• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP PERUNDANG UNDANGAN NEG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TERHADAP PERUNDANG UNDANGAN NEG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TERHADAP PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA TENTANG ZAKAT BERDASARKAN HUKUM ISLAM

Nilfatri

Tenaga Kependidikan MTs Muhammadiyah Lima Kaum. nilfatri@yahoo.co.id, nilfatri@gmail.com.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap ketentuan pidana tindakan kejahatan dalam pengelolaan zakat berdasarkan Pasal 39, 40, dan 41 UU No. 23 Tahun 2011 dan sanksi muzakki dalam Pasal 691 Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah (KHES). Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum normatif (normative legal research), sumber data dalam penelitian ini adalah UU No. 23 Tahun 2011 Pasal 39, 40 dan 41 dan KHES Pasal 691. Data dianalisis dengan pendekatan kaidah-kaidah hukum Islam dan maqasid syari’ah.

Hasil penelitian Pasal 39, 40 dan 41 merupakan ketentuan hukum pidana yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist. Pemerintah boleh menetapkan ketentuan hukum ta’zir. Sebagai bentuk preventif, represif, kuratif (islah), dan edukatif. Untuk mencapai kemaslahatan dengan kaidah hukum “sanksi ta’zir (berat ringannya) bergantung kepada kemaslahatan.” mengenai PERMA No. 2 Tahun 2008 Tentang KHES Pasal 691 memuat sanksi bagi muzakki yang tidak berzakat tidak bisa dijalankan, sepanjang belum ada undang-undang yang lebih tinggi mengatur tentang sanksi bagi muzakki. Akan Tetapi dapat dijalankan jika Negara Indonesia sepenuhnya menerapkan syariat Islam.

Kata kunci: Undang-undang zakat, hukum Islam.

ANALYSIS OF THE LAWS AND THE STATE OF THE CHARITY IS BASED ON ISLAMIC LAW

NILFATRI

Tenaga Kependidikan MTs Muhammadiyah Lima Kaum.

nilfatri@yahoo.co.id, nilfatri@gmail.com.

Abstract: The study was to the views of Islam against the criminal provisions of the crime in the management of zakat under article 39, 40 and 41 of Law Number 23 of 2011, sanctions Muzaki as set in article 691 compilation economic law of Islam. (KHES). The kind of research that I use is normative law research that is legal research, the data source in the study was , to Law number 23 of 2011 pasal 40, 41 and KHES Article 691. The data that has been analyzed using the approach of Islamic law and the rules of maqasid Shari'ah.

(2)

hadith, with its threat ta'zir law as a form of preventive, repressive, curative, and educative, is to achieve the benefit, of PERMA in the system of the laws in Indonesia, then PERMA No. 2 of 2008 KHES of article 691 can not be on the run, as long as there is no legislation providing for sanctions for Muzaki in her charity, may be on the run Indonesia if the country fully implement Islamic Shari'ah.

Keywords: The Laws Charity, Islamic Law

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah sebutan atas segala sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai kewajiban kepada Allah SWT, kemudian diserahkan kepada orang-orang miskin atau yang berhak menerimanya. Disebut zakat karena mengandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa, dan mengembangkan harta dalam segala kebaikan.(Sabiq, 2012: 56). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

اَهِب ْمِهيّكَزُتَو ْمُهُرّهَطُت ًةَقَدَص ْمِهِلاَوْم

َأ نِم ْذُخ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At- Taubah (9): 103).

Dalam zakat terdapat sikap empati kepada orang-orang fakir miskin serta aksi proaktif untuk kemaslahatan umum. Hal ini tercermin jelas pada pengalokasiannya, dalam firman Allah swt :

اَهْيَلَع َنيِلِماَعْلاَو ِنيِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتاَقَدّصلا اَمّنِإ

ِهّللا ِليِبَس يِفَو َنيِمِراَغْلاَو ِباَقّرلا يِفَو ْمُهُبوُلُق ِةَفّلَؤُمْلاَو

ٌميِكَح ٌميِلَع ُهّللاَو ِهّللا َنِم ًةَضيِرَف ِليِبّسلا ِنْبِاَو

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang. Untuk jalan allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah mengetahui lagi maha Bijaksana.”(Q. S. At-Taubah,(9): 60).

(3)

adalah memerangi para pembangkang zakat yang sebelumnya telah mereka keluarkan pada masa Nabi Muhammad SAW ketika masih hidup. (Fakhruddin, 2008: 225).

Di Indonesia, zakat berperan penting dalam membangun umat Islam. Hal ini terlihat dengan lahirnya undang-undang, Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat yang kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Kemudian dalam beberapa pasal dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Bab IX terdapat ketentuan pidana bagi pengelola zakat yaitu pasal 39, 40 dan 41. sedangkan Kompilasi Hukum Ekonomi (KHES) Pasal 691 menyatakan sanksi terhadap Muzakki dan tidak dimuat dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011.

Terkait persoalan sanksi terhadap amil selaku pengelola zakat, yang terdapat dalam pasal 39,40, dan 41 UU No. 23 Tahun 2011 Tentang pengelolaan Zakat, secara eksplisit tidak dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan tegas. Demikian juga persoalan sanksi yang seharusnya diberikan kepada muzakki, Sesuai ketentuan Pasal 691 dalam KHES menyatakan bahwa dikenakan denda.

2. Perumusan dan latar belakang masalah

1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap ketentuan pidana dalam pengelolaan zakat berdasarkan pasal 39, 40, dan 41 UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap sanksi muzakki dalam pasal 691 KHES ?

3. Tujuan penelitian adalah sebagai berkut:

1. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap ketentuan pidana dalam Pasal 39, 40, 41 UU No. 23 Tahun 2011 dan

(4)

4. Defenisi Operasional

Definisi operasional variable-variael dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini:

1 Undang-undang Negara yang dimaksud adalah UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat khususnya Pasal 39, 40, dan 41 dan PERMA No. 2 Tahun 2008 Tentang KHES Pasal 691

2 Hukum Islam yang dimaksud adalah kaidah-kaidah hukum dan

maqasid syariah. sedangkan kaidah-kaidah hukum yaitu aturan hukum yang bersifat menyeluruh dan mencakup bagian-bagiannya, yang menjadi pedoman dalam menentukan hukum berbagai peristiwa ,dan masalah yang berhubungan dengan perbuatan manusia (Nasution, 2014:119). Sedangkan maqasid syariah yang dimaksudkan adalah penetapan hukum zakat kepada umat Islam dengan tujuan untuk kemaslahatan manusia.

5. Kajian Riset sebelumnya

Penelitian mengenai Sanksi Pidana Muzakki oleh Fitri Faa’izah, (2016).dengan hasil penelitian dalam hokum Islam diberlakukan sanksi ta’zir berupa denda atau kalau perlu kurungan penjara bagi muzakki yang bakhil terhadap hartanya dan sanksi had bagi muzakki yang mengingkari kewajiban zakat. Qanun Aceh dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah memberlakukan sanksi ta’zir berupa denda bagi muzakki tidak menunaikan zakat.

Kajian teori

1. Kedudukan zakat dalam Islam

Zakat secara bahasa adalah tumbuh, suci dan berkah. (sabiq, 2012: 56). Sedangkan zakat secara istilah adalah bagian tertentu dari harta yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya. (Qardhawi, 2007: 34).

(5)

َنيِعِكاّرلا َعَم ااوُعَكْراَو َةاَكّزلا اوُتآَو َة َلّصلا اوُميِق

َأَو

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang rukuk” (Al-Baqarah(2):43).

Dalam ayat di atas Allah SWT mengatakan dalam bentuk “perintah” (amar). Hukumnya dalah fardhu‘ain dan apabila tidak dikerjakan maka berdosa.

Zakat suatu ibadah pokok, termasuk salah satu rukun Islam, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai Hadits Nabi SAW di antaranya:

ِهّللا ُلوُسَر َلاَق : لاَق اَمُهْنَع ُهّللا َيِضَر َرَمُع ِنْبا نع

ٍسْمَخ ىَلَع ُم َلْسِ ْلا َيِنُب َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهّللا ىّلَص

ِ ماَقِإَو ِهّللا ُلوُسَر اًدّمَحُم ّن

َأَو ُهّللا ّلِإ َهَلِإ َل ْنَأِةَداَهَش

ناَضَمَر ِمْوَصَو ّجَحْلاَو ِةاَكّزلا ِءاَتيِإَو ِة َلّصلا

“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan”. (HR Bukhari).

Di Indonesia zakat dalam Tinjauan undang Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah untuk mengdongkrak dayaguna dan hasil guna pengelolaan zakat, infaq dan sedekah di Indonesia. (Wibisono,2015: 79). Selanjutnya pemerintah menerbitkan PP Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. (www. Peraturan.go.id)

(6)

Melalui zakat prinsip ketuhanan dapat dilihat mengingat zakat merupakan salah satu ajaran agama Islam. Penempatan pemerataan dan solidaritas sosial sebagai prinsip penting untuk mewujudkan kemaslahatan. (Departemen Agama RI, 2013: 34)

Landasan sosiologis mendasarkan pada kebutuhan mendesak akan peraturan perundang-undangan yang dapat menciptakan tata kelola yang baik (good governance) dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah. Landasan yuridisnya merujuk pada ketentuan konstitusi yang menyebutkan bahwa fikir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara sebagaimana terdapat dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat (1). (Departemen Agama RI, 2013: 34).

Menurut UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 2 (dua) bahwa zakat berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum terintegrasi dan akuntabilitas. Sedangkan organisasi pengelolaan zakat berupa BAZNAS, LAZ, dan UPZ. Setiap lembaga pengelola menerapkan prinsip kerja lembaga yang intinya tercermin dalam tiga kata kunci, amanah, profesional dan transparan.

Sedangkan konsep sanksi muzakki dalam kompilasi hukum ekonomi syariah (khes) tentang zakat menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah bahwa “ Ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang perorangan, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.

2. Zakat dalam hukum Islam

Dalam hukum Islam, tindak pidana atau delik disebut dengan

(7)

lurus. (Yunarti, 2012: 3). Sedangkan jinayah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau jahat.Pembagian atau klasifikasi kejahatan dalam hukum Islam berupa kejahatan hudud adalah kejahatan terhadap kepentingan public dan mempengaruhi kepentingan pribadi terutama berkaitan dengan hak Allah SWT. Ketentuan ini dapat diancam dengan hukuman hadd.

Menurut Jubair (Santoso, 2003: 22) kejahatan hudud ada tujuh kejahatan diantaranya: riddah (murtad), al-aghy (pemberontak), zina, Qadzaf (tuduhan palsu zina), sariqah (pencurian), hirabah (perampokan), dan shurb al-khamr (meminum khamar). Kejahatan berikutnya adalah qishash sasaran dari kejahatan ini adalah integritas tubuh manusia, sengaja atau tidak sengaja. Kejahatan berikutnya ta’zir, landasan penentuan hukuman ta’zir didasarkan pada ijma’ atau konsensus berkaitan dengan hak negara muslim untuk melakukan kriminalisasi dan menghukum semua perbuatan yang tidak pantas. (Santoso, 2003, 23)

Dalam hukum pidana Islam, ancaman pidana itu adakalanya had dan adakalanya ta’zir. Had artinya hukuman yang disebutkan secara tegas dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan ta’zir adalah hukuman yang belum disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Penetapan hukuman untuk ta’zir sepenuhnya diserahkan kepada penguasa negara atau ulil amri. ( Muslich, 2007: 29).

3. Kaidah-kaidah Hukum Islam dan Maqasyid Syari’ah

a. Kaidah-kaidah hukum Islam

(8)

menentukan hukum berbagai peristiwa dan masalah yang berhubungan dengan perbuatan manusia. (Usman, 2001: 69).

Adapun prinsip-prinsip dalam hukum Islam itu antara lain: a) Meniadakan kesempitan dan kesukaran (

رحلا م دع

ج

)

b) Sedikit pembebanan (

فيل اكتلا ليلقت)

c) Bertahap dalam menetapkan hukum (

ايجي ر دت )

d) Memperhatikan kemaslahatan manusia(

لا ةحلصم

ةم )

e) Mewujudkan keadilan (

ةلا دملا)

b. Kaidah Fikihiyah

Ada lima kaidah pokok dalam hukum Islam yang disebut dengan qawaid al-khamms (panca kaidah) yaitu:

a.

اه دص اقمب روم ا

“Segala urusan menurut niatnya”

b. اه دص اقمب ر رضلا

“ Kemudharatan atau kesulitan itu, harus dihilangkan”

c. ةمكحم ةد اعلا

“ Adat kebiasaan itu bisa menjadi landasan hukum”

d. كشل اب ل ازي ل نيقيلا

“ Keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan keraguan”

e. ريسيتلا بلجت ةقشملا

Kesukaran, kesulitan mendatangkan kemudharatan. (Usman, 2002: 69).

(9)

Kata maqasid adalah jamak dari kata maqshad yang artinya adalah maksud dan tujuan. (Syarifuddin, 2008: 232). Adapun tujuan maqasid syari’ah adalah untuk kemaslahatan manusia. (Nasution, 2014: 105). Menurut Syatibi tujuan utama dari syariah adalah untuk menjaga dan memperjuangan tiga kategori hukum, dengan cara Maqashid syari’ah dharuriyat, maqasid syari’ah hajiyat, maqashid-tahsiniyyat.

Metode Penelitian

Penyusunan Tesis ini menggunakan pendekatan yuridis normative

(normative legal research) dengan menganalisis dalam perspektif hukum Islam pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2011, Pasal 39, Pasal 40 dan Pasal 41 Tentang Pengelolaan Zakat serta Peraturan Mahkamanah Agung No. 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 691.

Data yang sudah terkumpul baik berupa materi UU, draf UU, tulisan-tulisan lain yang berbicara tentang ketentuan UU zakat terutama UU No. 23 Tahun 2011 Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41 Tentang Pengelolaan Zakat dan KHES Pasal 691 tentang sanksi bagi Muzaki, dianalisis dengan menggunakan pendekatan kaidah-kaidah hukum Islam dan maqashid syariah.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pertama, Pasal 39 berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidak melakukan pendistribusian zakat sesuai dengan ketentuan Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Ketentuan dalam pasal 25 yang berbunyi: “zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam”.

(10)

atau badan hukum” jadi tujuan penerapan sanksi pidana yang terdapat dalam pasal 39 jelas kepada amil zakat.

Kemudian Hadist Nabi yang membicarakan tentang pendistribusian zakat adalah: “Dari Ibnnu Abbas ra. bahwasanya Nabi SAW, pernah mengutus Muadz ke Yaman, Ibnu Abbas menyebutkan hadist itu, dan dalam hadist itu beliau bersabda: Sesungguhnya Allah telah memfardhukan atas mereka sedekah (zakat) harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir di antara mereka (HR. Bukhari dan Muslim.)

Tindakan melawan hukum dalam pasal 39 tidak termasuk kedalam kategori jarimah hudud dan qishas. Oleh karena itu ketentuan sanksi dalam pasal 39 merupakan ketentuan pidana yang ditetapkan oleh pemerintah atau penguasa berupa hukuman ta’zir. Jika dilihat dari sisi maqashid syari’ah atau tujuan dari penetapan hukum adalah al- maslahah yaitu kemaslahatan adalah melindungi hak-hak mustahik yaitu memelihara tujuan syara’ berupa agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta

Dengan kaidah fikih sebagai berikut:

ِدِس اَفَملا عفدو ِحِل اَصَمَلا ُبْلَج

”Meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan”

Mengenai penerapan sanksi pidana menurut pasal 39 berdasarkan kaidah hukum Islam, dan maqashid syar’iah tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan ketentuan pidana dalam Pasal 39 merupakan bentuk dari tindakan prefentif. Serta ketentuan pidana pasal 39 sesuai dengan asas-asas hukum pidana yaitu asas keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan.

Kedua, Pasal 40 menjelaskan bahwa ”Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”.

(11)

setiap orang dilarang melakukan tindakan memiliki, menjaminkan, menghibahkan, menjual, dan/atau mengalihkan zakat,infak, sedekah, dan/atau dana sosial keagamaan lainnya yang ada dalam pengelolaanya.

Ketentuan pidana kurungan yang terdapat dalam Pasal 40 tersebut sudah tepat dan sesuai dengan asas-asas pengelolaan zakat yang terdapat dalam pasal 2 yaitu, syari’at Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegritas dan akuntabilitas. Serta prinsip-prinsip pengelolaan zakat, yaitu amanah, profesional, dan transparan. Dan tidak bertentangan dengan asas-asas hukum pidana Islam yaitu asas keadilan, kepastian hukum, dan asas kemanfaatan.

Penetapan hukuman dari segi maqasid syariah adalah untuk memelihara kebutuhan dasar (daruriyat) seorang mustahik, Kaidah hukum yang tepat dalam hal ini adalah:

ِحِلاَصَملا ِبْلَج ىَلَع ٌمّدَقُم ِدِساَفملا ُعْفَد

Menolak mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat. (Djazuli, 2006: 29).

Tujuan penetapan ketentuan pidana ta’zir dalam pasal 40 UU No. 23 Tahun 2011 oleh pemerintah sebagai:

1. Tindakan refresif, dengan harapan amil zakat yang melakukan penyelewengan dana zakat tidak mengulangi dikemudian hari, hal ini merupakan efek jera dari penerapan sanksi berupa pidana kurungan dan denda.

2. Tindakan kuratif (islah) dengan adannya ketentuan sanksi terhadap amil zakat, mampu membawa perbaikan perilaku terpidana dikemudian hari. 3. Tindakan edukatif, tujuan dari penerapan sanksi tersebut dapat merubah

pola hidupnya dengan cara mendidik .

(12)

sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.”

Penerapan ketentuan pidana dalam pasal 41 adalah tepat dan tidak bertentangan dengan asas-asas dari pengelolaan zakat, amanah, kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum terintegritas dan akuntabilitas, serta telah sesuai dengan prinsip-prinsip pengelola zakat yaitu amanah, yaitu jujur. Sedangkan kebiasaan masyarakat atau muzakki mendistribusikan zakat kepada orang yang dipercayanya tanpa izin pemerintah, tidaklah termasuk kepada suatu kejahatan, selama berpedoman kepada syariat Islam dan tidak merugikan.

Kaidah yang digunakan dalam hal ini adalah

ةمَكَحُم ُةَداَعلا

“adat (dipertimbangkan di dalam) menetapkan hukum”

Ditinjau dari segi maqashid syar’iah, dalam penerapan sanksi pidana menurut Pasal 41 berkaitan dengan pengoptimalkan pengumpulkan dana zakat. Dengan tujuan menjaga dan melindungi kehidupan masyarakat dari kemungkinan adanya tindakan merugikan terhadap pengelolaan zakat. Serta tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist sepanjang sesuai dengan yang diperintahkan syari’at. dalam surat At-Taubah ayat 103 “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Keempat, peraturan Mahkamah Agung RI. No. 02 Tahun 2008 tentang khes pasal 691 bahwa : Barang siapa yang melanggar ketentuan zakat maka akan dikenai sanksi sebagaimana diatur sebagai berikut :

(13)

(2) Denda sebagaimana dimaksud dalam angka (1) didasarkan pada putusan pengadilan

(3) Barang siapa yang menghindar dari menunaikan zakat, maka dikenakan denda dengan jumlahtidak melebihi (20%) dari besarnya zakat yang harus dibayarkan.

(4) Zakat yang harus dibayarkan ditambah dengan denda dapat diambil secara paksa oleh juru sita untuk diserahkan kepada badan amil zakat daerah Kabupaten/kota.” (KHES, 2008:164).

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) yang dterbitkan dalam bentuk Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) kalau dilihat keberadaannya dalam perundang-undangan Indonesia terdapat dalam UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan pasal 8 ayat (1) menyebutkan bahwa:

(1) Jenis Peraturan Perundangan-undangan selainsebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat, Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. (www.peraturan.go.id)

(14)

yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Sedangkan kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan menurut peraturan mahkamah agung sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi.

Keberadaan UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat hanya khusus undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan zakat saja. Tidak memuat sanksi bagi muzakki yang enggan berzakat. Tidak dapat dijadikan payung hukum dalam pemberian sanksi terhadap muzakki yang enggan berzakat. Akan tetapi penetapan sanksi tersebut sebagai pelengkap dan mengisi kekosongan hukum tersebut dengan tujuan kemaslahatan Adapun kaidah yang berkaitan dengan ta’zir kemaslahatan umum adalah :

ِةَحَلْصَمْلاِبٌطْوُنَمِةّيِعاّرلاىَلَعمِاَمِ ْ اُفُرَصَت

“Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung kepada

kemaslahatan”(Thamrin, 2010:15).

Penetapan hukum harus mengandung aspek prefentif, refresif dan rehabilitatif, karena dalam hukum Islam aspek tersebut jauh lebih efektif dari hukum manapun, karena semuanya dilaksanakan atas dasar iman, keadilan dalam mewujudkan kemaslahatan manusia.

Simpulan dan Saran

(15)

maslahah untuk mewujudkan tujuan syara’ yang pokok yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, harta, melalui lima tingkatan yaitu dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat.

PERMA No. 2 Tahun 2008 KHES Pasal 691 belum bisa dijalankan, sepanjang belum ada undang-undang yang lebih tinggi mengatur tentang sanksi bagi muzakki yang tidak berzakat. Akan tetapi kewajiban muzakki dalam berzakat, dapat dijalankan jika Negara Indonesia sepenuhnya menjalankan syari’at Islam Adapun pun pemberian sanksi berdasarkan kaidah hukum Islam dan maqashid syari’ah adalah bergantung kepada kemaslahatan bersama. Karena tujuan zakat untuk memenuhi tiga aspek kebutuhan yaitu dharuriyah, hajiyyah, tahsiniyah.

Berdasarkan hasil dari analisis terhadap perundang-undangan negara tentang zakat berdasarkan hukum Islam yang dirumuskan dapat disarankan adanya peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur

muzakki dalam berzakat sehingga muzakki merasa percaya diri dan termotivasi dalam berzakat. Kemudian PERMA N0. 2 Tahun 2008 Tentang KHES Pasal 691 hendaknya menentukan kategori muzakki yang harus didenda.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, 200. Bandung: Fokusmedia.

Muclich, W. A. 2007. Hukum Pidana Menurut Al-Qur’an, Jakarta: Diadit Media. Mustafa, A. A. 1974. Tafsir al-Maraghi, Cet I, Juz x, Kairo: Mustafa Babi

al-Halabi.

Nasution, A.S.M. 2014. Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Qardhawi.Y. 2007. Hukum Zakat, Bogor: Litera Antar Nusa

Sabiq, S. 2012. Fikih Sunnah, Jilid 2, Jakarta: Cakrawala Publishing.

Santoso, T. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani Press. Syarifuddin, A. 2003. Garis-Garis Besar Fiqi, Cet. Ke-1. Bogor: Kencana.

Syarifudin, A. 2008. Ushul Fiqh, Cet. Ke. 4, Jakarta: Prenadamedia Group. Tamrin, D. 2010. Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Malang: UIN Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, www.peraturan.go.id, 11 Januari 2017.

Usman, S. 2001. Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama

UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, www.peraturan.go.id, 11 Januari 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi linier

a) Perkuliahan dilaksanakan secara berkelompok, dilaksanakan di lab (G6) sebagai tempat produksi (Pelaksanaan pernah dilakukan dengan sistim block time (waktu sesuai dengan

Dari hasil tersebut dapat diketahui, pemberian aerasi terputus dapat mempengaruhi suhu maksimal pengomposan, yaitu semakin lama fase diam dalam aerasi terputus maka suhu maksimal

Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi antara substituen H dari gugus hidroksil (-OH) pada p-tert- butilkaliks[6]arena dengan gugus etil ester (-CH 2 CO 2 CH 2 CH

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa untuk materi IPA di kelas IV terdiri dari 6 kompetensi yang mencakup sembilan ruang lingkup materi pokok, yaitu

Ibu yang mempunyai tekanan darah yang tinggi boleh menyebabkan pembesaran janin terbantut manakala kandungan gula yang tidak terkawal dalam ibu hamil yang menghidap

Pada penelitian ini, sintesis material katoda NCM telah dilakukan dengan menggunakan metode solid state yang mana pada metode ini ialah metode yang paling simpel dibanding

Pasal 105 ayat (4), badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menyampaikan laporan hasil penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali