• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sejarah Pemikiran Pendidikan Isl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sejarah Pemikiran Pendidikan Isl"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Sejarah Pemikiran Pendidikan Rakyat Indonesia pada Masa

Reformasi

DosenPembimbing

:

Dr. Muhammad Idris Tunru. S.Ag,M.A.g

Penyusun :

Yustika Mokoginta

Nim : 15.2.3.003

Podi : PAI

FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah sejarah

pemikiran pendidikan Islam dengan baik,

Setelah mempelajari makalah ini, maka anda akan mengetahui bagaimana

sejara pemkiran pendiidkan rakyat Indonesia pada masa Reformas. Akhir kata

kami mengucapkan terimakasih kepada para pembaca yang senantiasa

mendukung dan memberikan kritik dan sarannya yang bisa memperbaiki

makalah ini menjadi lebih baik.

Manado, 2 Januari 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..……..

Daftar Isi………...……..

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…..………..

2. Rumusan Masalah………...

BAB II PEMBAHASAN

1. Faktor munculnya Reformasi………..

2. Proses Pendidikan Pada Masa Reformasi………

3. Perkembangan Pendidikan Pada Masa Reformasi…..…………

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik secara

konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik,

ekonomi, hukum,sosial dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan

prinsip kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Gerakan Reformasi lahir sebagai

jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan.Krisis politik,

ekonomi, hukum dan krisis sosial merupakan faktor-faktor yang mendorong

lahirnya gerakan reformasi.Bahkan krisis kepercayaan telah menjadi salah satu

indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak

boleh ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat indonesia

mendukung sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.

Pendidikan era reformasi telah melahirkan sejumlah kebijakan strategis

dalam bidang pendidikan yang pengaruhnya langsung dapat dirasakan oleh

masyarakat secara luas dan menyeluruh, bukan hanya bagi sekolah umum yang

bernaung dibawah Kementerian Pendidikan Nasional saja, melainkan juga berlaku

bagi madrasah dan Perguruan Tinggi yang bernaung di bawah Kementerian

Agama.

B. Rumusan Masalah

1.Jelaskan Faktor Penyebab Munculnya Reformasi

2.Bagaimana Proses Pendidikan Indonesia Pada Masa Reformasi?

(5)

BAB PEMBAHASAN A. Faktor Penyebabnya Munculnya Reformasi

Setelah Orde Baru memegang kekuasaan dan mengendalikan

pemerintah, muncul satu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaanya atau “status quo”. Hal ini menimbulkan ekses-ekses negative, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya berbagai

macam penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan

ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh

pemerintah Orde Baru.Penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukannya

itu direkayasa untuk melindungi kepentingan penguasa, sehingga hal tersebut

selalu dianggap sah dan benar, walaupun merugikan rakyat.1 Adapun

faktor-faktor yang mendorong munculnya reormasi, yaitu :

a. Krisi Politik

Di bidang politik pemerintah Orde Baru memiliki cara tersendiri untuk

menciptakan stabilitas yang diinginkan, salah satunya dengan menjadikan

Golkar sebagai mesin politik. Di dalam tubuh Golkar terdapat tiga jalur yang

menjadi tumpuan kekuatanya, yaitu ABRI, birokrat dan glkar (jalur

ABG).Tidak mengherankan jika Golkar selalu menjadi pemenang dalam

pemilu-pemilu selama Orde Baru.Keberadaan Golkar yang sebenarnya

diperlukan sebagai sarana dan arena penyalur aspirasi rakyat, ternyata

dijadikan sebagai alat kekuasaan atau alat penguasa untuk melanggengkan

kekuasaanya.2

1

Brata Trisnu Nugroho.2006.Prahara Reformasi Mei 1998.semarang:UPT UNNES

Press,2006.

2

Nur Siwi Ismawati dan Sri Widiastuti.1012. Sejarah SMA/MA Kelas XII Semester

(6)

Sistem perwakilan pun bersifat semu, bahkan hanya dijadikan sarana

untuk melanggengkan sebuah kekuasan secara sepihak.Dalam setiap pemilihan

Presiden melalui lembaga MPR, Soeharto selalu terpilih.Otoriterianisme

merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

termasuk kehidupan politik.Banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR

tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.Hal ini terjadi karena

demokratisasi dibangun melaui KKN.

Sebagian menganggap bahwa reformasi sudah tercapai manakala

penyelenggara negara yang sudah 32 tahun berhenti, sehingga bagi mereka

mundurnya Presiden Soeharto pada hari kamis, 21 mei 1998 merupakan

puncak kemenangan. Ada yang memandang reformasi sebagai upaya

pembersihan penyakit KKN dan kawan-kawan, sehingga identik dengan

penciptaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.Reformasi juga diartikan

perubahan terhadap semua sistem kepemerintahan secara Totolitas.3

Ketidakberesan juga dapat dilihat dari konsep Dwifungsi ABRI yang

telah berkembang menjadi kekaryaan.Peran kekaryaan ABRI semakin masuk

dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.Bidang-bidang yang

seharusnya masyarakat berperan lebih besar ternyata ditempati oleh personil

TNI/Polri seperti jabatan lurah, bupati, walikota dan gubernur pada masa Orde

Baru banyak diduduki oleh militer.Dunia bisnispunbahkan tak luput dari

intervensi TNI/Polri.

Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya

kepada institusi pemerintah, DPR dan MPR.Ketidakpercayaan itulah yang

mendorong munculnya gerakan reformasi.Kaum reformis yang dipelopori oleh

kalangan mahasiswa yang didukung para dosen dan rektornya mengajukan

tuntutan untuk mengganti presiden, reshuffle kabinet dan menggelar Sidang

Istimewa MPR serta melaksanakan Pemilu secepatnya. Gerakan reformasi

3

(7)

menuntut untuk dilakukan reformasi total disegala bidang, termasuk

keanggotaan DPR dan MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.

Setahun sebelum pemilihan umum tahun 1997 diselenggarakan pada

bulan mei, situasi politik di Indonesia mulai memanas. Pemerintahan Orde

Baru yang didukung oleh Golkar berusaha untuk memenangkan Pemilu secara

mutlak seperti pemlu-pemilu sebelumnya. Sementara itu tekanan-tekanan

terhadap pemerintahan Orde Baru di masyarakat semakin berkembang biak

dari kalangan politisi, cendekiawan dan mahasiswa. Tuntutan masyarakat

terhadap perubahan kebijakan pemerintah tentang masalah politik, ekonomi

dan hukum terus bergulir seperti bola salju.Keberadaan partai-partai yang ada

di legislative seperti PPP, GOLKAR dan PDI dianggap tidak mampu

menampung dan memperjuangkan aspirasi rakyat.

Sepanjang tahun 1996 terjadi pertikaian sosial dan politik di

dalam kehidupan masyarakat, seperti pada bulan Oktober 1996 terjadi

kerusuhan di Situbondo (Jawa Timur), bulan Desember 1996 terjadi kerusuhan

di Tasikmalaya (Jawa Barat) dan di Sanggau Ledo (Kalimantan Barat) yang

meluas ke Singkawang dan Pontianak. Terjadinya ketegangan politik

menjelang pemilihan umumtahun 1997 telah menjadi pemicu terjadinya

kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan konflik antar etnis yang

berbeda.Pada bulan Maret 1997 terjadi kerusuhan di Pekalongan dan meluas ke

berbagai wilayah di Indonesia.Menjelang akhir kampanye pemilihan umum

1997 meletus kerusuhan di Banjarmasin yang memakan banyak korban jiwa.

Pemilu tahun 1997 dimenangkan secara mutlak oleh Golkar, PPP

berhasil menambah kursi, sementara suara PDI menurun secara

drastis.Kemenangan Golkar tentu saja kembali menghantarkan Soeharto mejadi

Presiden RI untuk priode 1998 – 2003.Namun dikalangan masyarakat yang

dimotori oleh para mahasiswa berkembang satu arus yang sangat kuat menolak

pencalonan kembali Soeharto menjadi presiden.Akibatnya timbul tekanan

(8)

kalangan intelektual.Di samping itu, larangan beroposisi terhadap pemerintah

telah menimbulkan penculikan-penculikan terhadap para aktivis mahasiswa

dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

b. Krisis Hukum

Pelaksanaan hukum di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru

terdapat banyak ketidakadilan.Misalnya, kekuasaan kehakiman yang dalam

pasal 24 UUD 1945 dinyatakan sebagai badan yang memiliki kekuasaan yang

bebas dan terlepas dari kekusaan pemerintah (independen).Akan tetapi dalam

kenyataanya kekuasaan kehakiman berada dibawah kekuasaan pemerintah,

sehingga pengadilan menjadi lembaga yang sulit untuk memberi keadilan bagi

rakyat. Jadi dapat dikatakan selama pemerintahan Orde Baru hakim-hakim

menjadi pelayan para penguasa, bahkan hukum sering dijadikan alat untuk

membenarkan tindakan dan kebijakan pemerintah atau sering terjadi rekayasa

dalam proses peradilan apabila proses tersebut menyangkut diri penguasa,

keluarga dan kerabat atau pejabat negara. Hal ini dapat dilihat pasca jatuhnya

Presidan Soeharto, hukum tidak bisa menjerat para konglomerat dan politisi

nakal yang telah menggunakan uang rakyat.Hal ini jelas menunjukan bahwa

hukum telah diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa.

c. Krisis Ekonomi

Krisis moneter yang melanda negar-negara di kawasan Asia Tenggara

sejak Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian di

Indonesia.Perekonomian yang dibangun pemerintah Orde Baru ternyata rapuh

dan tak mampu menahan badai krisis moneter tersebut.Di pasaran mata uang

dunia nilai rupiah terus merosot terhadap dolar Amerika.Sebagai gambaran,

pada tahun 1996 nilai rupiah terhadap dollar adalah Rp. 6.000 per $ US dan

pada bulan Desember 1997 rupiah terpuruk hingga posisi Rp. 6.400 per $

US.Memasuki tahun 1998 kemerosotan nilai rupiah semakin drastis.Pada

(9)

Mei rupiah mencapai Rp. 12.800 per $ US, bahkan dalam perdagangan valuta

asing nilai rupiah terperosok dalam Rp. 16.000 per $ US.

Krisis moneter memicu terjadinya kemerosotan ekonomi secara

meluas.Perbankan nasional terpuruk dan banyak bank beku operasi

(BBO).Dunia usaha, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM), tidak

berkutik dan banyak gulung tikar.Pemutusan hubungan kerja (PHK) tampak

terjadi di banyak tempat.Harga sembilan bahan kebutuhan pokok (Sembako)

yang menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari melambung tinggi, bahkan

sempat menjadi kelangkaan.

Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat, seperti

terjadi di wilayah Irian Barat (Papua).Nsa Tenggara Timur dan termasuk di

beberapa daerah di Pulau Jawa.Sementara itu, untuk mengatasi kesulitan

moneter, pemerintah meminta bantuan IMF. Namun, kucuran dana dari IMF

yang sangat diharapkan oleh pemerintah Indonesia belum terealisasi, walupun

pada tanggal 15 Januari 1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir

kesepakatan (Letter of intent atau LOI) dengan IMF.

Sebenarnya, pada saat yang bersamaan krisis moneter terjadi pula di

beberapa negara.Krisis ini merupakan imbas dari ekonomi global yang diduga

di sebabkan oleh perilaku spekulan. Krisis moneter terjadi di Korea Selatan,

Filipina, Thailand, malaysia dan Indonesia. Jika dibandingkan dengan

negara-negara Asia tersebut, Indonesia sangat merasakan dampak paling buruk.Hal ini

disebabkan oleh rapuhnya fondasi perekonomian Indonesia.Crony

capitalism, demikian istilah untuk meyebut pembangunan ekonomi Indonesia

selama perjalanan Orde Baru, telah membuat struktur ekonomi menjadi rapuh

terhadap gejolak-gejolak eksternal.

Krisis moneter dan ekonomi merebak semakin meluas dan menjadi

krisis multidimensional. Di tengah situasi semakin melemahnya nilai rupiah,

(10)

menuntut agar pemerintahan segera mengadakan pemulihan ekonomi, sehingga

harga-harga sembako turun, tidak lagi ada PHK dan lain sebagainya.

B. Proses Pendidikan Pada Masa Reformasi

Era reformasi melahirkan keterkejutan budaya, bagaikan orang yang

terkurung dalam penjara selama puluhan tahun kemudian melihat tembok

penjara runtuh.Mereka semua keluar mendapati pemandangan yang sangat

berbeda, kebebasan dan keterbukaan yang nyaris tak terbatas.Suasana

psikologis eforia itu membuat masyarakat tidak bisa berfikir jernih, menuntut

hak tapi lupa kewajiban, mengkritik tetapi tidak mampu menawarkan solusi.4

Masyarakat pendidikan tersadar bahwa SDM produk dari sistem

pendidikan nasional kita tidak bisa bersaing dalam persaingan global sehingga

kita hanya mampu mengekspor tenaga kerja PRT, sebaliknya tenaga skill pun

di dalam negeri harus bersaing dengan tenaga skill dari luar.Problemnya,

output pendidikan yang bermutu itu baru dapat dinikmati 20-25 tahun

kemudian. SDM kita yag tidak kompetetif hari ini adalah juga produkdari

sistem pendidikan sejak 20-30 tahun yang lalu. Untuk mengubah sistem

pendidikan secara radikal juga punya problem, yaitu tenaga guru yang kita

miliki adalah produk dari sistem pendidikan yang tidak tidak tepat.Dalam

konsep IKIP guru adalah instrument pendidikan, bukan tokoh yang bisa

mentransfer kebudayaan kepada anak didiknya.Lingkaran setan inilah yang

sulit diputus.5

Reformasi pendidikan merupakan hukum alam yang akan mencari

jejaknya sendiri, khususnya memasuki masa milenium ketiga yang mengglobal

dan sangat ketat dengan persaingan. Agar kita tidak mengalami keterkejutan

budaya dan merasa asing dengan dunia kita sendiri, refleksi pendidikan ini

4 Anderson, Don., S. and Biddle, Bruce, J., Knowledge for Policy: Improving Education Trough Research, The Falmer Press, New York, 1991.

5

Boediono, Dampak Krisis Ekonomi dan Moneter Terhadap Pendidikan, Pusat Penelitian

(11)

setidaknya merupakan sebuah potret diri agar dikemudian hari kita tidak lupa

dengan wajah diri kita sendiri (Suyanto & Hisyam, 2000: 2).Perubahan yang

sangat menonjol pada era reformasi adalah dilaksanakannya otonomi daerah

sebagai implementasi dari UU No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah.

Lebih lanjut, tantangan yang berkaitan dengan regulasi adalah kondisi UU No.

2/1989 tentang sistem pendidikan nasional (UU SPN) yang menganut

manajemen pendidikan sentralistis/k dan masih lebih menitikberatkan

penyelenggaraan pendidikan pada pemerintah, yang tidak lagi sesuai dengan

prinsip otonomi daerah.

Dari segi kualifikasi tenaga guru di Indonesia masih jauh dari harapan.

Hal ini ditunjukkan oleh statistik sebagai berikut: dari jumlah guru SD

sebanyak 1.141.161 orang, 53% diantaranya berkualifikasi D-II atau statusnya

lebih rendah. Dari jumlah guru SLTP sebanyak 441.174 orang, 36%

berkualifikasi D-II atau lebih rendah, 24,9% berijasah D-III kemudian dari

346.783 orang guru sekolah menengah, sebanyak 32% masih berkualifikasi

D-III atau lebih rendah statusnya. Sementara itu pengangkatan tenaga pendidik

yang baru setiap tahun hanya dipenuhi 25% dari usulan kebutuhan akan tenaga

pendidik (Soearni, 2003: 396 – 397).

Implikasi dari situasi bangsa Indonesia seperti itu adalah dalam waktu

kurang dari satu dasawarsa ini sering terjadi pergantian kabinet sesuai dengan

presiden yang berkuasa.Hal ini tentu saja membawa dampak secara tidak

langsung terhadap sistem pendidikan di Indonesia.Pergantian kabinet, termasuk

menteri pendidikan nasional dapat berdampak seringnya terjadi pergantian

kurikulum pendidikan yang diterapkan di seluruh Indonesia.6

Pendidikan di Indonesia pada masa Reformasi terbagi menjadi 3, yaitu:

a. Politik Pendidikan pada masa Reformasi

6

Suyanto & Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki

(12)

Masa reformasi terjadi pada tahun 1998, dimana mahasiswa Indonesia

melakukan Power People (demo besar- besaran) untuk menjatuhkan orde baru

atau pemerintahan Soeharto yang sudah berlangsung selama 32 tahun. Demo

besar- besaran ini kemudin membuahkan hasil, presiden Soeharto yang

militeristik dan diktator kemudian mengundurkan diri dari jabatannya pada

tanggal 21 Mei 1998.Tanggal ini kemudian di tetapkan sebagai puncak

terjadinya reformasi. Masa reformasi menghendaki adanya perubahan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik

secara konstitusional.Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang

politik, ekonomi, pendidikan, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik,

demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.7

Perubahan yang sangat menonjol pada era reformasi adalah

dilaksanakannya otonomi daerah sebagai implementasi dari UU No. 22/1999

tentang pemerintahan daerah.Kebijkan tersebut juga berdampak pada berbagai

sektor kehidupan, termasuk pada aspek pendidikan.

Dari segi kualifikasi tenaga guru di Indonesia masih jauh dari harapan.

Hal ini ditunjukkan oleh statistik sebagai berikut: dari jumlah guru SD

sebanyak 1.141.161 orang, 53% diantaranya berkualifikasi D-II atau statusnya

lebih rendah. Dari jumlah guru SLTP sebanyak 441.174 orang, 36%

berkualifikasi D-II atau lebih rendah, 24,9% berijasah D-III kemudian dari

346.783 orang guru sekolah menengah, sebanyak 32% masih berkualifikasi

D-III atau lebih rendah statusnya. Sementara itu pengangkatan tenaga pendidik

yang baru setiap tahun hanya dipenuhi 25% dari usulan kebutuhan akan tenaga

pendidik (Soearni, 2003: 396 – 397).

Dari aspek pendidikan pada era reformasi, Kuantitas dan kualitas guru

lebih meningkat daripada masa orde baru dan orde lama, karena pemerintah

pusat melakukan pemerataan jumlah guru dan mengadakan perubahan

7

Riant Nugroho, Pendidikan Indonesia: harapan, visi, dan strategi,(Yogyakarta: Pustaka

(13)

kurikulum dengan berbasis pada kompetensi (KBK), selain itu pihak

pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari APBN.8

b. Kurikulum Islam Pendidikan pada Masa Reformasi

Sering terjadi jika suatu negara mengalami perubahan pemerintahan,

politik pemerintahan itu mempengaruhi pula bidang pendidikan yang sering

mengakibatkan terjadinya perubahan kurikulum yang berlaku. Sebagai contoh

setelah Indonesia merdeka pra Orde Baru terjadi dua kali perubahan

kurikulum, yang pertama dilakukan dengan dikeluarkannya rencana pelajaran

tahun 1947 yang menggantikan seluruh sistem pendidikan kolonial, kemudian

pada tahun 1952 kurikulum ini mengalami penyempurnaan dan dan diberi

nama Rencana Pelajaran Terurai 1952. Perubahan kedua terjadi dengan

dikeluarkannya rentjana pendidikan tahun 1964, perubahan tersebut terjadi

karena merasa perlunya peningkatan dan pengejaran segala ketertinggalan

dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu alam dan matematika.

Seiring dengan terjadinya perubahan politik dan bergantinya rezim

Orde Baru dan terjadinya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945

menyebabkan eksistensi Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) dirasakan tidak lagi memadai dan tidak lagi

sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut

dipandang perlu menyempurnakan UUSPN tersebut, dan pada tahun 2003

dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

dan Presiden Republik Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian lebih dikenal

dengan UU SISDIKNAS.

Sesuai dengan tuntutan UU SISDIKNAS pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan yang menyebabkan kurikulum yang berlaku di sekolah adalah

8

(14)

kurikulum yang sesuai dengan standar nasional pendidikan. Agar kurikulum

yang digunakan di sekolah sesuai dengan standar Nasional pendidikan maka

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan

Menteri pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi yang di

dalamnya memuat tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban

belajar, kalender pendidikan, standar kompetensi dan kompetensi dasar.9 Untuk

sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Departemen Agama tidak

ketinggalan Menteri Agamapun mengeluarkan Peraturan Menteri Agama No. 2

Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan

Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Perubahan dan perbaikan kurikulum itu wajar terjadi dan memang

harus terjadi, karena kurikulum yang disajikan harus senantiasa sesuai dengan

segala perubahan dan perkembangan yang terjadi. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Subandijah (1993:3), bahwa : Apabila kurikulum itu

dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka kurikulum

dalam kedudukannya harus memiliki sipat anticipatori, bukan hanya sebagai

reportorial. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus dapat meramalkan kejadian

di masa yang akan datang, tidak hanya melaporkan keberhasilan peserta didik.

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1

ayat 19 dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum harus

mencerminkan kepada falsafah sebagai pandangan hidup suatu bangsa, karena

ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa itu kelak, banyak

ditentukan dan tergambarkan dalam kurikulum pendidikan bangsa tersebut.

9

Suyanto dkk, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium

(15)

Sehingga kemudian masuknya model pendidikan sekolah membawa

dampak yang kurang menguntungkan bagi umat Islam saat itu, yang mengarah

pada lahirnya dikotomi ilmu agama (Islam) dan ilmu sekuler (ilmu umum dan

ilmu sekuler Kristen).Dualisme model pendidikan yang konfrontatif tersebut

telah mengilhami munculnya gerakan reformasi dalam pendidikan pada awal

abad dua puluh.Gerakan reformasi tersebut bertujuan mengakomodasi sistem

pendidikan sekolah ke dalam lingkungan pesantren.

Dualisme pendidikan Islam juga muncul dalam bidang manajerialnya,

khususnya di lembaga swasta.Lembaga swasta umumnya memiliki dua top

manager yaitu kepala madrasah dan ketua yayasan (atau pengurus). Meskipun

telah ada garis kewenangan yang memisahkan kedua top manager tersebut,

yakni kepala madrasah memegang kendali akademik sedangkan ketua yayasan

(pengurus) membidangi penyediaan sarana dan prasarana, sering di dalam

praktik terjadi overlapping. Masalah ini biasanya lebih buruk jika di antara

pengurus yayasan tersebut ada yang menjadi staf pengajar.Di samping ada

kesan mematai-matai kepemimpinan kepala madrasah, juga ketika staf

pengajar tersebut melakukan tindakan indisipliner (sering datang terlambat),

kepala madrasah merasa tidak berdaya menegumya.

Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan

daerah, yang diperkuat dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah, maka pendidikan digiring pada pengembangan

lokalitas, di mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat

berperan aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan.

Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem pendidikan

Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi sektor

(16)

Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU No.20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional menggantikan UU No 2 tahun 1989., dan

sejak saat itu pendidikan dipahami sebagai:

“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

pendidikan di masa reformasi juga belum sepenuhnya dikatakan

berhasil. Karena, pemerintah belum memberikan kebebasan sepenuhnya untuk

mendesain pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan lokal,

misalnya penentuan kelulusan siswa masih diatur dan ditentukan oleh

pemerintah. Walaupun telah ada aturan yang mengatur posisi siswa sebagai

subjek yang setara dengan guru, namun dalam pengaplikasiannya, guru masih

menjadi pihak yang dominan dan mendominasi siswanya, sehingga dapat

dikatakan bahwa pelaksanaan proses pendidikan Indonesia masih jauh dari

dikatakan untuk memperjuangkan hak-hak siswa.

Ada beberapa kesalahan dalam pengelolaan pendidikan pada masa ini,

telah melahirkan hasilnya yang pahit yakni:

1. Angkatan kerja yang tidak bisa berkompetisi dalam lapangan kerja

pasar global.

2. Birokrasi yang lamban, korup dan tidak kreatif.

3. Masyarakat luas yang mudah bertindak anarkis.

4. Sumberdaya alam (terutama hutan) yang rusak parah.

5. Hutang Luar Negeri yang tak tertanggungkan.

6. Merajalelanya tokoh-tokoh pemimpin yang rendah moralnya.

Berkenaan dengan kurikulum pendidikan agama Islam, Shaleh (2006:

90) mengemukakan ada beberapa ketentuan yang menjadi landasan

(17)

1. Asas

Muhammd al-Thoumy al-Syaibany, mengemukakan bahwa Asas-asas

umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum pendidikan agama itu

adalah sebagai berikut:

1) Asas agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem

pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya

pada ajaran Islam yang meliputi akidah, ibadah, muamalah dan

hubungan-hubungan yang berlaku di dalam masyarakat.

2) Asas falsafah

Dasar filosofis memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam,

sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung kebenaran,

terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pendangan hidup.

3) Asas psikologi

Kurikulum pendidikan Islam disusun dengan mempertimbangkan

tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui peserta didik.

4) Asas social

Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi

individu dalam masyarakatnya.

2. Asas tujuan

Pada tujuan pendidikan agama Islam baik SD, SMP, maupun SMA,

secara redaksional sama. Yaitu subtansinya adalah bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, ketakwaan dan ahlak mulia dengan melalui

pemberian pengetahuan dan pengalaman, sehingga setelah proses pendidikan

berakhir, peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berbangsa dan bernegara (Shaleh,

2006).

Lahirnya UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 boleh dikatakan sebagai awal

(18)

mengarah kepada pencapaian kompetensi siswa baik kompetensi Kognitif,

Afektif, maupun Psikomotor.

Penyusunan kurikulum sebagaimana disebutkan dalam pasal 36 ayat 3

bahwa Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

1. Peningkatan Iman Dan Takwa;

2. Peningkatan Akhlak Mulia;

3. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Dan Minat Peserta Didik;

Selanjutnya, pada pasal 37 secara berturut-turut dinyatakan bahwa

kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan tinggi wajib memuat pendidikan

agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, dan untuk pendidikan dasar dan

menengah masih diwajibkan materi lainnya (Soebahar, 2009).

Pada masa reformasi ini telah dikembangkan dua model kurikulum, yaitu

kurikulum KBK pada tahun 2004 dan KTSP pada tahun 2006, Dalam KBK

tahun 2004 untuk mata pelajaran PAI (kita ambil contoh di jenjang SMP),

Standar Kompetensi yang disajikan sangat sederhana tapi cukup mendalam dan

mencerminkan standar kompetensi pendidikan Islam yang menyeluruh

sebagaimana berikut:

1. Mengamalkan ajaran AL Qur’an /Hadits dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menerapkan aqidah Islam dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menerapkan akhlakul karimah (akhlaq mulia) dan menghindari akhlaq

terceladalam kehidupan sehari.

4. Menerapkan syariah (hukum Islam) dalam kehidupan sehari-hari).

5. Mengambil Manfaat dari Sejarah Perkembangan (peradaban) Islam

dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima Standar Kompetensi di atas berlaku untuk semua tingkat dari

kelas VII s.d Kelas IX dan masing-masing dari kelima standar kompetensi

(19)

cakupan materi yang cukup dalam dan luas. Sebagai contoh untuk standar

kompetensi dasar yang pertama di kelas VII diurai ke dalam lima kompetensi

Dasar yaitu:

1. Siswa mampu membaca, mengartikan dan menyalin surat

adduha

2. Siswa mampu membaca, mengartikan dan menyalin surat Al

Adiyat

3. Siswa mampu menerapkan hukum bacaan Alif lam syamsiyah

dan Alif lam qamariyah

4. Siswa mampu mempraktikan hukum bacaan Nun mati dan

Tanwin dan mim mati.

5. Siswa mampu membaca, mengartikan, dan menyalin hadits

tentang Rukun Islam.

Sementara dalam KBK tahun 2006 (KTSP), setandar kompetensi yang

disajikan untuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam adalah: sangat banyak

tapi bobotnya amat dangkal, untuk kelas VII terdapat 14 SK, untuk kelas VIII

terdapat 15 SK, dan untuk kelas IX terdapat 13 SK. Sebagai perbandingan

berikut kami kemukakan kompetensi PAI kelas VII semester I.

Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari

cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.

Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun

iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan

Qadar serta Asmaul Husna.

Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan

tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad,

(20)

Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan

jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat.Memahami dan meneladani

sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat serta menceritakan sejarah masuk

dan berkembangnya Islam di nusantara.

Adapun kurikulum-kurikulum yang dipakai pada masa reformasi yaitu

sebagai berikut:

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan

sebagai subjek dalam proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi

untuk memperoleh suatu pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam

memperoleh informasi.Kembali peran guru diposisikan sebagai fasilitator

dalam perolehan suatu informasi.

Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya

yang memenuhi unsur edukatif.Hal ini mutlak diperlukan mengingat KBK juga

memiliki visi untuk memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik siswa

sebagai subjek pendidikan. Berikut karakteristik utama KBK, yaitu:

a. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi.

b. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan

potensi siswa (normal, sedang, dan tinggi).

c. Berpusat pada siswa.

d. Orientasi pada proses dan hasil.

e. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat

kontekstual.

f. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.

g. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.

h. Belajar sepanjang hayat;

i. Belajar mengetahui (learning how to know),

(21)

k. Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be),

l. Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live together).

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan

yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu

mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini

guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus

dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.

Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak

untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan

siswa dan kepentingan lingkungan.KTSP lebih mendorong pada lokalitas

pendidikan.Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga

diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara terbuka

berdasarkan sistem ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh masing-masing

sekolah.10

Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan kepada

tempatnya semula yaitu unsur teoritis dan praksis.Namun, dalam kurikulum ini

unsur praksis lebih ditekankan dari pada unsur teoritis.Setiap kebijakan yang

dibuat oleh satuan terkecil pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran

dan jenis mata ajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan

sekitar.

c. Instituai Pendidikan Islam Pada Masa Reformasi

Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu

lingkungan.Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang berada di luar diri anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal

10

Rianti Nugroho, Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi, (Jogjakarta: Pustaka

(22)

yang nyata, seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, kepercayaan dan upaya

lain yang dilakukan manusia, termasuk di dalamnya adalah pendidikan.

Di dalam konteks pembangunan manusia seutuhnya, keluarga, sekolah

dan masyarakat akan menjadi pusat-pusat kegiatan pendidikan yang akan

menumbuhkan dan mengembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial,

susila dan religius. Dengan memperhatikan bahwa anak adalah individu yang

berkembang, ia membutuhkan pertolongan dari orang yang telah dewasa, anak

harus dapat berkembang secara bebas, tetapi terarah. Pendidikan harus dapat

memberikan motivasi dalam mengaktifkan anak.

Menurut Daulay dalam bukunya “Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaharuan Penddikan Islam Di Indonesia”, perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia hingga saat sekarang ini telah melalui tiga periodesasi.

Pertama, periode awal sejak kedatangan Islam ke idonesia sampai masuknya

ide-ide pembaharuan pemikiran Islam awal abad ke dua puluh.11 Periode ini

ditandai dengan pendidikan Islam yang terkonsentrasi di pesanren, dayah,

surau atau masjid dengan titik fokus adalah ilmu-ilmu agama yang bersumber

dari kitab-kitab klasik.Periode kedua, periode ini telah dimasuki oleh ide-ide

pembaharuan pemikiran Islam pada awal abad ke dua puluh.Periode ini

ditandai dengan lahirnya madrasah.Sebagian lembaga-lembaga pendidikan

Islam yang telah memasukkan mata pelajaran umum kedalam program

kurikulum pendidikan mereka, dan juga telah mengadopsi sistem pendidikan

modern seperti metode, manajerial, klasikal dan lainsebagainya. Ketiga,

pendidikan Islam telah terintegrasi kedalam sistem pendidikan Nasional sejak

lahirnya undang nomor 2 tahun 1989 dilanjutkan pula dengan

undang-undang No. 20 tahun 2003.

Sejak Indonesia merdeka, perkembangan pendidikan Islam di Indonesia

semakin memperlihatkan perkembangan yang signifikan.Pesantren,

berkembang dari bentuk tradisional (salafi) berkembang kepada pesantren

11

(23)

modern (khalafy).Pesantren bentuk kedua ini sekarang berkembang hampir

diseluruh Indonesia.Kemodernan dapat dilihat dari tiga segi.Pertama, mata

pelajaran telah seimbang antara materi ilmu agama dengan materi

ilmu-ilmu umum.Kedua, metode pengajaran telah bervariasi, tidak lagi semata-mata

hanya memakai metode sorogan, wetonan dan hafalan.Ketiga, pendidikan

agama Islam dikelola berdasarkan prinsip-prinsip manajemen pendidikan.

Di dalam lembaga sekolah, Pada tahun 2003 pendidikan agama Islam

dipertegas melalui undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 12, yang mana

pada periode sebelumnya pendidikan agama Islam kurang diperdulikan.

Pendidikan Islam sebagai lembaga adalah diakuinya keberadaan

pendidikan Islam sebagai lembaga formal, nonformal, dan informal. Sebagai

lembaga pendidikan formal diakui keberadaan madrasah yang setara dan sama

dengan sekolah. Pendidikan Islam dalam pengertian institusi adalah

institusi-institusi pendidikan Islam seperti: pondok pesantren, madrasah, sekolah umum

berciri KeIslaman, dan sebagainya.12

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 dijelaskan mengenai

ketentuan yang berkaitan dengan institusi pendidikan Islam. Sebagaimana

termaktub pada pasal 15 dan pasal 30 ayat (3-4), dinyatakan bahwa:

1) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur

pendidikan formal, nonformal, dan informal (pasal 3).

2) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,

pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis (pasal

4).

Lembaga pendidikan formal dijelaskan secara berurut dalam pasal

17, 18, 19 dan 20 mencakup pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi sebagaimana berikut:

12

(24)

1. Pasal 17

1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah.

2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah

Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah

menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pasal 18

1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum

dan pendidikan menengah kejuruan.

3) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas

(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan

(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk

lain yang sederajat.

3. Pasal 19

1) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang

diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

2) Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.

4. Pasal 20

1) Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, Institut, atau universitas.

2) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

3) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik,

profesi, dan/atau vokasi. Lembaga pendidikan Nonformal

dijelaskan dalam pasal 26 ayat 4: satuan pendidikan nonformal

(25)

belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim,

serta satuan pendidikan yang sejenis.

Lembaga pendidikan informal dalam pasal 28 ayat 3: kegiatan

pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Pendidikan anak usia dini diterangkan dalam pasal 28 ayat 3:

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidika formal berbentuk taman

kanak-kanak (TK), raudhatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

Ketentuan-ketentuan mengenai lembaga pendidikan Islam yang termaktub

dalam UU No. 20 Tahun 2003 tersebut selanjutnya dijelaskan dalam peraturan

pemerintah republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan agama

dan pendidikan keagamaan.

C. Perkembangan Pendidikan Pada Masa Reformasi

Pada era pemerintahan Habibie masih menggunakan kurikulum 1994

yang disempurnakan sampai pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa

pemerintahan Megawati terjadi beberapa perubahan tatanan di bidang

pendidikan, antara lain :

a. Dirubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya

disempurnakan menjadi kurikulum 2002 (KBK). KBK atau Kurikulum

Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum yang pada dasarnya berorientasi

pada pengembangan tiga aspek utama, antara lain aspek afektif (sikap),

kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan).

b. Pada tanggal 8 juli 2003 disahkannya Undang – undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar hukum

untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,

desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung Hak Asasi Manusia.

Menurut Lembaran Negara Nomor 4301 Pendidikan dalam UU

(26)

dilakukan untuk memperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan

pendidikan nasional. Visi dari pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah. Adapun misi dari pendidikan nasional adalah sebagai

berikut :

a) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperleh

pendidikan dan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

b) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa

secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka

mewujudkan masyarakat belajar.

c) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.

d) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan

sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan,

pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.

e) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Kemudian setelah Megawati turun dari jabatannya dan digantikan oleh

Susilo Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih tetap berlaku, namun

pada masa SBY juga ditetapkan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.

Penetapan Undang – undang tersebut disusul dengan pergantian kurikulum

KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kurikulum ini

berasaskan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.KTSP merupakan kurikum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing – masing satuan pendidikan.KTSP terdiri dari tujuan

(27)

satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus (BSNP, 2006: 2). KTSP

dikembangkan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan

pesrta didik serta lingkungan.

b) Beragam dan terpadu.

c) Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni.

d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

e) Menyeluruh dan berkesinambungan.

f) Belajar sepanjang hayat.

g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Tujuan pendidikan KTSP :

a. Untuk pendidikan dasar, diantaranya meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Untuk pendidikan menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c. Untuk pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai

(28)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Orde Baru memegang kekuasaan dan mengendalikan

pemerintah, muncul satu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaanya atau “status quo”. Hal ini menimbulkan ekses-ekses negative, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya berbagai

macam penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan

ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh

pemerintah Orde Baru. Adapun faktor-faktor yang mendorong munculnya

reormasi, yaitu :Di bidang politik pemerintah Orde Baru memiliki cara

tersendiri untuk menciptakan stabilitas yang diinginkan, salah satunya dengan

menjadikan Golkar sebagai mesin politik, kemudian Pelaksanaan hukum di

Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan.

Misalnya, kekuasaan kehakiman yang dalam pasal 24 UUD 1945 dinyatakan

sebagai badan yang memiliki kekuasaan yang bebas dan terlepas dari

kekusaan pemerintah (independen).Selanjutnya Krisis moneter yang melanda

negar-negara di kawasan Asia Tenggara sejak Juli 1996, juga mempengaruhi

perkembangan perekonomian di Indonesia.Perekonomian yang dibangun

pemerintah Orde Baru ternyata rapuh dan tak mampu menahan badai krisis

moneter tersebut.Di pasaran mata uang dunia nilai rupiah terus merosot

terhadap dolar Amerika.

Kemudian proses pendidikan pada era reformasi bagaikan orang yang

terkurung dalam penjara selama puluhan tahun kemudian melihat tembok

penjara runttuh. Mereka semua keluar mendapati pemandangan yang sangat

berbeda, kebebasan dan keterbukaan yang nyaris tak terbatas.Pendidikan di

Indonesia pada masa Reformasi terdiri dari Politik Pendidikan Pada Masa

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Don., and Biddle, Bruce, J., Knowledge for Policy: Improving

Education Trough Research, The Falmer Press, New York, 1991.

Arif,Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta :

Ciputat Pers, 2002)

Boediono, Dampak Krisis Ekonomi dan Moneter Terhadap Pendidikan, Pusat

Penelitian Sains dan Teknologi, Lembaga Penelitian Universitas

Indonesia, Jakarta, 1998.

Brata, Trisnu Nugroho.2006. Prahara Reformasi Mei 1998.semarang:UPT

UNNES Press,2006.

Daud, Muhammad Ali, dan Saud, Habib. Lembaga-lembaga Islam di

Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995)

Dede Rosyada 2013. Paradigma Pendidikan Demokratis: (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008)

Ismawati, Nur siwi dan Sri Widiastuti.1012.Sejarah SMA/MA Kelas XII

Semester Gasal. Klaten:Viva Pakarindo

Nugroho,Rianti, Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi, (Jogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2008)

Said Adiel Siradj, Islam kebangsaan (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999).

Suyanto & Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia

Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Suyanto dkk, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III. (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,2008)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Murti (2004) bahwa nilai kepercayaan terhadap merek tersebut berpengaruh terhadap tingkat minat beli ulang

Hotel Arrahman merupakan perusahaan jasa yang didirikan dijalan Suntung Ardi. Hotel Arrahman merupakan salah satu hotel yang cukup menjadi pilihan konsumen ketika ingin

Hasil pengukuran terhadap variabel orientasi budaya politik siswa

informasi yang diperoleh meliputi informasi tentang trend modifikasi motor, info dan tips dalam otomotif, informasi liputan event balapan, dan informasi tentang

Keterbukaan Informasi Publik.Departemen komunikasi dan informatika Republic Indonesia.. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan badan publik untuk

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada

Pada ruas jalan Kawi, arahan pengelolaan lalu lintas dengan penerapan skenario penataan parkir on-street di sisi utara dan sisi selatan, penertiban angkutan kota

perpaduan kedua unsur tipe tuberkuloid dan tipe lepromatosa. 1,2.7,8 Pada kasus pemeriksaan histopatologis ditemukan epidermis tampak mengalami atrofi. Sedangkan pada