i
T
T
T
E
E
E
S
S
S
D
D
D
C
C
C
Engineering Services
Juli 2010
LAPORAN FINAL
PRA-STUDY KELAYAKAN
PLTMH KARANGTALUN 2 x 4000 kW
P
P
P
T
T
T
..
.
P
P
P
E
E
E
L
L
L
II
I
T
T
T
A
A
A
K
i
KATA PENGANTAR
Penyusunan Pra Studi kelayakan pembangunan PLTMH Karangtalun dengan kapasitas 2 x 4 MW di Dusun Karangtalun, Desa Ngaliyan, Kec. Bejen, Kabupaten Temanggung oleh TESDC Engineering Services sesuai dengan Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK ) dari PT. Pelita Karangtalun No. 001.SPMK/059/PK/VI/2010, Tertanggal 8 Juni 2010.
Setelah melakukan proses pengerjaan mulai dari tanggal terbilang pada SPMK tersebut diatas. Tim TESDC telah menyelesaikan semua tahapan studi. Berdasar masukan yang diterima saat presentasi Laporan Draft Final di kantor PT Pelita Karangtalun Jakarta, tertanggal 15 Juli 2010 telah dilakukan beberapa penyempurnaan studi, diantaranya penentuan tata letak PLTMH yang menempatkan lokasi rumah turbin tanpa menyeberang jalan.
Pada Laporan Final ini juga dilampirkan analisis cash-flow proyek, dengan memasukkan dan memperhitungkan semua komponen pembiayaan yang belum ada sebelumnya, seperti faktor bunga dan beban biaya sewa tiang PLN pertahun.
Kami berharap, dengan segala keterbarasan dan kekurangannya, Laporan Final Prastudi Kelayakan PLTMH Karangtalun ini bisa bermanfaat dan berkesinambungan pada proses perencanaan dan pelaksanaan lebih lanjut.
Bandung, 23 Juli 2010
TESDC Engineering Services
Ir. Budi Rijanto, CES, DEA
ii
Daftar Isi
Pengantar ... i
Daftar Isi……… ……….. ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ……….. iv
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1. Latar Belakang ………. 1
1.2. Maksud Dan Tujuan ……… 2
1.3. Landasan Hukum ……… 3
1.4. Deskripsi Proyek ……….. 4
BAB II KONDISI TOPOGRAFI LOKASI PLTMH ……….. 6
2.1. Umum ……… 6
2.2. Penentuan Layout PLTMH Karangtalun ………. 6
BAB III KONDISI GEO-HIDROLOGI ……… 8
3.1. Morfologi ……… 8
3.2. Geologi ………... 8
3.3. Hidrologi ……… 14
BAB IV KELISTRIKAN ……… 29
4.1. Metodologi ……… 29
4.2. Kajian Kelayakan Kelistrikan ………. 29
4.3. Kajian Interkoneksi Dengan JTM 20 KV PT PLN (PERSERO) ……….. 30
BAB V TATALETAK DAN RANCANGAN DASAPLTMH ………. 32
5.1. Konsep Penentuan Tata Letak PLTMH ………. 32
5.2. Pengembangan Skema Tata Letak ……….. 32
iii
BAB VI ANALISA BIAYA PEMBANGUNAN ………. 40
6.1. Umum ………. 40
6.2. Metode Analisa ……….. 40
6.3. Formasi Perhitungan ……… 41
BAB VII STUDI KEEKONOMIAN ………. 43
7.1. Tujuan ………. 43
7.2. Batasan ……… 43
7.3. Kesimpulan Finansial ………... 44
BAB VIII KESIMPULAN ……….. 46
LAMPIRAN I REKOMENDASI PENELITIAN
LAMPIRAN II ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN
iv RINGKASAN EKSEKUTIF
RENCANA PLTMH KARANGTALUN
ABSTRAKSI
Potensi Tenaga Listrik Minihidro pada Daerah Aliran Sungai Logung, dapat membuka pengembangan daerah guna pengembangan industri yang padat energi. Kebutuhan energi Listrik secara nasional menunjukan peningkatan yang sangat pesat, dengan lajur rata-rata 14% per tahun.
Kebutuhan tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan lajunya perkembangan pembangunan dan proses industrilisasi dan kemajuan kebutuhan masyarkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Diversifikasi energi atau energi yang terbaharui,dimana peran bahan bakar minyak dan batu bara yang dihasilkan fosil untuk pembangkit tenaga listrik akan menjadi sumber energy yang mahal dimasa yang datang.
Penggunaan bahan baku batu bara sebagai sumber energy listrik saat ini dan masa datang akan menyebabkan polusi udara khususnya CO2 .dalam kondisi seperti ini bahan bakar dari batu bara akan mengecil pangsanya karena tuntutan penggunaan energy yang ramah lingkungan.
v Pemanfaatan potensi tenaga listrik terbarukan khususnya pembangkit listrik tenaga air (minihidro) merupakan suatu potensi yang cukup besar di Indonesia yang melimpah akan sumber airnya namun belum termanfaatkan secara optimal.
Dengan melihat kebutuhan energi yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan industrialisasi dan akan kebutuhan masyarakat hal inilah yang mendorong pemanfaatan potensi aliran-aliran sungai
Pemanfaatan sungai Logung anak sungai dari sungai serayu di Kabupaten Temanggung merupakan suatu potensi yang sangat baik. Baik dari sisi letak geografisnya akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat dengan terciptanya industrialisasi didaerah tersebut. Sejalan dengan hal tersebut Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro ( PLTMH ) juga dapat menambah suplai listrik untuk daerah sekitarnya.
DATA PERENCANAAN
1. Lokasi : Dusun Karangtalun, Desa Ngalian,
Kecamatan Bejen,
2. Nama Sungai : Kali Logung
3. Catchment Area : 6536 Ha
4. Bendung : 070.05’.40,85” LS
1100.10’.37,13” BT
Elevasi 225 m
5. Saluran pembawa : 1.400 m, terletak ditanah PT Perhutani 6. Kolam Penenang : Elevasi 205 m ditanah PT Perhutani
7. Power House : Elevasi 105 m, terletak ditanah penduduk
8. Penstok : 720 m, terletak ditanah penduduk
9. Gross Head : 100 m
vi 11. Q Maksimum : 9,59 m3/det
12. Daya Terpasang : 8,0 MW
vii
ANALISA FINANSIAL PLTMH KARANGTALUN
Nilai Investasi
Pajak & Bunga
Total Biaya Investasi
( Loan = 70%, Equlty = 30%)
Hasil analisis keuangan untuk kelayakan ekonomi dengan discount factor 12% dan umur proyek 20 tahun, didapatkan figur sebagai berikut :
a. Internal Rate of return (IRR) : 14,22 % b. Net Present Value (NPV) : 15,14 Miliar c. Payback Period (PP) : 8,7 Tahun d. Benefit Cost Ratio (BCR) : 1,7
viii
PROSES ASPEK LEGAL DAN TEKNIS
1. Aspek Legal yang harus diproses.
a) Nota kesepakatan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung – Propinsi Jawa Tengah dengan PT Pelita Karangtalun.
b) Nota kesepahaman antara PT PLN (PERSERO) Wilayah Jawa Tengah dengan PT Pelita Karangtalun–Temanggung Jawa Tengah
c) Perjanjian Pendahuluan (Head of Agreement) antara PT Pelita Karangtalun dengan PT PLN (PERSERO) Wilayah Jawa Tengah
d) Permohonan pengajuan IUKU Sementara dari Direktorat Jenderal Listrik Dan Pemanfaatan Energi
e) Proses Penyelesaian PPA (Power Purchase Agreeement) yang di tandatangani oleh General Manager PT PLN (PERSERO) Wilayah Jawa Tengah.
Dengan Lampiran yang harus di sertakan : 1) IUKU Sementara
2) Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) 3) Kajian Kelayakan Operasi (KKO) dan Kajian Kelayakan Finansial (KKF)
dibuat oleh PT PLN (PERSERO) Wilayah Jawa Tengah
2. Tindak Lanjut Aspek Teknis
a) Survey Site Investigasi.
1) Pemetaan Lokasi PLTMH sekala 1 : 1000, 1 : 500 dan 1 :200 2) Pengukuran Debit air sesaat
3) Studi Hidrologi di Lokasi 4) Penentuan titik Geoteknik b) Studi Optimasi.
ix 2) Pemilihan Debit Instalasi
3) Metodologi 4) Batasan – batasan
5) Variabel Penentu Tekno Ekonomi 6) Analisa Finansial
7) Analisa Ekonomi c) Studi Kelistrikan .
1) Metodologi
2) Standart dan referensi 3) Daerah Kelistrikan 4) Kondisi Kelistrikan 5) Area Pelayanan Beban 6) Neraca Daya
7) Prakiraan Perkembangan Beban 8) Ratio Elektrifikasi
9) Beban Puncak
10)Prakiraan Beban Total PLTMH d) Analisa Biaya Pembangunan PLTMH e) Tata Letak Dan Disain Dasar PLTMH
1) Pengembangan Scheme 2) Tata Letak
3) Pekerjaan Sipil
Pekerjaan Bendung Pekerjaan Jembatan
Pintu Penguras dan Pelimpah Pintu Pengambilan
x Pengendap Pasir
Kolam Penenang Pipa Pesat
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka menunjang program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik yang semakin meningkat terutama di wilayah pedesaan,maka perlu direncanakan pembangunan pembangkit-pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berskala kecil dengan pembangkit listrik Tenaga Mini Hydro atau Micro Hydro (PLTMH). Salah satu sungai yang dapat dimanfaatkan
potensinya adalah sungai Logung anak sungai Bodri yang terletak dusun Karang Talun, desa Ngalian, Kecamatan Bejen, kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Selain membantu pemerintah untuk menyediakan energi listrik bagi masyarakat, dari pembangunan PLTMH tersebut, pemerintah juga akan memperoleh manfaat dari penghematan BBM sekaligus memperoleh manfaat pula dari penurunan gas CO2. sehingga secara langsung dapat menghindari dampak dari pemanasan global. Manfaat tidak langsung lainnya adalah terciptanya pelestarian lingkungan, yaitu hutan yang baik dan terjaga di kawasan hulu sungai dan daerah aliran sungainya, yang juga akan menjamin kontinuiatas dan sustainibilitas operasional PLTMH.
2 sungai semula tanpa mengalami pengurangan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Daya dan energi yang dihasilkan PLTMH sangat bergantung kepada energi potensial yang tersedia yang besarnya sangat ditentukan oleh beda ketinggian antara duga muka air pada dam/weir dengan intake turbin. Energi yang dihasilkan kemudian didistribusakan kepada konsumen melalui Jaringan Tenaga Menengah (JTM) 20 kV yang tersambung ke jaringan interkoneksi milik PT. PLN (PERSERO).
1.2. Maksud Dan Tujuan
Maksud kegiatan ini dilakukan adalah untuk merumuskan Pra-Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro berkapasitas 2 x 4 MW di DAS Logung Kabupaten Temanggung ini, baik dari aspek teknis maupun ekonomis (bankable), melalui kajian yang memperhatikan pertimbangan dampak sosial dan lingkungan, disertai pembuatan RKL/UPL. Studi kelayakan ini akan membutuhkan suatu kajian awal yang komprehensif dan terintegrasi.
Sedangkan tujuannya adalah :
1. Mengkaji dan melakukan pendataan/pengukuran secara komprehensif aspek lokasi, baik fisik, sosial dan lingkungan
2. Merumuskan arah kebijakan dan tentative pengembangan PLTMH Karang Talun 2 x 4 MW, sampai setingkat Basic Engineering Design.
3. Menyusun tentative kebutuhan biaya untuk dilakukan analisis finansial dan keekonomian proyek
3
1.3. Landasan Hukum
1. UU/No.15/1985 tentang ketenaga listrikan
2. PP No.10/1989; PP No.3/2005 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 10 tahun 1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik; dan PP No 26 tahun 2006 tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah Nomor 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
3. Permen ESDM nomor 01 Tahun 2006 tentang Prosedur Pembelian Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum.
4. Permen ESDM nomor 002 Tahun 2006 tentang Pengusaha Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah.
5. Permen ESDM nomor 0010 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenaga Listrikan Untuk Lintas Propinsi atau yang tersambung dengan jaringan Transmisi Nasional.
4
1.4. Deskripsi Proyek.
Tabel 1.1. Lokasi Proyek
Butir Uraian Deskripsi Proyek PLTMH
Karang Talun Letak Administratif Desa
Kecamatan
Tabel 1.2. Pencapaian Lokasi Proyek
Pencapaian Lokasi Jarak
(Km)
Waktu Tempuh
(Jam)
Keterangan
Semarang - Desa Ngalian
5
Gambar 1.1. Peta lokasi PLTMH
Sungai Logung
6
BAB II
KONDISI TOPOGRAFI LOKASI PLTMH
2.1. Umum
Peta topografi diperlukan untuk melakukan penilaian awal kelayakan suatu pengembangan PLTMH, terutama untuk menentukan layout dan peruntukan fasilitas PLTMH. Indikator dominan dari peta topografi untuk tujuan di atas adalah didasarkan pada faktor kemiringan kontur, ketersediaan lahan dan pencapaian lokasi. Berdasarkan hasil analisis peruntukan berdasarkan peta topografis tersebut, maka dapat ditindaklanjuti untuk mendapatkan skema PLTMH yang paling optimal dilihat dari tekno ekonomi.
2.2. Penentuan Layout PLTMH Karangtalun
Berdasarkan pada peta topografi awal yang diperoleh, maka dihasilkan penentuan plot elevasi bendung PLTMH karangtalun terletak pada elevasi HWL (High Water Line) 220 meter dan TWL (Top Water Level) 200 meter sedangkan posisi turbin berada pada ketinggian 100 meter sehingga H nett-nya adalah 100 meter. Penentuan plot tersebut diperoleh setelah beberapa DAS dilakukan simulasi 3D dari morfologi topografis kawasan pengembangan, dan merupakan hasil final setelah memperoleh masukan dari pemberi tugas pada saat presentasi draft final laporan studi kelayakan ini.
7 1. Data Digital Elevation Model (DEM) dari USGS.
Data ini berupa data satelit yang berisi elevasi dalam format grid. Data ini dapat digunakan untuk membuat kontur dan profil memanjang/ melintang secara digital, sehingga bisa memilih jalur yang tepat dengan kemiringan yang sesuai serta pemilihan tempat ketinggian.
2. Peta Rupabumi Bakosurtanal
Berupa peta hard copy, kontur dan informasi geografi seperti sungai, jalan, nama wilayah, land use dll. Data kontur dari peta rupa bumi ini digunakan untuk mengecek elevasi data DEM
3. Klarifikasi Teristis memakai Alat Global Positioning Station (GPS)
Digunakan untuk mengecek koordinat dan elevasi suatu titik pada peta dan untuk membuktikan/klarifikasi tentang akurasi peta yang diperoleh berdasar kerja program komputer.
Ketiga data ini dilakukan saling cross cek namun sudah mendekati kondisi nyata di lapangan, Data ini baru merupakan perkiraaan, tetapi terukur dengan tingkat ketelitian sekitar 80%. Sedangkan untuk perencanaan teknis nantinya akan dilakukan survey pengukuran langsung.
Dapat disimpulkan bahwa dari pengamatan hasil studi kelayakan pendahuluan, idealnya
tinggi jatuh harus lebih besar dari 50 meter. Dari peta topografi awal yang dihasilkan/diadakan melalui rangkaian operasi program komputer tanpa melalui
pengukuran, yang kemudian dikontrol secara teristis penelitian disimpulkan bahwa
8
BAB III
KONDISI GEO-HIDROLOGI
3.1. Morfologi
Secara morfologi, daerah kajian merupakan lereng timur laut G. Jurang Rawah, memiliki topografi bergelombang miring sampai curam membentuk jalur-jalur punggungan yang dipisahkan oleh lembah-lembah, tersebar dari puncak hingga di bagian kaki. Kemiringan lereng di bagian puncak umumnya curam atau > 45%, di bagian badan antara miring – landai dengan sudut kemiringan 25 – 45%, sedangkan di bagian lereng kaki (foot slope) dominan landai berkisar 8 – 25%. Ketinggian lereng timur laut ini berkisar antara 200 m dan 2.500 m (puncak G. Jurungrawah) di atas permukaan laut.
Sungai-sungai yang mengalir dapat dibedakan atas sungai musiman (intermiten stream) dan sungai sepanjang musim (perennial stream). Sungai musiman
umumnya terdapat pada anak atau cabang sungai ke arah hulu, sedangkan sungai yang berair sepanjang musim terdapat sebagai sungai induk dalam hal ini adalah DAS Logung. Secara keseluruhan di bagian induk sungai yaitu Sungai Logung. Secara keseluruhan, sungai-sungai tersebut memperlihatkan pola aliran semi paralel, membentuk Sub Das Logung. DAS Logung ini akhirnya bersatu ke Sungai Kodri.
3.2. Geologi
1. Regional
9 termasuk pada Lembar Magelang-Semarang dan sebagian kecil pada Lembar Banjarnegara-Pekalongan, terdiri atas empat satuan batuan (Gambar 3.1) dengan uraian dari urutan paling tua ke muda yaitu :
- Formasi Kerek (Tmk): Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan batu gamping.
Batu lempung berwarna kelabu, gampingan, sisipan batu lanau dan batu pasir. Lapisan konglomerat terdapat dalam batu lempung dan di batu pasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristalin dan pasiran. Tebal satuan ini lebih dari 400 m, berumur Miosen Tengah.
- Formasi Penyatan (Qtp): Tersusun oleh batu pasir, breksi, tuf, batu lempung dan aliran lava. Batu pasir tufan dan breksi volkanik tampak dominan. Umur satuan ini Miosen Tengah – Plistosen.
- Batuan Gunungapi DASgesik (Qpkg): Terdiri atas aliran basal olivin augit, berumur Plistosen Atas.
- Batuan Gunungapi Jembangan (Qjmf): Lava andesit dan batuan klastika gunungapi, terutama andesit hipersten – augit, setempat hornblenda dan basal olivin. Aliran lava, breksi aliran dan piroklastika, lahar dan batuan rombakan gunungapi.
2. Geologi Tapak PLTMH
a. Daerah tangkapan air hujan (catchment area)
10 geologi disusun oleh satuan hasil gunungapi Kuarter (Qjmf) yang terdiri atas Lava andesit dan batuan klastika gunungapi, terutama andesit hipersten – augit, setempat hornblenda dan basal olivin. Aliran lava, breksi aliran dan piroklastika, lahar dan batuan rombakan gunungapi. Di bagian lapuk menunjukkan jenis tanah lanau kerikilan berwarna coklat muda sampai kemerahan, di beberapa tempat dengan komponen batuan berukuran kerakal dan bongkah, porositas rendah – agak tinggi, bersifat lunak, teguh dan keras. Tebal tanah hasil pelapukan ini berkisar dari < 1 sampai 3 m. Di dasarkan atas aspek morfologi, sifat fisik batuan/tanah (litologi), vegetasi dan ditribusi curah hujan, daerah tangkapan air hujan DAS Logung merupakan kawasan resapan ( recharge area) utama.
Gambar 3.1. Peta geologi daerah PLTMH Logung (disederhanakan)
Formasi Kerek
Batuan gunungapi DASgesik Formasi Penyatan
Batuan gunungapi Jempangan
D U
Kontur
Patahan (U = bagian naik, D = bagian turun)
Kontur
Sumber : Thanden et.al ( 1996) & Condon, et.al (1996) /P3G
U
1 : 125.000
11
12 b. Lokasi Bendung dan Saluran Penghantar
Saluran penghantar PLTMH Logung terletak di lereng bawah (lower foot slope) G. Jurangrawah pada elevasi sekitar antara 220 - 200 m dpl. Kondisi lereng berkisar antara landai – miring dengan besaran sudut dari 15 – 40 %, litologi yang menyusun terutama breksi gunungapi, lahar dan hasil rombakan lereng dengan tanah hasil pelapukan berupa lanau lempungan sampai lanau kerikilan, berwarna coklat sampai agak kemerahan, bersifat agak lunak, teguh dan agak keras, tebal 1,2 – 3 m. Panjang rencana saluran penghantar yaitu antara bendung DAS Logung dan bak penenang adalah 1,4 km (gambar 3)
Gambar 3.3. Sketsa lay-out DAS Logung, bendung, saluran penghantar dan bak penenang (tanpa skala)
Saluran penghantar ( 1,4 km) DAS Logung
Bak penenang
13 c. Pipa Pesat
Jalur pipa pesat terletak pada lereng kaki (foot slope) bagian bawah dengan sudut kemiringan lereng > 30% dan terletak pada elevasi sekitar 250 m dpl. Panjang pipa pesat dari bak penenang (intake dam) dan bangunan turbin (power haouse) yaitu 720 m (Gambar 4).
Gambar 3. 4. Sketsa penampang lokasi power house, pipa pesat dan bak penenang
(tanpa skala)
Kondisi geologi di rencana pipa pesat tidak berbeda dengan kondisi di saluran penghantar, terdiri dari breksi gunung api, lahar dan hasil rombakan lereng dengan tanah hasil pelapukan berupa lanau lempungan sampai lanau kerikilan, berwarna coklat sampai agak kemerahan, bersifat agak lunak, teguh dan agak keras, tebal 1,2 – 3 m.
Bak penenang Pipa pesat
(720 m)
Power house
14
3.3. Hidrologi
Tinjauan hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar debit andalan yang terdapat pada daerah aliran sungai (DAS Logung), sehingga dapat menentukan besarnya potensi daya listrik yang akan dihasilkan PLTMH Karangtalun (DAS Logung). Dalam kaitan tersebut di atas maka perlu mengetahui data klimatologi terutama curah hujan merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap keberadaan dan kelanggengan pengaliran DAS Logung.
Didasarkan data klimatologi stasiun pengamat curah hujan Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung dari tahun 1980 s/d 1989 atau selama 10 tahun diperoleh curah hujan rata-rata setahun yaitu 2.024 mm. Data curah hujan rata-rata bulanan disajikan dalam tabel 1, sedangkan histogram curah hujan tahunan pada Gambar 5. Bulan basah terjadi selama 7 bulan yaitu antara November – Mei dengan curah hujan rata-rata sebulan di atas 200 mm. Curah hujan tertinggi terjada bulan Januari, Februari dan Maret dengan curahan rata-rata sebulan di atas 250 mm.
Suhu udara di daerah studi berkisar 24 - 300 C. Pada kemarau suhu udara
siang hari mencapai 280 C, sedangkan pada malam hari 180 C.
15
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Temanggung (1990).
Gambar 3.5. Histogram curah hujan rata-rata setahun (dari tahun 1980 – 1989)
Didasarkan sistem konfigurasi sungai di Daerah Tangkapan Hujan (DTH) dimana bendungan turbin akan berada, maka pasokan air yang dapat dimanfaatkan adalah aliran permukaan (run off) dan aliran dasar (base flow) di daerah tangkapan, beberapa anak sungai dan sungai utamanya. Seperti dilihat dari sistem konfigurasi sungainya maka pasokan air adalah dari anak sungai dan Sungai (DAS) Logung sebagai sungai utamanya. Daerah Tangkapan Hujan DAS Logung selanjutnya akan ditulis DTA Logung, didasarkan pengukuran luas dari peta rupa bumi, luas DTA Logung adalah 6.536 Ha (65.360.000 M2).
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt Nov Des
16 Debit andalan (Dependable flow) adalah debit yang tersedia di sungai dengan probabilitas kegagalan 20% atau rata-rata dengan kurun waktu tertentu. Debit andalah merupakan data yang penting untuk diketahui. Data debit andalan diperoleh dari histogram debit sungai hasil pengukuran debit otomatis. Data lain yang juga penting adalah besarnya pemanfaatan air sungai dihulu bendung seperti untuk irigasi (pertanian), permukiman, industri atau untuk kepentingan lainnya.
Besarnya volume run off yang akan memasok DAS Logung dan anak sungainya dihitung berdasarkan data : (1). Curah hujan bulanan rata-rata, (2) Luas penggunaan lahan, (3). Koefisien evapotranspirasi dan atau evaporasi serta (4). Koefisien run off setiap penggunaan lahan. Besarnya komponen-komponen tersebut sebagai berikut :
1. Curah Hujan dan Hari Hujan
Didasarkan data curah hujan dari penakar hujan terdekat dengan DTH Logung curah hujan dan hari hujan bulanan seperti terlihat pada tabel 2. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.429,3 mm, hari hujan rata-rata tahunan 180 hari hujan, dan curah hujan dalam sehari 13,5 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus.
Pola hujan di wilayah Kab. Temanggung, hampir tidak ada perubahan yang signifikan. Sisa simpanan yang menjadi best flow belum terungkap, Hal tersebut baru bisa diungkap/diketahui setelah diadakan pengukuran dan dibuat data hydro lagi. Debit andalan didasarkan pada neraca air ( Water balance )
17 Data-data tersebut merupakan data sekunder sehingga masih perlu penelitian lanjut dengan metode lain, agar bisa menjadi data primer.
Data-data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan mengumpulkan data dari BMKG pada daerah yang direncanakan pembuatan PLTMH tersebut dengan mencari atau disekitar di temanggung, magelang, Kendal dan semarang.
Tabel 3. 2. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan
Januari 376,5 28
Pebruari 341,8 21
Maret 352,2 27
April 240,4 11
Mei 204,2 15
Juni 87,5 6
Juli 58,1 3
Agustus 43,2 4
September 71,5 7
Oktober 154,4 15
Nopember 225,3 24
Desember 274,2 19
Jumlah 2.429,3 180
2. Penggunaan Lahan
18 Tabel 3.3
Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di DTH Logung
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (M2)
1. Permukiman 8.496.800
2. Sawah 17.647.200
3. Ladang 7.843.200
4. Kebun campuran 11.764.800
5. Hutan 19.608.000
J u m l a h 6.5360.000
3. Koefisien Evapotranspirasi/evaporasi dan Run Off
Didasarkan hasil penyelidikan terdahulu koefisien evapotranspirasi/evaporasi dan run off penggunaan lahan di DTH Logung seperti terlihat pada tabel 3.4 berikut ini,
Tabel 3.4. Koefisien Evapotranspirasi/evaporasi dan Run off Penggunaan Lahan di DTH Logung
No. Jenis Penggunaan
Lahan
Koefisien
Evapotraspirasi/evaporasi (%)
Koefisien Run
Off (%)
1. Permukiman 7,40 92,60
2. Sawah 99,8 0,00
3. Ladang 21,2 45,8
4. Kebun campuran 23,7 18,18
19
4. Besarnya Volume Run Off
Volume run off di DTH Logung dihitung dengan menggunakan persamaan : Vr = L x Cr x Ch
dengan : Vr = volume run off (M3)
L = luas penggunaan lahan (M2)
Cr = koefisien run off Ch = curah hujan (mm)
Besarnya Volume run off tahunan seperti dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Volume Run Off Tahunan di DTH Logung Jenis Penggunaan
20
Besarnya volume run off bulanan dapat dilihat pada tabel 3.6 s/d tabel 3.17.
Tabel 3.6. Volume Run Off Bulan Januari di DTH Logung
Jenis Penggunaan Lahan Luas
(M2)
Kebun campuran 11.764.800 0,3765 23,7 18,18 805.273,501
Hutan 19.608.000 0,3765 55,29 1,00 73.824,12
J u m l a h 5.193.871,35
Ket : Ch = Curah hujan, Cet=Koefisien evapotransiprasi/evaporasi, Cr=Koefisien run off, Vr=volume run off.
Tabel 3.7. Volume Run Off Bulan Pebruari di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,3418 7,40 92,60 2.689.294,98
Sawah 17.647.200 0,3418 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,3418 21,2 45,8 1.227.809,04
Kebun campuran 11.764.800 0,3418 23,7 18,18 731.055,731
Hutan 19.608.000 0,3418 55,29 1,00 67.020,144
J u m l a h 4.715.179,89
21 Tabel 3.8. Volume Run Off Bulan Maret di DTH Logung
Jenis
Permukiman 8.496.800 0,3522 7,40 92,60 2.771.122,56
Sawah 17.647.200 0,3522 99,8 0 0
Ket : Ch=Curah hujan, Cet=Koefisien evapotransiprasi/evaporasi, Cr=Koefisien run off, Vr=volume run off.
Tabel 3.9. Volume Run Off Bulan April di DTH Logung
Jenis
22 Tabel 3.10.Volume Run Off Bulan Mei di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,2042 7,40 92,60 1.606.653,11
Sawah 17.647.200 0,2042 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,2042 21,2 45,8 733.524,30
Kebun campuran 11.764.800 0,2042 23,7 18,18 436.751,25
Hutan 19.608.000 0,2042 55,29 1,00 40.039,53
J u m l a h 2.816.968,21
Ket : Ch=Curah hujan, Cet=Koefisien evapotransiprasi/evaporasi, Cr=Koefisien run off, Vr=volume run off
Tabel 3.11.Volume Run Off Bulan Juni di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,0875 7,40 92,60 688.453,22
Sawah 17.647.200 0,0875 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,0875 21,2 45,8 314.316,24
Kebun campuran 11.764.800 0,0875 23,7 18,18 187.148,55
Hutan 19.608.000 0,0875 55,29 1,00 17.157,00
J u m l a h 1.207.075,02
23 Tabel 3.12.Volume Run Off Bulan Juli di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,0581 7,40 92,60 457.132,93
Sawah 17.647.200 0,0581 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,0581 21,2 45,8 208.705,98
Kebun campuran 11.764.800 0,0581 23,7 18,18 124.266,64
Hutan 19.608.000 0,0581 55,29 1,00 11.392,24
J u m l a h 801.497,81
Ket : Ch=Curah hujan, Cet=Koefisien evapotransiprasi/evaporasi, Cr=Koefisien run off, Vr=volume run off.
Tabel 3.13. Volume Run Off Bulan Agustus di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,0432 7,40 92,60 339.899,19
Sawah 17.647.200 0,0432 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,0432 21,2 45,8 155.182,41
Kebun campuran 11.764.800 0,0432 23,7 18,18 92.397,91
Hutan 19.608.000 0,0432 55,29 1,00 8.470,65
J u m l a h 595.950,17
24 Tabel 3.14.Volume Run Off Bulan September di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,0715 7,40 92,60 562.564,63
Sawah 17.647.200 0,0715 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,0715 21,2 45,8 256.841,27
Kebun campuran 11.764.800 0,0715 23,7 18,18 152.927,10
Hutan 19.608.000 0,0715 55,29 1,00 14.019,72
J u m l a h 986.352,72
Ket : Ch=Curah hujan, Cet=Koefisien evapotransiprasi/evaporasi, Cr=Koefisien run off, Vr=volume run off.
Tabel 3.15.Volume Run Off Bulan Oktober di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,1544 7,40 92,60 1.214.824,88
Sawah 17.647.200 0,1544 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,1544 21,2 45,8 554.633,45
Kebun campuran 11.764.800 0,1544 23,7 18,18 330.236,99
Hutan 19.608.000 0,1544 55,29 1,00 30.274,75
J u m l a h 2.129.970,09
25 Tabel 3.16.Volume Run Off Bulan November di DTH Logung
Jenis Penggunaan
Permukiman 8.496.800 0,2253 7,40 92,60 1.772.668,69
Sawah 17.647.200 0,2253 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,2253 21,2 45,8 809.319,41
Kebun campuran 11.764.800 0,2253 23,7 18,18 481.880,79
Hutan 19.608.000 0,2253 55,29 1,00 44.176,82
J u m l a h 3.108.045,7
Ket : Ch=Curah hujan, Cet=Koefisien evapotransiprasi/evaporasi, Cr=Koefisien run off, Vr=volume run off.
Tabel 3.17. Volume Run Off Bulan Desember di DTH Logung
Jenis
Permukiman 8.496.800 0,2742 7,40 92,60 2157415,69
Sawah 17.647.200 0,2742 99,8 0 0
Ladang 7.843.200 0,2742 21,2 45,8 984977,29
Kebun campuran 11.764.800 0,2742 23,7 18,18 586470,10
Hutan 19.608.000 0,2742 55,29 1,00 53765,13
J u m l a h 3.782.628,22
26
5. Debit Tersedia / Andalan dan Potensi Daya PLTMH Karangtalun
Seperti disajikan dalam tabel 6 sampai tabel 17 tersebut diatas, tampak bahwa, debit bulanan DAS Logung tersedia pada 8 bulan, yaitu Oktober s/d Mei berada pada kisaran 2.129.970,1 m3 dan 5.193.871,4 m3, dan selama bulan
– bulan tersebut, merupakan bulan basah. Sedangkan debit relatif rendah terjadi selama 4 bulan, yaitu pada bulan Juni s/d September, dengan debit yang tersedia berkisar pada 594.950,2 m3 dan 1.207.075,0 m3. Angka – angka
yang ditunjukkan tersebut tampaknya bersesuaian dengan pengaruh pola hujan atau musim kering dan musim basah yang terjadi di daerah kajian. Resume debit ( Q ) yang tersedia di DAS Logung, baik dalam setiap bulan, hari, jam dan per detik, serta potensi daya listrik yang dihasilkan PLTMH Karangtalun dapat disajikan pada tabel 18 dan tabel 19 serta gambar seperti dibawah ini.
Tabel 3.18. Resume Debit (Q) DAS Logung dalam bulanan, per hari, per-jam dan per-detik3
No. Bulan Q Bulanan
2. Februari 4.715.179,9 157.172,66 52.390,89 14,55
27
10. Oktober 2.129.970,1 70.999,00 23.666,33 6,57
11. November 3.108.045,7 103.601,52 34.533,64 9,59
12. Desember 3.782.628,2 126.087,61 42.029,20 11,67
Tabel 3.19. Debit tersedia DAS Logung dan Potensi Energi PLTMH Karangtalun
No. Bulan Q / detik (M3) Power (MW)
1. Januari 16,03 12,02
2. Februari 14,55 10,91
3. Maret 15,00 11,25
4. April 10,24 7,68
5. M e i 8,69 6,52
6. Juni 3,73 2,79
7. Juli 2,47 1,86
8. Agustus 1,84 1,38
9. September 3,05 2,29
10. Oktober 6,57 4,93
11. November 9,59 7,19
28 Gambar 3.6. Histogram debit Run-off bulanan DAS Logung dan potensi Daya
Listrik PLTMH Karangtalun
29
BAB IV
KELISTRIKAN
4.1. Metodologi
Analisa pembebanan Pembangkit tenaga listrik adalah suatu upaya untuk memprediksi besarnya tenaga listrik sebagai fungsi dari waktu yang di sesuaikan dengan umur pembangkit yang akan di bangun berdasarkan pada data-data yang ada pada saat ini.
Secara luas data yang di maksud adalah data demografi, ekonomi dan kondisi kelistrikan wilayah yang bersangkutan, namun dalam studi ini data data kondisi kelistrikan lebih dominan di tekankan untuk di bahas sedangkan data data lainnya adalah sebagai penunjang.
4.2. Kajian Kelayakan Kelistrikan
Pelaksanaan kajian ini akan di tindak lanjuti pada saat Final Studi Kelayakan dan Engineering Design.
1) Latar Belakang dan Implementasi Program 2) Penjual/Konsumsi Energi Listrik
3) Sumber Daya Energi Yang Ada
4) Kebijakan Energi Berwawasan Lingkungan 5) Kondisi saat ini
6) Tegangan Operasi
7) Pembebanan Penjulang/Transformers 8) Kapasitas yang akan di pasang
30
4.3. Kajian Interkoneksi dengan JTM 20 kV PT PLN (PERSERO)
1. Kondisi Sistem Distribusi Sebelum PLTM Karangtalun beroperasi
Arus di G I Weleri : 400 A didapat jatuh tegangan antara G I Weleri sampai ujung jaringan adalah sebesar 2 kV.
2. Kondisi Sistem Distribusi Setelah PLTM Karangtalun beroperasi
Gambaran sistem distribusi antara pusat pembangkit dengan GI Weleri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. System Distribusi pusat pembangkit dengan GI Panjang SUTM dari
Dari data yang ada, maka jaringan antara pusat pembangkit sampai dengan G I Weleri disalurkan menggunakan ACSR 3 X 240 mm2 dan dipasang sepanjang 20
31
a. Penjulang MV 20 kV adalah gardu hubung antara JTM 20 kV milik PT PLN (PERSERO) dengan penjulang MV 20 kV milik PLTMH. Dengan direncanakan untuk membangun JTM 20 kV melalui suatu Feeder Express menuju Gardu Induk Sistem (GIS) terdekat
b. Titik Interkoneksi yang di rencanakan adalah titik interkoneksi antara PLTMH dengan titik Transaksi yang di tetapkan oleh PT PLN (PERSERO) pada sisi tegangan 20 kV milik PT PLN (PERSERO) di GIS terdekat atau di gedung sentral PLTMH
32
BAB V
TATA LETAK DAN RANCANGAN DASAR PLTMH
5.1. Konsep Penentuan Tata Letak PLTMH
Berdasarkan hasil studi meja memakai peta topografi yang telah tersedia, maka diperoleh layout PLTMH, dimulai dari letak bendung pada koordinat 110° 10’ 37,13” BT dan 7° 5’ 40,85” LS, dengan ketinggian 225 m dpl. , letak ujung kanal
penenang pada koordinat 110° 10’ 59,37” BT dan 7° 5’ 11,03” LS dengan kertinggian 205 m dpl. Sementara rumah turbin terletak pada koordinat 110° 10’ 55,02” BT dan 7° 4’ 52,13” LS pada ketinggian 105 m dpl. Dari skema tersebut
diperoleh hasil yang optimal ketinggan Hnett sebesar 100 m, dan bila di mungkinkan dapat diolah penambahan tinggi jatuh sampai > 100 m.
Tabel 5.1 Data Letak Bendung Bendung PLTMH
Head nett
Saluran Penghantar
Koordinat Elevasi Panjang Lebar
110°10’37,13”BT
5.2. Pengembangan Skema Tata Letak
33
5.3. Pembagian/Pengelompokan Jenis Pekerjaan
Proses pelaksanaan pembangunan PLTMH Karangtalun akan melalui beberapa tahapan pekerjaan yang harus disiapkan oleh PT Pelita Karangtalun sebagai berikut :
1. Pembebasan Tanah
Berdasarkan skema yang dipilih, sebelum dilakukan pe rencanaan detail lebih lanjut maka perlu dipastikan tentang status tanah yang akan dipergunakan untuk fasilitas PLTMH.
Sebagai panduan untuk proses pembebasan/pengadaan tanah tersebut, pada gambar format A3 nomor G6 dan lampiran koordinatnya posisi dan luasanya dapat dipastikan, sebagai datal awal menghadapi pihak yang menguasai/memeiliki tanah yang dimaksud. Secara kasar luas kebutuhan peruntukan tersebut adalah :
Areal bendung + 11.000 m2
Saluran penghantar dan kanal penenang + 28.000 m2
Penstock + 6.000 m2
Rumah Turbin + 5.000 m2
Total + 50.000 m2
Dalam perhitungan biaya pengadaan tanah untuk PLMH sebesar lk 50.000 m2 tersebut, maka dibutuhkan mengadakan tanah pengganti seluas 10.000 m2.
2. Persiapan
34 perencanaan diawali dengan pekerjaan survai dan pemetaan detail topografi skala 1 : 1.000 sampai 1 : 100, serta pekerjaan Geologi, Hidrologi dan Soil. Jenis dan persyaratan pekerjaan tersebut, spesifikasinya kami lampirkan dalam Laporan Final Prastudi Kelayakan ini.
3. Pekerjaan Sipil
Ada 2 (dua) tinjauan yang dapat dilihat, pertama dari sisi debit air rencana dan yang ke dua dari sisi debit banjir. Berpengaruh terhadap bangunan bangunan sipil seperti bangunan yang dipengaruhi oleh debit instalasi dan debit banjir.
Bangunan yang di pengaruhi oleh debit instalasi adalah seperti pintu pengambilan , saluran penghantar, pengendap pasir, kolam penenang, pipa pesat, gedung sentral dan saluran pembuang.
Bangunan yang di pengauhi oleh debit banjir rencana adalah bendung dan pintu Penguras serta pelimpah. Bendung akan di rencanakan dengan debit banjir rencana dengan periode 50 tahunan.
a. Bendung
Dari hasil analisa hidrologi, akan di hitung berapa debit banjir periode ulang 50 tahun, serta dengan memperhitungkan stabilitas tanah dimana bendung akan di letakan.
Tabel 5.2 Gambaran Bendung (perkiraan) PLTMH Karangtalun Uraian Bentuk Ukuran Keterangan
Panjang Bendung 25 Meter Sesuai lebar sungai Tinggi Bendung 10 Meter Lebar atas 1 m dasar 10 m
35
b. Pintu Penguras dan Pelimpah
Pintu penguras dan Pelimpah adalah merupakan bangunan pelengkap dari bendung.
c. Rancangan Fasilitas Lanjutan
Pintu Pengambilan Saluran Pembawa Kolam Pengendap Pasir Kolam Bak Penenang Pipa Pesat
Gedung Sentral Saluran Pembuang Kantor dan Rumah Jaga Jalan masuk (Access Road)
4. Pekerjaan Pipa Pesat (Penstock)
Material yang digunakan untuk pipa pesat adalah baja medium, yaitu baja 1.0037 dengan diamater pipa adalah 1 meter, dan panjang 720 m. total bobot pipa per unit adalah 375 kg.
5. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
a. Umum
36 Dan secara umum penggunaan sistem turbin air adalah lebih murah dan lebih effisien dibandingkan dengan sistem pengadaan tenaga listrik jenis lainnya.
Klasifikasi jenis turbin air ada 2 jenis :
Pertama adalah jenis turbin aksi (impuls turbine)
Perubahan energi potensial menjadi energi kinetis terjadi pada guide apparat, dan perubahan energi kinetis menjadi energi mekanis terjadi pada runner (Turbine Pelton, Turbin Banki dll)
Kedua adalah jenis turbin Reaksi (Reaction Turbine)
Perubahan energi potential menjadi energi kinetis sebagian terjadi pada guide apparat dan sebagian lagi terjadi pada runner ,sehingga menjadi energi mekanis putar. (Turbin Fancis, Propeller dan Kapla)
b. Menentukan Head Netto
Head Bruto adalah perbedaan elevasi muka air atas ( Bak Penenang )
elevasi muka air bawah ( Tail Race ) Loses Head
a) Kerugian karena gesekan aliran b) Kerugian kerena katup
c) Kerugian karena saringan d) Kerugian karena belokan
e) Kerugian karena kontraksi diameter
Loses Head pada dasarnya merupakan fungsi debit aliran dihitung untuk masing-masing PLTMH.
37
c. Menentukan Q desain
Pemilihan Q desain sangat penting, karena akan menentukan besarnya kapasitas pembangkit, sekaligus kWh yang di bangkitkan dan infestasi yang akan di keluarkan.
Pemilihan Q desain yang besar akan memberikan kWh yang besar, namun memerlukan investasi yang besar pula. Sebaliknya pemilihan Q desain yang kecil akan membutuhkan investasi yang relatip kacil, tetapi kWh yang dibangkitkan akan kecil dan banyak yang terbuang seharusnya dimanfaatkan. Karena itu pemilihan Q desain harus ditentukan secara bijaksana dan seksama.
d. Menentukan Kapasitas Pembangkit (studi Meja)
Ditentukan dengan menggunakan rumus : P = H eff x Q desain x 9,8 x ŋ
P = Kapasitas pembangkit (k W) H = Head effectif (m)
Q = debit desain yang diperlukan 9,8 = factor konversi satuan
Ŋ = effisiensi turbin (%)
e. kWh yang dibangkitkan per tahun
Energi listrik (kWh) yang dibangkitkan per tahun dihitung dengan rumus sebagai berikut :
kWh per tahun = H eff x Q ratex 9,8 x ŋ x 365 x 24
38 Tabel : 6-3 Kapasitas Pembangkit
PLTM Data Asumsi
f. Menentukan Jenis Turbin
Jenis turbin air yang akan digunakan dapat ditentukan atas putaran spesifik, tinggi air dan debit air, tetapi yangpaling menentukan adalah oleh putaran spesifikasinya.
P05 h.1,25
Data asumsi dari studi meja : H net = 100 meter Debit air yang di-desain : Q = 9,6 00 m³/det Debit air yang tersedia rata-rata : Q= 11,451 m³/det
Tabel 6.4. Perhitungan Putaran Spesifik Turbin NS =
Putaran Spesifik
Ns H.50 H.65 H.75 H.80 H.85 H.100
Turbin rpm rpm rpm rpm rpm rpm
260 472,73 590,91 650 727,12 787,18
270 490,91 613,64 675 750 818,18
280 509,09 636,36 700 777,78 848,48
290 529,27 659,09 725 805,53 878,79
300 545,45 681,62 750 833,34 909,09
310 563,64 704,55 775 861,11 939,39
320 581,82 727,27 800 888,89 969,7
330 600 750 825 916,67 1000
340 618,18 772,73 850 944,44
350 636,36 795,45 875 972,22
360 654,55 818,18 900 1000
370 672.73 840,91 925 1037
380 690,91 863,54 950
390 709,91 886,36 975
400 727,27 909,09 1000
39 Dari perhitungan diatas, ada beberapa alternatif untuk pemilihan jenis turbin air jenis yang akan digunakan. Pemilihan berdasarkan table 6-4. Dapat dilihat bahwa turbin air dengan putaran spesifikasi Ns 220 – 350 termasuk jenis Turbin Francis Ns tinggi, sehingga dimensi dan berat generator menjadi relatif besar, berpengeruh terhadap perlatan elektromekanik.
Tabel 6.5 Klasifikasi Turbin berdasarkan putaran spesifik
Ns Turbin Jenis Turbin 4-35 lton dengan 1 Nozel 17-30 lton dengan 1 Nozel 24-70 lton dengan 1 Nozel 80-120 Francis Ns rendah 120-220 Francis Ns sedang 220-350 Francis Ns tinggi 350-430 Francis Ns ekspress 300-1000 Keplan dan Propeller
40
BAB VI
ANALISA BIAYA PEMBANGUNAN
6.1. Umum
Berdasar studi optimasi yang menghasilkan rancangan awal Tata letak PLTMH, dapat dilakukan analisa kebutuhan biaya pembangunan yang bersifat umum dan standar. Biaya yang dapat dianalisis adalah biaya pekerjaan yang bersifat fisik, termasuk biaya pekerjaan identifikasi, study dan perancanaan, dimana perhitungan volumenya pekerjaan berdasarkan debit air instalasi yang di manfaatkan yang berkeandalan antara 70% s/d 80% Perhitungan biaya perkerjaan ini mempunyai 2 (dua) tujuan utama, yaitu untuk memberikan informasi awal tentang perkiraan biaya pembangunan PLTMH ini dengan ketelitian sesuai dengan tahapan desain dan untuk memberikan data awal untuk analisa kelayakan ekonomi dan finansial.
6.2. Metode Analisa
Analisa perhitungan biaya pekerjaan dilakukan dengan cara : 1. Menghitung perkiraan biaya langsung pekerjaan sipil
A. Membuat rincian pekerjaan sipil sesuai bagian bangunan sipil dan jenis pekerjaan ,serta memberikan volume pekerjaan.
B. Menghitung biaya harga satuan
2. Menghitung perkiraan biaya peralatan mekanikal elektrikal
a. Rincian jenis dan jumlah peralatan yang elektromekanik yang diperlukan termasuk pemasangan.
b. Menghitung harga satuan peralatan elektromekanik yang terperinci dan harga pemasangan elaktromekanik.
41
6.3. Formasi Perhitungan
Formasi Harga Berdasarkan Jenis Pekerjaan.
1. Pekerjaan Pengadaan Lahan
2. Pekerjaan Persiapan terdiri atas :
a. Pekerjaan Survai, Studi Kelayakan Final dan Detail Engineering Design (DED)
b. Manajemen dan Pendanaan
3. Pekerjaan Sipil
a. Bendung dan Intake Gate
b. Pekerjaan Kolam Pengendap Pasir dan Pelimpah c. Pekerjaan Saluran Penghantar
d. Pekerjaan Bak Penenang dan Pelimpah
e. Pekerjaan Gedung Sentral dan Saluran Pembuang f. Pekerjaan Sarandang Hubungan 20 kV
g. Pekerjaan Jalan Masuk dan Jembatan
h. Pekerjaan Pembuatan Rumah Operator dan Kantor
4. Pekerjaan Pipa Pesat
5. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
42
6.4. Rencana Anggaran Biaya
REKAPITULASI PERKIRAAN BIAYA PLTMH KARANGTALUN
TEMANGGUNG-JAWA TENGAH
Potensi : 2x 4.000 kW
No ITEM PEKERJAAN BIAYA % KETERANGAN
1 Land Acquitation 3.000.000.000 4,8% 5 Ha x 2 x 25000 IDR
2 Planning Design 2.586.100.000 4,1%
3 Management & Financing 1.717.320.000 2,7%
4 Civil Work 14.088.080.000 22,5%
Fasilitas Konstruksi 1.056.550.000 1,7%
Jalan Proyek 830.000.000 1,3%
Bendung & Intake 4.870.000.000 7,8% H 10m, W 25m Kolam Penangkap Pasir (de-sand) 974.000.000 1,6% (40% x Bendungan) Saluran Pembawa (water way) 1.400.000.000 2,2% 2-3 x 3 x 1.400 m Kolam Penenang & Pelimpah 2.800.000.000 4,5% (2 x Saluran Pembawa)
Gedung Sentral 1.561.000.000 2,5%
Saluran Buang 592.180.000 0,9%
Jalan Masuk 572.630.000 0,9%
Rumah Operator & Kantor 488.270.000 0,8%
5 Pipa Pesat (Penstok) 13.924.100.000 22,2% D 1000, t 15, L 720M*
6 Mechanical & Electrical 21.855.840.000 34,9%
Mekanikal (Turbin, Generator, dll) 19.855.840.000 31,7%
Switchgear 2.000.000.000 3,2%
7 Connection Cable JTM (20kV) 4.000.000.000 6,4% ~ 25 Km ke Weleri**
8 CONTINGENCIES 1.529.286.000 2,5%
Total Biaya 62.700.726.000
Catatan :
*pipa penstok menggunakan 1 saluran dengan Dia. ~ 1.600 mm, kemudian dibuat cabang 2 manakala sudah dekat ke turbin
43
BAB VII
STUDI KEEKONOMIAN
7.1. Tujuan
Studi keekonomian dilakukan untuk menentukan kelayakan proyek berdasar pilihan skema, debit instalasi dan kapasitas instalasi dengan menggunakan metode tekno ekonomi yang didasarkan pada batasan batasan teknis, biaya investasi, biaya operasi dan pendapatan.
Penentuan pemilihan skema seperti yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu didasarkan pada data alternatif lokasi bendung pengambilan, saluran penghantar, bak penenang dan gedung sentral, dan bangunan bangunan lain, dengan batasan untuk mendapatkan head (ketinggian) sebesar 100 m, sehingga diperoleh daya yang maksimal. Pemilihan tersebut juga memperhitungkan optimasi pembiayaan proyek.
Dengan demikian dapat di susun perhitungan biaya investasi dengan masing masing scheme untuk masing masing schenario debit instalasi yang berbeda, dan harga jual listrik per kWh berbeda.
Bunga modal sebeser 12% yang ditentukan, dihitung Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NVP), Payback Periode (PP) dan Benefit Cost Ratio (BRC) proyek dengan memperhatikan hasil perhitungan cash flow yang rasional dan aman (net cash flow selalu positif).
7.2. Batasan
Sebagai dasar perhitungan studi, beberapa batasan yang di ambil antara lain : 1. Biaya investasi tersedia pada tahun pertama.
2. Bunga bank (interest rate) : 12% 3. Lama pendanaan (pinjaman bank) : 5-6 tahun
44 5. Eskalsi biaya O&M (min. inflasi) : 10% - 20%
6. Eskalasi harga penjualan : -
7. Umur ekonomi proyek : 20 tahun
7.3. Kesimpulan Finansial
Setelah dianalisa dan dilakukan pengkajian yang mendalam, proyek pembangunan PLTMH akan layak dijalankan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data produksi dan Biaya
a. Annual power for sale (kWh) 35.606.447
b. Harga jual/kWh Rp 656,00,-
c. Total biaya produksi/kWh Rp 360,85,-
d. Umur Proyek (tahun) 20 Tahun
e. Biaya Investasi sebelum pajak Rp
62.700.726.000,-f. Total Investment (Inv+VAT+IDC) Rp 74.764.345.700,-
2. Pendanaan
a. Pinjaman dari bank (70 %) Rp 48.279.560.000,- b. Modal sendiri (30 %) Rp 20.691.240.000,-
c. Bunga pinjaman 12 %
d. Lama pinjaman 5 Tahun
e. Pinjaman dibagi kedalam 2 tahap dengan pergeseran 1 tahun dengan 1 tahun pertama hanya pembayaran bungan pinjaman.
45 3. Hasil Analisis
Hasil analisis keuangan dengan discount factor sebesar 12%, dihasilkan nilai indikator kelayakan proyek sebagai berikut :
46
BAB VIII
KESIMPULAN
Dari hasil studi meja yang diteruskan dengan tinjauan melalui pengukuran dengan GPS dan analisa data Geologi dan Hidrologi dilokasi rencana pembangunan PLTMH pada Daerah Aliran Sungai Logung dan sekitarnya dapat di simpulkan bahwa potensi teoritis :
Head : 100 meter
Debit air Q 275 hari : 9,59 m³/det
P teoritis : 8,000 kiloWatt
Berdasarkan potensi teoritis Head nett, debit air serta kapasitas pembangkit tersebut dapat dirumuskan data analisa keuangan sebagai berikut :
IRR : 14,22
NPV : 15,14 Miliar
Payback Period : 8,7 Tahun Benefit Cost Ratio : 1,7
Hasil pembangkit PLTMH tersebut direncanakan dapat di interkoneksikan dengan sistem jaringan milik PT PLN (PERSERO) Jawa Tengah-Cabang Weleri II. Tegangan Menengah 20 kV disalurkan melalui feeder Express ke Gardu Induk Sistem (GIS) yang terdekat.
Hasil studi ini akan di evaluasi terus untuk mencari kemungkinan adanya penambahan tinggi jatuh (H net) pada setiap titik potensial PLTMH sehingga perencanaan untuk peralatan Elektromekanik dapat dibuat optimal dan standard.
Berdasarkan hasil analisa potensi teoritis serta analisa keuangan yang telah dirumuskan, dapat disimpulkan bahwa pembangunan PLTMH Karang Talun