• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI Ergonomi Critical

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI Ergonomi Critical"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI:

PENETAPAN

KADAR TANNIN

Posted on February 1, 2015 by d14nbudiarti

0

PENETAPAN KADAR TANIN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

Disusun oleh kelompok 2 :

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

Tujuan

 Memahami cara penentuan kadar tanin dalam simplisia

 Mengetahui manfaat dari penentuan kadar tanin dalam simplisia

Prinsip

(2)

hasil reaksi yang tidak larut dan dikuantifkasi dengan cara gravimetri.

Teori

Tanin merupakan suatu substansi yang banyak dan tersebar, sehingga sering ditemukan dalam tanaman. Tanin diketahui mempunyai beberapa khasiat, yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan

antioksidan. Istilah tanin sendiri berasal dari bahasa

Perancis, yaitu “tanning”. Pada mulanya senyawa tannin lebih dikenal sebagai “tanning substance” dalam proses penyamakan kulit hewan untuk dibuat sebagai kerajinan tangan.

Struktur Tanin

Pada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul (BM) yang cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin diklasifkasikan menjadi dua kelas yaitu tanin terhidrolisis dan tanin

terkondensasi.

1. Tanin Terhidrolisis

Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat membentuk jembatan oksigen, sehingga

(3)

senyawa berupa gabungan dari karbohidrat dan asam galat. Selain itu, contoh lainnya adalah ellagitanin

(tersusun dari asam heksahidroksidifenil).

Secara singkat, apabila tanin mengalami hidrolisis, akan terbentuk fenol polihidroksi yang sederhana, misalnya piragalol, yang merupakan hasil dari terurainya asam gallat dan katekol yang merupakan hasil dari hidrolisis asam protokatekuat. Tanin terhidrolisiskan biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna cokelat kuning yang larut dalam air (terutama air panas)

membentuk larutan koloid bukan larutan sebenarnya. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal.

2. Tanin Terkondensasi

Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, melainkan terkondensasi di mana menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi kebanyakan terdiri dari polimer favonoid. Tanin jenis ini dikenal dengan nama Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari favonoid yang dihubungan dengan melalui C 8 dengan C4,

contohnya Sorghum procyanidin yang tersusun dari catechin dan epiccatechin.

Distribusi Tanin

(4)

dan buah. Distribusi tanin ini hampir di seluruh spesies tanaman dan biasanya ditemukan

pada gymnospermae dan angiospermae. Tanin terletak di vakuola atau bagian permukaan tanaman. Bagian yang bertindak sebagai penyimpanan tetap tannin, akan aktif terhadap organisme pemangsa. Selaitu itu, penyimpanan tanin yang sifatnya sementara, dapt mempengaruhi

metabolisme jaringan tanaman hidup, namun hanya ketika setelah sel mengalami kerusakan atau kematian, sehingga tanin akan aktif untuk memberikan efek

metabolik.

Tanin ditemukan di daun, tunas, biji, akar, batang dan jaringan, misalnya pada jaringan xilem dan foem, dan pada lapisan antara korteks dengan epidermis. Tanin yang ada, dapat membantu dalam pertumbuhan jaringan tersebut.

1. Sifat-sifat Tanin

Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya, dapat dilihat dari sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :

1. Sifat Fisika.

Sifat fsika dari tanin adalah sebagai berikut :

1. Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan

(5)

2. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk endapan

3. Tanin tidak dapat mengkristal.

4. Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

5. Sifat Kimia

Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :

1. Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal.

2. Tanin dapat diidentifkasi dengan menggunakan kromotograf

3. Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan

pemberi warna.

Metode Penetapan Kadar Tanin

Kadar tanin dapat ditetapkan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode yang biasanya

digunakan untuk menentukan kadar tanin total adalah sebagai berikut :

1. Metode Gravimetri

(6)

konstan)-nya. Reagen atau pereaksi yang ditambahkan adalah berlebih untuk menekan kelarutan endapan.

2. Metode volumetri/permanganometri

Berdasarkan reaksi kimianya, metode volumetri

dikelompokkan menjadi 4 jenis reaksi, yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan kompleks.

3. Metode Kolorimetri

Contoh metode penetapan kadar tanin dari

sebuah paper, misalnya dengan menggunakan metode kolorimetri dalam menentukan jumlah tanin total pada daun Jati Belanda, menggunakan pereaksi biru prusia. Prinsipnya yaitu reaksi reduksi senyawa besi (III) menjadi senyawa besi (II) oleh tanin membentuk warna biru-hitam selanjutnya dengan penambahan pereaksi biru prusia, akan membentuk suatu kompleks berwarna biru tinta yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer pada daerah sinar tampak.

Reaksi yang teradi adalah sebagai berikut :

Fe 3+ + tanin → Fe 2+

Fe 2+ + K

3Fe(CN)6 → 3KFe[Fe(CN)6]

Kompleks yang terbentuk berwarna biru tinta.

(7)

Manfaat Tanin

Sebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Manfaat dan kegunaan tanin adalah sebagai berikut :

1. Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman.

2. Sebagai pelindung tanaman ketika masa

pertumbuhan dari bagian tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan terasa pahit dan sepat.

3. Sebagai adstrigensia pada GI dan kulit.

4. Untuk proses metabolisme dari beberapa bagian tanaman.

5. Dapat mengendapkan protein sehingga digunakan sebagai antiseptik.

6. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid).

7. Sebagai reagen pendeteksi gelatin, alkaloid, dan protein.

8. Sebagai penyamak kulit dan pengawet

Kandungan tanin dalam teh

Tanin yang terkandung dalam teh memiliki korelasi yang positif antara kadar tanin pada teh dengan aktivitas

(8)

berpotensi sebagai senyawa antibakteri, karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas

senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri pada daun teh menjadi berkurang.

Kandungan tanin dalam teh hijau di ketahui adalah 12-25%, dan teh hitam – 8-18%.Tanin inilah

yang memberikan cita rasa yang khas

terhadap teh tersebut yaitu rasa yang sedikit sepat.

Semakin tinggi kadar tanin, semakin tinggi kualitas bahan baku. Kandungan Tannin dalam teh hijau 2 kali lebih

banyak dari Teh hitam,karena teh hitam mengalami oksidasi 40-50% pada saat diolah.

1. Alat dan Bahan

Alat Bahan

– Erlenmeyer 250 mL – Gelas ukur 500 mL

– Labu takar 250 mL

– Corong saring

– Gelas ukur 100 mL

– Cawan uap 100 mL

– Pemanas

– Oven 1050 C

Simplisia daun teh

– Aquadest

– Kertas saring

(9)

– Pipet volume 25 mL, 50 mL

1. Prosedur

Ekstraksi Simplisia

 Timbang 2 g simplisia, tambahkan air panas dan didihkan selama 30 menit.

 Dinginkan dan pindahkan ke dalam labu takar 250 mL dan genapkan dengan aquadest

 Biarkan padatan mengendap, saring melalui kertas saring dan buang 50 mL fltrat pertama.

Pengujian

1. Tentukan bahan terekstraksi dengan mengeringkan 50 mL ekstrak sampai kering dan keringkan pada suhu 1050 C hingga bobot tetap (T

1).

2. Ambil 80 ml ekstrak dan tambahakan 6 g serbuk kerupuk kulit dan kocok selama 60 menit. Saring dan uapkan 50 ml fltrat hingga kering dan keringkan pada suhu 1050 C hingga bobot tetap (T

2).

3. Tentukan kelarutan serbuk kerupuk kulit dengan mencampur 6 g serbuk kulit dengan 80 mL air dan kocok selama 60 menit. Saring dan uapkan 50 ml

fltrat hingga kering dan keringkan pada 1050 C hingga

bobot tetap (T0).

Perhitungan

Kadar tanin (%) =

(10)

1. Data pengamatan

Nama bahan : Daun teh

Nama latih bahan : Camelia chinensis

Nama simplisia : Theae folium

Bobot simplisia : 2,0016 gram

T1

Bobot cawan kosong : 64,3587 gram

Bobot cawan + isi : 64,48 gram

Bobot T1 (ekstrak teh) : 64,48 gram –

64,3587 gram = 0,1213 gram T2

Bobot cawan kosong : 97,3194 gram

Bobot cawan + isi : 97,40 gram

Bobot T2 (ekstrak teh + kulit) : 97,40 gram – 97,3194

gram = 0,0806 gram T0

Bobot cawan kosong : 59,6967 gram

(11)

Bobot T0 (kulit) : 59,75 gram

– 59,6967 gram = 0,0533 gram Kadar tanin (%) :

[T1– (T2 – T0)] x 500 ÷ w

[0,1213 g – (0,0806 g – 0,0533 g)] x 500 ÷ 2,0016 g

[0,1213 g – (0.0273 g)] x 500 ÷ 2,0016 g

0,094 g X 500 ÷ 2,0016 g = 23,48 %

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai penetapan kadar tanin. Metode yang kami gunakan untuk menetapkan kadar tanin ini adalah dengan metode gravimetri. Analisis dengan

menggunakan metode gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Simplisia yang menjadi sampel untuk penetapan kadar tanin ini adalah daun teh, yang dibuat ekstraknya terlebih dahulu dengan cara mendidihkan daun teh sebanyak 2 gram dalam air 100ml selama 30 menit sehingga tanin yang terkandung teh dapat keluar atau terlepas dari daun teh. Setelah itu ekstrak digenapkan sampai 250 ml, lalu disaring, 50 ml fltrat pertama dibuang, tujuannya adalah untuk membuang pengotor yang ikut terbawa dalam

(12)

konstan dari ekstrak yang dibuat. Untuk penetapan kadar tanin ini ada tiga bobot yang dihitung. Bobot T1 diperoleh

dari bobot ekstrak teh yang sudah dikeringkan, bobot eksrak teh kering yang kami dapat adalah 0,1213 gram. Bobot T2 diperoleh dari bobot ekstrak teh yang ditambah

dengan kerupuk kulit atau kulit yang sudah dikeringkan, tujuan penggunaan kerupuk kulit adalah untuk melihat efek tanin terhadap sel hidup karena kerupuk kulit atau kulit dapat menyamak protein dengan baik, tanin dapat menyamak kulit dengan cara mengikat protein agar tahan terhadap enzim proteolik, bobot T2 yang kami

peroleh adalah 0,0806 gram. Dan bobot T0 diperoleh dari

bobot kelarutan kulit di dalam air, bobot T0 yang kami

peroleh adalah 0,0533 gram. Kadar tanin yang kami peroleh dari hasil percobaan adalah 23,48 %. Kadar normal tanin dalam teh adalah sekitar 20-30%.

VIII. Kesimpulan

1. Tanin adalah senyawa campuran polifenol yang sukar dipisahkan dan sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mudah teroksidasi dan berpolimerasi dalam larutan.

2. Tanin diklasifkasikan dalam dua golongan besar yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.

3. Kadar tani yang diperoleh berdasarkan hasil praktikum adalah 23,48 %

4. Daftar Pustaka

(13)

6. 2010. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin.jurnal/pdf,

diakses pada tanggal 5 Desember 2014

Referensi

Dokumen terkait

Kadar serat dari beras analog (Tabel 3) yang diformula dengan ditambah maupun tanpa ditambah tepung kedelai mengandung serat yang relatif tinggi.. Hal ini memang

Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Universitas

Semakin tinggi dosis fraksi etanol daun kratom yang diberikan menyebabkan waktu untuk balik badan dan keluar tabung lebih lama, serta waktu jatuh yang lebih cepat

Hasil: Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 25 subjek penelitian diperoleh hasil yaitu terjadi penurunan rata-rata kadar trigliserida sebelum dan sesudah senam

LKS sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran, sehingga seolah-olah penggunaan LKS dapat menggantikan kedudukan seorang guru. Hal ini dapat dibenarkan, apabila LKS

Apakah penerapan model konseling behavioristik efektif untuk mengatasi perilaku siswa hiperaktif kelas II SD N 2 Golantepus Mejobo Kudus tahun pelajaran 2011/2012,

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, Sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

Karakterisitik spermatozoa sebelum pemisahan menurun bila dibandingkan dengan karakteristik spermatozoa setelah pemisahan, tetapi penurunan ini masih mempunyai nilai yang layak