GAMBARAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS WENANG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO
Tifany Crismarita Lokra* , A. J. M. Rattu*, Jootje M. L Umboh*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Promosi kesehatan merupakan penunjang dari program-program kesehatan lainnya. Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat di tetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “perilaku Hidup bersih dan sehat 2010” (PHBS) (Dinkes 2010). Survei kesehatan nasional (2004) menunjukan bahwa pencapaian rumah yang telah melaksanakan PHBS secara nasional yang di ukur melalui 10 indikator masih jauh dari target pemerintah, yaitu 65% pada tahun 2010 (Sembiring, 2009). Indikator Pencapaian target Program Promosi Kesehatan di Kota Pematangsiantar tahun 2007 belum mencapai target yang ditetapkan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan Rumah Tangga menunjukkan bahwa dari 210 rumah yang dipantau hanya 52 (25%) yang berperilaku sehat (Tobing, 2009). Berdasarkan survei awal di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado yang dilakukan pada tanggal 17 April 2017 dan wawancara singkat dengan petugas promosi kesehatan di Puskesmas Wenang menunjukan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan meliputi penyuluhan kesehatan dimana kegiatan tersebut dilaksanakan apabila terjadi kasus penyakit di daerah tersebut. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan rumah tangga di Puskesmas Wenang untuk saat ini belum direalisasikan karena belum adanya dana dan petunjuk lanjut dari Dinas Kesehatan Kota Manado. Menyadari akan pentingnya program promosi kesehatan di puskesmas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado.
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Informan pada penelitian ini terdiri dari 3 informan kunci yaitu Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Staf Penanggung Jawab Program Promosi Kesehata, dan 2 informan pendukung yaitu Tokoh Pemerintah di Kecamatan Wenang, Tokoh Agama di GMIM Eben Haezer Bumi Beringin. Instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri selanjutnya dibantu dengan instrumen tambahan berupa alat rekam, alat bantu menulis, kamera serta daftar pertanyaan wawancara. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, penelusuran dokumen dan observasi (triangulasi teknik). Kemudian langkah kedua yaitu peneliti mencari data dari sumber yang berbeda yang terdiri dari beberapa sumber yaitu Kepala Seksi Bidang Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Pemegang Program Promosi Kesehatan Puskesmas Wenang, Tokoh Pemerintah dan Tokoh Agama dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sama (triangulasi sumber), dengan waktu yang berbeda-beda (triangulasi waktu). Teknik analisis data melalui tiga alur yaitu: Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Kata kunci : Promosi Kesehatan, Puskesmas
ABSTRACT
Health promotion is the support of other health programs. National policy of health promotion to support efforts to improve healthy behaviors in establishing the National Vision of Health Promotion in accordance with the Minister of Health Decree. No. 1193 / MENKES / SK / X / 2004 is "Clean and healthy life behavior 2010" (PHBS) (Dinkes 2010). National health surveys (2004) show that the achievement of houses that have implemented PHBS nationally measured through 10 indicators is still far from the government's target of 65% in 2010 (Sembiring, 2009). Indicator The achievement of Health Promotion Program target in Pematangsiantar Municipality in 2007 has not reached the target set. Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) in the Household arrangement indicates that of 210 houses monitored only 52 (25%) are in good health (Tobing, 2009). Based on the preliminary survey at Wenang District Wenang City of Manado. on 17 April 2017 and a short interview with health promotion officer at Wenang Public Health Center showed health promotion activities which included health education where the activity was conducted in case of disease in the area. The Clean and Healthy Behavior Survey on the household order at Wenang Public Health Center is not currently realized due to lack of funds and further guidance from the Manado City Health Office. Realizing the importance of the health promotion program at the puskesmas, the researcher is interested in conducting research on the Health Promotion Program Map in Wenang
District Health Center Wenang
The type of research is qualitative research. Informants in this study consisted of 3 key informants namely Head of Promotion and Community Empowerment Department of Manado City Health Office, Head of Wenang Health Center, Responsible Staff of Health Promotion Program and 2 supporting informants ie Government Leader in Wenang Subdistrict, Religious Leader at GMIM Eben Haezer Bumi Beringin. Instruments in the research is the researcher himself then assisted with additional instruments in the form of recording devices, writing aids, cameras and a list of interview questions. Researchers use data collection techniques that are in-depth interviews, document tracking and observation (technical triangulation). Then the second step is the researchers looking for data from different sources consisting of several sources, namely Section Head of Promotion and Community Empowerment Manado City Health Office, Head of Wenang Health Center, Health Promotion Program Holder Wenang Puskesmas, Government and Religious Figure by using data collection techniques the same (source triangulation), with different time (triangulation time). Data analysis techniques through three paths are: data reduction, data presentation and conclusion drawing.
PENDAHULUAN
Promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Kementerian Kesehatan, 2011).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang
menjelaskan bahwa salah satu fungsi
Puskesmas adalah sebagai pusat pemberdayaan
keluarga dan masyarakat, fungsi yang lain yaitu
pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan strata
pertama. Dengan demikian promosi kesehatan
adalah salah satu upaya wajib yang harus
dilaksanakan oleh semua puskesmas
(Kepmenkes RI, 2007).
Program kesehatan dasar Puskesmas yang
dikembangkan di era desentralisasi ini meliputi
program: Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak
(KIA) Dan Keluarga Berencana (KB),
Peningkatan Gizi, Kesehatan Lingkungan,
Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit
Menular, Pengobatan, Penyuluhan, Kesehatan
Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Peningkatan Kesehatan
Kerja, Kesehatan Gigi Dan Mulut, Kesehatan
Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium
Kesehatan, Pencatatan Dan Pelaporan,
Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dan
Pembinaan Pengobatan Tradisional
(Triwibowo dan Pusphandani, 2015).
Promosi kesehatan merupakan penunjang
dari program-program kesehatan lainnya.
Artinya setiap program kesehatan, misalnya
pemberantasan penyakit, perbaikan gizi
masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu
dan anak, program pelayanan kesehatan, dan
sebagainya perlu ditunjang atau dibantu oleh
promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut
penyuluhan kesehatan). Masing-masing
program tersebut mempunyai aspek perilaku
masyarakat yang perlu dikondisikan dengan
promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Kebijakan nasional promosi kesehatan
untuk mendukung upaya peningkatan perilaku
sehat di tetapkan Visi Nasional Promosi
Kesehatan sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004
yaitu “perilaku Hidup bersih dan sehat 2010”
(PHBS) (Dinkes 2010). Survei kesehatan
nasional (2004) menunjukan bahwa pencapaian
rumah yang telah melaksanakan PHBS secara
nasional yang di ukur melalui 10 indikator
masih jauh dari target pemerintah, yaitu 65%
pada tahun 2010 (Sembiring, 2009). Indikator
Pencapaian target Program Promosi Kesehatan
di Kota Pematangsiantar tahun 2007 belum
mencapai target yang ditetapkan. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan
Rumah Tangga menunjukkan bahwa dari 210
rumah yang dipantau hanya 52 (25%) yang
berperilaku sehat (Tobing, 2009).
Berdasarkan survei awal di Puskesmas
Wenang Kecamatan Wenang Kota Manado
yang dilakukan pada tanggal 17 April 2017 dan
wawancara singkat dengan petugas promosi
kesehatan di Puskesmas Wenang menunjukan
meliputi penyuluhan kesehatan dimana
kegiatan tersebut dilaksanakan apabila terjadi
kasus penyakit di daerah tersebut. Survei
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan
rumah tangga di Puskesmas Wenang untuk saat
ini belum direalisasikan karena belum adanya
dana dan petunjuk lanjut dari Dinas Kesehatan
Kota Manado.
Menyadari akan pentingnya program
promosi kesehatan di puskesmas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Gambaran Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang Kota
Manado.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif.
Informan pada penelitian ini terdiri dari 3
informan kunci yaitu Kepala Seksi Promosi dan
Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Manado (R1), Kepala Puskesmas Wenang
(R2), Staf Penanggung Jawab Program Promosi
Kesehatan (R3) dan 2 informan pendukung
yaitu Tokoh Pemerintah di Kecamatan Wenang
(R4), Tokoh Agama di GMIM Eben Haezer
Bumi Beringin (R5). Instrumen dalam
penelitian adalah peneliti sendiri selanjutnya
dibantu dengan instrumen tambahan berupa alat
rekam, alat bantu menulis, kamera serta daftar
pertanyaan wawancara. Peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yaitu wawancara
mendalam, penelusuran dokumen dan
observasi (triangulasi teknik). Kemudian
langkah kedua yaitu peneliti mencari data dari
sumber yang berbeda yang terdiri dari beberapa
sumber yaitu Kepala Seksi Bidang Promosi dan
Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang,
Pemegang Program Promosi Kesehatan
Puskesmas Wenang, Tokoh Pemerintah dan
Tokoh Agama dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang sama (triangulasi
sumber), dengan waktu yang berbeda-beda
(triangulasi waktu). Teknik analisis data
melalui tiga alur yaitu: Reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Wenang mencakup sebagian
kelurahan yang termasuk dalam wilayah
Kecamatan Wenang dengan batas-batas
sebagai berikut:
- Sebelah Utara: Kelurahan Tuminting
Kecamatan Singkil
- Sebelah Timur: Kecamatan Tikala
- Sebelah Selatan: Kecamatan Sario dan
Kecamatan Wanea
Puskesmas Wenang Kecamatan Wenang
mempunyai 12 wilayah kerja yang terdiri dari:
Kelurahan Teling Bawah, Kelurahan Tikala
Kumaraka, Kelurahan Bumi Beringin,
Kelurahan Mahakeret Timur, Kelurahan
Mahakeret Barat, Kelurahan Wenang Utara,
Kelurahan Wenang Selatan, Kelurahan Calaca,
Kelurahan Istiqlal, Kelurahan Pinaesan,
Kelurahan Lawangirung dan Kelurahan Komo
Luar.
1.2 Luas Wilayah
Secara administrative luas kecamatan Wenang
adalah 313,9 km2 umumnya terdiri atas dataran
dicapai melalui jalan darat dan luas per
kelurahan.
1.3 Keadaan Demografi
Berdasarkan data pusdatin 2016, jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wenang
Kota Manado tahun 2016 tercatat sebesar
34.637 jiwa terdiri dari 17.641 laki-laki dan
16.996 perempuan, dan rumah tangga sebesar
9.427 dengan rata-rata per rumah tangga 3-4
jiwa, sedangkan kepadatan penduduk sesuai
dengan luas wilayah adalah 117/km2.
Untuk komposisi penduduk di wilayah
Puskesmas Wenang Kota Manado tahun 2015
menurut golongan umur, menunjukan bahwa
penduduk di wilayah kerja puskesmas wenang
yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 9.835,
yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar
23.378, dan yang berusia tua (≥65 tahun) (Sumber: Profil Puskesmas Wenang, 2016)
1.4 Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian merupakan salah satu
aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu daerah. Di
wilayah puskesmas wenang masih banyak
keluarga yang masuk dalam kategori keluarga
miskin terdapat 3.969 jumlah jiwa yang
mendapat jaminan kesehatan masyarakat.
program pemerintah Kota Manado dengan
Universal Coveragenya telah mengcover
pelayanan kesehatan bagi seluruh warga Kota
Manado.
1.5 Tenaga Kesehatan Puskesmas Wenang
Tenaga kesehatan yamg ada di Puskesmas
Wenang berjumlah 31 orang dengan rincian
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1.
(Sumber: Profil Puskesmas Wenang, 2016)
Karakteristik Informan
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan
Kota Manado, Puskesmas Wenang, Kantor
Kecamatan Wenang dan GMIM Eben Haezer
Bumi Beringin, yang menjadi informan adalah
Kepala Seksi Bidang Promosi dan
Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Manado, Kepala Puskesmas Wenang, Staf
Penanggung Jawab Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Wenang, Tokoh
Pemerintah di Kecamatan Wenang dan Tokoh
Agama. Informan dalam penelitian ini memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Karakteristik Informan
1 R1 Kepala Seksi
Pernyataan masing-masing Informan diberi
kode R1 untuk Kepala Seksi Bidang Promosi
dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas
Kesehatan Kota Manado, R2 untuk Kepala
Puskesmas Wenang, R3 untuk Penanggung
Jawab Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Wenang, R4 untuk Tokoh
Pemerintah Kecamatan Wenang dan R5 untuk
Tokoh Agama GMIM Eben Haezer Bumi
Beringin.
Hasil Wawancara, Penelusuran Dokumen
dan Observasi
1. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat berkaitan
dengan kegiatan pelaksanaan didalam dan di
luar gedung puskesmas. Promosi kesehatan di
dalam gedung puskesmas adalah promosi
kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan
gedung puskesmas seperti di tempat
pendaftaran, poliklinik, ruang perawatan, di
ruang pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan keluarga berencana (KB), di ruang
perawatan inap, laboratorium, di kamar obat, di
tempat pembayaran, di klinik khusus, dan di
halaman puskesmas (Kementerian Kesehatan
RI, 2007).
Kegiatan promosi kesehatan untuk
Puskesmas Wenang di dalam gedung telah
dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang
ada dipuskesmas, bukan hanya oleh pemegang
program promosi kesehatan. Promosi kesehatan
juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain baik
dari program kesehatan lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, gizi, serta
Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga
berencana (KB).
Kegiatan promosi kesehatan yang
dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas
wenang antara lain yaitu melakukan kegiatan
penyuluhan di posyandu dengan materi
penyuluhan seperti kesehatan gigi dan mulut,
penyakit menular, kesehatan lingkungan,
imunisasi dan gizi. Kegiatan promosi kesehatan
lainnya yang di lakukan di dalam gedung juga
yaitu pemasangan poster yang berisi informasi
berbagai penyakit serta pencegahannya seperti
JKN KIS (Dengan Gotong Royong Semua
Tertolong), Keluarga Sehat Keluarga Bahagia
(Kemenkes RI), Stop TB minum obat dengan
teratur anda sembuh, berantas DBD dengan 3M
(Menutup, Menguras, Mengubur).
Promosi kesehatan diluar gedung adalah
promosi kesehatan yang dilakukan petugas
puskesmas diluar gedung puskesmas. Artinya
masyarakat yang berada di wilayah kerja
puskesmas. Pelaksanaan promosi kesehatan
diluar puskesmas yang dilakukan oleh
puskesmas sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) melalui kunjungan rumah,
pemberdayaan berjenjang, dan
penggorganisasian masyarakat (Kementrian RI,
2007).
Kegiatan promosi kesehatan yang
dilakukan tidak hanya berupa penyuluhan di
posyandu dan pemasangan poster saja tetapi
juga kegiatan promosi kesehatan yang di
lakukan di luar gedung puskesmas wenang
yaitu penyuluhan kelompok dan penyuluhan
massal seperti peyuluhan ke sekolah-sekolah,
institusi-institusi masyarakat, pemberdayaan
kader-kader posyandu, Gereja dan PKK serta
kegiatan prolandis untuk lansia. Penyuluhan
yang dilakukan di luar gedung adalah
serangkaian kegiatan untuk mencakup
masyarakat secara kelompok maupun massal
mengenai kesehatan.
Kunjungan rumah dilakukan petugas
kesehatan sebagai tindak lanjut dan upaya
promosi kesehatan didalam gedung puskesmas
yang telah dilakukan kepada pasien/keluarga.
Terutama pasien/keluarga yang memiliki
masalah kesehatan yang cukup berat dan atau
mereka yang sepakat untuk melaksanakan
langkah-langkah lanjut dirumah tangganya
(Kementrian Kesehatan RI, 2007), Kegiatan-
kegiatan penyuluhan yang dilakukan diluar
gedung Puskesmas menurut kepala seksi
promosi dan pemberdayaan masyarakat dinas
kesehatan kota manado, kegiatan yang
dilakukan berupa kunjungan rumah dan
pengorganisasian masyarakat telah dilakukan
yaitu salah satunya adalah survey keluarga
sehat. Survey ini dilakukan untuk pendataan
atau pemetaan untuk keluarga yang termasuk
keluarga sehat yang di nilai dengan 10 indikator
PHBS rumah tangga. Perkunjungan rumah oleh
puskesmas wenang untuk triwulan satu belum
di laksanakan karena belum ada program dari
promkes ke dinas kesehatan yang ditentukan
karena perlu waktu dan tim untuk turun a hari
pada 12 kelurahan selama satu bulan, tetapi jika
ada kasus puskesmas tetap turun melakukan
kunjungan rumah.
Pengorganisasian masyarakat merupakan
suatu proses pengerakan dan pemberdayaan
yang meliputi pelaksanaan, pencatatan, dan
penelitian dalam pembangunan masyarakat
untuk mau dan mampu mengatasi masalahnya
sendiri secara swadaya sesuai dengan
kemampuannya, khususnya yang berkaitan
dengan PHBS (Kementrian Kesehatan RI,
2007). Kelompok masyarakat yang sudah
digarap dengan pengorganisasian masyarakat
di puskesmas belum ada artinya kelompok
mandiri sejauh ini hanya sebatas kegiatan
posyandu balita, posyandu lansia dan
pendidikan anak usia dini (PAUD).
Persentase jumlah rumah tangga yang telah
melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) di Puskesmas Wenang dalam
memenuhi 10 indikator PHBS dari hasil
wawancara dengan staf penanggung jawab
program promosi kesehatan mengatakan masih
kurang sekali jumlah rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih dan sehat, penelusuran
dokumen format pemantauan PHBS rumah
tentang rumah tangga yang ber-(PHBS).
Menurut kepala seksi promosi dan
pemberdayaan masyarakat dinas kesehatan
kota manado mengatakan bahwa untuk triwulan
satu kemarin cakupan sementara rumah tangga
yang berperilaku hidup bersih dan sehat di kota
manado yaitu 37,5% Karena dari 16 jumlah
puskesmas yang ada di kota manado, hanya 6
puskesmas yang memasukan laporannya
sedangkan 10 puskesmas lainnya termasuk
salah satunya adalah Puskesmas Wenang belum
memasukan datanya.
2. Pengembangan Kemintraan
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal
antar individu-individu, kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu (Notoatmodjo,
2012). Kemitraaan dikembangkan karena
kesadaran bahwa untuk meningkatkan
efektivitas promosi kesehatan, petugas
kesehatan puskesmas harus bekerjasama
dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya
kelompok profesi, pemuka agama, lembaga
sosial masyarakat (LSM), media massa dan
lain-lain. Kemitraan harus berdasarkan pada 3
prinsip dasar, yaitu kesetaraa, keterbukaan dan
saling menguntungkan (Kementerian
Kesehatan, 2007).
Menurut penelitian Penelitian Sari dan
Sulistyowati (2015), tentang “Analisis Promosi
Kesehatan di Puskesmas Kalijudan Terhadap
PHBS Rumah Tangga Ibu Hamil” mengatakan
bahwa Berdasarkan pedoman pelaksanaan
promosi kesehatan puskesmas beberapa
lembaga yang harus dibentuk kemitraannya
bukan hanya organisasi wanita melainkan
organisasi lainnya. Beberapa organisasi
tersebut adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), organisasi profesi, organisasi
kepemudaan, organisasi keagamaan dan
kemasyarakatan. Namun, Puskesmas Kalijudan
belum bermitra dengan lembaga tersebut.
Pembentukan mitra harus diawali dengan
identifikasi para pemuka masyarakat agar
terlaksana kemitraan secara berjenjang.
Kemitraan merupakan salah satu strategi
promosi kesehatan yang penting untuk
dilaksanakan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang
pedoman promosi kesehatan daerah
menyatakan bahwa salah satu strategi dasar
utama promosi kesehatan adalah kemitraan.
Kemitraan penting dilakukan oleh pihak
puskesmas agar dapat meningkatkan efektivitas
promosi kesehatan. Begitu besar dan luasnya
masyarakat yang menjadi tanggung jawab
pihak puskesmas, serta begitu banyak tatanan
yang harus ditangani oleh puskesmas
mengharuskan petugas puskesmas untuk
bekerjasama dengan pihak lain agar promosi
kesehatan secara menyeluruh dapat
dilaksanakan. Panduan promosi kesehatan
puskesmas menyebutkan pada tatanan rumah
tangga untuk membentuk kemitraan,
puskesmas harus mengidentifikasi para pemuka
masyarakat. Para pemuka masyarakat di tatanan
rumah tangga meliputi kepala desa/lurah,
pengurus RW/RT, pemuka agama, dan tim
penggerak PKK (Kepmenkes, 2007).
Kegiatan di bidang kesehatan khususnya
untuk program/kegiatan promosi kesehatan
kerjasama lintas program maupun kerjasama
lintas sektor. Puskesmas wenang melakukan
kerjasama lintas program antara lain kerjasama
dengan program-program yang ada di dinas
kesehatan kota manado seperti program
kesehatan ibu dan anak (KIA), program upaya
pelayanan kesehatan, program peningkatan
sumber daya manusia dan program
pemberantasan penyakit menular. Untuk
kejasama lintas sektor berupa kerjasama
dengan dinas pendidikan untuk program upaya
kesehatan sekolah (UKS) atau upaya kesehatan
gigi, penyuluhan, imunisasi serta kerjasama
dengan tokoh masyarakat dan kader-kader.
Kejasama lintas sektor lainnya juga terjalin
dengan media promosi seperti radio mitra
kawanua dan media masa TV baik milik
pemerintah maupun swasta untuk membantu
mempromosikan kesehatan dan juga kerjasama
dengan pt konimex untuk penyuluhan dan
mempromosikan obat termorex.
3. Upaya Advokasi
Advokasi diartikan sebagai upaya
pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
oleh karena itu yang menjadi sasaran atau target
advokasi adalah para pemimpin suatu
organisasi atau institusi kerja, baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta, serta
organisasi kemasyarakatan (Notoatmodjo,
2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Budiyono
(2010) mengenai “Posisi Stakeholder dan
Strategi Advokasi Kibbla Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah” meneyebutkan bahwa Posisi
stakeholder memiliki pengaruh kuat dan
keterkaitan yang tinggi dengan advokasi
KIBBLA di Jawa Tengah adalah DPRD,
Bupati/Walikota, BAPPEDA, DKK, dan RS.
Pengaruh dan keterkaitan stakeholders tersebut
bisa berposisi sebagai sasaran advokasi maupun
tim advokasi KIBBLA. Menurut penelitian
Rachmat (2003) untuk mengurangi kematian
ibu dan bayi di beberapa Kabupaten di Jawa
Tengah menunjukan bahwa untuk mewujudkan
pelayanan yang mampu memberikan rasa puas
pada masyarakat perlu didukung komitmen
yang tinggi oleh para Bupati. Hal inilah yang
mendorong dilaksanakannya kegiatan advokasi
di beberapa kabupaten di Jawa Tengah seperti
di Jepara dan Rembang. Peran penentu
kebijakan dirasa cukup penting agar diperoleh
komitmen yang kuat.
Di wilayah kerja puskesmas wenang, untuk
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak
guna menciptakan lingkungan dan perilaku
sehat, puskesmas melakukan upaya advokasi ke
dinas kesehatan kota manado setelah itu dari
dinas kesehatan kota manado melakukan
pendekatan advokasi kepada pemerintah kota
manado dalam rangka membuat peraturan
walikota supaya pemerintah kota bisa
mengusulkan ke DPR/DPRD untuk
mengeluarkan suatu peraturan mengenai
kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS,
pemberantasan demam berdarah dan ASI
Eksklusif. Puskesmas juga melakukan upaya
advokasi melalui lintas sektor yaitu tokoh
agama, tokoh masyarakat, PKK, kepala
lingkungan dan pemuda.
Bina suasana adalah kegiatan membuat
suasana atau iklim yang mendukung
terwujudnya perilaku sehat dengan
mengembangkan opini publik yang positif
melalui media massa, tokoh masyarakat, dan
figur publik. Kegiatan ditunjukan kepada para
tokoh masyarakat, baik formal (guru, camat dan
petugas kesehatan) maupun informal (tokoh
agama dan tokoh masyarakat) yang mempunyai
pengaruh di masyarakat (Maulana, 2009).
Pembinaan suasana berupa pelatihan,
lokakarya, dan penyuluhan bagi tokoh agama
dan tokoh masyarakat dari puskesmas
mengatakan bahwa ada pertemuan dan
pelatihan dari dinas kesehatan seperti pelatihan
mengenai keluarga sehat yang di lakukan setiap
satu tahun dua kali bagi petugas promkes, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan PKK.
Pelaksanaan program promosi kesehatan
juga memerlukan faktor penguat (reinforcing)
yang mendorong terjadinya perilaku di
masyarakat. Tokoh agama, tokoh masyarakat,
undamg-undang undang-undang atau peraturan
merupakan contoh faktor penguat terjadinya
perilaku, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakuukan oleh suryani (2009) tentang
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di
Rumah Tangga yang Sehat di Wilayah Kerja
Puskesmas Teladan Medan Kecamatan Medan
Kota” menunjukan bahwa terdapat pengaruh
yang bermakna antara tindakan pelaksanaan
promosi kesehatan rumah tangga yang sehat
dengan faktor penguat. Sebagai contoh, sering
terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat
menimbang berat badan balita dan telah
tersedia fasilitas posyandu, tetapi Ibu RT dan
Ibu Kepala Lingkungan belum mengikuti
program tersebut, sehingga masyarakat juga
tidak menimbang balitanya ke posyandu.
Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan
kepada penguat tersebut adalah berupa
pelatihan-pelatihan kepada tokoh masyarakat
dan tokoh agama. Pelatihan-pelatihan ini dapat
memberikan 2 tujuan. Pertama agar para tokoh
masyarakat dan para tokoh agama tersebut
dapat memberikan contoh bagi masyarakat
sekitarnya. Kedua, para tokoh masyarakat dan
tokoh agama tersebut dapat
mentransformasikan pengetahuan-pengetahuan
tentang kesehatan kepada masyarakat sesuai
dengan ketokohan mereka.
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM)
Sumber daya manusia kini makin berperan
besar bagi kesuksesan suatu organisasi. Banyak
organisasi menyadari bahwa unsur manusia
dalam suatu organisasi dapat memberikan
keunggulan bersaing. Mereka membuat
sasaran, strategi, inovasi, dan mencapai tujuan
organisasi. Oleh karena itu, sumber daya
manusia merupakan salah satu unsur yang
paling vital bagi organisasi. Terdapat dua
alasan dalam hal ini. Pertama, sumberdaya
manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas
organisasi. Sumber daya manusia merancang
dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi
kualitas, memasarkan produk, mengalokasikan
sumber daya finansial, serta menentukan
seluruh tujuan dan strategi organisasi. Kedua,
sumber daya manusia merupakan pengeluaran
utama organisasi dalam menjalankan bisnis
Mengenai ada/tidaknya tenaga dan jumlah
penyuluh kesehatan masyarakat (PKM)
Puskesmas sesuai dengan acuan dalam standar
Sumber Daya Manusia (SDM). Promosi
kesehatan puskesmas menunjukan bahwa
hanya beberapa Puskesmas yang memiliki
tenaga penyuluh. Diantaranya Puskesmas
Bunaken Kepulauan, Puskesmas Minanga,
Puskesmas Ranomuut, Puskesmas Paniki,
Puskesmas Teling, Puskesmas Tikala Baru,
Puskesmas Wawonasa. Tenaga penyuluh
tersebut adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM) dan memiliki jabatan fungsional
penyuluh kesehatan.
Menurut kepala Puskesmas dan Staf
Penanggung Jawab Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Wenang mengatakan
bahwa belum ada tenaga Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang SKM (Sarjana Kesehatan
Masyarakat) karena standarnya harus SKM,
jadi tenaga Penyuluh di Puskesmas yang
merangkap sebagai pemegang program
promosi kesehatan, juga merangkap sebagai
perawat gigi dan Bendahara di puskesmas
Wenang adalah lulusan sekolah pengatur rawat
gigi (SPRG), ini jelas tidak sesuai dengan
standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk
puskesmas.
Penelitian Sari dan Sulistyowati (2015),
tentang “Analisis Promosi Kesehatan di
Puskesmas Kalijudan Terhadap PHBS Rumah
Tangga Ibu Hamil” mengatakan bahwa
Pendukung promosi kesehatan yang utama
adalah sumber daya manusia. Berdasarkan hasil
wawancara didapatkan bahwa petugas promosi
kesehatan adalah lulusan D3 Keperawatan. Hal
ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kalijudan
tidak memiliki tenaga khusus promosi
kesehatan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005
menyebutkan bahwa standar tenaga khusus
promosi kesehatan puskesmas adalah D3
Kesehatan dengan minat dan bakat di bidang
promosi kesehatan. Berdasarkan pedoman
promosi kesehatan puskesmas memang tidak
dilarang seorang perawat atau tenaga kesehatan
lain memegang program promosi kesehatan
apabila tidak terdapat tenaga khusus. Namun,
tidak semua tenaga kesehatan bisa serta merta
memegang program promosi kesehatan.
Tenaga kesehatan yang bukan tenaga khusus
promosi kesehatan harus memiliki kemampuan
berupa pengetahuan dan keterampilan dalam
menyampaikan informasi maupun konseling
serta harus mengikuti pelatihan atau kursus di
bidang promosi kesehatan. Hal ini penting
karena tenaga promosi kesehatan harus
memiliki kapasitas di bidang promosi
kesehatan. Sehingga petugas dapat
melaksanakan program promosi kesehatan
sesuai dengan prinsip promosi kesehatan
puskesmas.
Sumber daya manusia dalam
penyelenggaraan promosi kesehatan promosi
kesehatan memegang peran penting.
Pengetahuan yang dimiliki petugas promosi
kesehatan mempengaruhi pelaksanaan promosi
kesehatan dipuskesmas, hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Suryani
(2009) tentang “factor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan program promosi
kesehatan dirumah tangga sehat di wilayah
medan kota “ menunjukan bahwa variabel yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan program
promosi rumah tangga sehat adalah factor
pengetahuan (OR=17), Sikap (OR=6) , dan
tindakan (OR=3) . Variabel yang paling
dominal pengaruhnya adalah pengetahuan .
Begitu juga penelitian yang dilakukan Timisela
(2007) “tentang perilaku PHBS karyawan dinas
kesehatan propinsi papua, dengan hasil bahwa
pengetahuan sikap karyawan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) memiliki
keterkaitan dengan tindakan karyawan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) .
Pengembangan sember daya manusia
(SDM) adalah upaya ini meliputi kegiatan
pendidikan, penelitian dan pertemuan . Untuk
meningkatkan wawasan , kemauan dan
keterampilan, baik petugas kesehatan maupun
kelompok-kelompok potensi masyarakat
(Rahmawati, 2008). Semua tenaga kerja yang
ada dipuskesmas hendanya memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memberi
informasi atau konseling. Jika keterampilan ini
ternyata belum dimiliki , maka harus
diselenggarakan program pelatihan/kursus
(kementerian kesehatanRI,2007).
Hasil wawancara dengan kepala puskesmas
dan staf penanggung jawab program promosi
kesehatan di puskesmas wenang menunjukan
bahwa pelatihan mengenai promosi kesehatan
bagi tenaga penyuluh kesehatan masyarakat
(PKM) dan tenaga kesehatan lainnya yang
sudah di latih di puskesmas wenang sudah ada
tetapi hanya pertemuan dan pelatihan biasa saja
yang dilaksanakan dari dinas kesehatan dengan
waktu satu sampai dua hari, sedangkan
pelatihan khusus untuk petugas promosi
kesehatan belum ada.
Kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
(PKM) dilaksanakan secara integrative untuk
mendukung semua kegiatan program
puskesmas. Semua program memerlukan
komponen penyuluh untuk
kelompok-kelompok sasaran program, semua staf
puskesmas harus mampu melaksanakan
penyuluhan kesehatan, baik sasarannya
individu pasien maumpun kelompok-kelompok
masyarakat sasaran program (muninjaya,2004).
Di Puskesmas Wenang semua tenaga kerja
telah melaksanakan kegiatan promosi
kesehatan dalam program masing-masing.
6. Pengembangan media dan sarana
Media promosi kesehatan merupakan
peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi kesehatan untuk
mempermudah penerima pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat atau klien . Media
promosi kesehatan dapat dibagi menjadi 3,
yaitu media cetak , media elektronik atau media
papan. Media cetak dapat berupa booklet ,
leaflet , flyer , flif chart , rubik , poster , dan foto
. Media elektronik berupa televise , radio ,
video, slide dan film strip . Sedangkan media
papan berupa papan (billboard yabg di pasang
ditempat-tempat umum (Notoadmodjo, 2010).
Mengenai kondisi media komunikasi yang
ada di Puskesmas Wenang seperti poster,
leaflet, spanduk berdasarkan hasil observasi
seperti poster, leaflet dan spanduk ada, namun
jumlahnya sedikit yang ditempel di dinding
puskesmas, sementara leaflet lain ada pada
poster, leaflet dan spanduk masih dalam
keadaan bagus dan mudah dibaca . Poster dan
leaflet tersebut diberikan oleh dinas kesehatan
kota manado dan tidak selalu ada karena
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
diperlukan oleh Puskesmas.
Media dan sarana merupakan alat yang
efektif dalam membantu mempromosikan
kesehatan. Ketersediaan media dan sarana
promosi kesehatan yang memadai dapat
mendukung tercapainya tujuan promosi
kesehatan untuk terciptannya perubahan.
Penambahan media yang sesuai dengan
kebutuhan sangat diharapkan, melihat jumlah
media di puskesmas Wenang sangat
membutuhkan penambahan.
Sarana dan peralatan promosi kesehatan
puskesmas sesuai dengan acuan dalam standar
sarana/peralatan promosi kesehatan puskesmas,
seperti Flipcharts, over head projector (OHP),
amplifayer dan wireless microphone, kamera
foto, megaphone, portable generator, tape
cassette recorder. Sarana dan peralatan yang
sebaiknya ada antara lain screen, televisi dan
antenna, vcd-dvd player, computer dan printer,
gadget kelengkapan leptop untuk presentasi, lcd
projector dan leptop, kendaraan roda dua untuk
penyuluhan (Kementerian Kesehatan RI,
2006).
Ketersediaan Sarana dan Peralatan Promosi
Kesehatan di Puskesmas Wenang berdasarkan
hasil penelusuran dokumen dan wawancara
dengan ketiga informan mengatakan ada tapi
belum lengkap. Sarana yang ada di puskesmas
Wenang hanya berupa Televisi, Wireless, LCD
Mega Layout dan Mobil Unit Promosi
Kesehatan.
KESIMPULAN
1. Pemberdayaan masyarakat belum optimal
karena masih kurangnya data untuk
keluarga yang melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), pemberdayaan
masyarakat hanya sebatas penyuluhan,
posyandu dan pemasangan poster.
2. Pengembangan kemitraan lintas program
telah dilaksanakan dengan
program-program lain di dinas kesehatan dan
puskesmas, sedangkan kerjasama lintas
sektor dengan pihak kecamatan,
kelurahan, tokoh masyarakat, kader-kader,
Dinas Pendidikan, pihak sekolah, media
massa tv, pt konimex dan radio.
3. Upaya advokasi untuk memperoleh
kebijakan yang mendukung kegiatan
promosi kesehatan sudah ada, salah
satunya yaitu puskesmas melakukan
pendekatan advokasi ke dinas kesehatan
kota manado setelah itu dari dinas
kesehatan kota manado melakukan
pendekatan advokasi kepada pemerintah
kota manado. Puskesmas juga melakukan
upaya advokasi melalui lintas sektor yaitu
tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK,
kepala lingkungan dan pemuda
4. Pembinaan suasana dalam bentuk
pelatihan khusus, lokakarya dan
penyuluhan bagi tokoh agama dan tokoh
masyarakat sudah dilakukan dan
pendekatannya ke kader, tokoh
masyarakat dan PKK.
5. Sumber daya manusia untuk promosi
kesehatan di puskesmas wenang belum
standar acuan promosi kesehatan di
puskesmas.
6. Ketersediaan media komunikasi dan
sarana promosi kesehatan di puskesmas
wenang masih dikatakan kurang atau
belum lengkap.
SARAN
1. Mengadakan program kunjungan ke
rumah masyarakat dan lebih
memaksimalkan pemberdayaan
masyarakat
2. Penempatan tenaga yang sesuai standar
sumber daya manusia (SDM) promosi
kesehatan pada bidang promosi kesehatan
di puskesmas
3. Melakukan pengadaan kembali media
komunikasi dan sarana yang sudah tidak
layak di gunakan
4. Tetap mempertahankan kerjasama yang
baik antara lintas program dan lintas sektor
di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, Jati S, Dan Musthofa S, 2010, Posisi
Stakeholder Dan Strategi Advokasi
Kibbla Kabupaten/Kota Di Jawa
Tengah. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan. Volume 13, Nomor 03,
September 2010 Halaman 126.
Semarang: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
(http://id.portalgaruda.org/?ref=browse
&mod=viewarticle&article=131771)
Departemen Kesehatan, RI. 2007. Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor
585/MENKES/SK/V/2007 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan Depkes RI.
Departemen Kesehatan, RI. 2011. Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.
Kementerian Kesehatan, RI. 2011. Tentang
Promosi Kesehatan di Daerah
Bermasalah Kesehatan. Jakarta: Pusat
Promosi Kesehatan.
Maulana, H. D. J. 2009. Promosi Kesehatan.
Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Puskesmas Wenang. 2016. Profil Puskesmas
Wenang. Manado.
Rachmat, K. 2003. Advokasi Marketing Public
Relations untuk Mengurangi Kematian
Ibu dan Bayi Baru Lahir di Beberapa
Kab. di Jawa Tengah. (online)
(http://www.promosikesehatan.com/?act
=article&id=144).
Sari I, Dan Sulistyowati M, 2015, Analisis
Promosi Kesehatan di Puskesmas
Kalijudan Terhadap PHBS Rumah
Tangga Ibu Hamil. Jurnal Promkes.
volume 3, No 2, Desember 2015
Halaman 159. Surabaya: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya
(http://e-journal.unair.ac.id/index.php/PROMKE
Suryani. 2009. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan program
promosi kesehatan di rumah tangga yang
sehat di wilayah kerja puskesmas teladan
medan kecamatan medan kota tahun
2009. Tesis S-2 Pascasarjana IKM USU.
Medan: Universitas Sumatera Utara
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sembiring, S. E. M. 2009. Strategi
Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Peningkatan PHBS Individu Pada
Masyarakat Pantai di Wilayah
Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2009. Tesis S-2
Pascasarjana IKM USU. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Tobing, H. P. I. 2009. Pengaruh kompetensi
terhadap kinerja petugas promosi
kesehatan puskesmas di wilayah kerja
dinas kesehatan kota pematang siantar
tahun 2009. Tesis S-2 Pascasrajana IKM
USU. Medan: Universitas Sumetra
Utara.
Triwibowo, C, dan Pusphandani, M. E., 2015.
Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan