• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renstra SOLUSI Dewan UKM Tahun 2015 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Renstra SOLUSI Dewan UKM Tahun 2015 2019"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii

SALAM SOLUSI

“UMKM Produktif, Rakyat Sejahtera, Bangsa Mandiri” Pemberdayaan sektor UMKM - basis ekonomi kerakyatan – merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat sesuai amanat konstitusi negara RI yakni UUD 1945 dan TAP MPR RI No. XVI/ MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi dan Undang Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,Kecil dan Menengah. Pemberdayaan UMKM merupakan bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan,peran dan potensi strategis mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkem-bang dan berkeadilan. Namun kenyataannya, bahwa pemberdayaan sektor UMKM masih menemui berbagai kendala “klasik”. Regulasi dan kebijakan pemerintah terkait UMKM sesungguhnya sudah cukup memberikan harapan terhadap solusi yang mencerminkan keberpihakan, namun pelaksanaannya masih sebatas retorika/pencitraan politis, bahkan dirasakan sebagai permasalahan baru bagi UMKM. Kondisi ini menginspirasi Dewan UKM mewujudkan peran strategis untuk mengawal pelaksanaan kebijakan dan regulasi berpihak pada UMKM sebagai Mediator dan Fasilitator pemberdayaan.

DEWAN Usaha Kecil Dan Menengah (Dewan UKM) Indonesia lahir dari keprihatinan pelaku UKM terhadap kondisi sektor UMKM yang semakin terpuruk dan sering menjadi korban kebijakan pemerintah. Semangat dan idealisme perjuangan Organisasi pengayom UMKM lintas sektoral ini, mewujudkan Dewan UKM sebagai mitra strategis pemerintah dan pemangku kepentingan, dalam peran mediator dan fasilitator solusi pemberdayaan UMKM. Guna mewujudkan peran tersebut, konsolidasi organisasi merupakan momentum strategis dalam penguatan kapasitas Dewan UKM menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Keberhasilan Dewan UKM mengaktualisasikan fungsi dan peran strategisnya sangat ditentukan strategi konsolidasi yang mencakup aspek Kelembagaan, Sumberdaya Organisasi dan Program Strategis.

Renstra ini lebih terarah pada peran mediasi dan fasilitasi untuk mengalang dukungan dan sinergitas berbagai pihak pemangku kepentingan. Namun disadari bahwa Renstra ini belum cukup sempurna sebagai rujukan dalam mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi UMKM yang sangat kompleks. Filosofi 5 Jari yang bertumpu pada sinergitas dan kemitraan menjadi rumusan SOLUSI dalam RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Dewan UKM tahun 2015 – 2019. Renstra ini disusun oleh KOMITE NASIONAL (KOMNAS) DEWAN UKM INDONESIA sebagai acuan penyusunan Rencana Kerja seluruh satuan perangkat organisasi.

Jakarta, 7 Maret 2015

KOMITE NASIONAL DEWAN UKM INDONESIA KETUA UMUM

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii DAFTAR ISI

BAGIAN I : BERANDA ... ii

I.1. Salam Solusi ...iii

I.2. Pengertian dan Kriteria UMKM ... iv

I.3. Filosofi 5 Jari ... v

I.4. Trisakti dan Nawacita ... vi

I.5. Gambaran Sektor Usaha Indonesia ... vii

I.6. Daftar Isi ... viii

BAGIAN II : PROFIL ORGANISASI DEWAN UKM ... 1

II.1. Foto Pimpinan Komnas ... 2

II.2. Lintas Sejarah ... 3

II.3. Landasan Hukum ... 4

II.4. Dasar Filosofis ... 5

II.5. Perangkat Organisasi ... 7

BAGIAN III : ISU STRATEGIS UMKM ... 14

III.1. Latar Belakang ... 15

III.2. Permasalahan UMKM ... 16

III.3. Amanah Konstitusi ... 19

III.4. Kebijakan Umum Pembangunan ... 23

III.5. Agenda RPJMN 2015-2019 ... 26

III.6. Arah Kebijakan dan Strategis Nasional ... 29

III.7. Pemberdayaan UMKM dan Koperasi ... 40

III.8. Penguatan Sektor Keuangan ... 45

BAGIAN IV : RENCANA STRATEGIS DEWAN UKM ... 46

IV.1. Pendahuluan ... 47

IV.2. Analisa Strategi ... 48

IV.3. Arah Kebijakan & Strategi Program ... 52

IV.4. Pengembangan Program Aksi ... 57

IV.5. Penutup ... 59

BAGIAN V : LAMPIRAN... ... 60 V.1. Data & Informasi ... X

(9)
(10)
(11)

3 BAGIAN II

PROFIL DEWAN UKM

II. 1. LINTAS SEJARAH

KRISIS moneter tahun 1997 menggoyahkan pondasi perekonomian bangsa Indonesia yang selama ini bertumpu pada sektor usaha besar atau Konglomerasi. Kejadian ini menyadarkan pemerintah bahwa kebijakan yang “memanjakan” sektor usaha besar merupakan kekeliruan besar dalam sejarah perekonomian negeri ini. Sektor usaha besar yang selama ini dibanggakan dan mendapat banyak fasilitas melalui kebijakan pemerintah ternyata tidak mampu menjadi pelindung dari terjangan “tsunami” ekonomi global. Justeru sebaliknya fasilitas yang telah diberikan menjadi permasalahan berlarut dan membebani rakyat Indonesia.

Ketangguhan menghadapi krisismenjadi bukti sejarah bahwa sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah justeru mampu menjadi pilar penopang perekonomian bangsa Indonesia. Potensi dan peran strategisnya telah menjadi benteng kekuatan dan pertumbuhan ekonomi nasional (pro growth). Potensi sangat besar yang dimiliki sektor UMKM diberbagai aspek merupakan subjek vital dalam pembangunan terutama menjadi andalan dalam perluasan kesempatan berusaha dan penyerapan tenaga kerja yang siknifikan serta menekan angka pengangguran (pro job).

Realitas tersebut sepantasnya menguatkan keberpihakan pemerintah terhadap pengembangan sektor UMKM.Pasca krisis ekonomi tahun 1997,paradikma pembangunan perekonomian nasional telah berubah dan diarahkan pada pengembangan sektor ekonomi kerakyatan. Berbagai regulasi dan kebijakan dilahirkan, namun masih sebatas “retorika” politik karena tidak pelaksanaannya tidak berjalan sesuai semangat lahirnya regulasi tersebut. Sekali lagi, disinilah diuji keberpihakan pemerintah secara sungguh-sungguh terhadap pemberdayaan UMKM. Krisis moneter itu sudah melewati waktu lebih dari 16 tahun tetapi sektor UMKM masih berkutat pada permasalahan klasik yang dialami tanpa solusi komprehensip. Dimana keberpihakan pemerintah?

KOMITE Nasional Dewan Usaha Kecil Dan Menengah Indonesia disingkat Komnas Dewan UKM Indonesia lahir dari akumulasi rasa keprihatinan dan kesadaran pelaku sektor UMKM untuk bangkit dan menyatukan potensi dalam wadah perjuangan bersama. Semangat pembentukannya atas dasar idealisme menjadikan Dewan UKM sebagai solusi pemberdayaan UMKM. Dewan UKM Pertama kali dibentuk di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 04 Mei 2006 dengan nama Dewan Pengembangan UKM Provinsi Sulawesi Selatan, kemudian menjadi inspirasi lahirnya organisasi otonom yang sama dibeberapa provinsi di Indonesia. Latar belakang mendasar lahirnya Dewan UKM karena masih lemahnya peran kelembagaan /organisasi UKM yang pada umumnya cenderung bersifat sektoral, sehingga kurang memiliki legitimasi dan “bergaining power”.

(12)

4 II. 2. LANDASAN HUKUM

Secara kelembagaan Dewan UKM memiliki legalitas dan landasan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pasal 28E ayat 3), UU. No.8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat, UU No.1 Tahun 1987 tentang Kadin dan UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Didirikan pada tanggal 27 Okteober 2012 dan diresmikan pada tanggal 11 November 2012 dengan Akte Pendirian Badan Hukum Organisasi ini dibuat oleh Yusdin Fahim, SH Notaris Jakarta sesuai Akte No. 15 dan 16 tanggal 30 November 2012.

Pembentukannya dilandasi semangat idealisme persatuan sebagai wadah perekat dalam menghimpun potensi seluruh sektor UMKM di Indonesia dengan komitmen perjuangan sesungguhnya secara menjadikan sebagai organisasi SOLUSI. Komitmen ini tidak berlebihan karena tersirat sudah termuat dalam UU No. 20 tahun 2008. Khususnya pada BAB V dimana pemerintah diberi amanah untuk menumbuhkan iklim usaha UMKM dan dunia usaha serta masyarakat termasuk Dewan UKM berperan aktif membantu pemerintah.

Dengan BERLANDASKAN :

1. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional; 2. Undang-Undang No.1 Tahun 1987 Tentang Kamar Dagang dan Industri serta

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan sebagai landasan yuridis dan filosifis;

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) serta Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) beserta ketentuan-ketentuan organisasi, sebagai landasan operasional.

II. 3. DASAR FILOSOFIS

3,1, STATUS, SIFAT, FUNGSI DAN PERAN

STATUS Dewan UKM Indonesia adalah organisasi profesi pengusaha UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) sebagai wahana perjuangan kepentingan anggota dan menjadi mitra strategis Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya serta Masyarakat.

Organisasi ini BERSIFAT mandiri dan independen, bukan organisasi pemerintah, bukan organisasi politik dan/atau tidak berafiliasi atau bukan bagian dari partai politik, yang dalam melakukan kegiatannya berorientasi pada pembinaan.

Sedangkan FUNGSI dan PERAN Dewan UKM secara filosofis menjadi bagian dari SOLUSI Pemberdayaan UMKM di Indonesia yang menempatkan diri sebagai mediator kepentingan antara UMKM dan UMKM dengan pemangku kepentingan, terutama institusi pemerintah. Secara internal menjadi wadah perjuangan aspirasi dan persatuan seluruh sektoral UMKM. Selain itu Dewan UKM Indonesia berperan aktif dalam membantu terciptanya tatanan perekonomian nasional yang berwawasan ekonomi kerakyatan dengan iklim usaha yang sehat, dinamis, dan demokratis khususnya pada sektor UMKM.

(13)

5 3.2. VISI & MISI

VISI Dewan UKM merupakan kristalisasi norma kelembagaan yang menjadi arah (direction) dalam membangun komitmen. Landasan semangat dan idealisme Dewan UKM untuk menjadi SOLUSI, dimaknai secara utuh sebagai Visi Dewan UKM :

“ Menjadi Organisasi Perekat UMKM Lintas Sektoral yang aspiratif dan Kredibel, Berorientasi pada sinergitas Kemitraan untuk mencapai Solusi Pemberdayaan dan Optimalisasi Potensi UMKM yang Produktif, Inovatif dan Berdaya saing mewujudkan Kemandirian perekonomian Nasional”.

MISI Dewan UKM pada hakekatnya merupakan penjabaran Visi agar lebih fokus dan terarah dengan mempertimbangkan perkembangan dan kondisi objektif untuk merealisasikan norma organisasi. Misi Dewan UKM sebagai landasan perumusan strategi, kebijakan dan program organisasi, terutama dalam kerangka sistem perencanaan jangka panjang dan jangka menengah yang dilaksanakan secara bertahap sesuai rencana strategi dan rencana kerja tahunan.

Misi Dewan UKM secara umum meliputi:

1. Membangun kompetensi kelembagaan dan eksistensi organisasi;

2. Mengembangkan hubungan kemitraan sinergitas dengan pemerintah serta pe- mangku kepentingan UMKM;

3. Menumbuhkan semangat persatuan dan kemandirian UMKM;

4. Meningkatkan Produktivitas, Kreativitas, Inovasi dan daya saing UMKM; 5. Memfasilitasi akses sumberdaya produktif bagi UMKM;

6. Meningkatkan kualitas menejemen kelembagaan usaha UMKM; 7. Memperjuangkan keberpihakan regulasi/kebijakan pada UMKM.

3.3. TUJUAN DASAR & SASARAN STRATEGIS

Visi dan Misi tersebut diatas secara subtansi merupakan kerangka dasar dalam membangun Dewan UKM yang kredibel dan kompeten sebagai prasyarat utama untuk mewujudkan komitmen organisasi sebagai solusi pemberdayaan UMKM secara ideal sesuai amanat Konstitusi negara dan Undang-Undang dimaksud yang menjadi landasan AD dan ART Dewan UKM. Sebagai penjabaran Misi tersebut diatas, maka Renstra Dewan UKM diarahkan pada pencapaian TUJUAN DASAR :

1. Penyediaan infrastruktur kelembagaan Dewan UKM sesuai kebutuhan dan tun- tuntutan perkembangan meliputi;

a). Konsolidasi organisasi dengan melengkapi struktur dan perangkat organisasi sampai ditingkat basis serta membentuk unit/badan fungsional termasuk pe- nempatan/penugasan personalia atas pertimbangan kompetensi.

b). Pelaksanaan program menurut skala prioritas sesuai kebutuhan kondisi objektif yang mampu menjawab tantangan keadaan dan memenuhi harapan UMKM bersama pemangku kepentingan.

(14)

6 3. Peningkatan peranserta masyarakat dan dunia usaha dalam Pemberdayaan UMKM

melalui kemitraan sinergis atas semangat saling membutuhkan dan saling menguntungkan untuk kepentingan bersama.

4. Membantu tugas dan tanggungjawab pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM melalui program dan kegiatan yang merupakan aktualisasi peran strategis Dewan UKM terhadap pemberdayaan UMKM yang mencakup beberapa aspek sebagaimana diuraikan dalam arah kebijakan dan strategi Dewan UKM.

Mengacu pada tujuan pokok Dewan UKM Indonesia tersebut diatas terdapat SASARAN STRATEGIS yang ingin dicapai:

1. Tersosialisasinya secara luas pencitraan Dewan UKM sebagai solusi pember-dayaan sektor UMKM dalam rangka meningkatkan eksistensi organisasi dan kepercayaan masyarakat pada umumnya.

2. Terbangunnya kesamaan persepsi terhadap tujuan dan kepentingan bersama sehingga semakin mempererat hubungan kemitraan yang setara sebagai sarana efektif mencapai solusi pemberdayaan UMKM.

3. Terwujudnya komitmen keberpihakan pemerintah secara nyata dan sungguh-sungguh terhadap pemberdayaan UMKM yang dibuktikan dalam pelaksanaan regulasi dan kebijakan serta kegiatan program.

4. Tumbuh dan berkembangnya sektor UMKM dengan pengelolaan potensi secara optimal produktif, kreatif, inovatif dan berdaya saing sebagai komitmen sektor UMKM dalam membangun kemandirian perekonomian nasional.

II. 4. PERANGKAT ORGANISASI

Dewan UKM Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1985 tentang ORMAS dan Undang-Undang No.1 Tahun 1987 tentang KADIN serta Undang – Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, memiliki Perangkat Organisasi sebagaimana Bab VI, VII, VIII, IX dan Bab X Anggaran Dasar Dewan UKM Indonesia

Dewan UKM memiliki Perangkat Organisasi berjenjang; Komite Nasional, Komite Wilayah dan Komite Daerah yang masing-masing penjelasannya sebagai berikut;

4.1. KEDUDUKAN DAN SUSUNAN;

Komite Nasional (Komnas), Dewan UKM pada tingkat nasional berkedudukan pusat di Jakarta dengan sebutan Komite Nasional Dewan UKM Indonesia yang disingkat Komnas Dewan UKM Indonesia, sebagai tingkatan tertinggi organisasi, sebagaimana Perangkat Organisasi :

a. Badan Penasehat Pusat. b. Badan Pembina Pusat

(15)

7 Komite Wilayah (Komwil), Dewan UKM pada tingkat provinsi dinamakan Komite Wilayah disingkat Komwil sehingga disebut Komwil Dewan UKM dan ditambah nama provinsi dimaksud, yang berkedudukan diibukota provinsi tersebut, sebagaimana Perangkat Organisasi :

a. Badan Penasehat Provinsi. b. Badan Pembina Provinsi.

c. Majelis Pertimbangan Wilayah disingkat MPW d. Pengurus Komite Wilayah, disingkat Komwil.

Komite Daerah (Komda), Dewan UKM pada tingkat daerah kabupaten/kota dinamakan Komite Daerah disingkat Komda sehingga disebut Komda Dewan UKM dan ditambah nama kabupaten/kota dimaksud, yang berkedudukan diibukota kabupaten/kota tersebut, sebagaimana Perangkat Organisasi :

a. Badan Penasehat Kab/Kota. b. Badan Pembina Kab/Kota.

c. Majelis Pertimbangan Daerah disingkat MPD d. Pengurus Komite Daerah, disingkat Komda.

Di seluruh tingkatan hanya ada satu DEWAN UKM, dan administrasinya dikelola menejemen secretariat yang dipimpin oleh Direktur/Menejer eksekutif.

Mengacu pada BAB VI Anggaran Rumah Tangga (ART) Dewan UKM Susunan Perangkat Organisasi meliputi: Susunan Perangkat Komnas, Komwil dan Komda ;

(1) Susunan Perangkat Komnas sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas sebagai berikut; a. Badan Penasehat Pusat: terdiri ; Seorang Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota. b. Badan Pembina Pusat; terdiri dari; Seorang Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota. c. Majelis Pertimbangan Nasional disingkat MPN; Seorang Ketua dan Seorang Wakil

Ketua, Seorang Sekretaris dan Seorang Wakil Sekretaris serta maksimal 5 (lima) orang Anggota

d. Pengurus/Fungsionaris Komnas: terdiri dari; Seorang Ketua Umum, 2 (Dua) Orang Wakil Ketua Umum serta Beberapa Orang Ketua, Seorang Sekretaris Jenderal dan Beberapa Orang Wakil Sekretaris Jenderal, Seorang Bendahara Umum dan Bebera-pa Orang Wakil Bendahara Umum, TerdaBebera-pat 11 (sebelas) Bidang masing-masing di-pimpin Seorang Ketua dan 2 (dua) Orang Wakil Ketua Bidang.

e. Sekretariat Komnas; terdiri; Seorang Direktur Eksekutif dan Beberapa orang Staf.

(2) Susunan Perangkat Komwil sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas sebagai berikut: a. Badan Penasehat Provinsi; terdiri;Seorang Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota. b. Badan Pembina Provinsi; terdiri;Seorang Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota. c. Majelis Pertimbangan Wilayah disingkat MPW; terdiri dari; Seorang Ketua dan

Se-orang Wakil Ketua, SeSe-orang Sekretaris dan SeSe-orang Wakil Sekretaris serta maksimal 5 (lima) orang Anggota

d. Pengurus/Fungsionaris Komwil: terdiri dari; Seorang Ketua Umum dan Beberapa Orang Wakil Ketua,Seorang Sekretaris Umum dan Beberapa Orang Wakil Sekretaris, Seorang Bendahara Umum dan Beberapa Orang Wakil Bendahara, 11 (sebelas) Biro masing-masing dipimpin Seorang Ketua dan 2 (dua) Orang Wakil Ketua Biro.

(16)

8 (3) Susunan Perangkat Komda sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas sebagai berikut:

a. Badan Penasehat Kab/kota;terdiri;Seorang Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota. b. Badan Pembina Kab/kota; terdiri Seorang Ketua, Wakil-Wakil Ketua dan Anggota. c. Majelis Pertimbangan Daerah disingkat MPD; terdiri dari; Seorang Ketua dan

Seorang Wakil Ketua, Seorang Sekretaris dan Seorang Wakil Sekretaris serta maksimal 5 (lima) orang Anggota

d. Pengurus/Fungsionaris Komda: terdiri dari; Seorang Ketua dan Beberapa Orang Wakil Ketua, Seorang Sekretaris dan Beberapa Orang Wakil Sekretaris ,Seorang Bendahara dan Beberapa Orang Wakil Bendahara, Terdapat 11 (sebelas) Bagian yang masing-masing dipimpin Seorang Ketua dan 2 (dua) Orang Wakil Ketua Bagian. e. Sekretariat Komda; terdiri dari; Seorang Menejer Eksekutif dan Beberapa orang Staf.

(4) Jumlah Wakil Ketua dan Anggota Badan Penasehat dan Badan Pembina disetiap jenjang organisasi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

(5) Disetiap jenjang kepengurusan organisasi dapat dibentuk lembaga/unit fungsional sesuai kebutuhan.

4.2. SIFAT DAN BENTUK KELEMBAGAAN

Kelembagaan Organisasi Dewan UKM bersifat Struktural dan Fungsional dengan bentuk; Lembaga induk, Lembaga/Badan Layanan, Badan Otonom dan Badan Usaha.

Pengesahan Dan Masa Jabatan, (1) Pengesahan Komposisi dan Personalia Perangkat Komite Nasional untuk pertama

kalinya ditetapkan berdasarkan SK Formatur Nasional dan selanjutnya berdasarkan Keputusan Kongres Dewan UKM; untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.

(2) Pengesahan Komposisi dan Personalia Perangkat Komite Wilayah untuk pertama kalinya ditetapkan dengan SK Komite Nasional dan selanjutnya berdasarkan Keputusan Musyawarah Wilayah Dewan UKM untuk masa jabatan 4 (empat) tahun.

(3) Pengesahan Komposisi dan Personalia Perangkat Komite Daerah untuk pertama kalinya ditetapkan dengan SK Komite Wilayah dan selanjutnya berdasarkan Keputusan Musyawarah Daerah Dewan UKM untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.

(4) Komposisi dan Personalia Sekretariat Dewan UKM ditetapkan dengan SK Pengurus sesuai jenjang organisasi masing-masing untuk masa jabatan disesuaikan dengan masa jabatan kepengurusan dimaksud.

4.3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

(1) Badan Penasehat bertugas dan berkewajiban memberikan, nasehat, arahan terhadap Badan Pengurus sesuai dengan tingkatannya.

(2) Badan Penasehat berfungsi sebagai pelindung dan pengayom terhadap Badan Pengurus sesuai dengan tingkatannya.

(3) Badan Pembina bertugas dan berkewajiban memberikan, bimbingan, pembinaan secara teknis terhadap Badan Pengurus sesuai dengan tingkatannya.

(4) Badan Pembina berfungsi sebagai pengarah dan pemandu terhadap Badan Pengurus sesuai dengan tingkatannya.

(5) Majelis Pertimbangan bertugas dan berkewajiban memberikan pertimbangan dan pengawasan terhadap Badan Pengurus sesuai dengan tingkatannya.

(17)

9 4.4. WEWENANG DAN KEWAJIBAN

Komite Nasional, (1). Komite Nasional adalah badan pelaksana tertinggi organisasi Dewan UKM bersifat

kolektif di Tingkat Nasional, yang disahkan oleh Kongres Nasional. (2). Komite Nasional berwenang :

a. Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi di Tingkat Nasional sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan-keputusan lain dari Kongres Nasional, Keputusan Rapat Tingkat Nasional.

b. Menetapkan dan mengesahkan peraturan organisasi, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang sesuatu sesuai kebutuhan organisasi.

c. Menetapkan sistim keanggotaan secara nasional.

d. Menghadiri Musyawarah dan Rapat-rapat wilayah sebagai pembicara maupun sebagai peserta.

e. Menetapkan dan mengesahkan komposisi dan personalia Komite Wilayah.

f. Membentuk, menetapkan dan mengesahkan Unit/Lembaga Tingkat Nasional serta komposisi dan personalianya.

g. Mengawasi, mengevaluasi, membina dan mengembangkan perangkat organisasi di tingkat yang lebih bawah.

(3). Komite Nasional berkewajiban :

a. Memberikan pertanggungjawaban pada Kongres Nasional.

b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres Nasional dan Rapat-rapat Tingkat Nasional serta peraturan organisasi lainnya.

Komite Wilayah, (1). Komite Wilayah adalah badan pelaksana tertinggi organisasi yang bersifat kolektif di Tingkat Wilayah Provinsi, yang disahkan oleh Musyawarah Wilayah dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Komite Nasional.

(2). Komite Wilayah berwenang :

a. Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi di Tingkat Provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan-keputusan Kongres Nasional dan Rapat-rapat Tingkat Nasional serta peraturan organisasi lainnya.

b. Menghadiri musyawarah dan rapat-rapat di Tingkat Daerah Kabupaten/Kota sebagai pembicara maupun sebagai peserta.

c. Menetapkan dan mengesahkan komposisi dan personalia Komite Daerah.

d. Membentuk, menetapkan dan mengesahkan Unit/Lembaga Tingkat Wilayah serta komposisi dan personalianya.

e. Mengawasi, mengevaluasi, membina dan mengembangkan perangkat organisasi di tingkat yang lebih bawah.

(3). Komite Wilayah berkewajiban :

(18)

10 b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi di Wilayah Provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Kongres Nasional dan Rapat-rapat Tingkat Nasional maupun Wilayah serta peraturan organisasi lainnya.

Komite Daerah, (1). Komite Daerah adalah badan pelaksana tertinggi organisasi yang bersifat kolektif di Daerah Kabupaten/Kota, yang disahkan oleh Musyawarah Daerah dan ditetapkan serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan Komite Wilayah.

(2). Komite Daerah berwenang :

a. Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi di Tingkat Daerah sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan-Keputusan Kongres Nasional dan Rapat-rapat Tingkat Nasional maupun Wilayah dan Daerah serta peraturan organisasi lainnya.

b. Mengawasi, mengevaluasi, membina dan mengembangkan perangkat organisasi di lingkup Daerah.

c. Membentuk, menetapkan dan mengesahkan Unit/Lembaga Tingkat Daerah serta komposisi dan personalianya.

d. Mengesahkan,mengawasi,mengevaluasi dan mengembangkan keanggotaan.

(3). Komite Daerah berkewajiban :

a. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah bagi Komda yang dipilih dan diangkat oleh Musyawarah Daerah dan Komda yang diangkat langsung oleh Komite Wilayah memberikan pertanggungjawaban kepada Komite Wilayah . b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi di Daerah

Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional dan Rapat-rapat Tingkat Nasional maupun di Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota serta peraturan organisasi lainnya.

Fungsionaris Badan Penasehat, (1) Fungsionaris Badan Penasehat Nasional adalah tokoh nasional dalam kapasitas jabatan pada Lembaga Tinggi Negara dan atau lembaga tingkat nasional yang terkait/relevan dan atau dinilai memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan UMKM di Indonesia:

(2) Fungsionaris Badan Penasehat Provinsi adalah Pejabat Pemerintah, Pimpinan Legiskatif, Pimpinan BUMN/BUMD, Organisasi Usaha, tingkat provinsi yang dalam kapasitas jabatannya melekat secara langsung atau tidak langsung tanggung jawab terhadap pemberdayaan UMKM di wilayah provinsi bersangkutan.

(3) Gubernur selaku Pimpinan tertinggi dalam pemerintahan provinsi yang memiliki tugas dan tanggungjawab pembinaan terhadap masyarakat, dapat ditetapkan sebagai Ketua Badan Penasehat Provinsi.

(4) Fungsionaris Badan Penasehat Kabupaten/Kota adalah Pejabat Pemerintah, Pimpinan Legiskatif, Pimpinan BUMN/BUMD, Pimpinan Organisasi Usaha, tingkat Kabupaten/Kota yang dalam kapasitas jabatannya melekat secara langsung atau tidak langsung tanggung jawab terhadap pemberdayaan UMKM di lingkup wilayah Kabupaten/ Kota bersangkutan.

(19)

11 (6) Penempatan fungsionaris pada jabatan perangkat organisasi mempertimbangkan status

kedudukan jabatan formal yang bersangkutan.

(7) Ketua Badan Penasehat secara ex offisio dimintakan kesediaan Gubernur pada tingkat Wilayah (Komwil) dan Bupati/ Walikota pada tingkat Daerah (Komda).

(8) Wakil Ketua dan Anggota Badan Penasehat dapat dipertimbangkan meminta kesediaan; Ketua DPRD atau unsur Pimpinan DPRD yang relevan, Pimpinan Bank Indonesia, Pimpinan KADIN, Pimpinan Bank,BUMN/BUMD, dan Pimpinan Instansi/Lembaga terkait.

Fungsionaris Badan Pembina, (1) Fungsionaris Badan Pembina Nasional adalah tokoh nasional dalam kapasitas jabatan pada Lembaga Tinggi Negara atau lembaga tingkat nasional yang terkait secara teknis dalam pembinaan UMKM dan atau tokoh nasional yang dinilai memiliki kompetensi dan kepedulian terhadap pemberdayaan UMKM di Indonesia:

(2) Fungsionaris Badan Pembina Provinsi adalah Pejabat Pemerintah pada instansi teknis, Pimpinan Legiskatif/Komisi terkait, Pimpinan Bank,BUMN/BUMD, Organisasi Usaha, tingkat provinsi yang dalam kapasitas jabatannya secara langsung memiliki tanggung jawab teknis dan atau tokoh masyarakat yang dinilai memiliki kompetensi dan kepedulian terhadap pembinaan/pemberdayaan UMKM di provinsi bersangkutan.

(3) Fungsionaris Badan Pembina Kabupaten/Kota adalah Pejabat Pemerintah pada instansi teknis, Pimpinan Legiskatif/Komisi terkait, Pimpinan Bank,BUMN/BUMD, Organisasi Usaha, tingkat provinsi yang dalam kapasitas jabatannya secara langsung memiliki tanggung jawab teknis dan atau tokoh masyarakat yang dinilai memiliki kompetensi dan kepedulian terhadap pembinaan/pemberdayaan UMKM di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

(4) Penempatan fungsionaris pada jabatan perangkat organisasi mempertimbangkan status kedudukan jabatan formal yang bersangkutan.

(5) Ketua Badan Pembina dapat dipertimbangkan meminta kesediaan Wakil Gubernur pada tingkat Wilayah (Komwil) dan Wakil Bupati/ Wakil Walikota pada tingkat Komda.

(6) Wakil Ketua dan Anggota Badan Pembina terdiri dari unsur sebagaimana pada ayat (2) dan (3) tersebut diatas.

Fungsionaris Majelis Pertimbangan, (1) Fungsionaris Majelis Pertimbangan Nasional (MPN) adalah tokoh nasional dalam kapasitas pribadi yang dinilai memiliki kredibilitas, komitmen dan kepedulian terhadap pemberdayaan UMKM di Indonesia serta mampu mengangkat citra dan eksistensi Dewan UKM Indonesia:

(2) Fungsionaris Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) adalah tokoh daerah dalam kapasitas pribadi yang dinilai memiliki kredibilitas, komitmen dan kepedulian terhadap pemberdayaan UMKM serta mampu mengangkat citra dan eksistensi Komwil Dewan UKM di provinsi bersangkutan:

(3) Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) diprioritaskan meminta kesediaan istri Gubernur dalam kapasitas selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Provinsi atau tokoh yang diniliai memiliki kapasitas dan mampu mengarahkan pengembangan organisasi Komwil Dewan UKM di wilayah provinsi bersangkutan.

(20)

12 (5) Ketua Majelis Pertimbangan Daerah (MPD) diprioritaskan meminta kesediaan istri Bupati/Walikota dalam kapasitas selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kabupaten/ Kota atau tokoh yang diniliai memiliki kapasitas dan mampu mengarahkan pengembangan organisasi Komda Dewan UKM di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

(6) Majelis Pertimbangan terdiri dari seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Wakil Sekretaris serta anggota sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

Fungsionaris Pengurus, (1) Pengurus Dewan UKM diseluruh tingkatan organisasi terdiri dari tokoh organisasi UKM sektoral, tokoh/pelaku UMKM, Pemerhati/Pemberdaya UMKM, Akademisi/ Peneliti UKM, dan tokoh peduli UKM.

(2) Dalam penyusunan dan penetapan pengurus Dewan UKM mempertimbangkan kapasitas dan kompetensi personalia sesuai tugas dan tanggungjawab pada jabatan organisasi serta kesetaraan jender, terutama pada Bidang/Biro/Bagian.

(3) Pengurus Komite Nasional terdiri dari seorang Ketua Umum,dua orang Wakil Ketua Umum dan beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Jenderal dan beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum dan beberapa orang Wakil Bendahara Umum serta masing-masing Bidang terdiri seorang Ketua Bidang dan dua orang Wakil Ketua Bidang.

(4) Pengurus Komite Wilayah terdiri dari seorang Ketua Umum, dua orang Wakil Ketua Umum dan beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Umum dan beberapa orang Wakil Sekretaris Umum, seorang Bendahara Umum dan beberapa orang Wakil Bendahara Umum serta masing-masing Biro terdiri seorang Ketua Biro dan dua orang Wakil Ketua Biro.

(5) Pengurus Komite Daerah terdiri dari seorang Ketua dan beberapa orang Wakil Ketua, seorang Sekretaris dan beberapa orang Wakil Sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa orang Wakil Bendahara serta masing-masing Bagian terdiri seorang Ketua Bagian dan dua orang Wakil Ketua Bagian.

(6) Pada setiap tingkatan kepengurusan Dewan UKM dapat dilengkapi dengan perangkat organisasi Majelis Perwakilan Sektoral yang merupakan forum komunikasi dan koordinasi antar utusan organisasi/lembaga UMKM sektoral yang berhimpun dalam Dewan UKM Indonesia.

(7) Ketentuan tentang Majelis Perwakilan Sektoral dan Penggalangan/Pembentukan UKM Sektoral akan ditetapkan kemudian dengan Pedoman Organisasi Dewan UKM.

(21)
(22)

14 BAGIAN III

ISU STRATEGIS UMKM III. 1. LATAR BELAKANG

SEKTOR Usaha Mikro, Kecil dan Menengar (UMKM) merupakan pilar ekonomi kerakyatan yang potensial dan tangguh. potensi dan peran strategisnya telah terbukti menjadi penopang kekuatan dan pertumbuhan ekonomi nasional (pro growth) menghadapi “badai” krisis ekonomi tahun 2007. Potensi sangat besar yang dimiliki sektor UMKM diberbagai aspek merupakan subjek vital dalam pembangunan terutama menjadi andalan dalam perluasan kesempatan berusaha dan penyerapan tenaga kerja yang secara nyata telah menekan angka pengangguran (pro job).

Sebagai pelaku ekonomi yang dominan, sektor UMKM telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai angka 59,94 persen. Berdasarkan data Kementerian Negara Koperasi & UKM Republik Indonesia, jumlah UMKM tahun 2013 lebih dari 57,18 juta unit usaha atau 99,99 persen dari seluruh jumlah unit usaha di Indonesia, meningkat dibanding tahun 2012 yang mencapai 56,3 juta lebih unit usaha. Sedangkan jumlah tenaga kerjanya mencapai 110,80 juta orang atau sebanding dengan 97,2 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia, meningkat dari tahun 2012 yang mencapai 107,7 juta orang. Peningkatan juga terjadi pada nilai investasi UMKM tahun 2012 mencapai Rp. 992,2 triliun atau 50,4 persen dari total investasi di Indonesia.

Walaupun sektor UMKM telah berjasa terhadap pertumbuhan perekonomian bangsa, tapi ironisnya, keberpihakan pemerintah masih dirasakan belum memenuhi harapan dan cenderung bernuansa politik kepentingan. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan pemerintah yang saling tumpang tindih akibat dari pembinaan UMKM tidak terpusat yang dilakukan oleh hampir semua intitusi pemerintah. Kebijakan pemerintah dinilai makin tidak ramah pada UMKM yang tercermin dari hasil peringkat kemudahan usaha tahun 2011 atau Doing Business 2011, Making a Difference for Entrepreneurs, yang dilakukan oleh International Finance Corporation (IFC) yang merupakan anak usaha Bank Dunia. Indonesia mengalami penurunan peringkat dari 115 Tahun 2010 menjadi peringkat 121 pada Doing Business tahun 2011. Ada 9 aspek penilaian IFC, dimana Indonesia tercatat penurunan paling buruk pada akses kredit untuk UMKM dan penilaian yang cukup baik pada dukungan permulaan bisnis. Hal ini juga tercermin dari data Bank Indonesia per November 2012, baru sekitar 17 % UMKM yang mendapat pembiayaan bank dengan baki debet kredit Rp. 541.876 trilyun. Jika dibandingkan jumlah baki debet kredit yang disalurkan kepada sektor usaha besar atau non UMKM sebesar Rp. 2.158.423 trilyun, maka alokasi kredit untuk UMKM baru berkisar 19,9 % dari total kredit perbankan.

(23)

15 Permasalahan klasik yang selama ini dihadapi pelaku UMKM dapat dituntaskan dengan dukungan kebijakan pemerintah yang berpihak (affirmative policy) kepada sektor UMKM. Keberpihakan yang objektif merupakan kunci utama dari solusi pemberdayaan UMKM secara komprehensif. Karena Pengembangan UMKM ini berkaitan langsung dengan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan sebagian besar rakyat Indonesia (pro poor) maka menjadi sangat strategis sebagai faktor penentu keberhasilan strategi pembangunan bangsa yang berorientasi pada kemandirian ekonomi nasional yang berkeadilan. Perumusan regulasi dan kebijakan dengan pendekatan objektifitas kondisi yang memperhatikan peran dan potensi sektor UMKM, amat efektif sebagai strategi memacu optimalisasi sumber daya produktif dan menumbuhkan semangat inovatif dan kreatif dalam berusaha.

III. 2. PERMASALAHAN UMKM

PEMBERDAYAAN UMKM pada hakekatnya merupakan tugas dan tanggungjawab seluruh elemen bangsa yang dikoordinasikan oleh pemerintah. Tanggungjawab ini merupakan pengejawantahan dari amanat konstitusi Undang Undang Dasar Negara RI 1945, khususnya yang berkaitan dengan frasa “memajukan kesejahteraan umum” pada pembukaan UUD 1945. Semangat ekonomi kerakyatan pada pasal 27 dan 33 UUD 1945 menjadi pertimbangan lahirnya Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat tidak terkecuali dunia usaha dan organisasi usaha/pengusaha harus bahu membahu mencari solusi sesuai identifikasi masalah sebagaimana diuraikan berikut ini;

Permasalahan yang dihadapi UMKM di Indonesia diidentifikasi dari faktor internal dan ekternal, namun secara umum dapat dikelompokkan sebagai kendala finansial dan non finansial;

2. A. FAKTOR INTERNAL :

A.1. Keterbatasan Permodalan dan Akses Sumber Pembiayaan formal; Pada umumnya UMKM terutama usaha mikro dan kecil merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup dan mengandalkan modal sendiri pemiliknya dengan jumlah sangat terbatas. Sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit didapatkan karena terbentur kelengkapan persyaratan administrasi dan teknis yang diminta tidak dapat dipenuhi. Padahal ketersediaan permodalan yang cukup merupakan faktor utama dalam pengembangan suatu usaha.

Kendala utama UMKM dalam mengakses permodalan dari lembaga keuangan formal adalah persyaratan mengenai agunan, karena sebahagian besar UMKM tidak memiliki harta

yang cukup memadai dan layak dijadikan agunan kredit. Belum lagi keterbatasan wawasan dan informasi UMKM tentang layanan perbankan dan lembaga keuangan lainnya membuat semakin awan dengan akses sumber pembiayaan formal. Kondisi ini sangat memprihatin-kan, apalagi data yang dirilis Bank Indonesia bahwa per November 2012,baru sekitar 17% UMKM yang mengakses pembiayaan bank.

(24)

16 formal dan keterbatasan wawasan sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM dalam pengelolaan menejemen usaha, sehingga menghambat pengembangan usaha secara optimal sesuai kebutuhan perkembangan. Selain itu lemahnya kualitas SDM menjadi hambatan tersendiri dalam mengadopsi perkembangan teknologi sebagai tuntutan keadaan untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Permasalahan kualitas SDM ini sangat erat kaitannya dengan mentalitas pelaku UMKM, terutama dalam hal semangat entrepreneurship; yaitu ulet pantang menyerah, kukuh menjaga hubungan dengan mitra, disiplin dalam pengelolaan usaha serta terus berinovasi dan berkreasi.

A.3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Penetrasi Pasar; UMKM terutama usaha mikro dan kecil, ditilik dari latar belakang dan sejarahnya merupakan unit usaha keluarga yang lemah dalam membangun jaringan usaha termasuk kemampuan penetrasi pasar yang terlalu lemah. Kondisi ini diakibatkan karena produk yang dihasilkan sangat terbatas dan dengan kualitas yang kurang kompetitif. Apalagi sebagian besar UMKM tidak memahami tentang standar kualitas produk dan cenderung mengabaikan faktor kepuasan konsumen. Belum lagi orientasi pemikiran sebahagian besar pelaku UMKM yang sangat sempit dakam menjalankan usaha; yang cenderung lebih memikirkan diri sendiri dari pada keamanan dan keselamatan masyarakat konsumen dengan menggunakan bahan kimia berbahaya dalam produk makanan olahannya.

2. B. FAKTOR EKSTERNAL:

B.1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif; Upaya pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari tahun ke tahun perkembangannya selalu dimonitor dan dievaluasi melalui indikator dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB),penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto (investasi). Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha besar. Pada tataran ini, pelaku sektor UMKM sering menjadi korban dari persekongkolan jahat antara pengusaha besar (konglomerasi) dengan penguasa dengan menggunakan instrumen kebijakan pemerintah.

Kendala lain yang cukup serius dihadapi UMKM adalah terkait legalitas dan perijinan untuk menjalankan usaha . Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.

(25)

17 B.3. Pungutan Liar; Prilaku korup yang “membudaya” dikalangan aparat pemerintah yang sangat meresahkan dan membebani pelaku UMKM adalah praktek pungutan tidak resmi atau pungutan liar. Harus disadari bahwa hal ini menjadi kendala besar bagi UMKM karena selain berpengaruh pada biaya produksi juga menghambat upaya efisiensi usaha sehingga sulit untuk bisa bersaing dalam menghadapi situasi era perdagangan bebas.

B.4. Implikasi Otonomi Daerah; Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah memiliki hak otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakanya. Perubahan sistem ini melahirkan peraturan daerah yang berorientasi pada peningkatan PAD sehingga berimplikasi terhadap beban biaya bagi pelaku UMKM berupa pungutan pajak/retribusi baru. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UKM.

B.5. Implikasi Perdagangan Bebas; Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap UMKM untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, UMKM dituntut untuk melakukan proses produksi secara produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu, UKM harus mampu bersaing dengan keunggulan komparatif dan kompetitif, terutama produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang potensial untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.

B.6. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek; Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.

B.7. Terbatasnya Akses Pasar; Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

(26)

18 III. 3. AMANAH KONSTITUSI

TAP MPR RI Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Mengamanahkan bahwa Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah (UMKM) perlu diberdaya kan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang, dan berkeadilan. Sesuai semangat pasal 33 UUD'45 sebagai landasan konstitusio nal pembangunan dibidang ekonomi, maka pelaku usaha khususnya sektor UMKM harus mem bina dan mengembangkan kerjasama sinergitas secara professional, produktif dan inovatif dalam rangka mewujudkan iklim usaha yang sehat dan dinamis dalam rangka mendorong pemerataan usaha seluas-luasnya secara berkeadilan kepada sektor UMKM di Indonesia.

KONSTITUSI Negara RI menegaskan pemberdayaan sektor UMKM yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat menjadi tanggungjawab pemerintah bersama dunia usaha dan masyarakat. Dalam konteks ini termasuk Dewan UKM sebagai organisasi masyarakat, yang memiliki ciri kekhususan dan atas dasar kesamaan tujuan serta strata kepengusahaan yang didirikan secara sah berdasarkan Undang-Undang Negara RI, sehingga peran dan eksistensi Dewan UKM dilindungi oleh negara dengan mengacu pada landasan konstitusi , berdasarkan:

3.1. UUD NEGARA RI TAHUN 1945

Pasal 27 (2)

Tiap-tiap warga berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.

Pasal 28C (2)

Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara.

Pasal 28E (3)

Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28H (2)

Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

Pasal 33

Yang terdiri (5) ayat secara khusus memuat rumusan Perekonomian Nasional dan pada ayat (4) sangat relevan dengan subtansi ini:

(27)

19 3.2. Undang-Undang RI No.1 Tahun 1987 Tentang Kadin;

Undang-Undang ini mengatur tentang pelaku usaha nasional dan kedudukan organisasi usaha/ pengusaha di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan Dewan UKM sebagai organisasi sektor Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) sangat relevan dengan Undang tentang Kadin ini sebagai landasan hukum eksistensi organisasi. Undang-Undang ini menetapkan;

“bahwa seluruh pengusaha Indonesia di bidang usaha negara, usaha koperasi dan usaha swasta secara bersama-sama membentuk organisasi Kamar Dagang dan Industri sebagai wadah dan wahana pembinaan, komunikasi, informasi, representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha Indonesia, dalam rangka mewujudkan dunia usaha Indonesia yang kuat dan berdaya saing tinggi yang bertumpu pada keunggulan nyata sumber daya nasional, yang memadukan secara seimbang keterkaitan antar-potensi ekonomi nasional, yakni antar-sektor, antar-skala usaha, dan antar-daerah, dalam dimensi tertib hukum, etika bisnis, kemanusiaan, dan kelestarian lingkungan dalam suatu tatanan ekonomi pasar dalam percaturan perekonomian global dengan berbasis pada kekuatan daerah, sektor usaha, dan hubungan luar negeri “.

Pada Pasal 4 ditegaskan: “ Dengan Undang-Undang ini ditetapkan adanya satu Kamar Dagang dan Industri yang merupakan wadah bagi pengusaha Indonesia, baik yang tidak bergabung maupun yang ber gabung dalam organisasi pengusaha dan/atau organisasi perusahaan “.

3.3. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM;

Undang-Undang ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari Undang-Undang No.9 Tahun 1995 yang (hanya) mengatur tentang Usaha Kecil. Atas pertimbangan adanya perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global, maka cakupan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 ini diperluas sehingga Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) memperoleh kepastian dan keadilan usaha sesuai amanat TAP MPR RI No.XVI/MPR-RI/1998 Tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi yang mencakup rumusan pemberdayaan UMKM.

Walaupun dalam Undang-Undang ini tidak dinyatakan secara tegas kedudukan organisasi sektor UMKM, namun secara eksplisit keberadaan Dewan UKM dapat diartikan sebagai Dunia Usaha dan Masyarakat yang diberi ruang untuk berperan secara aktif membantu peran dan tanggung jawab pemerintah diberbagai aspek yang tertuang dalam Arah dan Strategi Kebijakan Dewan UKM, sesuai rumusan pasal 7 menyatakan :

(1). Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: (a). Pendanaan; (b). Sarana dan Prasarana; (c). Informasi usaha; (d). Kemitraan; (e). Perizinan usaha; (f). Kesempatan berusaha; (g). Promosi dagang; dan (h). Dukungan kelembagaan.(2). Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu menumbuhkan Iklim Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(28)

20 Pasal 5 : Tujuan Pemberdayaán Koperasi dan UMKM adalah :

(1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; (2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan (3)Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentäsan rakyat dan kemiskinan.

Pasal 16 :

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang: (a). produksi dan pengolahan; (b). pemasaran; (c). sumber daya manusia; dan (d). desain dan teknologi. (2) Dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif melakukan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembangan, prioritas, intensitas, dan jangka waktu pengembangan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 21 :

(1) Pemerintah dan Pemda menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil.

(2) BUMN dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian labatahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penja minan,hibah,dan pembiayaan lainnya. (3) Usaha Besar nasional dan asing dapat menye diakan pembiayaan yang dialokasikan kepada UMK dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. (4) Pemerintah, Pemda, dan Dunia Usaha dapat memberikan hibah,mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro & Kecil. (5) Pemerintah dan Pemda dapat memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikr& Kecil.

Pasal 22 :

Dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah melakukan upaya: (1) Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank; (2) Pengembangan lembaga modal ventura; (3) Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang; (4) Peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuanga konvensional dan syariah; dan (5) Pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.

Pasal 23 :

(29)

21 yakan usaha; b). Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pengajuan kredit atau pinjaman; danc). Meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis serta manajerial usaha.

Pasal 25 :

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasikegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan. (2) Kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar mencakup proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, SDM, dan teknologi. (3) Menteri dan Menteri Teknis mengatur pemberian insentif kepada Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan UMKM melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor,penyerapan tenaga kerja,penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

Pasal 26 :

Kemitraan dilaksanakan dengan pola: a). Inti-plasma; b). Subkontrak; c). Waralaba; d). perdagangan umum; e). distribusi dan keagenan; dan f). bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran (outsourching).

Pasal 27 :

Pelaksanaan kemitraan dengan pola inti-plasma sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a, Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang menjadi plasmanya dalam: a). penyediaan dan penyiapan lahan; b). penyediaan sarana produksi; c). pemberian bimbingan teknis produksi dan manajemen usaha; d). perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan; e). Pembiayaan; f). Pemasaran; g). Penjaminan; h). pemberian informasi; dan i). pemberian bantuan lain yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas dan wawasan usaha.

Pasal 28 :

Pelaksanaan kemitraan usaha dengan pola subkontrak sebagaimana dimaksud Pasal 26 huruf b, untuk memproduksi barang dan/atau jasa, Usaha Besar memberikan dukungan berupa: a).kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan/atau komponennya; b). Kesempatan memperoleh bahan baku yang diproduksi secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar; c). bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau Manaje men; d). perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan; e). pembiayaan dan pengaturan sistem pembayaran yang tidak merugikan salah satu pihak; dan f). upaya untuk tidak melakukan pemutusan hubungan sepihak.

Pasal 29 :

(1) Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c, memberikan kesempatan dan mendahulukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang memiliki kemampuan.

(30)

22 III. 4. KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN NASIONAL

4.1. Visi Misi Pembangunan Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

4.2. Sembilan Agenda Prioritas Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

(31)

23 Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015 -2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama sebagai berikut.

Mengacu pada sasaran utama serta nalisis yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-2019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:

a) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan merupakan landasan utama untuk mempersiapkan Indonesia lepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditandai dengan terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan pertanian dan pertambangan, berkembangnya industri manufaktur di berbagai wilayah, modernisasi sector jasa, penguasaan iptek dan berkembangnya inovasi, terjaganya kesinambungan fiskal, meningkatnya daya saing produk ekspor non migas terutama produk manufaktur dan jasa, meningkatnya daya saing dan perananUMKM dan koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang berkualitas.

b) Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) Yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan perikanan, mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antar-sektor dan antar-wilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan/pemanfaatan keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya.

c) Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.

d) Peningkatan kualitas lingkungan hidup, Mitigasi bencana alam dan perubahan iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas lingkungan dan penegakan hukum pencemaran lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, dan memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

(32)

24

f) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; meningkatnya kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan kesehatan.

g) Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

III. 5. AGENDA BIDANG RPJMN 2015-2019

Catatan : Agenda Bidang RPJMN (III.5), Arah Kebijakan dan Strategi Nasional (III.6) dan Pemberdayaan UMKM dan Koperasi (III.7) merupakan saduran buku 1 dan 2 RPJMN yang dipublikasikan Bappenas dan dalam renstra ini disusun sesuai relevansi dan alur

pemahaman Dewan UKM.

Pembangunan nasional adalah upaya seluruh komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jalan perubahan adalah jalan ideologis yang bersumber pada Proklamasi, Pancasila 1 Juni 1945, dan Pembukaan UUD 1945. Proklamasi dan Pancasila 1 Juni 1945 menegaskan jatidiri dan identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan UUD 1945 dengan jelas mengamanatkan arah tujuan nasional dari pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu untuk: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdasakan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pencapain tujuan ini dilaksanakan secara bertahap dan terencana dalam tahapan jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan. Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional(RPJMN) ke tiga (2015-2019), disusun sebagai penjabaran dari Visi Misi, Program Aksi Presiden/Wakil Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

(33)

25 kedaulatan, martabat, dan kebanggaan sebagai sebuah bangsa; menegaskan kembali fungsi publik negara; menggelorakan kembali harapan di tengah krisis sosial yang mendalam; menemukan jalan bagi masa depan bangsa; dan meneguhkan kembali jiwa gotong-royong. TRISAKTI memberikan pemahaman mengenai dasar untuk memulihkan harga diri bangsa dalam pergaulan antar bangsa yang sederajat dan bermartabat, yakni berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Jalan TRISAKTI menjadi basis dalam pembangunan karakter kebangsaan dan landaan kebijakan nasional masa depan. TRISAKTI mewadahi semangat perjuangan nasional yang diterjemahkan dalam tiga aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

5.2 Penjabaran TRISAKTI diwujudkan dalam bentuk; Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

1. Kedaulatan rakyat menjadi karakter, nilai, dan semangat yang dibangun melalui gotong royong dan persatuan bangsa.

2. Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan di dalam pengelolaan keuangan negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan distribusi nasional. Negara memiliki karakter kebijakan dan kewibawaan pemimpin yang kuat dan berdaulat dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi rakyat melalui penggunaan sumber daya ekonomi nasional dan anggaran negara untuk memenuhi hak dasar warga negara.

3. Kepribadian dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter dan kegotong-royongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan kemaritiman sebagai kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan implementasi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi Indonesia masa depan.

Dengan demikian, prinsip dasar dalam TRISAKTI ini menjadi basis sekaligus arah perubahan yang berdasarkan pada mandat konstitusi dan menjadi pilihan sadar dalam pengembangan daya hidup kebangsaan Indonesia, menolak ketergantungan dan diskriminasi, serta terbuka dan sederajat dalam membangun kerjasama yang produktif dalam tataran pergaulan Internasional.

Berdaulat adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi diri bangsanya. Oleh karena itu, pembangunan, sebagai usaha untuk mewujudkan kedaulatan sebagai Negara

(34)

26 yang proaktif dan bukan reaktif atau defensif. Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan kondisi saling ketergantungan senantiasa berubah, konstelasinya, perimbangannya, maupun nilai-nilai yang mendasari dan mempengaruhinya.

Kemandirian suatu bangsa tercermin antara lain, pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam mnjalankan tugasnya; kemampuan untuk memenuhi pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri yang makin kokoh dan berkurangnya ketergantungan kepada sumber luar negeri; dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok yang disertai dengan keunggulan dalam inovasi, kreativitas, integritas, dan etos kerja SDM. Kemajuan suatu bangsa harus ditandai dengan sumber daya manusia yang memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan memiliki tingkat pendidikan, produktivitas, dan harapan hidup yang tinggi. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, meningkatkan pendapatan dan pembagiannya, menyediakan infratruktur yang baik, serta memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum, yang berjalan baik. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu memberi keadilan bagi seluruh rakyatnya, menjamin hak-haknya, keamanan, dan ketentraman warganya tanpa ada diskriminasi dalam bentuk apapun.

Kepribadian dalam kebudayaan harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosial-budaya, maupun pertahanan keamanan. Kemandirian dan kemajuan suatu bangsa tidak boleh hanya diukur dari perkembangan ekonomi semata. Kemandirian dan kemajuan juga tercermin dalam kelembagaan, pranata-pranata, dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial. Secara lebih mendasar lagi, kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau sebuah bangsa mengenal jati dirinya, masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi tantangan. Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti luas.

Rencana pembangunan ekonomi disusun berlandaskan ideologi Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila yang meletakkan dasar dan sekaligus memberikan arah dalam membangun jiwa bangsa untuk menegakkan kedaulatan, martabat, dan kebanggaan sebagai sebuah bangsa. Perwujudan pembangunan ekonomi dalam periode tahun 2015-2019 dirancang dengan menekankan pemahaman mengenai dasar untuk memulihkan harga diri bangsa dalam pergaulan antarbangsa yang sederajat dan bermartabat, yakni berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, yang tertuang dalam Trisakti.

(35)

27 pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.

Agar peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud, diperlukan berbagai upaya yang mendorong peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan yang mendorong perekonomian ke arah yang lebih maju. Selain itu diperlukan pula berbagai upaya agar semua masyarakat dapat menikmati kemajuan ekonomi yang terjadi secara berkeadilan. Dengan demikian tujuan untuk memajukan perekonomian yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan tercapai.

III.6. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ditetapkan dalam Undang-Undang No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ( RPJPN) 2005 – 2025 yang selanjutnya menjadi dasar penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menenagh Nasional (RPJMN) periode 2015-2019 yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.2 tahun 2015, sebagai penjabaran visi misi Kabinet Kerja Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Secara garis besar, RPJMN 2015-2019 dalam rangka meningkatkan pemenuhan pelayanan dasar dan kualitas kebijakan penanggulangan kemiskinan (affirmative policy untuk masyarakat miskin). Secara nasional arah kebijakan di bidang pemberdayaan Koperasi dan UMKM ditujukan pada peningkatan akses pembiayaan dan optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki bangsa ini. Hal. ini bertujuan mengembangkan usaha rakyat agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tentunya menurunkan tingkat kemiskinan. Strategi pemberdayaan Koperasi dan UMKM diarahkan pada pembangunan kompetensi inovasi dan teknologi sehingga dapat lebih berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta dapat meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha secara lebih terstruktur dan terlembaga melalui perkoperasian. Untuk itu, pertu diperbaiki lingkungan usaha yang lebih kondusif bagi peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM. Seiring dengan itu, perlu pula dilakukan pengembangan akses usaha Koperasi dan UMKM kepada sumber daya produktif, serta meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan produktivitas usaha.

6.1 Latar Belakang Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap, terencana, terpadu dan berkesinambungan.UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR, dengan penjelasan sebagai berikut:

Mandiri : berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Maju : dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.

Adil : berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah.

Makmur : berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi

sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.

Gambar

GAMBAR 2.1 TAHAPAN PEMBANGUNAN DAN ARAHAN KEBIJAKAN RPJPN 2005-2025

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada kasus pemberian dispensasi perkawinan di bawah umur yang dilakukan di Pengadilan Agama, penulis

Dengan membandingkan nilai rata-rata hitung pada masing-masing kelompok usia diketahui bahwa konsumen dengan usia lebih dari 49 tahun (mean 4,1667) memiliki tingkat komitmen

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua Kristen adalah wakil Tuhan yang merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam mengasuh, mengajar, dan mendidik anak,

Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga disampaikan terkait dengan normalisasi neraca keuangan The Fed yang akan dilaksanakan mulai Oktober 2017 dengan

Dan nilai koefisiennya sebesar 0,679, maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian ini dana pihak ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke Kota karena

Perhitungan return yang diharapkan dari suatu portofolio dapat diestimasi dengan menghitung rata-rata tertimbang dari return yang diharapkan dari masing-masing aset individual

memanfaatkan media ICT dalam proses pembelajaran menjadi lebih baik, seperti penggunaan komputer untuk menulis, penggunaan internet untuk mencari informasi atau data yang