• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN GAGASAN EVERYDAY ARCHITECTU ID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN GAGASAN EVERYDAY ARCHITECTU ID"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

anusia, dalam sikslus

hidupnya, memiliki beragam kebutuhan dasar yang

pemenuhannya secara rutin harus dipenuhi. Makan, minum, istirahat, berpindah, menetap, semua itu dilakukan terus menerus untuk menjaga

kelangsungan hidup individu. Kebutuhan dasarnya akan selalu sama, namun dalam prosesnya manusia akan selalu tidak puas dengan hasil yang didapatnya. Manusia akan selalu mencari cara agar bisa mendapat lebih, seperti yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam bukunya Motivation and Personality, 3rd. Ed.:

M

The human being is a wanting animal and rarely reaches a state of complete satisfaction

except for a short time. As one desire is satisfied, another pops up to take its place. When this is satisfied, still another comes into the foreground and so on. It is a characteristic of human beings

throughout their whole lives that they are practically always desiring something.

Hal ini kemudian mendorong manusia untuk mencari cara lain yang dapat memudahkan pemenuhan kebutuhannya. Salah satunya dengan

menciptakan objek-objek, termasuk arsitektur. Dari hubungan sebab-akibat ini jelas terlihat bahwa proses pemenuhan kebutuhan dasar, yang harus dilakukan secara rutin, mendorong terciptanya objek-objek yang dimaksudkan untuk menjawab isu tersebut. Pernyataan ini kemudian saya simpulkan menjadi: arsitektur merupakan hal yang bergerak dari

keseharian, karena menjadi salah satu objek yang difungsikan untuk rutinitas pemenuhan kebutuhan.

In the assembly, therefore, which thus brought them first together, they were led to the consideration of sheltering themselves from the seasons, some by making arbours with the boughs of trees,

(2)

of the nests and habitations of swallows, by making dwellings of twigs interwoven and covered with mud or clay. From observation of and improvement on each others’ expedients for sheltering themselves, they soon began to provide a better species of huts. It was thus that men, who are by nature of an imitative and docile turn of mind, and proud of their own inventions, gaining daily experience also by what had been previously executed, vied with each other in their progress towards perfection in building. […], for the purpose of sheltering themselves from the inclemency of the season.

(Vitruvius Pollio, Ten Books On Architecture: Of the Origin Of Building)

Pertanyaannya adalah: mengapa akhirnya muncul istilah everyday architecture? Bukankah arsitektur menjadi ada, menurut saya pribadi, karena keseharian manusia? Mary McLeod memaparkan, dalam Henry Lefebvre’s Critique of Everyday Life: An Introduction, Architecture of The Everyday oleh Steven Harris & Deborah Berke, bahwa gagasan Lefebvre ini dipicu oleh terjadinya peristiwa-peristiwa bersejarah di Perancis:

Lefebvre was acutely conscious of the relationship between his philosophy and the historical moment from which it emerged. He insistently historicized his claims, frequently reminding the reader of the conflicts and conditions in France that generated his

investigation.

[…] In the 1930s, the financial crash, mass unemployment, the perpetual parliamentary crises, and the rise of Nazism and Fascism had led numerous young French thinkers in various factions

including fascists, Catholic reformers, existentialists, and

nonconformist Marxist to seek “the concrete” and the “real”.

Kondisi politik, finansial Perancis saat itu tentunya memiliki pengaruh terhadap keadaan sosial & budaya masyarakatnya. Gagasan Lefebvre ini kemudian menjadi respon yang kontekstual dengan keadaan Perancis saat itu. Proses ini, menurut saya, menjadi logis dengan sebab-akibat yang terjadi.

(3)

Jepang sebagai salah satu negara timur, mungkin belum mengenal gagasan everyday architecture ini. Barulah setelah lewat masa pendudukannya di Indonesia, everyday architecture berkembang di Jepang dalam bentuk aliran Brutalisme. Dengan runutan seperti ini, diperkirakan everyday architecture masuk ke Indonesia tidak bersamaan dengan persebaran awal gagasan Lefebvre di tahun 1930an.

Brutalism […] initially in Great Britain then in various national architectural contexts in the USA as well as in Japan – Brutalism by the late1960s and 70s had become an integrative element of the international shift towards urban density and away from the functional city and functional separation in the Corbusian sense. […] Brutalism is a priori the diffuse project of a generation whose quasi, fundamentalist revival of an authentic aesthetic by recourse to the materials of modernism and the striking, no-frills look of béton brut was simultaneously a call for a code of ethics: a code with bearing on the everyday role played by the built environment in inhabitants’ lives – on everyday culture as opposed to high culture.

(brutalismus.com)

Pasca penjajahan di Indonesia, negara ini mungkin masih tertatih

memperkuat kedaulatannya, terutama dari segi ekonomi di mana waktu itu terjadi inflasi dan kegamangan dalam pemberlakuan mata uang (Lea, 2010). Hal ini tentu berdampak besar pada keadaan sosial dan budaya masyarakat Indonesia saat itu. Segala hal masih dilihat berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar.

Seiring dengan menguatnya perekonomian Indonesia, terjadi peningkatan dalam kualitas hidup masyarakat. Seperti yang dibahas di awal, manusia secara alami tidak penah puas dan akan selalu berhasrat lebih setelah kebutuhannya terpenuhi. Jika dikaitkan dengan diagram Maslow, setelah kebutuhan dasar terpenuhi manusia akan masuk pada tahap kebutuhan akan pengakuan dan pengembangan diri.

Pada titik inilah muncul upaya-upaya untuk menunjukkan citra diri pada orang lain. Hal ini didukung pula oleh Revolusi Industri di abad ke-19 (S. Nurist, 2007) dan pengaruh masa kolonial sehingga muncul budaya konsumerisme di mana manusia berupaya lebih, tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan, untuk menjadi unik.

(4)

enmeshed in the process of acquisition shopping and take some of their identity from a posessionof new things that they buy and exhibit.

(Peter N. Stearns, Consumerism in World History: the Global Transformation of Desire)

Perkembangan teknologi informasi dan kekuatan media masa juga

menjadi salah satu faktor pendorong budaya konsumerisme. Hal ini tidak hanya terjadi di beberapa titik di dunia, namun menyebar secara global, termasuk di Indonesia. Salah satu contohnya adalah tayangan televisi, seperti sinetron dan realty show.

Perubahan cara pandang manusia, terutama masyarakat Indonesia, tentunya mempengaruhi cara arsitektur digunakan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Arsitektur tidak lagi sekedar media untuk

memenuhi kebutuhan dasar, namun juga sebagai pencitraan individu maupun kelompok tertentu.

Kembali lagi pada teori Maslow tentang hasrat pemenuhan kebutuhan manusia, bahwa keinginan untuk mencitrakan diri dan menjadi berbeda akan menjadi siklus yang terus dialami manusia. Dengan demikian everyday architecture bisa dipandang sebagai gagasan yang memiliki potensi untuk muncul di berbagai konteks tempat dan kondisi.

Seperti halnya di Indonesia, everyday architecture mungkin sudah bisa menjadi hal yang relevan dengan kondisi saat ini. Namun, hal yang jauh lebih penting untuk didiskusikan adalah pada titik apa everyday

architecture menjadi isu yang butuh untuk dibahas sebagai respon terhadap kondisi masa kini.

Dengan demikian, perkembangan gagasan everyday architecture di

(5)

REFERENSI:

Alfha, Radhie. Heterogenitas dalam Arsitektur dan Keseharian.

(sites.google.com/site/arkideajakarta1/tips/tips-teori-perancangan/afw diakses 23/10/13 3:46 AM)

blog.unsri.ac.id/download2/13106.pdf (diakses 23/10/13 4.00 AM)

brutalismus.com/e/?/concept/ (diakses 23/10/13 3.11 AM)

H. Maslow, Abraham. 1970, Motivation and Personality, 3rd.Ed: Psychologist. New York Harper & Row, pg 7.

(www.smalltownmarketing.com/why_customers_buy.html diakses 10/22/2013 7.13 AM)

N. Stearns, Peter. 2003, Consumerism in World History : the Global Transformation of Desire. New York: Routledge pg 9

Nurist, S. 2007, POSTMODERNISME DAN BUDAYA KONSUMEN. eprints.undip.ac.id (diakses diakses 23/10/13 3.11 AM)

originsofarchitecture.wordpress.com/2012/11/09/the-origins-of-architecture-according-to-vitruvius/ (diakses 10/22/2013 7.40 AM)

Referensi

Dokumen terkait

Obwohl die KIDRON Vermögens- verwaltung GmbH der Auffassung ist, dass die Angaben auf ver lässlichen Quellen beruhen, kann sie für die Qualität, Richtigkeit, Aktualität oder

Karena pukulan smash merupakan suatu teknik pukulan yang bertujuan untuk mematikan pertahanan lawan, dan juga pada saat bermain lawan sering melakukan kesalahan

D65-D69 Cacat koagulasi, purpura dan kondisi berdarah lainnya D70-D77 penyakit lain dari darah dan organ pembentuk darah D80-D89 gangguan tertentu yang melibatkan mekanisme

Dari kedua pasal tersebut dapat dilihat ada 14 sektor pemerintahan yang menjadi urusan wajib, 8 sektor diantaranya sama dengan kewenangan wajib yang disebut pada Pasal

*$lusi dari permasalahan yang terakhir yaitu dengan )ara mengadakan kegiatan umat bersih. "al ini bertujuan agar mush$la disini kembali terawat dan dapat dimanfaatkan

Belanja modal INTA akan berasal dari pendanaan internal. Tahun depan, INTA menargetkan kenaikan pendapatan 20% menjadi

Penelitian yang dilakukan oleh Basiratnia pada tahun 2006 menunjukkan bahwa BMD ( Bone Mineral Density ) pada pasien SN secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan anak