• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tat (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tat (4)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tata Negara Indonesia Mochamad Isnaeni Ramdhan

Reynaldi Rafi Pramana 1311700074

Fakultas Hukum Kelas B

Buku dari Mochamad Isnaeni Ramdhan yang berjudul Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tata Negara Indonesia, Dalam buku ini diuraikan berbagai pertentangan antara lembaga kepresidenan atau Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia yang didasarkan pada faktor objektif maupun subjektif sebagai indikator yang melekat pada kedua lembaga tersebut.

Buku ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang mempelajari Hukum Tata Negara dan Perbandingan Hukum Tata Negara karena didalam buku ini dijelaskan metode perbandingan dari lembaga-lembaga negara sebagai pendekatan khusus.

Sang penulis menggunakan metode perbandingan dalam menganalisa berbagai tugas dan kewenangan wakil presiden di berbagai negara.

Banyak yang berpendapat bahwa Presiden adalah penguasadalam pemerintahan. Hal ini seakan-akan membuat negara berada dalam satu tangan yaitu Presiden karena Presiden mempunyai kekuasaan utuh sehingga layak mendapat bahasan didalam Hukum Tata Negara agar pembaca tidak salah mengerti.

Penulis menguraikan jika Presiden memegang semua kekuasaan bagaimana Presiden mampu melaksanakan kewenangannya tanpa dibantu oleh Wakil Presiden. Penulis melakukan penelitian lalu mengkaji kewenangan Wakil Presiden yang dikaitkan dengan Hukum Tata Negara. Didalam buku ini penulis mencari fakta hukum serta faktor faaktor lain yang menyatakan bahwa kebijakan Presiden bertentangan dengan wakil Presiden.

Kebijakan kebijakan ini dapat mengubah sistem pemerintahan karena kewenangan Presiden dan wakil Presiden yang bertentangan. Penulis juga menguraikan macam-macam kewenangan yang dibilang sebagai pertentangan kewenangan tersebut didalam buku ini dengan cara faktor faktor objektif maupun subjektif yang terdapat pada kedua pejabat tersebut.

(2)

Lalu dilanjut pada bab selanjutnya yang menguraikan Wakil Presiden dari berbagai Negara yang dapat dijadikan sebagai perbandingan dengan Indonesia secara rinci dan mudah dimengerti.

Pada bab 1, penulis menyatakan bahwa Dari tahun 2004 kedaulatan rakyat mulai tergadai karena rakyat Indonesia mulai memilih langsung Presiden dan wakil Presiden yang sebelumnya rakyat memilih anggota DPR dan selanjutnya para wakil rakyat menjadi bagian MPR memillih Presiden dan Wakil Presiden.

Kekuasaan dan kewenangan presiden secara luas diatur dalam konstitusi, sedangkan wakil presiden pada umumnya ditentukan presiden, sehingga tampak ketidakberdayaan wakil presiden mewujudkan kedaulatan dari pemilihnya.

Dari asal-usulnya, jabatan wakil Presiden merupakan jabatan yang ditemukan pada negara yang berbentuk republik. Yang diulas oleh penulis bermaksud untuk memperjelas posisi Wakil Presiden yang dianggap hanya mengisi kekosongan hukum belaka disaat Presiden berhalangan. Wakil Presiden sebagai jabatan konstitusi seharusnya diatur dalam konstitusi yang tertata tugas, kewenangan, pertanggungjawaban, serta hubungannya dengan pejabat-pejabat negara yang lain.

Salah satu hal menarik yang dikaji oleh penulis yaitu terdapat perbedaan yang mendasar tentang praktik tugas dan kewenangan, serta hubungan kerja antara Presiden dengan Wakil Presiden pada masing-masing periode. Hal ini baru terlihat saat Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Habibie mendapat tugas dan kewenangan yang jauh lebih besar daripada pendahulunya dalam jabatan Presiden Soeharto.

Berbeda dengan pembantu Presiden yang lain, seperti Menteri Negara yang harus mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Presiden. Wakil Presiden tidak mempunyai tanggung jawab kepada Presiden karena Wakil Presiden tidak dipilih dan diangkat oleh Presiden melainkan oleh rakyat.

Pertanggungjawaban Wakil Presiden juga dipengaruhi oleh faktor pencalonan dan pemilihan presiden dan wakil presiden yang dilakukan dalam sistem paket, baik keduanya berasal dari partai politik yang sama, ataupun berasal dari dari partai politik yang berbeda.

Konstitusi sebagai hukum dasar mengatur secara tegas pembatasan kekuasaan antar lembaga negara dalam sebuah negara yang dipengaruhi oleh tuntutan perkembangan ketatanegaraan. Ada hubungan substansial antara konstitusi dan sistem pemerintahan dikaitkan dengan hakikat konstitusi sebagai sarana pembatas kekuasaan.

(3)

Pada bab 2, penulis menjelaskan secara rinci bagaimana pertanggungjawaban serta tugas dan kewenangan Wakil Presiden diluar Indonesia yaitu pada Amerika Serikat, Filipina, Afrika Selatan, Siprus, Cina, India, Bulgaria, Irak, dan Uganda.

Dengan penelitian yang diperoleh penulis menyatakan bahwa:

1. Kualifikasi, tata cara pengisian jabatan, masa jabatan, sumpah jabatan, lembaga pemilih, dan lembaga yangh menilai pertanggungjawaban antara presiden dan Wakil Prresiden adalah sama; sedangkan

2. Tugas Wakil Presiden dipengaruhi oleh bentuk negara yang dianut oleh masing-masing negara:

a. Tugas yang diberikan kepada Wakil Presiden Amerika Serikat dan Filipina sebagai Ketua Senat bukan anggota;

b. Tugas yang diberikan kepada Wakil Presiden Filipina dan Irak sebagai anggota kabinet;

c. Tugas yang diberikan kepada Wakil Presiden Siprus sebagai pelaksana tugas-tugas kepresidenan bersama-sama dengan Presiden;

d. Tugas yang diberikan kepadaq Wakil Presiden Cina sebagai pelaksana sebagian tugas dan kekuasaan Presiden setelah ditentukan oleh Presiden;

e. Tugas yang diberikan kepada Wakil Presiden Uganda sebagai anggota parlemen.

3. Bahwa tugas Wakil Presiden yang diatur dalam masing-masing konstitusi negara tersebut didasarkan pada sistem pemerintahan yang dianut oleh masing-masing negara, seperti sistem pemerintahan presidensial yang dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Afrika Selatan, Siprus atau sistem pemerintahan parlementer yang dianut oleh Cina, India, Bulgaria maupun sistem pemerintahan gabungan seperti yang dianut oleh Irak dan Uganda;

4. Dipengaruhi pula oleh bentuk negara yang dianut oleh masing-masing negara tersebut, baik negara serikat seperti Amerika Serikat dan India maupun negara kesatuan seperti Filipina, Siprus, Cina, Afrika Selatan, Bulgaria, Irak, serta Uganda; 5. Mengenai kewenangan yang dimiliki semua Wakil Presiden pada masing-masing

(4)

Pada bab 3, Penulis mulai menjelaskan bagaimana asal mula Wakil Presiden di Indonesia mulai dari Wakil Presiden pertama yaitu bung Hatta sampai dengan Wakil Presiden terakhir yaitu Boediono.

Berbagai gagasan bagi penguatan posisi Wakil Presiden semakin menerabas kajian ilmu kenegaraan. Di antaranya wakil presiden menjabat sebagai Perdana Menteri atau menteri Pertama. Hal ini kelak mempengaruhi perubahan sistem ketatanegaraan Indonesia.

Penulis menyatakan bahwa jabatan Wakil Presiden saat ini hanya seperti wacana karena pertentangan antara tugas dan wewenang serta bentuk praktik nyatanya di Indonesia. Seperti yang penulis beri yaitu makna mengenai pasal 4 ayat (2) UUD 1945 yang terdapat istilah “dibantu” yang membuat Wakil Presiden tidak berguna selain hanya membantu Presiden saja.

Mengacu pada penafisran pasal 4 ayat (2) UUD 1945 dapat disimpulkan bahwa: 1. Kata kerja “dibantu” berpadanan dengan kata kerja “ditolong”, selanjutnya

2. Sifat dan bantuan Wakil Presiden tersebut adalah aktif dalam pelaksanaan kewajiban presiden. Artinya Wakil Presiden wajib memberikan bantuannya demi terselenggaranya pelaksanaan tugas yang diemban oleh Presiden.

3. Bentuk pembantuan dalam arti menolong; meringankan kewajiban Presiden, agar pelaksanaan kewajibannya berhasil dengan baik.

Pada bab ini penulis juga menjelaskan bagaimana penggantian Presiden. Jadi meskipun buku ini bertujuan menjelaskan Wakil Presiden penulis tetap menyertakan Presiden juga yang mungkin bermaksud untuk menyegarkan kembali ingatan pembaca yang lupa dengan sejarah Presiden terdahulu.

Hal ini bisa dibilang membuat pembaca menjadi bosan, karena melenceng dari topik pembicaraan yang dituju penulis justru memberi hal yang tidak seberapa berpengaruh pada tujuan diciptakannya buku ini meskipun maksud dari penulis tidak seperti itu. Kebanyakan pembaca mungkin akan melewati sub bab yang satu ini dan tidak membacanya karena ini hanyalah penjelasan singkat sejarah penggantian Presiden di Indonesia.

Beranjak dari pernyataan tadi, hukum tata negara dapat dipahami bahwa merupakan salah satu bagian dari sistem hukum yang mengatur tentang cara pengisian jabatan ketatanegaraan dengan pejabat, cara pembagian kekuasaan antar pejabat, serta cara pembatasan kekuasaan antar pejabat maupun antara pejabat-pejabat tersebut dengan rakyat.

(5)

Usai dari pembahasan pada bab 3 mengenai istilah “dibantu” yang terterea pada pasal 4 ayat (2) UUD 1945 dan penggantian Presiden oleh Wakil Presiden diajukan praktik ketatanegaraan yang terkait dengan praktik pembantuan Wakil Presiden Republik Indonesia. Tugas dan kewenangan wakil presiden ternyata dipengaruhi oleh faktor tingkat kedekatan antara Presiden dan wakil presiden.

Memasuki bab terakhir pada buku ini, penulis menyatakan bahwa buku ini adalah penyempurna dari bukunya yang sebelumnya berjudul Wakil Presiden Bukanlah Ban Serep. Pada bab ini terlihat jelas poin poin kedudukan Wakil Presiden dikarenakan penulis menjelaskan tentang faktor faktor seputar Wakil Presiden disertai dengan sistem pemerintahan yang terpadu, tidak lupa juga penulis memberi pertanggungjawaban Wakil Presiden pula hingga sangat jelas maksud dengan jududl bukunya.

Dari se3lesai dibacanya buku ini dapat disimpulkan kedudukan Wakil Presiden yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai Wakil Kepala Negara. Dengan wewenang yaitu a. Dewan Pertimbangan Presiden

b. Perencanaan pembangunan Nasional

c. Pertimbangan otonomi dan sumberdaya daerah, serta pengelolaan perbatasan. d. Pertimbangan Gelar Kehormatan dan Tanda Jasa.

e. Pertimbhangan Jabatan Publik

2. Sebagai Wakil Pemerintahan. Dengan wewenangnya yaitu: a. Pengawasan Aparatur Pemerintah

b. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

c. Koordinasi Perumusan dan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan d. Penanganan Sengketa Antar-Kementerian

e. Pemantauan Kebijakan Pemerintah di Daerah.

Mengacu pada beberapa kedudukan beserta wewenang dari masing masing kedudukan wakil presiden tersebut tidak dapat lagi kita memberi istilah Wakil Presiden sebagai Ban Serep. Dalam akhir kata penulis menyatakan terkait dengan jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia dapat diajukan beberapa persoalan yang masih dapat dielaborasi demi terwujudnya peran Wakil Presiden berdasarkan sistem ketatanegaraan UUD 1945 beserta Perubahan-perubahannya dan dasar negara.

Berikut persoalannya yaitu:

1. Perlu dipertimbangkan adanya kesepakatan bahwa Presiden dan Wakil Presiden berasal dari Provinsi yang berbeda

(6)

3. Pengkajian terkait dengan hak protokoler kepresidenan dan mantan pejabat Presiden dan Wakil Presiden, antara lain: hak administrasi/keuangan, hak menempati rumah dinas, hak memperoleh perlindungan keamanan, serta hak-hak protokoler lainnya bagi pejabat Kepresidenan berikut mantan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Secara keseluruhan simpulan yang didapat yaitu setiap jabatan pasti melekat pada pembatasan kekuasaan, tidak ada penyelewengan wewenang dan tugas karena sudah terbagi sebagaimana tertera dalam UUD 1945 meskipun masih dibilang Wakil Presiden mungkin hanyalah pembantu atau cadangan nyatanya kedudukan Wakil Presiden dan wewenangnya banyak tanpa dibutuhkan seorang Presiden sehingga bukan hanya pengganti.

Referensi

Dokumen terkait

wada’antara lain: wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayh kamu satu, tiada kelebihan orang arab atas Non Arab, tidak juga Non Arab atas Arab,

Adapun proses konflik India dan Pakistan yaitu konflik yang terjadi sejak bulan Agustus 1947.Peristiwa ini memiliki empat kejadian perang atau konflik ,tiga diantaranya

Profesional Mengembangkan materi pembelajaran penjasorkes secara kreatif Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

“Ibu harapkan setelah pembelajaran hari ini, kalian dapat mengetahui nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.”..

memperoleh pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Cooperatif Script dengan handout, Cooperatif Script dan pembelajaran

Jadi, hasil dari kemampuan berbicara pada siswa kelas sebelas SMK Taman Siswa Kudus tahun pelajaran 2014/2015 sebelum diajarkan menggunakan wayang kulit adalah rendah.

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI RESTORAN MERGOSARI CIAMIS.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Wahyuni (1994) dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Penimbangan di Posyandu Desa