• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stress menyebabkan menurunkan pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Stress menyebabkan menurunkan pendidikan "

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan belajar anak didiknya. Keberhasilan belajar bukan hanya ditandai dengan penguasaan materi belajar belaka, melainkan lebih dari itu diharapkan terwujudnya manusia yang memiliki kemampuan untuk

mengembangkan keterampilan dan sikap. Untuk mewujudkan hal ini tentunya diperlukan suatu peraturan atau tata tertib. Secara teoritis keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Selain itu tata tertib juga berfungsi sebagai

“pengendali” larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang dan tentram di sekolah.

Di sekolah yang berdisiplin tinggi dan tertib akan selalu menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik, begitu pula sebaliknya pada sekolah yang kurang mengedepankan kedisiplinan dan ketertiban kondisinya tentunya akan jauh berbeda. Pelanggaran yang terjadi sudah dianggap suatu hal yang biasa, dan tentunnya untuk mengembalikan dan meluruskan keadaan yang demikian tentu tidaklah mudah. Butuh kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap kedisiplinan dan tata tertib sekolah tersebut bisa di cegah dan di minimalisir.

(2)

pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran yang biasa dilakukan siswa di sekolah cukup beragam, diantaranya kesiangan, membolos, keluar kelas pada waktu jam pelajaran, tidak suka memakai atribut sekolah, tidak mengikuti upacara bendera serta masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran lainnya. Timbulnya kesadaran siswa akan kewajibannya untuk mematuhi tata tertib sekolah diharapkan tertanam pada perilaku atau moral siswa. Sehingga siswa dapat berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku, salah satunya adalah perilaku disiplin.

Penerapan tata tertib sekolah yang disertai hukuman atau sanksi dibutuhkan sebagai usaha dalam membantu meningkatkan kedisiplinan siswa. Dengan adanya hukuman dan sanksi diharapkan akan membuat siswa jera dan tidak mengulangi perbuatan yang melanggar peraturan yang pada akhirnya dapat dirasakan pengaruhnya bagi siswa dalam membentuk kepribadian yang utuh atau kepribadian yang bermoral dan berdisiplin.

Perlu diketahui bahwa cara meraih kesuksesan selain dengan semangat dan belajar yang rajin, kedisiplinan juga sangat mempengaruhi. Namun pada

kenyataanya sekarang ini banyak siswa yang tidak disiplin mentaati peraturan tata tertib sekolah. Dan ketika kita menyimak dan menyaksikan pemberitaan di media massa dan elektronik selalu ada salah satu beritanya adalah pelanggaran yang terkait dengan tata tertib sekolah tentunya hal ini sebagai gambaran dan bukti bahwa tingkat kesadaran akan kedisiplinan siswa pada umumnya masih sangat memprihatinkan. Dari waktu ke waktu volume peningkatan pelanggaran siswa sekolah semakin meningkat dan yang sangat disayangkan hal ini banyak dijumpai di berbagai sekolah setiap harinya, mulai dari membolos, tidak ikut pelajaran, terlambat, berkelahi, malas belajar, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, membuat gaduh, merokok dan lain sebagainnya. Disadari atau tidak bahwa peningkatan volume pelanggaran yang dilakukan siswa tentunnya akan berdampak besar terhadap kualitas dan kemajuan sekolah dan sangat

(3)

penanganan karena jika masalah ini tetap dibiarkan maka akan banyak yang dirugikan, mulai dari diri sendiri, teman, sekolah, orang tua dan masyarakat.

Tata tertib sekolah merupakan usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma dan aturan aturan yang telah ditetapkan disekolah sehingga nantinnya akan terwujud suasana sekolah yang nyaman dan tertib. Karena jika suasana tersebut dapat terwujud dengan baik maka secara otomatis akan

terbentuk pula suasana belajar yang menyenangkan yang tidak hanya dirasakan oleh para siswa saja tapi dapat pula dirasakan oleh guru dan semua komponen di dalamnya.

Dalam kenyataanya di SMA Dwijendra Denpasar masih terdapat

banyaknya pelanggaran tata tertib dan kedisiplinan yang dilakukan oleh siswa, adapun jenis pelanggaran yang sangat menonjol dan yang paling sering dilakukan adalah terlambat datang ke sekolah dan pemakaian atribut sekolah yang kurang lengkap atau tidak sesuai dengan aturan yang telah ada, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, Membolos atau tidak masuk sekolah tanpa keterangan, membuat gaduh dan mengganggu proses belajar baik di dalam kelas mapun di kelas lain. Berdasarkan kondisi tersebut di atas dan dalam rangka mengatasi berbagai jenis pelanggaran siswa, maka penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas.

(4)

Upaya-upaya penanganan pelanggaran tersebut memang baik, namun lebih baik lagi apabila pihak sekolah melakukan antisipasi agar tidak terjadi pelanggaran tata tertib, misalnya dengan melakukan bimbingan pada siswa.

Hal tersebut dapat menimbulkan stresss dikalangan pelajar, karena pelajar merasa tertekan oleh tuntutan tata tertib yang harus di laksanakan tetapi dia tidak mampu melaksanakannya karena faktor tertentu. Contohnya seorang pelajar yang kurang mampu harus membantu keluarganya dalam hal ekonomi dan harus membagi waktunya antara bekerja dan belajar. Sepulang sekolah ia harus membantu orang tuanya bekerja sampai larut malam sehingga sepulangnya ia bekerja , ia pun merasa lelah. Oleh sebab itu, ia tidak bisa belajar dan

mengerjakan PR untuk persiapan sekolah nya besok. Hal ini dapat menimbulkan stress pada dirinya. Dan banyak lagi contoh yang lainnya tentang stress

dikalangan pelajar. Stres pada remaja mempengaruhi prestasi sekolah, remaja mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, fungsi sosial dan kesulitan dalam penyesuaian diri (dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005; Lubis, 2009). Weissman (dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005) menyatakan stres pada remaja

menyebabkan risiko terjadinya stres berat, bahkan percobaan bunuh diri di masa dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa faktor penyebab pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMA Dwijendra Denpasar?

2. Mengapa stress sebagai penyebab pelanggaran Tata Tertib?

3. Bagaimana penanganan yang dilakukan SMA Dwijendra Denpasar dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di SMA Dwijendra Denpasar?

(5)

1. Agar pembaca dapat mengetahui faktor penyebab pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SMA Dwijendra Denpasar

2. Agar pembaca dapat mengetahui mengapa stress sebagai penyebab pelanggaran Tata Tertib

3. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana penanganan yang dilakukan SMA Dwijendra Denpasar dalam mengatasi pelanggaran tata tertib di SMA Dwijendra Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

(6)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Tertib Sekolah

Tata tertib merupakan peraturan atau aturan yang dibuat oleh suatu organisasi atau lembaga yang tujuannya untuk mengatur atau mengarahkan semua komponen dalam organisasi untuk melaksanakan dan mematuhi apa yang telah ditetapkan. Menurut (Mulyono, 2000:14) tata tertib adalah kumpulan aturan- aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. (Dekdikbud, 1989:37) tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada. Aturan – aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan – larangan. Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal – hal tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor

158/C/Kep/T.81 Tanggal 24 September 1981 (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:145) ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib sekolah. (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:146) mengartikan tata tertib sekolah: sebagai kesediaan mematuhi ketentuan berupa peraturan – peraturan tentang kehidupan sekolah sehari – hari. Tata tertib sekolah disusun secara operasional guna mengatur tingkah laku dan sikap hidup siswa, Guru dan karyawan administrasi.

(7)

berupa tata tertib sekolah merupakan kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat di lingkungan sekolah. Dengan adanya peraturan tata tertib tersebut diharapkan dapat dijadikan rambu-rambu dalam berperilaku bagi semua individu dalam kegiatan proses pendidikan di sekolah, misalnya bagaimana siswa berperilaku terhadap sesama teman, guru, kepala sekolah dan semua komponen yang ada di dalamnya.

2.2 Tujuan Tata Tertib Sekolah

(8)

2.3 Peran dan Fungsi Tata Tertib Sekolah

Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Soelaeman (1985: 82), berpendapat bahwa: “peraturan tata tertib itu merupakan alat guna mencapai ketertiban”. Dengan adanya tata tertib itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga kelangsungan hidup sosial dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana

masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang dan tentram di sekolah. Peraturan dan tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak dengan baik apabila keberadaannya diawasi dan dilaksanakan dengan baik, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Durkheim (1990: 107-108) bahwa: Hanya dengan

menghormati aturan-aturan sekolahlah si anak belajar menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkankebiasaan, mengekang dan

mengendalikan diri semata-mata karena ia harus mengekang dan mengendalikan diri. Dengan adanya pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa sekolah

merupakan ajang pendidikan yang akan membawa siswa ke kehidupan yang lebih luas yaitu lingkungan masyarakat, dimana sebelum anak (siswa) terjun ke masyarakat maka perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengekang dan mengendalikan diri. Sehingga mereka diharapkan mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang tertib, tenang, aman, dan damai.

Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 76), bahwa : “peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial…”. Di samping itu, peraturan juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk berperilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

(9)

mendisiplinkan yang digunakan, yaitu: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajak dan memaksakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang sejalan dengan perilaku yang berlaku.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat di ketahui bahwa dalam menerapkan disiplin perlu adanya peraturan dan konsistensi dalam pelaksanaannya.

2.4 Sikap Kepatuhan Siswa Terhadap Tata Tertib Sekolah

(10)

2.5 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pelanggaran Tata Tertib Sekolah 2.5.1 Stress

Stress telah dikenalpasti sebagai punca kepada hampir semua masalah psikologi. Stress sering dikaitkan dengan pembelajaran. Stress yang sederhana boleh menjadi suatu bentuk dorongan yang kuat. Ia dapat menolong tubuh kita untuk bekerja dengan baik dan menyumbang kepada kesehatan mental. Cara kita menangani stress yang dihadapi amat penting dalam menentukan kesihatan mental dan fiscal.

Stress dapat terjadi pada semua usia termasuk remaja. Gangguan stress ini dapat menimbulkan penderitaan yang berat. Stress menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat. Biaya pengobatannya sangat besar dan bila tidak diobati dapat terjadi hal yang sangat buruk karena dapat menimbulkan gangguan serius dalam fungsi sosial, kualitas hidup penderita, hingga kematian karena bunuh diri.

Remaja berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan jati dirinya. Mö nks, Knoers dan Haditono (1992) menyebut proses tersebut sebagai proses mencari identitas diri. Selain itu, Djati (2008) menyebutkan masa pertumbuhan remaja, jarang dapat berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang terjadi semakin serius hingga menyebabkan stress yang berkepanjangan. Interaksi dengan lingkungan sosial juga merupakan hal yang rentan bagi remaja dalam melepaskan emosi-emosinya baik secara positif maupun negatif.

(11)

remaja sering sekali menimbulkan berbagai keluhan somatik, seperti sakit kepala atau sakit perut (Davison, Neale & Kring, 2010).

Neiger (dalam Fitrian & Hidayah, 2012) menyatakan bahwa usia muda, yaitu 15-24 tahun, sangat rentan untuk mengalami gangguan stress. Survei yang dilakukan oleh Avenoli dan Steinberg (dalam Steinberg, 2012) kira-kira 25% remaja merasakan munculnya stress dan 3% masuk kategori stress klinis. Petersen Sarigiani, dan Kennedy, (dalam Santrock, 2003) mengadakan penelitian pada sampel non klinis, ditemukan 7% remaja mengalami stress klinis, sedangkan penelitian dengan sampel klinis ditemukan 45% remaja yang mengalami stress klinis.

Stress pada remaja mempengaruhi prestasi sekolah, remaja mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, fungsi sosial dan kesulitan dalam penyesuaian diri (dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005; Lubis, 2009). Weissman (dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005) menyatakan stress pada remaja menyebabkan risiko terjadinya stress berat, bahkan percobaan bunuh diri di masa dewasa.

Gambaran kasus stress, peneliti temukan pada beberapa siswa di SMA Dwijendra Denpasar. Wawancara telah dilakukan dengan guru bimbingan konseling (BK), guru wali kelas dan dua siswa disertai dengan observasi pukul 07.00-10.00 WIB disekolah tersebut. Hasil wawancara dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa adanya siswa yang merasa takut pergi ke sekolah atau bolos disebabkan. Berikut ungkapan siswa yang beinisial S dengan teman- temannya.

saya malu karena saya tidak mampu melengkapi perlengkapan sekolah seperti buku pelajaran, seragam dan alat belajar, tidak mampu

(12)

seperti memeras dan pemaksaan. takut berangkat ke sekolah karena tidak menyukai bidang pelajaran olahraga yang melelahkan tubuh, tidak menyukai diskusi kelompok dengan kelompok teman yang bukan teman akrab, gugup ketika disuruh maju di depan kelas, takut untukdisuruh maju di depan kelas melakukan pidato atau presentasi tugas sekolah.” Wawancara dengan wali kelas di SMA Dwijendra Denpasar menunjukkan bahwa terdapat siswa yang minder dengan teman sebaya.

“karena mengalami kesulitan membayar SPP, kesulitan ekonomi tersebut menyebabkan siswa tersebut terancam putus sekolah, terdapat siswa yang turun prestasinya seperti gagal dalam beberapa kali remedial atau

ulangan di sekolah, terdapat siswa yang merasa bodoh, kurang populer dan tidak disukai teman sekolah, kurang percaya diri karena bentuk tubuh yang tidak proposional yaitu ada yang terlalu gemuk dan ada yang terlalu kurus sehingga menjadi bahan olok-olokan di kelas.”

Hasil wawancara dengan dua siswa lain rujukan guru BK di sekolah tersebut, mereka mengakui ketika memiliki masalah timbul perasaan tertekan. Berikut ungkapan yang berinisial R dan L.

(13)

Hasil observasi berdasarkan saran guru BK dan wali kelas terhadap 3 siswa kurangnya kosentrasi dan semangat belajar disekolah. Berikut ungkapan siswa yang berinisial N dan teman- temanya.

saya sering ditinggalkan orangtua bekerja di luar negeri, adanya perceraian antara ibu dan bapak saya, kurangnya biaya sekolah,

menghidupi dan menggantikan peran orangtua, jarang berkumpul dengan keluarga, jarang menikmati makanan pavorit dan tidak mampu

mengenakan pakaian yang bagus seperti teman-teman lainnya, jarang diajak pergi melancong/refreshing bersama keluarga dan teman, selalu ditinggalkan di rumah sendirian dan kurang suasana humor di rumah.

Remaja saat ini sepuluh kali lebih mungkin menderita stress parah daripada kakek neneknya, dan stress menyebabkan banyak korban di antara wanita dan orang muda (Seligman, 2008). Menurut Harber & Runyon (dalam Siswanto, 2007) perasaan stress merupakan pengalaman yang cukup umum di kalangan remaja. Mengutip hasil penelitian Beck & Young (dalam Qonitatin, Widyawati, & Asih, 2011), tiga perempat dari seluruh mahasiswa merasa stress pada beberapa waktu selama sekolah. Menurut Harber & Runyon (dalam Siswanto, 2007) gangguan stress selain perasaan stressf juga disertai dengan pendapat rendah terhadap diri sendiri. Davison, Neale & Kring, (2012) menyebutkan stress merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang teramat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah; menarik diri dari orang lain; tidak dapat tidur, kehilangan selera makan dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Seligman (2008) mengatakan bahwa stress terjadi karena meluasnya perasaan tidak berdaya, yang disebabkan karena meningkatnya penekanan pada diri sendiri, kemandirian, dan

(14)

lain, keluarga, dan agama.

Stress yang dialami remaja terkait dengan meningkatnya kehidupan penuh stress dan perubahan keadaan kognitif yang cenderung kurang introspektif dan berpikir terlalu mendalam yang disertai pula suasana hati yang tidak menyenangkan akan segala sesuatu (Steinberg, 2002). Melihat berbagai hal tersebut di atas yang menjadi faktor bagi meningkatnya gejala stress pada remaja, tidak dipungkiri bahwa remaja sangat berisiko terkena dampak stress. Tidak tertanganinya masalah stress pada masa remaja tentunya akan membawa konsekuensi yang lebih besar yang menjadi faktor utama penyebab bunuh diri. Angka kejadian ancaman atau tindakan bunuh diri terkait stress pada remaja yang cukup tinggi ini memerlukan tindakan pencegahan sebagai tindakan awal untuk meminimalisasi kejadian bunuh diri. Stress cenderung disebabkan oleh stress dan berpikir pesimis yang menyebabkan remaja bereaksi buruk terhadap kekalahan-kekalahan kecil dalam hidupnya. Cara menafsirkan hidup secara

pesimistik nampaknya memperbesar rasa tidak berdaya dan putus asa pada stress yang di alami oleh remaja (Goleman, 1997).

Pikiran-pikiran negatif dapat menimbulkan perasaan stress seseorang. Individu akan cenderung menyalahkan diri, orang lain, dan lingkungan (Saam & Wahyuni, 2012). Seligman (2008) menyebutkan stress secara umum dipandang sebagai masalah psikologi, dan penyebab dari sebagian besar stress bersifat psikologi. Salah satu faktor yang berhubungan dengan stress adalah optimisme. Optimisme adalah

(15)

Seligman (2008) mengatakan bahwa optimisme berpengaruh terhadap kesuksesan di dalam pekerjaan, sekolah, kesehatan, dan relasi sosial. Dalam studinya, Seligman membuktikan bahwa sikap optimis bermanfaat untuk memotivasi seseorang di segala bidang kehidupan. Dalam penelitiannya selama dua puluh tahun, yang meliputi lebih dari seribu penelitian, dan melibatkan lebih dari lima ratus ribu orang dewasa dan anak-anak, didapatkan hasil bahwa orang pesimis memiliki prestasi yang rendah atau kurang di sekolah maupun di pekerjaan, daripada orang optimis. Menurut Seligman, Reivich, Jaycox, dan Gillham (dalam Waruwu & Sukardi, 2006), remaja yang optimis memiliki cara berpikir yang bertolak belakang dengan remaja yang pesimis. Remaja optimis berpikir bahwa keadaan buruk atau kegagalan yang dialaminya tidak terjadi secara menetap, tidak menyeluruh, dan penyebabnya adalah lingkungan di luar dirinya. Cara berpikir yang demikian, maka remaja yang optimis memiliki usaha agar kegagalan yang terjadi pada dirinya dapat diubah, ia akan memacu dirinya untuk mengatasi kegagalan yang berasal dari lingkungan di luar dirinya, serta memperbaiki kegagalan tersebut agar tidak

berlangsung secara menetap.

2.5.2 Faktor Penyebab Terjadinya Stress di Kalangan Pelajar

(16)

air, maupun reaksi psikosomatik lainnya mungkin merupakan tanda-tanda bahwa ada tekanan pada diri anak.

Beberapa stres yang dialami seorang pelajar sekolah antara lain:

1. Tekanan Orang Tua

Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai kursus pelajaran yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak dan istirahatnya dalam sehari, dan perkembangannya. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk mendapatkan prestasi terbaik dan lulus ujian dengan memuaskan.

2. Tekanan Guru

Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik. Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam

pelajaran, terutama jika muridnya berprestasi. Mengapa guru juga ikut menekan murid-muridnya mendapat nilai terbaik? Karena reputasi guru dan sekolah dipertaruhkan saat ujian sekolah khususnya Ujian Nasional.

3. Tekanan dari Sesama Siswa

(17)

4. Tekanan dari Diri Sendiri

Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika suatu kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum terjadi, dapat membuat stres dan depresi.

Cara Menghadapi Stres di Sekolah

Stres itu seperti suatu beban. Menghadapi stres seperti mengangkat suatu beban. Seorang atlet angkat beban akan berlatih dengan sebaiknya mengangkat beban yang sesuai kemampuannya. Jika diangkat

sembarangan, maka hasilnya adalah kerusakan otot dan bisa jadi patah tulang. Demikian juga dengan stres. Beban karena stres tidak bisa

dihilangkan begitu saja. Cara terbaik adalah dengan mengelola stres secara efektif.

1. Kenali penyebabnya

Jika Anda mulai stres di sekolah, misalnya saat menghadapi ujian sekolah, cobalah mencari tahu penyebab stres tersebut. Apakah disebabkan karena tekanan dari diri sendiri, dari orang tua, dari guru, atau dari sesama siswa? Cari penyebab stres yang paling menyebabkan beban tertinggi.

2. Rencanakan tanggapan

Lulus ujian dengan nilai terbaik memang impian setiap siswa.

(18)

mempersiapkan jawaban kepada orang tua Anda atau guru Anda jika kegagalan Anda dipermasalahkan kemudian hari.

3. Segera selesaikan masalah

Masalah tidak akan hilang dengan sendirinya. Bahkan suatu masalah akan bertambah parah jika sedang stres. Cobalah segera selesaikan masalah sejak awal. Misalnya jika Anda mengalami kesulitan belajar, coba untuk berlatih jauh-jauh hari sebelum masa ujian sekolah. Hal ini akan membantu mempersiapkan diri Anda.

4. Bantuan orang lain

(19)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dan gambaran secara umum tentang proses penelitian yang

dilaksanakan.metode artinya “cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan.” (Cholid Narbuko.,H. Abu Achmadi, 2001:1).suatu penelitian dapat berhasil dengan baik apabila menggunakan metode yang tepat. Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah,1991:1).metode dalam hubungan dengan penelitian adalah “merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diharapkan bagi penggunanya ,sehingga dapat dipahami objek sasaran yang diharapkan bagi penggunanya dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah. “ (Subagio,1991:1). Sura harsono (1991:58) menjelaskan bahwa metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam suatu proses untuk memperoleh fakta.

Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian yang harus ditempuh agar dapat mencapai hasil yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode-metode yang relevan. Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis (masyhuri dan Zainuddi, 2008:151).

(20)

keterkaitan erat dan dapat menghantarkan peneliti pada tercapainya hasil yang diinginkan,serta dapat dipertanggungjawabkan kevaliditasannya.

3.1 Kerangka Konseptual dan Operasional 3.1.1 Kerangka Konseptual

Konsep merupakan sesutau syarat yang harus dilakukan dalam kegiatan karya ilmiah. Konsep mampu menggambarkan suatu variable tentang topic yang diteliti. Konsep juga dipakai menjabarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya,sebagai pembanding dengan penelitian yang akan dilaksanakan ,guna menjawab permasalahan yang akan diteliti.konsep dalam kegiatan penelitian maupun dalam penulisan suatu karya ilmiah wajib untuk ditaati,dipatuhi dan dilaksanakan oleh peneliti. Tujuannya agar variable dalam topic yang akan diteliti tidak menyimpang dari kegiatan penelitian. Menurut effendi dkk.(1965:33) menyatakan konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991:520) konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa,yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dalam penelitian ini penulis membahas konsep tentang Penerapan Tata Tertib Sekolah sebagai Upaya Penanaman Disiplin pada seluruh siswa sekolah SMA Dwijendra.

3.1.2 Kerangka Operasional

(21)

1. Tata tertib yang berhubungan dengan kelakuan meliputi: 1) Tidak terlibat perkelahian

2) Menghormati pendapat teman

3) Tidak merusak sarana dan prasarana sekolah

4) Tidak membawa,menggunakan,dan mengedarkan narkoba 5) Hormat terhadap bapak dan ibu guru serta karyawan sekolah 6) Tidak membawa gambar,Hp,VCD yang bersifat porno atau negative

2. Tata tertib yang berhubungan dengan kerajinan, meliputi: 1) Hadir di sekolah tepat waktu.

2) Mengikuti kegiatan belajar dengan baik. 3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

4) Melaksanakan piket kebersihan kelas sesuai dengan jadwal. 5) Mengikuti upacara bendera setiap hari senin dan hari-hari besar

nasional.

3. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan pilihan.tata tertib yang berhubungan dengan kerapian,meliputi:

1) Memakai seragam sekolah sesuai dengan ketentuan

2) Berpakaian yang bersih,rapi serta sopan. Bagi siswa putri memakai rok yang panjang 10 cm dibawah lutut, bagi siswa putra memakai celana 10 cm dibawah lutut.

3) Rambut dipotong rapi, tidak menutupi alis mata, telinga dan bagian belakang tidak sampai menyentuh kerah baju dan tidak dikuncir bagi pria.

4) Baju dimasukkan ke dalam, berikut pinggang, benar, ujunnya tidak dilipat.

(22)

ketekunan, kerapian, kesetiaan, dan tanggung jawab. Bertanggung jawab artinya menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Disiplin sosial adalah suatu disiplin yang harus dilakukan dan dipertanggungjawabkan kepada orang lain seperti keluarga, masyarakat dan lingkungan dimana kita berada. Sedangkan disiplin nasional adalah suatu disiplin yang dilaksanakan

berdasarkan aturan-aturan yang telah dibuat oleh pemerintah yang harus kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian disiplin terbentuk mulai dari proses belajar, karena itu bisa dilakukan dengan bertahap mulai dari anak-anak sampai dewasa. Disiplin mulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan akhirnya pada Negara.

3.2 Pendekatan dan jenis penelitian 3.2.1 Pendekatan Penelitian

Untuk mencapai tujuan dalam suatu penelitian sanagt ditentukan oleh data yang diperoleh di lapangan. Data itu diperoleh melalui pendekatan terhadap objek penelitian yang menjadi sumber data. Dalam mengadakan pendekatan sebagai upaya mengumpulkan data diperlukan suatu teknik. Teknik yang dipakai mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.

Teknik pendekatan “kualitatif berlandaskan pada filsafat post positivism atau paradigma interpretive, suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara persial dan dipecah ke dalam beberapa variabel. Dalam metode ini hubungan antara penelitidan diteliti sangat interaktif dengan sumber data 1supaya memperoleh makna” (Sugiyono, 2009:10). Teknik yang dipakai menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitia kualitatif adalah “penekanan pada keaslian, tidak bertolak dari teori secara deduktif

(23)

lanjut dinyatakan secara tegas bahwa “penelitian kualitatif tidak

mengunakan lingkungan penelitian yang disusun secara dekat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi, melainkan bersifat fleksibel.” (Moleong, 1993:3). Dengan demikian lingkungan dalam penelitian ini bersifat

sementara dan akan diadakan perubahan-perubahan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Nawawi dalam Nurjanah dkk, (2000:22) menyatakan bahwa, “penelitian deskripsi memiliki ciri sebagai berikut :

1. Memusatkan perhatian pada masalah yang ada pada saat penelitian yang dilakukan saat sekarang atau masalah yang bersifat actual.

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi interpretasi nasional.

Jadi pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Exfost Facto yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan yang telah terjadi untuk diteliti pada masa sekarang untuk mendapatkan data yang akurat dan jelas sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3.2.2 Jenis Penelitian

(24)

(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci. Sedangkan objek penelitian kualitatif terdiri dari objek yang alamiah sehingga metode penelitian kualitatif sering disebut dengan metode naturalistik (Sugiyono, 2009:285).

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan sasaran yang sangat membantu dan menunjang untuk dapat memberikan informasi yang valid. Lokasi penelitian merupakan “setting atau tempat dimana peneliti akan mencari data.” (Sugiyono, 2007:224), selanjutnya Margono (1996:76) memberikan batasan terhadap lokasi penelitian agar tidak menimbulkan kekaburan dan ketidakjelasan daerah atau wilayah tertentu.

3.4 Sumber Data

Dalam melakukan suatu penelitian, serta mendapatkan hasil yang

diharapkan, perlu adanya pengumpulan data melalui sumber sumber data yang dapat dipercaya, yang dijadikan sumber kajian. Data adalah “hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa keterangan maupun berupa angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.” (Arikunto, 2002:96). Data dapat digolongkan menurut jenisnya, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan katagorisasi, karakteristik berupa kata-kata, sedangkan data kuantitatif adalah berwujud angka-angka.” (Ridwan, 2004:106).

(25)

tersebut.” (Yudistira, 2000:228). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu:

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah “data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan. Sumber data primer yaitu: kata kata atau tindakan yang diamati atau

diwawancarai” (Arikunto, 2002:122). Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Sumber data primer diperoleh peneliti melalui wawncara dengan responden. “Responden orang yang diminta keterangan tentang suatu fakta atau pendapat, keterangan dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket, atau lisan ketika menjawab

wawancara” (Arikunto 2002:122). “data yang diperoleh dengan melakukan observasi atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti atau yang bersangkutan yang memerlukannya dengan metode wawancara dan observasi. Data primer ini, disebut juga data asli.” (Hasan 2002:82).

3.4.2 Data Sekunder

(26)

sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Setiap penelitian ilmiah dibutuhkandata yang benar-benar valid, kredibel, dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu diperlukan pengumpulan data yang tepat dan merupakan langkah awal dari penyusunan karya ilmiah. Prsedur pengumpulan data merupakan “kegiatan pencatatan suatu peritiwa-peristiwa, keterangan-keterangan maupun karakteristik sebagian atau seluruh elemen atau populasi yang akan mendukung penelitian” (Iqbal, 2002:80).

Nawawi (2001:94) menyatakan bahwa, “teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dalam penelitian akan memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel yang akhirnya akan memungkinkan dirumuskannya hasil yang objektif. Data dalam kaitannya dengan penelitian adalah “hasil pencatatan penelitin, baik berupa angka maupun kualitas.” (Arikunto, 1997:9).

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur pengumpulan data merupakan hasil pencatatan peneliti baik berupa angka maupun kualitas dengan menggunakan alat yang tepat untuk memungkinkan tercapainya data yang valid guna merumuskan generalisasi yang positif. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka metode yang peneliti gunakan untuk

memperoleh data dalam penelitian ini adalah:

1. Metode wawancara (interview)

2. Metode observasi

(27)

Peneliti menggunakan keempat metode ersebut karena penelitian ini bersifat deskriptif, kualitatif, serta untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, dalat dipertanggungjawabkan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam proses penelitian ini, data memegang peranan yang sangat penting karena dengan data tersebut dapat menerangkan berbagai hal yang akan diteliti dan dapat mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan lainnya.

Sebagaimana telah disampaikan diatas, bahwa sumber data dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Marsuki (1987:55) menyebutkan bahwa “ data primer adalah data yang langsung diperoleh dari lokasi penelitian dan berkaitan erat dengan masalah penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari literature, jurnal dan referensi-referensi lain. Prosedur pengumpulan data merupakan “kegiatan pencatatan suatu peristiwa-peristiwa, keterangan-keterangan maupun

karakteristik sebagian atau seluruh elemen atau populasi yang akan mendukung penelitian.” (Iqbal 2002:80).

Prosedur pengumpulan data adalah golongan data yang khusus digunakan sebagai alat untuk mencari data. Untuk memperoleh data yang valid, objektif dan reabel penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

3.5.1 Metode Wawancara

(28)

tatap muka dua orang dengan tujuan tertentu. Teknik wawacara sering disebut dengn interview atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari informan” (Iqbal 2002:85). Interview adalah “suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data, dan sumber data juga memberikan jawaban secara lisan pula.” (Nurkencana, 1993:61).

Salam buku Metodologi Penelitian disebutkan bahwa, “wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi tau keterangan –keterangan.” (Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, 2001:83).

Sedangkan dalam Buku Metodelogi Penelitian Kuantitatif dikemukakan bahwa, “ Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu , “(lexy J.Moleong, 2000:135).

Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu wawancara tak berstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka. Sedangkan wawancara berstruktur sering juga disebut wawancara baku yang sasaran pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (Mulyono, 2001:180). Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara tak berstruktur atau wawancara mendalam. Pelaksanaan wawancara bersifat luwes, susunan pertanyaan dapat diubah, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada saat

(29)

dalam memilih sampel secara khusus berdasarkan atas tujuan penelitian yaitu mendapatkan data yang valid, kredibel dan akurat.

Yang dimaksud metode wawancara dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara mengadakan wawancara secara langsung kepada pimpinan sekolah untuk memperoleh data dan gambaran secara umum yang berhubungan dengan tata tertib sekolah SMA Dwijendra Denpasar.

3.5.2 Observasi

Metode observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan mengamati secara langsung ke tempat penelitian dan mencatat secara sistematis fenomena – fenomena yang diselidiki. “Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika terhadap fenomena – fenomena yang diselidiki, dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.” (Sutrisna 2000:136)

(30)

mencatat. Moleong (1993:126), mengatakan bahwa pengamatan dapat dibagi menjadi dua yaitu pengamatan berperan serta dan pengamatan tidak berperan serta. Dalam penelitian ini dilakukan participant observation (pengamatan peserta) atau sering pula disamakan dengan pengamatan terlibat. Konsep pengamatan terlibat adalah mengumpulkan data dengan melibatkan diri dalam lingkungan subjek secara sistematis dan tidak mencolok sehingga tercipta suatu interaksi sosial yang intensif antara peneliti dengan yang diteliti.

3.5.3 Studi Kepustakaan

Kepustakaan merupakan “Suatu metode bahan kajian pustaka berupa sumber – sumber bacaan, referensi hasil penelitian yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diangkat “(Iqbal, 2002:80) setelah data data yang terkumpul, dibandingkan dan dicatat secara sistematis. Dengan demikian metode “Kepustakaan ini diartikan sebagai suatu cara mendapat data, dengan jalan mengumpulkan sumber tertulis, mengadakan pencatatan secara sistematis.” (Anwar, 2003:125)

Teknik kepustakaan adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan segala macam data serta mengadakan pencatatan secara sistematis. Dengan teknik ini data yang diperoleh dengan cara atau jalan membaca buku – buku tentang teori tulisan – tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti kemudian dibantu dengan teknik pencatatan secara sistematis.” (Nawawi, 1993:133) Teknik ini dipergunakan untuk

(31)

Berdasarkan tenik kepustakaan, maka peneliti berusaha membaca buku – buku yang relevan dengan peneliitian ini, sehingga memperoleh data penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan buku – buku atau aturan – aturan yang bersifat tertulis yang berkaitan dengan penelitian ini seperti : aturan tata tertib sekolah yang telah diputuskan oleh kepala sekolah dan diterapkan oleh seluruh warga sekolah yaitu para siswa, guru, pegawai, dan kepala sekolah dalam proses pelaksanaan pembelajaran pada SMA

Dwijendra Denpasar.

3.6 Analisis Data

Data yang telah terkumpulkan melalui metode pengumpulan data berupa sederetan angka – angka atau dengan kata lain masih berupa data mentah (raw material), sehingga tidak dapat ditarik suatu simpulan untuk mendapatkan simpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka perlu dilakukan

pengolahan data lebih lanjut. Analisis data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak ada gunanya jika tidak dianalisis.

Metode analisis data adalah “suatu cara menganalisis data yang dilakukan dengan jalan mengadakan suatu thesa atau simpulan. Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan metode yang telah ditentukan, sehingga diperoleh suatu kesimpulan umum.” (Marzuki, 1992:17) Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif.

(32)

menjadi seperangkat informasi atau hasil, dalam bentuk temuan – temuan baru maupun menguji coba penemuan – penemuan untuk membuktikan dan mengkaji hipotesis.”

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, analisis data dalam penelitian merupakan bagian yang sangat penting pada proses penelitian, karena dengan analisis data akan Nampak manfaatnya terutama dalam pemecahan masalah penelitian dan akhir tujuan penelitian. Proses analisis yang dilakukan setelh melakukan proses klarifikasi berupa pengumpulan dan pengkategorian data dalam kelas – kelas yang telah ditentukan, data yang telah terkumpul kemudian dibahas dan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

Metode deskriptif adalah “ Salah satu cara analisis data yang dilakukan dengan cara menyusun data secara sistematis sehingga diperoleh kesimpulan yang menyeluruh dari pokok – pokok permasalahan yang dibahas dari awal sampai akhir, metode ini merupakan suatu upaya untuk mendeskripsikan atau melukiskan suatu kejadian atau fenomena – fenomena yang berlangsung secara sistematis.” (Suryabrata, 1995:19) Metode Analisis kualitatif adalah metode yang menggunakan cara mengamati, memahami dan menafsirkan setiap fakta – fakta atau hipotesa, menggunakan pemikiran logika dalam arti analisa secara logika terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. “Analisis kualitatif dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan empiris dimana gejala – gejala yang diselidiki telah ada secara wajar. Pendekatan empiris tidak perlu membuat situasi sebab situasi dan fenomena yang diselidiki ada secara wajar” (Gorda, 1997:29) Analisis data adalah “rangkaian kegiatan penelaahan,

(33)

Suprayoga dan Tabrani, (2001:192) Adapun tahapan – tahapan dalam kegiatan analisis selama pengumpulan data meliputi : 1) Menetapkan fokus penelitian, 2) Menyusun temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul, 3)

Membuat rencana, pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan – temuan pengumpulan data sebelumnya, 4) Mengembangkan pertanyaan dalam rangka pengumpulan data berikutnya, 5) Penetapan sasaran – sasaran pengumpulan data (informan, situasi, dokumentasi) berikutnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode analisis data adalah suatu cara pengolahan data dari seperangkat informasi yang diperoleh, dikumpulkan dari lapangan baik dalam bentuk temuan – temuan baru atau informasi – informasi yang diolah dalam rangka membuktikan dan

melengkapi hipotesis, serta menarik suatu simpulan. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan setelah penulis mendapatkan data – data yang diperlukan dari wawancara, observasi dan kepustakaan, yang kemudian diolah dan

dianalisis untuk mendapatkan hasil karya ilmiah yang berbobot dan diakui keabsahannya.

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif nonstatistik, dimana komponen reduksi data, dan sajian data dilakukan

bersamaan dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul maka, tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan)

berinteraksi. Ini untuk menjawab permasalahan pertama dari penelitian.

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

4.1 Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : SMA DWIJENDRA DENPASAR 2. NPSN/NSS : 50103183/30 4 22 900005

(34)

b. Telp : 0361-7804630 4. Kelurahan : Dangin Puri Kangin 5. Kecamatan : Denpasar Utara 6. Kabupaten/Kota : Kota Denpasar

7. Provinsi : Bali

8. Website : www.smadwijendra.sch.id 9. E-mail : sma.dwijendra@gmail.com

4.2 Visi, Misi Dan Tujuan Sma Dwijendra Denpasar 4.2.1 Visi

SMA Dwijendra Denpasar berperan aktif dalam mengajegkan adat dan budaya Bali yang Adi luhu berdasarkan sastra Agama Hindu dan kemajuan Ilmu Pengetahuan di bidang Teknologi dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas memiliki kecakapan hidup dan siap bersaing pada masa globalisasi

4.2.2 Misi

1. Melaksanakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada pemahaman imtaq

2. Mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang sujana, bermoral, berkepribadian dan berbudi luhur

3. Mengarahkan peserta didik agar menjadi insan yang pintar, cerdas, terampil, mandiri dan bertanggung jawab

4. Mengarahkan peserta didik untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan informatika

5. Membentuk peserta didik menjadi insan yang berkarakter tangguh, dan memiliki kecakapan hidup serta mampu bersaing pada era globalisasi

4.2.3 Tujuan

(35)

2. Peserta didik memiliki kecakapan moral, sehingga bias diterima secara utuh dimasyarakat lingkungannya

3. Peserta didik memiliki kecakapan intelegasi yang nantinya dapat digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup kelak dimasyarakat

4. Peserta didik manfaatkan teknologi yang ada (tidak gagap teknologi) sehingga tidak tertinggal karena peradaban yang semakin maju

5. Peserta didik mau bekerja keras, ulet dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi serta berani bertanggung jawab atas keputusan yang diambil

4.3 Wawasan Wiyata Mandala

1. Sekolah merupakan wiyata mandala (Lingkungan Pendidikan) sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar bidang pendidikan

2. Kepala Sekolah mempunyai Wewenang dan Tanggung Jawabpenuh untuk menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dalam lingkungan sekolahnya yang harus berdasar pada Pancasila dan bertujuan untuk :

a) Meningkatkan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan

c) Mempertinggi budi pekerti d) Memperkuat kepribadian

e) Mempertebal semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air

3. Dengan Guru dan Orang Tua Murid harus ada saling pengertian dan kerjasama erat untuk mengemban tugas pendidikan

(36)

5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya namun harus mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang sadar atau tidak yang dapat menimbulkan pertentangan antara kita, karena perbedaan suku, agama, perbedaan asal usul keturunan dan tingkat social ekonomi, serta perbedaan paham politik.

4.4 Tata Tertib Peserta Didik SMA Dwijendra Denpasar

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah perlu menetapkan peraturan sekolah tentang tata tertib peserta didik.

Sesungguhnya dalam kehidupan pelajar adalah masa yang paling baik dalam pembentukan fisik, pembinaan mental dan karakter untuk menjadi manusia cerdas da berbudi pekerti luhur.

Tata tertib sangat perlu untuk keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam tata hidup bersama sebagai makhluk Tuhan. Dalam kehidupan sekolah kondisi itu mencerminkan keteraturan dan berbudi luhur, dalam pergaulan, dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana/prasarana, penggunaan waktu,

pengelolahan administrasi dan dalam mengatur hubungan dengan masyarakat dan lingkungannya.

4.4.1 Prilaku siswa di dalam lingkungan sekolah 1. Anak-anak masuk kelas pukul 06.50

2. Lima menit sebelum pelajaran dimulai anak-anak sudah siap melaksanakan “Trisandya” sesuai dengan komando atau pemimpin doa

3. Siswa yang terlambat harus melaporkan diri kepada Guru BK dan piket sedangkan siswa siap menerima sangsi yang diberikan

4. Sewaktu Bapak Ibu guru atau tamu masuk kelas, pelajar harus mengucapkan salam “Om Swastyastu”

5. Apabila 5 menit sesudah tanda dimulainya pelajaran, guru belum masuk kelas maka, salah satu pengurus kelas menghubungi guru piket

(37)

7. Semua siswa yang membawa kendaraan diharapkan memarkirkannya dengan rapi di tempatyang sudah disediakan

8. Siswa wajib melaksanakan Trisandya pada pukul 12.00 wita sesuai komando

9. Siswa wajib mengikuti semua kegiatan belajar mengajar sejak jam pertama hingga jam terakhir serta pulang secara bersama-sama setelah tanda

pelajaran bel berakhir dibunyikan

10. Siswa harus berada di dalam kelas pada jam-jam KBM dan tetap berada di lingkungan halaman sekolah pada jam istrirahat

11. Siswa wajib mengikuti upacara dan kegiatan yang ditentukan oleh sekolah

4.4.2 Hak siswa

1. Siswa berhak mendapatkan pelajaran yang sebaik-baiknya selama tidak melanggar peraturan sekolah

2. Siswa berhak mendapatkan perlakuan yang sama dari sekolah

4.4.3 Kewajiban siswa

1. Taat dan hormat kepada setiap orang dengan member salam “Om Swastyastu”. Menjaga nama baik diri sendiri, keluarga, sekolah/seluruh warga Yayasan Dwijendra Pusat dan Masyarakat. Menaati dan melaksanakan peraturan, tata tertib yang berlaku di SMA Dwijendra Denpasar.

2. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan 9K (Kebersihan, Ketertiban,

Keindahan, Keamanan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan dan Keteladanan)

3. Memiliki alat-alat pelajaran semestinya

4. Siswa yang meninggalkan pelajaran karena sesuatu hal yang dianggap penting harus mendatangkan orang tua/wali ke sekolah untuk meminta ijin kepada guru piket, BK, dan mengisi formulir yang telah disediakan

5. Bagi siswa yang tidak mengikuti pelajaran sekolah/kegiatan sekolah : a) Karena sakit, harus ada penyampaian dari orang tua/wali ke sekolah dan

jika sakit lebih dari 1 hari harus menyertai surat keterangan dokter b) Tidak masuk karena upacara/kesibukan lain yang telah direncanakan

(38)

untuk mengisi blanko ijin yang diberikan oleh guru BK, jika siswa ijin lebih dari 2 hari harus mendapatkan persetujuan dari wakasek dan kepala sekolah

6. Memilih salah satu kegiatan ekstrakurikuler untuk kelas X dan kelas XI 7. Berpakaian seragam sekolah dengan ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah

lengkap dengan artributnya

8. Turut serta berperan aktif dalam kegiatan OSIS dan kegiatan lain yang dilaksanakan oleh sekolah

9. Siswa wajib melunasi administrasi sekolah selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya, jika menunda harus menghadirkan orang tua utnuk membuat perjanjian dengan wali dan BK

10. Membersihkan serta menata ruang belajar yang kelasnya termasuk membersihkan di kolong bangku dari awal sampai akhir pelajaran

4.4.4 Perihal Berpakaian Dan Berhias

Dalam berpakaian seragam sekolah dan berhias diatur sebagai berikut:

1. Ketentuan Hari:

a) Hari Senin pakaian putih-putih

b) Hari Selasa, Rabu pakaian putih abu dan lengkap dengan artributnya c) Hari Kamis, Jumat seragam baju endek dan bawah putih

d) Hari Sabtu, baju endek dan bawah abu

2. Ketentuan Pakaian:

Putri:

a) Panjang rok 10 cm dibawah tempurung lutut dan tidak ketat b) Baju harus dimasukkan

c) Sepatu hitam berbahan kain dan tali hitam d) Kaos kaki putih diatas mata kaki

e) Ikat pinggang berwarna hitam, lebar maksimum 2,5 cm f) Menggunakan dasi sesuai tingkat kelas

g) Baju dalam putih

(39)

Putra:

a) Celana pas dipinggang dan tidak ketat

b) Lebar kaki celana 15 cm dari lingkar paha dan ujung tidak pensil c) Rambut dicukur rapi dengan ukuran 1,2,3

d) Baju tidak ketat dan harus dimasukkan e) Sepatu hitam dari kain dan talinya hitam f) Kaos kaki outih diatas mata kaki

g) Ikat pinggang berwarna hitam ukuran 3 cm h) Kaos dalam singlet butih bersih

4.4.5 Larangan-Larangan

1. Dilarang melanggar kewajiban yang harus dipatuhi oleh siswa

2. Dilarang meninggalkan sekolah sebelum berakhirnya KBM tanpa ijin atau bolos

3. Dilarang berkeliaran atau berada diluar kelas saat KBM berlangsung 4. Dilarangkeluar masuk setiap pergantian pelajaran

5. Dilarang membawa sepeda motor yang tidak lengkap ke sekolah 6. Dilarang memarkir sepeda motor diluar ketentuan sekolah 7. Dilarang membawa barang beharga secara berlebihan 8. Dilarang membawa HP dan menghidupkan HP saat KBM

9. Dilarang bertingkah atau berbicara teriak-teriak atau membuat onar 10. Dilarang berpacaran dilingkungan sekolah

11. Dilarang membawa senjata tajam atau sejenisnya yang membahayakan diri sendiri atau orang lain

12. Dilarang berkelahi 13. Dilarang merokok 14. Dilarang berjudi

15. Dilarang mengambil barang-baran tanpa seijin pemiliknya 16. Dilarang melakukan pemerasan

17. Dilarang melakukan pelecehan atau penghinaan terhadap sesama

18. Dilarang membawa buku bacaan/kaset/video/hp yang memuat pornografi 19. Dilarang membawa/mengkonsumsi obat-obatan terlarang baik disekolah

maupun diluar sekolah

20. Dilarang melecehkan seksual dan perbuatan tindakan tidak senonoh 21. Dilarang melakukan semua tindakan dalam katagori tindakan kriminal 22. Dilarang bertato

(40)

24. Dilarang mengadakan ulang tahun di sekolah atau kegiatan lain tanpa ijin disekolah

25. Dilarang duduk-duduk diteras pada lantai 2 dan lantai 3

4.4.6 Pedoman Penilaian Sikap/Budi Pekerti Siswa

NO JENIS PELANGGARAN BOBOT

1. Tidak mengikuti Trisandya 30

KETERLAMBATAN

(41)

2. Setiap terlambat masuk setelah istirahat 5 menit 10 KEHADIRAN

1. Setiap tidak masuk karena ijin lebih dari 3 kali 5

2. Setiap tidak masuk tanpa keterangan (alpha) 30

3. Setiap tidak masuk membuat keterangan palsu 30

4. Setiap membolos 30

5. Setiap mengikuti upacara bendera atau acara lain pada hari-hari tertentu

30

PAKAIAN

1. Setiap tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan dan atribut tidak lengkap

15

2. Setiap memakai seragam tidak rapi/tidak dimasukkan 10

3. Setiap tidak memakai sepatu atau kaos kaki sesuai aturan 10 4. Setiap memakai pakaian ketat/rok mini/junkis/melorot (tidak sesuai

ukuran yang ditentukan oleh sekolah)

15

KEPRIBADIAN

1. Setiap berhias berlebihan bagi putri termasuk rambut dicat, pakai lensa warna

20

2. Setiap putra mengenakan perhiasan, kalung, anting-anting, tindik, dll

20

3. Setiap putra berambut gondrong, rambut di cat selain hitam 10 4. Setiap mengeluarkan kata-kata tidak senonoh, berteriak, membuat

onar

25

5. Setiap mengintimidasi tindak kekerasan terhadap sesame 80

6. Setiap mengambil barang tanpa seijin pemiliknya 40

7. Setiap ancaman, mengintimidasi dan mengeroyok melakukan perlawanan fisik dan penganiayaan terhadap warga Yayasan Dwijendra pada khususnya dan warga masyarakat pada umumnya

150

KETERTIBAN

1. Setiap mengotori mencorat-coret merusak sarana sekolah 50

2. Setiap memanjat pagar sekolah untuk keluar masuk 50

3. Setiap mengaktifkan HP saat KBM berlangsung 20

4. Setiap membawa dan menghisap rokok dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah dengan menggunakan pakaian sekolah

50

5. Memalsu dokumen administrasi sekolah 80

6. Berpacaran di sekolah 40

(42)

8. Membawa senjata api/tajam memperjual belikan atau mempergunakan untuk mengancam dan melukai orang lain

80

9. Membawa, menggunakan, mengedarkan narkoba dan minuman keras

150

10. Mengadakan kegiatan di sekolah di luar KBM tanpa ijin 20

11. Parker di luar ketentuan sekolah 20

12. Tidak membawa peralatan belajar 20

13. Tidak mengerjakan tugas 20

Keterangan:

Bobot : 5 – 20 = Ringan Bobot : 25 – 50 = Sedang Bobot : 75 – 150 = Berat

4.4.7 Sanksi – sanksi

1. apabila siswa tidak menaati kewajiban dan melanggar larangan maka akan diberikan sangsi:

a) Peringatan secara lisan dan penindakan secara langsung b) Peringatan secara tertulis

c) Pemanggilan orang tua/wali peserta didik

d) Skorsing (tidak boleh mengikuti pelajaran sesuai dengan batas waktu yang ditentukan)

e) Dikembalikan kepada orang tua/wali

f) Dikeluarkan dari sekolah dengan tidak hormat

(43)

1. Bagi siswa yang melanggar tata tertib peserta didik dengan katagori ringan, akan mendapatkan penangaan langsung dari wali kelas, petugas terkait dan guru BK dengan memberikan penindakan langsung yang berupa hukuman pembinaan yang bersifat mendidik. Apabila pembinaan tersebut tidak diindahkan oleh siswa akan diadakan penanganan bersama orang tua siswa, jika tidak ada perubahan makan penanganan dilanjutkan bersama. Wakasek dengan diberi sangsi berupa skorsing dan jika tidak ada perubahan lagi maka penanganan siswa akan dilanjutkan dengan pertemuan kasus bersama kepala sekolah dengan membuat perjanjian secara tertulis dan jika tidak ada perubahan maka siswa akan dikembalikan kepada orang tua.

2. Bagi siswa yang melanggar tata tertib peserta didik dengan katagori

sedang, penanganannya dengan mengadakan pertemuan kasus antara siswa, orang tua siswa, wali kelas, dan petugas BK. Apabila siswa tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik maka akan di skorsing. Dan jika dengan skorsing tidak ada perubahan, maka akan dilanjutkan pertemuan kasus bersama kepala sekolah dengan membuat pernyataan tertulis jika melanggar lagi akan dikembalikan kepada orang tua.

3. Bagi siswa yang melanggar tata tertib peserta didik dengan kategori berat maka akan langsung diadakan pertemuan kasus dengan siswa, orang tua siswa, wali kelas, petugas BK, wakasek, kepala sekolah dan orang terkait dengan masalah siswa dan siswa akan diberi sangsi seperti:

a) Diskorsing

(44)

4.5 Hasil Penelitian

Tabel. 1

Tabel. 2

No. Tahun Ajaran Jumlah Anak

Yang Melanggar

Jenis Pelanggaran Yang paling banyak

dilanggar

1. 2014 – 2015 89 Rok pendek dan celana ciut

2. 2013 – 2014 94 Bolos sekolah

3. 2012 – 2013 93 Tidak membuat PR

4. 2011 – 2012 90 Rambut kurang rapi

No. Tahun Ajaran yang MelanggarJumlah Anak

1. 2014 – 2015 89

2. 2013 – 2014 94

3. 2012 – 2013 93

4. 2011 – 2012 90

5. 2010 – 2011 105

(45)

5. 2010 – 2011 105 Terlambat ke sekolah

Jumlah Total 471

No. Jenis Pelanggaran Upaya Menangani

1. Alpha lebih dari 2x Pemanggilan Orang Tua

2. Terlambat bayar SPP 2x Memberikan surat peringatan kepada orang tua

3. Berkelahi Memberikan sanksi tegas

4. Belum tuntas mata pelajaran Mengikuti test remedial

5. Terlambat lebih dari 1x Mendapat peringatan dari sekolah

6. Masalah merokok Dikenai denda

7. Masalah berpakaian Langsung ditindak lanjuti oleh

sekolah

8. Masalah Bolos Akan dikenakan skorsing jika lewat

dari ketentuan sekolah

9. Pelecehan terhadap teman sekelas Pemanggilan orang tua siswa yang melakukan pelecehan

10. Debat saat KBM Masalah akan diselesaikan di BK

11. Masalah sakit serius Meminta keterangan dari rumah sakit yang menangani

Tabel. 3

Pembahasan dari hasil penelitian :

(46)

tahun berbeda karena faktor jumlah siswa dan sikap siswa yang tidak mau menaati tata tertib sekolah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Tata tertib merupakan peraturan atau aturan yang dibuat oleh suatu organisasi atau lembaga yang tujuannya untuk mengatur atau mengarahkan semua komponen dalam organisasi untuk melaksanakan dan mematuhi apa yang telah ditetapkan. Di sekolah yang berdisiplin tinggi dan tertib akan selalu

menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik, begitu pula sebaliknya pada sekolah yang kurang mengedepankan kedisiplinan dan ketertiban

kondisinya tentunya akan jauh berbeda. Pelanggaran yang terjadi sudah dianggap suatu hal yang biasa, dan tentunnya untuk mengembalikan dan meluruskan keadaan yang demikian tentu tidaklah mudah. Butuh kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap

kedisiplinan dan tata tertib sekolah tersebut bisa di cegah dan di minimalisir. Hal tersebut dapat menimbulkan stresss dikalangan pelajar, karena pelajar merasa tertekan oleh tuntutan tata tertib yang harus di laksanakan tetapi dia tidak mampu melaksanakannya karena faktor tertentu. Stress telah dikenalpasti sebagai punca kepada hampir semua masalah yang wujud dan kecelaruan psikologi. Stress sering dikaitkan dengan pembelajaran. Stress yang sederhana boleh menjadi suatu bentuk dorongan yang kuat. Ia dapat menolong tubuh dan minda kita untuk bekerja dengan baik dan menyumbang kepada kesihatan mental. Cara kita menangani stress yang dihadapi amat penting dalam menentukan kesihatan mental dan fizikal.

(47)

Sebagai seorang siswa sebaiknya kita menaati Tata Tertib sekolah, dengan menaati Tata Tertib sekolah membuat kita menjadi orang yang disiplin.

DAFTAR PUSTAKA

http://yayasankurniaalam.blogspot.com/2012/04/makalah-tata-tertib-sekolah.html

http://eostudent.blogspot.com/2013/12/perilaku-menyimpang-atau-kenakalan.html

http://hendriansdiamond.blogspot.com/2012/02/faktor-yang-mempengaruhi-kepatuhan.html

https://dikiidoz.wordpress.com/2013/06/11/makalah-bahasa-indonesia/

https://www.google.com/search?q=2.4%09Faktor-faktor+yang+Menyebabkan+Terjadinya+Pelanggaran+Tata+Tertib+Sekolah&ie

=utf-8&oe=utf-8#q=Faktor-faktor+yang+Menyebabkan+Terjadinya+Pelanggaran+Tata+Tertib+Sekolah

https://www.google.com/search?q=2.4%09Faktor-faktor+yang+Menyebabkan+Terjadinya+Pelanggaran+Tata+Tertib+Sekolah&ie =utf-8&oe=utf-8

http://www.anneahira.com/tanda-tanda-stress.htm

https://www.google.com/search?

q=stres+yang+menyebabkan+siswa+putus+sekolah&ie=utf-8&oe=utf-8#q=stres+yang+menyebabkan+siswa+putus+sekolah+pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/1155/2/BAB%20I.pdf

http://pesisirsajoanging.blogspot.com/2013/09/cara-mengatasi-stress-akibat-banyak.html

(48)

https://www.google.com/search?

Gambar

Tabel. 2Jumlah AnakJenis Pelanggaran
Tabel. 3Pembahasan dari hasil penelitian :

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian terhadap 112 siswa-siswi Sekolah Dasar di Kecamatan Laweyan, diketahui bahwa 47% siswa pernah terlibat dalam tindakan bullying, 48% memiliki

Pemerintah Indonesia tidak memiliki program sejenis yang berskala nasional untuk mencegah atau mengurangi terjadinya perundungan di institusi pendidikan. Tidak ada tindakan

Diharapkan agar pihak Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi kota Malang tetap melakukan sosialisasi-sosialisasi berupa bimbingan teknis membuat peraturan perusahaan

Berdasarkan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) selama tahun 2009 hingga tahun 2014, produk olahan kakao Indonesia seperti biji kakao, pasta cokelat,

Dari hasil analisis One Way Anova, juga memberikan hasil yang sama bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah

Analisis multivariat dilaku- kan untuk melihat hubungan antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen dan untuk men- dapatkan suatu model akhir dari analisis untuk