2011).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan

Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang

menjelaskan bahwa salah satu fungsi

Puskesmas adalah sebagai pusat pemberdayaan

keluarga dan masyarakat, fungsi yang lain yaitu

pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan strata

pertama. Dengan demikian promosi kesehatan

adalah salah satu upaya wajib yang harus

dilaksanakan oleh semua puskesmas

(Kepmenkes RI, 2007).

Program kesehatan dasar Puskesmas yang

dikembangkan di era desentralisasi ini meliputi

program: Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak

(KIA) Dan Keluarga Berencana (KB),

Peningkatan Gizi, Kesehatan Lingkungan,

Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit

Menular, Pengobatan, Penyuluhan, Kesehatan

Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan

Kesehatan Masyarakat, Peningkatan Kesehatan

Kerja, Kesehatan Gigi Dan Mulut, Kesehatan

Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium

Kesehatan, Pencatatan Dan Pelaporan,

Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dan

Pembinaan Pengobatan Tradisional

(Triwibowo dan Pusphandani, 2015).

Promosi kesehatan merupakan penunjang

dari program-program kesehatan lainnya.

Artinya setiap program kesehatan, misalnya

pemberantasan penyakit, perbaikan gizi

masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu

dan anak, program pelayanan kesehatan, dan

sebagainya perlu ditunjang atau dibantu oleh

promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut

penyuluhan kesehatan). Masing-masing

program tersebut mempunyai aspek perilaku

masyarakat yang perlu dikondisikan dengan

promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Kebijakan nasional promosi kesehatan

untuk mendukung upaya peningkatan perilaku

sehat di tetapkan Visi Nasional Promosi

Kesehatan sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004

yaitu “perilaku Hidup bersih dan sehat 2010”

(PHBS) (Dinkes 2010). Survei kesehatan

nasional (2004) menunjukan bahwa pencapaian

rumah yang telah melaksanakan PHBS secara

nasional yang di ukur melalui 10 indikator

masih jauh dari target pemerintah, yaitu 65%

pada tahun 2010 (Sembiring, 2009). Indikator

Pencapaian target Program Promosi Kesehatan

di Kota Pematangsiantar tahun 2007 belum

mencapai target yang ditetapkan. Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan

Rumah Tangga menunjukkan bahwa dari 210

rumah yang dipantau hanya 52 (25%) yang

berperilaku sehat (Tobing, 2009).

Berdasarkan survei awal di Puskesmas

Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado

yang dilakukan pada tanggal 17 April 2017 dan

wawancara singkat dengan petugas promosi

kesehatan di Puskesmas Wenang menunjukan

(4)

meliputi penyuluhan kesehatan dimana

kegiatan tersebut dilaksanakan apabila terjadi

kasus penyakit di daerah tersebut. Survei

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan

rumah tangga di Puskesmas Wenang untuk saat

ini belum direalisasikan karena belum adanya

dana dan petunjuk lanjut dari Dinas Kesehatan

Kota Manado.

Menyadari akan pentingnya program

promosi kesehatan di puskesmas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran Program Promosi Kesehatan di

Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota

Manado.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif.

Informan pada penelitian ini terdiri dari 3

informan kunci yaitu Kepala Seksi Promosi dan

Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan

Kota Manado (R1), Kepala Puskesmas Wenang

(R2), Staf Penanggung Jawab Program Promosi

Kesehatan (R3) dan 2 informan pendukung

yaitu Tokoh Pemerintah di Kecamatan Wenang

(R4), Tokoh Agama di GMIM Eben Haezer

Bumi Beringin (R5). Instrumen dalam

penelitian adalah peneliti sendiri selanjutnya

dibantu dengan instrumen tambahan berupa alat

rekam, alat bantu menulis, kamera serta daftar

pertanyaan wawancara. Peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data yaitu wawancara

mendalam, penelusuran dokumen dan

observasi (triangulasi teknik). Kemudian

langkah kedua yaitu peneliti mencari data dari

sumber yang berbeda yang terdiri dari beberapa

sumber yaitu Kepala Seksi Bidang Promosi dan

Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan

Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang,

Pemegang Program Promosi Kesehatan

Puskesmas Wenang, Tokoh Pemerintah dan

Tokoh Agama dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang sama (triangulasi

sumber), dengan waktu yang berbeda-beda

(triangulasi waktu). Teknik analisis data

melalui tiga alur yaitu: Reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Wenang mencakup sebagian

kelurahan yang termasuk dalam wilayah

Kecamatan Wenang dengan batas-batas

sebagai berikut:

- Sebelah Utara: Kelurahan Tuminting

Kecamatan Singkil

- Sebelah Timur: Kecamatan Tikala

- Sebelah Selatan: Kecamatan Sario dan

Kecamatan Wanea

Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang

mempunyai 12 wilayah kerja yang terdiri dari:

Kelurahan Teling Bawah, Kelurahan Tikala

Kumaraka, Kelurahan Bumi Beringin,

Kelurahan Mahakeret Timur, Kelurahan

Mahakeret Barat, Kelurahan Wenang Utara,

Kelurahan Wenang Selatan, Kelurahan Calaca,

Kelurahan Istiqlal, Kelurahan Pinaesan,

Kelurahan Lawangirung dan Kelurahan Komo

Luar.

1.2 Luas Wilayah

Secara administrative luas kecamatan Wenang

adalah 313,9 km2 umumnya terdiri atas dataran

(5)

dicapai melalui jalan darat dan luas per

kelurahan.

1.3 Keadaan Demografi

Berdasarkan data pusdatin 2016, jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wenang

Kota Manado tahun 2016 tercatat sebesar

34.637 jiwa terdiri dari 17.641 laki-laki dan

16.996 perempuan, dan rumah tangga sebesar

9.427 dengan rata-rata per rumah tangga 3-4

jiwa, sedangkan kepadatan penduduk sesuai

dengan luas wilayah adalah 117/km2.

Untuk komposisi penduduk di wilayah

Puskesmas Wenang Kota Manado tahun 2015

menurut golongan umur, menunjukan bahwa

penduduk di wilayah kerja puskesmas wenang

yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 9.835,

yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar

23.378, dan yang berusia tua (≥65 tahun) (Sumber: Profil Puskesmas Wenang, 2016)

1.4 Keadaan Ekonomi

Kondisi perekonomian merupakan salah satu

aspek yang diukur dalam menentukan

keberhasilan pembangunan suatu daerah. Di

wilayah puskesmas wenang masih banyak

keluarga yang masuk dalam kategori keluarga

miskin terdapat 3.969 jumlah jiwa yang

mendapat jaminan kesehatan masyarakat.

program pemerintah Kota Manado dengan

Universal Coveragenya telah mengcover

pelayanan kesehatan bagi seluruh warga Kota

Manado.

1.5 Tenaga Kesehatan Puskesmas Wenang

Tenaga kesehatan yamg ada di Puskesmas

Wenang berjumlah 31 orang dengan rincian

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1.

(Sumber: Profil Puskesmas Wenang, 2016)

Karakteristik Informan

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan

Kota Manado, Puskesmas Wenang, Kantor

Kecamatan Wenang dan GMIM Eben Haezer

Bumi Beringin, yang menjadi informan adalah

Kepala Seksi Bidang Promosi dan

Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan

Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Staf

Penanggung Jawab Program Promosi

Kesehatan di Puskesmas Wenang, Tokoh

Pemerintah di Kecamatan Wenang dan Tokoh

Agama. Informan dalam penelitian ini memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, dapat dilihat

dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Karakteristik Informan

(6)

1 R1 Kepala Seksi

Pernyataan masing-masing Informan diberi

kode R1 untuk Kepala Seksi Bidang Promosi

dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Kesehatan Kota Manado, R2 untuk Kepala

Puskesmas Wenang, R3 untuk Penanggung

Jawab Program Promosi Kesehatan di

Puskesmas Wenang, R4 untuk Tokoh

Pemerintah Kecamatan Wenang dan R5 untuk

Tokoh Agama GMIM Eben Haezer Bumi

Beringin.

Hasil Wawancara, Penelusuran Dokumen

dan Observasi

1. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat berkaitan

dengan kegiatan pelaksanaan didalam dan di

luar gedung puskesmas. Promosi kesehatan di

dalam gedung puskesmas adalah promosi

kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan

gedung puskesmas seperti di tempat

pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, di

ruang pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) dan keluarga berencana (KB), di ruang

perawatan inap, laboratorium, di kamar obat, di

tempat pembayaran, di klinik khusus, dan di

halaman puskesmas (Kementerian Kesehatan

RI, 2007).

Kegiatan promosi kesehatan untuk

Puskesmas Wenang di dalam gedung telah

dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang

ada dipuskesmas, bukan hanya oleh pemegang

program promosi kesehatan. Promosi kesehatan

juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain baik

dari program kesehatan lingkungan,

pemberantasan penyakit menular, gizi, serta

Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga

berencana (KB).

Kegiatan promosi kesehatan yang

dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas

wenang antara lain yaitu melakukan kegiatan

penyuluhan di posyandu dengan materi

penyuluhan seperti kesehatan gigi dan mulut,

penyakit menular, kesehatan lingkungan,

imunisasi dan gizi. Kegiatan promosi kesehatan

lainnya yang di lakukan di dalam gedung juga

yaitu pemasangan poster yang berisi informasi

berbagai penyakit serta pencegahannya seperti

JKN KIS (Dengan Gotong Royong Semua

Tertolong), Keluarga Sehat Keluarga Bahagia

(Kemenkes RI), Stop TB minum obat dengan

teratur anda sembuh, berantas DBD dengan 3M

(Menutup, Menguras, Mengubur).

Promosi kesehatan diluar gedung adalah

promosi kesehatan yang dilakukan petugas

puskesmas diluar gedung puskesmas. Artinya

(7)

masyarakat yang berada di wilayah kerja

puskesmas. Pelaksanaan promosi kesehatan

diluar puskesmas yang dilakukan oleh

puskesmas sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) melalui kunjungan rumah,

pemberdayaan berjenjang, dan

penggorganisasian masyarakat (Kementrian RI,

2007).

Kegiatan promosi kesehatan yang

dilakukan tidak hanya berupa penyuluhan di

posyandu dan pemasangan poster saja tetapi

juga kegiatan promosi kesehatan yang di

lakukan di luar gedung puskesmas wenang

yaitu penyuluhan kelompok dan penyuluhan

massal seperti peyuluhan ke sekolah-sekolah,

institusi-institusi masyarakat, pemberdayaan

kader-kader posyandu, Gereja dan PKK serta

kegiatan prolandis untuk lansia. Penyuluhan

yang dilakukan di luar gedung adalah

serangkaian kegiatan untuk mencakup

masyarakat secara kelompok maupun massal

mengenai kesehatan.

Kunjungan rumah dilakukan petugas

kesehatan sebagai tindak lanjut dan upaya

promosi kesehatan didalam gedung puskesmas

yang telah dilakukan kepada pasien/keluarga.

Terutama pasien/keluarga yang memiliki

masalah kesehatan yang cukup berat dan atau

mereka yang sepakat untuk melaksanakan

langkah-langkah lanjut dirumah tangganya

(Kementrian Kesehatan RI, 2007), Kegiatan-

kegiatan penyuluhan yang dilakukan diluar

gedung Puskesmas menurut kepala seksi

promosi dan pemberdayaan masyarakat dinas

kesehatan kota manado, kegiatan yang

dilakukan berupa kunjungan rumah dan

pengorganisasian masyarakat telah dilakukan

yaitu salah satunya adalah survey keluarga

sehat. Survey ini dilakukan untuk pendataan

atau pemetaan untuk keluarga yang termasuk

keluarga sehat yang di nilai dengan 10 indikator

PHBS rumah tangga. Perkunjungan rumah oleh

puskesmas wenang untuk triwulan satu belum

di laksanakan karena belum ada program dari

promkes ke dinas kesehatan yang ditentukan

karena perlu waktu dan tim untuk turun a hari

pada 12 kelurahan selama satu bulan, tetapi jika

ada kasus puskesmas tetap turun melakukan

kunjungan rumah.

Pengorganisasian masyarakat merupakan

suatu proses pengerakan dan pemberdayaan

yang meliputi pelaksanaan, pencatatan, dan

penelitian dalam pembangunan masyarakat

untuk mau dan mampu mengatasi masalahnya

sendiri secara swadaya sesuai dengan

kemampuannya, khususnya yang berkaitan

dengan PHBS (Kementrian Kesehatan RI,

2007). Kelompok masyarakat yang sudah

digarap dengan pengorganisasian masyarakat

di puskesmas belum ada artinya kelompok

mandiri sejauh ini hanya sebatas kegiatan

posyandu balita, posyandu lansia dan

pendidikan anak usia dini (PAUD).

Persentase jumlah rumah tangga yang telah

melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) di Puskesmas Wenang dalam

memenuhi 10 indikator PHBS dari hasil

wawancara dengan staf penanggung jawab

program promosi kesehatan mengatakan masih

kurang sekali jumlah rumah tangga yang

berperilaku hidup bersih dan sehat, penelusuran

dokumen format pemantauan PHBS rumah

(8)

tentang rumah tangga yang ber-(PHBS).

Menurut kepala seksi promosi dan

pemberdayaan masyarakat dinas kesehatan

kota manado mengatakan bahwa untuk triwulan

satu kemarin cakupan sementara rumah tangga

yang berperilaku hidup bersih dan sehat di kota

manado yaitu 37,5% Karena dari 16 jumlah

puskesmas yang ada di kota manado, hanya 6

puskesmas yang memasukan laporannya

sedangkan 10 puskesmas lainnya termasuk

salah satunya adalah Puskesmas Wenang belum

memasukan datanya.

2. Pengembangan Kemintraan

Kemitraan adalah suatu kerja sama formal

antar individu-individu, kelompok-kelompok

atau organisasi-organisasi untuk mencapai

suatu tugas atau tujuan tertentu (Notoatmodjo,

2012). Kemitraaan dikembangkan karena

kesadaran bahwa untuk meningkatkan

efektivitas promosi kesehatan, petugas

kesehatan puskesmas harus bekerjasama

dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya

kelompok profesi, pemuka agama, lembaga

sosial masyarakat (LSM), media massa dan

lain-lain. Kemitraan harus berdasarkan pada 3

prinsip dasar, yaitu kesetaraa, keterbukaan dan

saling menguntungkan (Kementerian

Kesehatan, 2007).

Menurut penelitian Penelitian Sari dan

Sulistyowati (2015), tentang “Analisis Promosi

Kesehatan di Puskesmas Kalijudan Terhadap

PHBS Rumah Tangga Ibu Hamil” mengatakan

bahwa Berdasarkan pedoman pelaksanaan

promosi kesehatan puskesmas beberapa

lembaga yang harus dibentuk kemitraannya

bukan hanya organisasi wanita melainkan

organisasi lainnya. Beberapa organisasi

tersebut adalah Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), organisasi profesi, organisasi

kepemudaan, organisasi keagamaan dan

kemasyarakatan. Namun, Puskesmas Kalijudan

belum bermitra dengan lembaga tersebut.

Pembentukan mitra harus diawali dengan

identifikasi para pemuka masyarakat agar

terlaksana kemitraan secara berjenjang.

Kemitraan merupakan salah satu strategi

promosi kesehatan yang penting untuk

dilaksanakan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang

pedoman promosi kesehatan daerah

menyatakan bahwa salah satu strategi dasar

utama promosi kesehatan adalah kemitraan.

Kemitraan penting dilakukan oleh pihak

puskesmas agar dapat meningkatkan efektivitas

promosi kesehatan. Begitu besar dan luasnya

masyarakat yang menjadi tanggung jawab

pihak puskesmas, serta begitu banyak tatanan

yang harus ditangani oleh puskesmas

mengharuskan petugas puskesmas untuk

bekerjasama dengan pihak lain agar promosi

kesehatan secara menyeluruh dapat

dilaksanakan. Panduan promosi kesehatan

puskesmas menyebutkan pada tatanan rumah

tangga untuk membentuk kemitraan,

puskesmas harus mengidentifikasi para pemuka

masyarakat. Para pemuka masyarakat di tatanan

rumah tangga meliputi kepala desa/lurah,

pengurus RW/RT, pemuka agama, dan tim

penggerak PKK (Kepmenkes, 2007).

Kegiatan di bidang kesehatan khususnya

untuk program/kegiatan promosi kesehatan

(9)

kerjasama lintas program maupun kerjasama

lintas sektor. Puskesmas wenang melakukan

kerjasama lintas program antara lain kerjasama

dengan program-program yang ada di dinas

kesehatan kota manado seperti program

kesehatan ibu dan anak (KIA), program upaya

pelayanan kesehatan, program peningkatan

sumber daya manusia dan program

pemberantasan penyakit menular. Untuk

kejasama lintas sektor berupa kerjasama

dengan dinas pendidikan untuk program upaya

kesehatan sekolah (UKS) atau upaya kesehatan

gigi, penyuluhan, imunisasi serta kerjasama

dengan tokoh masyarakat dan kader-kader.

Kejasama lintas sektor lainnya juga terjalin

dengan media promosi seperti radio mitra

kawanua dan media masa TV baik milik

pemerintah maupun swasta untuk membantu

mempromosikan kesehatan dan juga kerjasama

dengan pt konimex untuk penyuluhan dan

mempromosikan obat termorex.

3. Upaya Advokasi

Advokasi diartikan sebagai upaya

pendekatan terhadap orang lain yang dianggap

mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan

suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.

oleh karena itu yang menjadi sasaran atau target

advokasi adalah para pemimpin suatu

organisasi atau institusi kerja, baik di

lingkungan pemerintah maupun swasta, serta

organisasi kemasyarakatan (Notoatmodjo,

2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Budiyono

(2010) mengenai “Posisi Stakeholder dan

Strategi Advokasi Kibbla Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah” meneyebutkan bahwa Posisi

stakeholder memiliki pengaruh kuat dan

keterkaitan yang tinggi dengan advokasi

KIBBLA di Jawa Tengah adalah DPRD,

Bupati/Walikota, BAPPEDA, DKK, dan RS.

Pengaruh dan keterkaitan stakeholders tersebut

bisa berposisi sebagai sasaran advokasi maupun

tim advokasi KIBBLA. Menurut penelitian

Rachmat (2003) untuk mengurangi kematian

ibu dan bayi di beberapa Kabupaten di Jawa

Tengah menunjukan bahwa untuk mewujudkan

pelayanan yang mampu memberikan rasa puas

pada masyarakat perlu didukung komitmen

yang tinggi oleh para Bupati. Hal inilah yang

mendorong dilaksanakannya kegiatan advokasi

di beberapa kabupaten di Jawa Tengah seperti

di Jepara dan Rembang. Peran penentu

kebijakan dirasa cukup penting agar diperoleh

komitmen yang kuat.

Di wilayah kerja puskesmas wenang, untuk

mendapatkan dukungan dari berbagai pihak

guna menciptakan lingkungan dan perilaku

sehat, puskesmas melakukan upaya advokasi ke

dinas kesehatan kota manado setelah itu dari

dinas kesehatan kota manado melakukan

pendekatan advokasi kepada pemerintah kota

manado dalam rangka membuat peraturan

walikota supaya pemerintah kota bisa

mengusulkan ke DPR/DPRD untuk

mengeluarkan suatu peraturan mengenai

kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS,

pemberantasan demam berdarah dan ASI

Eksklusif. Puskesmas juga melakukan upaya

advokasi melalui lintas sektor yaitu tokoh

agama, tokoh masyarakat, PKK, kepala

lingkungan dan pemuda.

(10)

Bina suasana adalah kegiatan membuat

suasana atau iklim yang mendukung

terwujudnya perilaku sehat dengan

mengembangkan opini publik yang positif

melalui media massa, tokoh masyarakat, dan

figur publik. Kegiatan ditunjukan kepada para

tokoh masyarakat, baik formal (guru, camat dan

petugas kesehatan) maupun informal (tokoh

agama dan tokoh masyarakat) yang mempunyai

pengaruh di masyarakat (Maulana, 2009).

Pembinaan suasana berupa pelatihan,

lokakarya, dan penyuluhan bagi tokoh agama

dan tokoh masyarakat dari puskesmas

mengatakan bahwa ada pertemuan dan

pelatihan dari dinas kesehatan seperti pelatihan

mengenai keluarga sehat yang di lakukan setiap

satu tahun dua kali bagi petugas promkes, tokoh

masyarakat, tokoh agama dan PKK.

Pelaksanaan program promosi kesehatan

juga memerlukan faktor penguat (reinforcing)

yang mendorong terjadinya perilaku di

masyarakat. Tokoh agama, tokoh masyarakat,

undamg-undang undang-undang atau peraturan

merupakan contoh faktor penguat terjadinya

perilaku, hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakuukan oleh suryani (2009) tentang

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di

Rumah Tangga yang Sehat di Wilayah Kerja

Puskesmas Teladan Medan Kecamatan Medan

Kota” menunjukan bahwa terdapat pengaruh

yang bermakna antara tindakan pelaksanaan

promosi kesehatan rumah tangga yang sehat

dengan faktor penguat. Sebagai contoh, sering

terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat

menimbang berat badan balita dan telah

tersedia fasilitas posyandu, tetapi Ibu RT dan

Ibu Kepala Lingkungan belum mengikuti

program tersebut, sehingga masyarakat juga

tidak menimbang balitanya ke posyandu.

Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan

kepada penguat tersebut adalah berupa

pelatihan-pelatihan kepada tokoh masyarakat

dan tokoh agama. Pelatihan-pelatihan ini dapat

memberikan 2 tujuan. Pertama agar para tokoh

masyarakat dan para tokoh agama tersebut

dapat memberikan contoh bagi masyarakat

sekitarnya. Kedua, para tokoh masyarakat dan

tokoh agama tersebut dapat

mentransformasikan pengetahuan-pengetahuan

tentang kesehatan kepada masyarakat sesuai

dengan ketokohan mereka.

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia

(SDM)

Sumber daya manusia kini makin berperan

besar bagi kesuksesan suatu organisasi. Banyak

organisasi menyadari bahwa unsur manusia

dalam suatu organisasi dapat memberikan

keunggulan bersaing. Mereka membuat

sasaran, strategi, inovasi, dan mencapai tujuan

organisasi. Oleh karena itu, sumber daya

manusia merupakan salah satu unsur yang

paling vital bagi organisasi. Terdapat dua

alasan dalam hal ini. Pertama, sumberdaya

manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas

organisasi. Sumber daya manusia merancang

dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi

kualitas, memasarkan produk, mengalokasikan

sumber daya finansial, serta menentukan

seluruh tujuan dan strategi organisasi. Kedua,

sumber daya manusia merupakan pengeluaran

utama organisasi dalam menjalankan bisnis

(11)

Mengenai ada/tidaknya tenaga dan jumlah

penyuluh kesehatan masyarakat (PKM)

Puskesmas sesuai dengan acuan dalam standar

Sumber Daya Manusia (SDM). Promosi

kesehatan puskesmas menunjukan bahwa

hanya beberapa Puskesmas yang memiliki

tenaga penyuluh. Diantaranya Puskesmas

Bunaken Kepulauan, Puskesmas Minanga,

Puskesmas Ranomuut, Puskesmas Paniki,

Puskesmas Teling, Puskesmas Tikala Baru,

Puskesmas Wawonasa. Tenaga penyuluh

tersebut adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM) dan memiliki jabatan fungsional

penyuluh kesehatan.

Menurut kepala Puskesmas dan Staf

Penanggung Jawab Program Promosi

Kesehatan di Puskesmas Wenang mengatakan

bahwa belum ada tenaga Penyuluh Kesehatan

Masyarakat yang SKM (Sarjana Kesehatan

Masyarakat) karena standarnya harus SKM,

jadi tenaga Penyuluh di Puskesmas yang

merangkap sebagai pemegang program

promosi kesehatan, juga merangkap sebagai

perawat gigi dan Bendahara di puskesmas

Wenang adalah lulusan sekolah pengatur rawat

gigi (SPRG), ini jelas tidak sesuai dengan

standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk

puskesmas.

Penelitian Sari dan Sulistyowati (2015),

tentang “Analisis Promosi Kesehatan di

Puskesmas Kalijudan Terhadap PHBS Rumah

Tangga Ibu Hamil” mengatakan bahwa

Pendukung promosi kesehatan yang utama

adalah sumber daya manusia. Berdasarkan hasil

wawancara didapatkan bahwa petugas promosi

kesehatan adalah lulusan D3 Keperawatan. Hal

ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kalijudan

tidak memiliki tenaga khusus promosi

kesehatan.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005

menyebutkan bahwa standar tenaga khusus

promosi kesehatan puskesmas adalah D3

Kesehatan dengan minat dan bakat di bidang

promosi kesehatan. Berdasarkan pedoman

promosi kesehatan puskesmas memang tidak

dilarang seorang perawat atau tenaga kesehatan

lain memegang program promosi kesehatan

apabila tidak terdapat tenaga khusus. Namun,

tidak semua tenaga kesehatan bisa serta merta

memegang program promosi kesehatan.

Tenaga kesehatan yang bukan tenaga khusus

promosi kesehatan harus memiliki kemampuan

berupa pengetahuan dan keterampilan dalam

menyampaikan informasi maupun konseling

serta harus mengikuti pelatihan atau kursus di

bidang promosi kesehatan. Hal ini penting

karena tenaga promosi kesehatan harus

memiliki kapasitas di bidang promosi

kesehatan. Sehingga petugas dapat

melaksanakan program promosi kesehatan

sesuai dengan prinsip promosi kesehatan

puskesmas.

Sumber daya manusia dalam

penyelenggaraan promosi kesehatan promosi

kesehatan memegang peran penting.

Pengetahuan yang dimiliki petugas promosi

kesehatan mempengaruhi pelaksanaan promosi

kesehatan dipuskesmas, hal tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Suryani

(2009) tentang “factor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program promosi

kesehatan dirumah tangga sehat di wilayah

(12)

medan kota “ menunjukan bahwa variabel yang

berpengaruh terhadap pelaksanaan program

promosi rumah tangga sehat adalah factor

pengetahuan (OR=17), Sikap (OR=6) , dan

tindakan (OR=3) . Variabel yang paling

dominal pengaruhnya adalah pengetahuan .

Begitu juga penelitian yang dilakukan Timisela

(2007) “tentang perilaku PHBS karyawan dinas

kesehatan propinsi papua, dengan hasil bahwa

pengetahuan sikap karyawan tentang perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) memiliki

keterkaitan dengan tindakan karyawan tentang

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) .

Pengembangan sember daya manusia

(SDM) adalah upaya ini meliputi kegiatan

pendidikan, penelitian dan pertemuan . Untuk

meningkatkan wawasan , kemauan dan

keterampilan, baik petugas kesehatan maupun

kelompok-kelompok potensi masyarakat

(Rahmawati, 2008). Semua tenaga kerja yang

ada dipuskesmas hendanya memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam memberi

informasi atau konseling. Jika keterampilan ini

ternyata belum dimiliki , maka harus

diselenggarakan program pelatihan/kursus

(kementerian kesehatanRI,2007).

Hasil wawancara dengan kepala puskesmas

dan staf penanggung jawab program promosi

kesehatan di puskesmas wenang menunjukan

bahwa pelatihan mengenai promosi kesehatan

bagi tenaga penyuluh kesehatan masyarakat

(PKM) dan tenaga kesehatan lainnya yang

sudah di latih di puskesmas wenang sudah ada

tetapi hanya pertemuan dan pelatihan biasa saja

yang dilaksanakan dari dinas kesehatan dengan

waktu satu sampai dua hari, sedangkan

pelatihan khusus untuk petugas promosi

kesehatan belum ada.

Kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat

(PKM) dilaksanakan secara integrative untuk

mendukung semua kegiatan program

puskesmas. Semua program memerlukan

komponen penyuluh untuk

kelompok-kelompok sasaran program, semua staf

puskesmas harus mampu melaksanakan

penyuluhan kesehatan, baik sasarannya

individu pasien maumpun kelompok-kelompok

masyarakat sasaran program (muninjaya,2004).

Di Puskesmas Wenang semua tenaga kerja

telah melaksanakan kegiatan promosi

kesehatan dalam program masing-masing.

6. Pengembangan media dan sarana

Media promosi kesehatan merupakan

peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan informasi kesehatan untuk

mempermudah penerima pesan-pesan

kesehatan bagi masyarakat atau klien . Media

promosi kesehatan dapat dibagi menjadi 3,

yaitu media cetak , media elektronik atau media

papan. Media cetak dapat berupa booklet ,

leaflet , flyer , flif chart , rubik , poster , dan foto

. Media elektronik berupa televise , radio ,

video, slide dan film strip . Sedangkan media

papan berupa papan (billboard yabg di pasang

ditempat-tempat umum (Notoadmodjo, 2010).

Mengenai kondisi media komunikasi yang

ada di Puskesmas Wenang seperti poster,

leaflet, spanduk berdasarkan hasil observasi

seperti poster, leaflet dan spanduk ada, namun

jumlahnya sedikit yang ditempel di dinding

puskesmas, sementara leaflet lain ada pada

(13)

poster, leaflet dan spanduk masih dalam

keadaan bagus dan mudah dibaca . Poster dan

leaflet tersebut diberikan oleh dinas kesehatan

kota manado dan tidak selalu ada karena

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang

diperlukan oleh Puskesmas.

Media dan sarana merupakan alat yang

efektif dalam membantu mempromosikan

kesehatan. Ketersediaan media dan sarana

promosi kesehatan yang memadai dapat

mendukung tercapainya tujuan promosi

kesehatan untuk terciptannya perubahan.

Penambahan media yang sesuai dengan

kebutuhan sangat diharapkan, melihat jumlah

media di puskesmas Wenang sangat

membutuhkan penambahan.

Sarana dan peralatan promosi kesehatan

puskesmas sesuai dengan acuan dalam standar

sarana/peralatan promosi kesehatan puskesmas,

seperti Flipcharts, over head projector (OHP),

amplifayer dan wireless microphone, kamera

foto, megaphone, portable generator, tape

cassette recorder. Sarana dan peralatan yang

sebaiknya ada antara lain screen, televisi dan

antenna, vcd-dvd player, computer dan printer,

gadget kelengkapan leptop untuk presentasi, lcd

projector dan leptop, kendaraan roda dua untuk

penyuluhan (Kementerian Kesehatan RI,

2006).

Ketersediaan Sarana dan Peralatan Promosi

Kesehatan di Puskesmas Wenang berdasarkan

hasil penelusuran dokumen dan wawancara

dengan ketiga informan mengatakan ada tapi

belum lengkap. Sarana yang ada di puskesmas

Wenang hanya berupa Televisi, Wireless, LCD

Mega Layout dan Mobil Unit Promosi

Kesehatan.

KESIMPULAN

1. Pemberdayaan masyarakat belum optimal

karena masih kurangnya data untuk

keluarga yang melakukan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS), pemberdayaan

masyarakat hanya sebatas penyuluhan,

posyandu dan pemasangan poster.

2. Pengembangan kemitraan lintas program

telah dilaksanakan dengan

program-program lain di dinas kesehatan dan

puskesmas, sedangkan kerjasama lintas

sektor dengan pihak kecamatan,

kelurahan, tokoh masyarakat, kader-kader,

Dinas Pendidikan, pihak sekolah, media

massa tv, pt konimex dan radio.

3. Upaya advokasi untuk memperoleh

kebijakan yang mendukung kegiatan

promosi kesehatan sudah ada, salah

satunya yaitu puskesmas melakukan

pendekatan advokasi ke dinas kesehatan

kota manado setelah itu dari dinas

kesehatan kota manado melakukan

pendekatan advokasi kepada pemerintah

kota manado. Puskesmas juga melakukan

upaya advokasi melalui lintas sektor yaitu

tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK,

kepala lingkungan dan pemuda

4. Pembinaan suasana dalam bentuk

pelatihan khusus, lokakarya dan

penyuluhan bagi tokoh agama dan tokoh

masyarakat sudah dilakukan dan

pendekatannya ke kader, tokoh

masyarakat dan PKK.

5. Sumber daya manusia untuk promosi

kesehatan di puskesmas wenang belum

(14)

standar acuan promosi kesehatan di

puskesmas.

6. Ketersediaan media komunikasi dan

sarana promosi kesehatan di puskesmas

wenang masih dikatakan kurang atau

belum lengkap.

SARAN

1. Mengadakan program kunjungan ke

rumah masyarakat dan lebih

memaksimalkan pemberdayaan

masyarakat

2. Penempatan tenaga yang sesuai standar

sumber daya manusia (SDM) promosi

kesehatan pada bidang promosi kesehatan

di puskesmas

3. Melakukan pengadaan kembali media

komunikasi dan sarana yang sudah tidak

layak di gunakan

4. Tetap mempertahankan kerjasama yang

baik antara lintas program dan lintas sektor

di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Jati S, Dan Musthofa S, 2010, Posisi

Stakeholder Dan Strategi Advokasi

Kibbla Kabupaten/Kota Di Jawa

Tengah. Jurnal Manajemen Pelayanan

Kesehatan. Volume 13, Nomor 03,

September 2010 Halaman 126.

Semarang: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro

(http://id.portalgaruda.org/?ref=browse

&mod=viewarticle&article=131771)

Departemen Kesehatan, RI. 2007. Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor

585/MENKES/SK/V/2007 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Pusat

Promosi Kesehatan Depkes RI.

Departemen Kesehatan, RI. 2011. Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor

128/MENKES/SK/II/2004 Tentang

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

Kementerian Kesehatan, RI. 2011. Tentang

Promosi Kesehatan di Daerah

Bermasalah Kesehatan. Jakarta: Pusat

Promosi Kesehatan.

Maulana, H. D. J. 2009. Promosi Kesehatan.

Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Puskesmas Wenang. 2016. Profil Puskesmas

Wenang. Manado.

Rachmat, K. 2003. Advokasi Marketing Public

Relations untuk Mengurangi Kematian

Ibu dan Bayi Baru Lahir di Beberapa

Kab. di Jawa Tengah. (online)

(http://www.promosikesehatan.com/?act

=article&id=144).

Sari I, Dan Sulistyowati M, 2015, Analisis

Promosi Kesehatan di Puskesmas

Kalijudan Terhadap PHBS Rumah

Tangga Ibu Hamil. Jurnal Promkes.

volume 3, No 2, Desember 2015

Halaman 159. Surabaya: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas

Airlangga Surabaya

(http://e-journal.unair.ac.id/index.php/PROMKE

(15)

Suryani. 2009. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program

promosi kesehatan di rumah tangga yang

sehat di wilayah kerja puskesmas teladan

medan kecamatan medan kota tahun

2009. Tesis S-2 Pascasarjana IKM USU.

Medan: Universitas Sumatera Utara

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sembiring, S. E. M. 2009. Strategi

Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Peningkatan PHBS Individu Pada

Masyarakat Pantai di Wilayah

Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2009. Tesis S-2

Pascasarjana IKM USU. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Tobing, H. P. I. 2009. Pengaruh kompetensi

terhadap kinerja petugas promosi

kesehatan puskesmas di wilayah kerja

dinas kesehatan kota pematang siantar

tahun 2009. Tesis S-2 Pascasrajana IKM

USU. Medan: Universitas Sumetra

Utara.

Triwibowo, C, dan Pusphandani, M. E., 2015.

Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi pada penelitian Jasman (2016), Sukarti dan Suwarti (2018), penelitian asimetri informasi berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya ekuitas, hal ini

[r]

Moch Ansari Saleh Banjarmasin dari 86 orang responden yang telah mengalami stroke dengan tidak menderita riwayat DM sebelumnya dan menderita DM sebelumnya di

• JDBC Type 3 Driver – ditulis 100% dengan Java dan menggunakan protokol jaringan yang vendor independent untuk mengakses. independent

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara dan

Anestesia blok saraf perifer ekstremitas atas adalah tindakan anestesia dengan menyuntikkan obat anestesia lokal (dengan atau tanpa adjuvan) ke sekitar saraf (hingga perineural

Dengan bijaksana dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial instagram, dan menghormati orang lain serta menghasilkan karya yang bagus, sejati nya para remaja

Dari hasil analisis dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani karet rakyat maka dapat di tarik beberapa kesimpulan