• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA VARIABEL TEKANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN ANTARA VARIABEL TEKANA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA

VARIABEL TEKANAN, DEBIT DAN POLA

OPERASI PRV (PRESSURE REDUCING

VALVE) PADA SISTEM JARINGAN AIR

BERSIH PDAM KOTA MALANG

(2)

1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.Non Revenue Water (NRW)

Bagi hampir semua perusahaan penyedia layanan air minum, rasio Non Revenue Water

(NRW) merupakan satu indikator kinerja kunci efisiensi. Walapun demikian, hampir

semua perusahaan penyedia layanan air minum cenderung untuk meremehkan NRW

karena kurangnya pengetahuan untuk dengan tepat menentukan tingkat NRW akibat

laporan tentang tingkat akurasi NRW yang rendah. Walaupun demikian,

laporan-laporan tentang tingkat NRW yang rendah, baik karena kesalahan informasi yang

disengaja, atau lebih cenderung karena kurangnya informasi yang akurat, tidak akan

membantu perusahaan penyedia layanan air minum untuk mengurangi biaya-biaya yang

dikeluarkannya atau meningkatkan pendapatan.

Langkah pertama dalam mengurangi NRW adalah dengan mengembangkan satu

pemahaman tentang “gambaran besar” tentang sistem air, yang mencakup penyusunan

satu neraca air (water balance). Proses ini membantu para pimpinan perusahaan air minum untuk memahami besaran, sumber dan biaya NRW. Asosiasi Air Internasional

(International Water Association/IWA) telah mengembangkan satu struktur dan terminologi baku untuk neraca air internasional yang telah diadopsi oleh

asosiasi-asosiasi nasional di banyak negara di seluruh dunia.

(3)

Air Tak Berekening (Non-revenue water / NRW) setara dengan jumlah total air yang mengalir ke jaringan distribusi air minum dari sebuah instalasi pengolahan air bersih (“Volume Input Sistem”) minus jumlah total air yang resmi menjadi rekening dari pelanggan industri dan pelanggan rumah tangga (“Konsumsi Resmi”).

NRW = Volume Input Sistem – Konsumsi Resmi Berekening Persamaan ini mengasumsikan bahwa:

a. Kesalahan yang di ketahui dal am volume input sistem telah dikoreksi

b. Jangka waktu konsumsi bermeter berekening untuk catatan penagihan pelanggan

sesuai dengan jangka waktu Volume Input Sistem

Para pimpinan perusahaan air minum menggunakan neraca air untuk menghitung

masing-masing komponen dan menentukan tingkat NRW. Dari sini mereka akan

memprioritaskan dan melaksanakan perubahan-perubahan kebijakan dan

praktek-praktek operasional yang diperlukan.

(4)

1.2.Faktor yang mempengaruhi NRW

Komponen-komponen NRW mencakup seluruh sistem layanan perusahaan air minum

dari pencatat meter outlet instalasi pengolahan air hingga pencatat meter pelanggan. Ini

artinya mengelola NRW merupakan tanggung jawab seluruh departemen operasional.

Perusahaan air minum seringkali membentuk satu tim khusus bagi penanganan NRW

dengan hasil yang mengecewakan karena semua orang di luar tim di perusahaan

menyerahkan pengelolaan NRW kepada tim ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar NRW secara garis besar adalah sebagai

berikut:

1. Kehilangan Fisik

a. Pada unit pengolahan : Kebocoran pipa utama, sambungan illegal, pengguna liar

b. Pada unit distribusi : Kebocoran pipa, tanki, katup, hidran, reservoir, dll

2. Kehilangan non fisik

c. Pada unit pelanggan : Kesalahan/ketidakakuratan/kerusakan meter

d. Pada unit penagihan : Kesalahan/keterlambatan pencatatan/pembukuan

(5)

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi NRW di atas, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa potensi

penyebab NRW dapat berasal dari seluruh unit operasional pada perusahaan air minum. Oleh

karena itu tanggungjawab penanganan NRW harus ditangani bersama oleh seluruh departemen.

Tim penyusun strategi pertama-tama harus menyusun satu sasaran tingkat perusahaan untuk

pengurangan NRW dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan atau kebijakan-kebijakan lainnya

dari perusahaan yang akan melengkapi atau bertentangan dengan pengurangan NRW. Selain itu,

perusahaan–perusahaan air minum mungkin mempunyai regulator yang aktif yang akan

menetapkan indikator-indikator kinerja untuk NRW dan sasaran-sasaran lain. Seringkali, sasaran

NRW dipilih secara sembarangan tanpa ada pertimbangan nyata tentang implikasi-implikasi biaya

atau apakah sasaran tersebut bisa diwujudkan. Mengidentifikasi tingkat ekonomi NRW penting

dalam menetapkan sasaran awal NRW dan diperlukan perbandingan biaya antara air yang hilang

versus biaya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas pengurangan NRW.

Gambar 4. Hubungan antara NRW dan Biaya (Sumber : Ranhill)

Begitu sasaran NRW dalam seluruh perusahaan ditetapkan, para manajer perusahaan ai r minum

harus menghitung usulan volume yang diselamatkan dengan membandingkan baseline NRW

dengan tingkat sasaran. Berbagai komponen, seperti dirinci di dalam neraca air, kemudian

(6)

paling efektif dari segi biaya. Yaitu, sejumlah komponen bisa mencakup satu volume yang besar

namun tidak menjadi sasaran karena tingginya biaya untuk mewujudkan pengurangan di dalam

komponen tersebut.Sebali knya, memfokuskan pada komponen lain bisa memakan biaya lebih

kecil sembari mengurangi volume yang sama. Tabel neraca air menunjukkan besaran

komponen-komponen NRW dalam hal volume, yang bisa digunakan oleh para manajer perusahaan air minum

untuk menentukan nilai finansial yang sebanding.

Secara umum, jika kehilangan fisik terdeteksi dan diperbaiki, penghematan akan berupa

pengurangan biaya operasional yang berubah-ubah. Ketika kehilangan non fisik dideteksi dan di

pecahkan, penghematan terwujud dalam bentuk naiknya pendapatan dengan segera dan dengan

demikian didasarkan pada tarif penjualan air. Tarif penj ualan air air lebih tinggi dari pada biaya

produksi variabel untuk semua perusahaan air minum profit; dalam beberapa kasus, tarif penjualan

tiga kali atau empat kali lipat biaya produksi. Satu volume yang lebih kecil dalam kehilangan

nonfisik bisa mempunyai nilai finansial yang lebih tinggi sehingga apabila tujuannya adalah untuk

meningkatkan sumber daya keuangan, kehil angan nonfisik/komersial harus menjadi prioritas.

(7)

1.3. Program Manajemen Tekanan (Pressure Management)

Melakukan manajemen tekanan memiliki banyak manfaat diantaranya adalah dapat mengurangi

kebocoran dan menstabilkan tekanan dalam sistem, yang pada akhirnya dapat menambah usia

aset. Mayoritas semburan pipa yang terjadi bukan karena tekanan tinggi, namun lebih karena

fluktuasi tekanan yang terus menerus sehingga membuat pipa selalu mengembang. Hal tersebut

dapat menyebabkan retakan pipa karena stress. Solusi dari hal tersebut adalah dengan

memasang suatu alat seperti katup penurun tekanan (pressure reducing valve) yang berfungsi

untuk membantu mengurangi dan mengatur tekanan sesuai dengan kebutuhan, menstabilkan

fluktuasi, dan mengurangi stress pada pipa.

Pressure management merupakan salah satu elemen yang paling mendasar dalam strategi

penurunan kebocoran. Menurut Farley, dkk (2008) terdapat hubungan fisik antara laju aliran

kebocoran dan tekanan, dan frekuensi semburan baru juga merupakan satu fungsi tekanan:

1. Semakin tinggi tekanan, berarti semakin tinggi kebocoran. Sebaliknya apabila semakin rendah

tekanan, maka semakin rendah kebocoran.

2. Terdapat hubungan linear antara tekanan dengan kebocoran (tekanan lebih rendah 10% =

kebocoran 10% lebih rendah).

3. Tingkat tekanan dan siklus tekanan sangat mempengaruhi frekuensi semburan.

(8)

Untuk mengkaji kesesuaian pengelolaan tekanan dalam satu sistem tertentu, perusahaan–

perusahaan air minum pertama-tama harus melaksanakan serangkaian tugas, meliputi

1. Mengidentifikasi zona-zona potensial, titik-titik instalasi, dan permasalahan pelanggan

melalui kajian pustaka.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis pelanggan dan batasan-batasan pengendalian melalui analisis

kebutuhan

3. Mengumpulkan pengukuran lapangan terhadap aliran dan tekanan (yang kedua ini

biasanya pada inlet, titik rata-rata, dan titik kritis)

4. Membuat model potensi manfaat yang di peroleh dari menggunakan model -model khusus

5. Mengidentifikasi katup-katup pengendali dan alat-alat pengendali yang benar

6. Membuat model rejim pengendali yang tepat untuk memberikan hasil yang diinginkan

7. Membuat analisis biaya dan manfaat

Ada sejumlah metode untuk mengurangi tekanan dalam sistem, termasuk pompa pengendali

kecepatan variabel dan tanki pelepas tekanan. Walaupun demikian, yang paling umum dan efektif

dari segi biaya adalah katup pengurang tekanan otomatis (pressure reducing valve) atau PRV.

PRV merupakan instrumen yang diinstal pada titik-titik strategis dalam jaringan untuk mengurangi

atau mempertahankan tekanan jaringan pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan. Katup

menjaga tekanan hilir yang sudah ditetapkan sebelumnya tanpa memperhatikan tekanan hulu atau

fluktuasi laju aliran. PRV biasanya di letakkan di dalam satu DMA bersandingan dengan meter air,

seperti ditunjukkan dalam foto di bawah. PRV harus berada di hulu meter sehingga turbulensi dari

katup tidak mempengaruhi keakuratan meter. Merupakan praktik teknis baik untuk memasang

PRV pada satu pipa bypass untuk memungkinkan kerja-kerja perbaikan yang besar di masa

(9)

Gambar 6. Pemasangan PRV

PRV memegang peranan penting dalam pengendalian tekanan dalam jaringan pipa. Dalam

sebuah kondisi di mana PRV mengalami kerusakan maka tekanan akan cenderung untuk tidak

stabil.

(10)

Gambar 8. Kondisi Tekanan Ketika PRV berfungsi

Melihat kondisi di atas, maka perlu diidentifikasi pola hubungan antara tekanan dan debit terhadap

kondisi PRV. Diharapkan dengan mengetahui pola hubungan antara tekanan dan debit terhadap

kondisi PRV tersebut akan mendapatkan indikasi awal sebagai early warning, sehingga operator

tekanan atau analis teknis di ruang control dapat mengidentifikasi bahwa PRV mengalami kerusakan

sebagai identifikasi awal sebelum dilakukan pengecekan kondisi PRV di lapangan.

2. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 2.1.Perumusan Permasalahan

Dari latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

Bagaimanakah hubungan antara variabel tekanan, variabel debit air dengan variabel

pola operasi PRV pada kasus PDAM Kota Malang ?

2.2. Hipotesa

Hipotesa yang diterapkan analis dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara variabel tekanan air, variabel debit air dan kondisi PRV .

2. Dari 2 variabel tersebut, variabel yang paling berpengaruh terhadap kondisi PRV

(11)

3. PENDEKATAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN 3.1.Analisis Regresi Logistik Biner

Metode regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877

oleh Sir Francis Galton yang melakukan studi tentang kecenderungan tinggi badan anak.

Hasil studi tersebut merupakan suatu kesimpulan bahwa kecenderungan tinggi badan

anak yang lahir terhadap orangtuanya adalah menurun (regress) mengarah pada tinggi badan rata-rata penduduk. Istilah regresi pada mulanya bertujuan untuk membuat

perkiraan nilai satu variabel (tinggi badan anak) terhadap satu variabel yang lain (tinggi

badan orangtua). Selanjutnya berkembang menjadi alat untuk membuat perkiraan nilai

suatu variabel dengan menggunakan beberapa variabel lain yang berhubungan dengan

variabel tersebut.

Sehingga dalam ilmu statistika, teknik yang umum digunakan untuk menganalisis

hubungan antara dua atau lebih variabel adalah analisis regresi. Analisis Regresi

(regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan garis lurus dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction). Model matematis dalam menjelaskan hubungan antar variabel dalam analisis regresi

menggunakan persamaan regresi, yaitu suatu persamaan matematis yang

mendefinisikan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Regresi logistik biner merupakan salah satu pendekatan model matematis yang

digunakan untuk menganalisis hubungan beberapa faktor dengan sebuah variabel yang

bersifat dikotomus (biner). Pada regresi logistik jika variabel responnya terdiri dari dua

(12)

Secara umum model probabilitas regresi logistik dengan melibatkan beberapa variabel prediktor

dapat diformulasikan sebagai berikut:

Di mana merupakan penjumlahan dari . Fungsi merupakan fungsi non linear sehingga perlu

dilakukan transformasi logit untuk memperoleh fungsi yang linier agar dapat dilihat hubungan

antara variabel respon dengan variabel prediktornya . Bentuk logit dari dinyatakan sebagai , yaitu:

Untuk memperoleh estimasi dari parameter regresi logistik dapat dilakukan dengan dua cara

(13)

a. Maximum Likelihood Estimation (MLE)

Metode MLE digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter dalam regresi logistik dan pada

dasarnya metode maksimum likelihood memberikan nilai estimasi b dengan memaksimumkan

fungsi likelihoodnya. (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Secara matematis fungsi likelihood dapat

dinyatakan :

Karena setiap pengamatan diasumsikan independen maka fungsi likelihoodnya merupakan

perkalian antara masing-masing fungsi likelihood yaitu:

dan logaritma likelihoodnya dinyatakan sebagai:

(14)

b. Metode Newton Rhapson

Metode Newton Rhapson merupakan metode untuk menyelesaikan persamaan nonlinear seperti

menyelesaikan persamaan likelihood dalam model regresi logistic (Agresti, A. 1990). Metode

newton rhapson memerlukan taksiran awal untuk nilai fungsi maksimumnya, yang mana fungsi

tersebut merupakan taksiran yang menggunakan pendekatan polinomial berderajat dua. Dalam hal

ini untuk menentukan nilai dari b yang merupakan fungsi maksimum dari . Andaikan:

dan andaikan H dinotasikan sebagai matriks yang mempunyai anggota

Andaikan q (t) dan H(t) merupakan bentuk evaluasi dari  , taksiran ke t pada . Pada langkah t dalam proses iterasi (t = 0, 1, 2, ...), ialah pendekatan yang merupakan bentuk orde kedua dari

ekspansi deret Taylor,

Penyelesaiannya adalah :

dengan mengasumsikan H(t) sebagai matriks non singular.

3.2.Fungsi Klasifikasi Regresi Logistik

Dalam regresi logistik penglasifikasian dilakukan dengan menghitung “error rates” atau

(15)

sebagai objek klasifikasi dan sebagai objek klasifikasi . Jika setiap objek disimbolkan

dengan 1 atau hanya 1 dari 2 populasi maka himpunan dan merupakan mutually exclusive dan exhaustive.

Sehingga probabilitas kondisionalnya :

Andaikan merupakan probabilitas dari dan merupakan probabilitas dari .

Total probabilitas misklasifikasi (TPM) ialah:

Dalam hal ini untuk menentukan kesalahan klasifikasi dapat digunakan

prosedur klasifikasi optimal yang disebut optimum error rate (OER) yaitu:

Maka OER ialah error rate untuk aturan klasifikasi minimum TPM.

Dalam hal lain OER dapat dihitung jika fungsi densitas populasi diketahui. Namun ,

dalam kasus lain populasi parameter harus di estimasikan terlebih dahulu sehingga

evaluasi error ratenya menjadi tidak seimbang. Untuk itu sampel fungsi klasifikasinya dapat

(16)

AER akan mengindikasikan bagaimana fungsi klasifikasi yang akan diperlihatkan pada

sampel berikutnya seperti OER namun tidak dapat menghitung secara umum karena

tergantung pada fungsi densitas yang tidak diketahui. Sehingga untuk mempermudah

perhitungan dalam proses klasifikasi dan tidak bergantung pada distribusi populasi

dengan menghitung error rate atau probabilitas kesalahan klasifikasi pada APER

(apperent error rate) yang merupakan fraksi observasi dalam sampel yang salah

diklasifikasikan atau misclassified pada fungsi klasifikasi (Johson et al, 2007). Perhitungan APER terlebih dahulu dibuat matriks konfusinya yang diperlihatkan dalam

tabel 1 sebelumnya. Sehingga diperoleh:

Pada umumnya variabel respon data kategorik hanya mempunyai 2 kategorik yaitu

sukses dan gagal, ya atau tidak, hidup atau mati dan sebagainya. Hasil observasi untuk

setiap objek diklasifikasikan sebagai sukses dan gagal. Untuk sukses dinyatakan dengan

1, gagal dinyatakan dengan 0. Seperti halnya distribusi Bernaulli/Binomial untuk variabel

random dengan probabilitas sukses dan gagal dengan ialah dimana berdistribusi

binomial dalam parameter dan fungsi padat peluangnya ialah

Distribusi ini termasuk dalam exponensial sejati dengan parameter sejatinya ialah

(17)

Dengan kata lain log odds merupakan variabel prediktor linear. Jika dimasukkan bentuk logit atau

log odds ke dalam probabilitas diperoleh:

3.3.Distribusi Binomial

Distribusi Binomial merupakan suatu distribusi probabilitas yang dapat digunakan bilamana suatu

proses sampling dapat diasumsikan sesuai dengan proses Bernoulli. Misalnya, dalam perlemparan

sekeping uang logam sebanyak 5 kali, hasil setiap ulangan mungkin muncul sisi gambar atau sisi

angka. Begitu pula, bila kartu diambil berturut-turut, kita dapat memberi label “berhasil” bila kartu

yang terambil adalah kartu merah atau “gagal” bila yang terambil adalah kartu hitam. Ulangan

-ulangan tersebut bersifat bebas dan peluang keberhasilan setiap -ulangan tetap sama,yaitu

sebesar 0,5 ( Cyber-learn, 2011).

Secara umum bentuk distribusi binomial yaitu

(18)

3.4.Tahap Penyelesaian Permasalahan

Tahap penyelesaian permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan seri data sebagai berikut :

a. Pengumpulan data tekanan pada jaringan pipa interval per 60 menit

b. Pengumpulan data debit air interval per 60 menit

c. Pengumpulan data kondisi PRV pada saat dilakukan pembacaan

2. Pemodelan, dengan parameter :

a. Data tekanan, sebagai variabel pertama (X1)

b. Data debit air, sebagai variabel kedua (X2)

c. Data kondisi PRV sebagai objective (Y)

3. Koreksi klasifikasi sebagai hasil analisis

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengumpulan Data

Data pada analisis ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari Bagian Litbang

PDAM Kota Malang. Data yang didapatkan meliputi :

1. Pengumpulan seri data sebagai berikut :

a. Pengumpulan data tekanan pada jaringan pipa interval per 60 menit

b. Pengumpulan data debit air interval per 60 menit

(19)

Tabel 2. Seri data yang akan dianalisis pada DMA Tlogomas

Pengolahan data dilakukan dengan aplikasi computer SPSS dengan hasil sebagai

(20)

Dari tabel di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Nilai signifikasi P value kurang dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa hubungan antara

dua variabel tersebut, yakni flow dan pressure adalah signifikan terhadap kondisi PRV.

2. Koefisien chi square hitung adalah sebesar 20,84 > koefisien chi square teoritik 5,99,

yang menunjukkan kesesuaian model

3. Data pengamatan klasifikasi menunjukkan bahwa nilai pengamatan yang benar adalah

(21)
(22)

Jam ke - Pressure Flow Kondisi PRV Probabilitas PRV Kondisi PRV Keterangan

(23)

1. Nilai signifikasi P value kurang dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa hubungan

antara dua variabel tersebut, yakni flow dan pressure adalah signifikan terhadap

kondisi PRV.

2. Koefisien chi square hitung adalah sebesar 20,84 > koefisien chi square teoritik 5,99,

yang menunjukkan kesesuaian model

3. Data pengamatan klasifikasi menunjukkan bahwa nilai pengamatan yang benar

adalah sebesar 78,8%.

4. Variabel tekanan menunjukkan signifikansi yang relatif sama dengan variabel debit,

Gambar

Gambar 1. Neraca air yang menunjukkan komponen NRW (Sumber : Farley, 2008)
Gambar 2. Implikasi NRW (Sumber :  Farley, 2008)
Gambar 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi NRW (Sumber : Ranhill, 2005)
Gambar 4. Hubungan antara NRW dan Biaya (Sumber : Ranhill)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula partisipasi politik masyarakat di Dusun III Desa Segayam

Para ekspositor konservatif biasanya menghrapkan peristiwa-peristiwa dalam Alkitab memang benar-benar terjadi secara esensial, seperti yang dilaporkan; “Esau memang

Berdasarkan penjelasan diatas, muncul permasalahan yang ingin peneliti ketahui lebih jauh, yaitu tentang keingintahuan mengenai pengaruh penerapan model cooperative

Menyusun rencana kegiatan Bidang Sumber Daya Air, berdasarkan data dan program Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang serta ketentuan perundang-undangan yang

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk dijadikan sumber referensi model pembelajaran yang tepat guna untuk pembelajaran start jongkok siswa kelas XI Boga 1 SMK Negeri 3

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah bagaimana keragaman fungi non-simbiosis pada rizosfer bawang merah ( Allium ascalonicum

Kepala sekolah dengan kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu m enjalankan nilai-nilai moral yang diambil dari tindakan etis Tuhan Yang Maha Esa terhadap

Diberikan berbagai sumber belajar, siswa mampu membuat Mind Map tentang sifat dan peran koloid dalam kehidupan dengan baik.. Diberikan fenomena, siswa mampu menganalisis