• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU - Makna Filosofi Bushidou Di Dalam Sikap Aikidouka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU - Makna Filosofi Bushidou Di Dalam Sikap Aikidouka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU

  2.1 Pengertian dan Sejarah Aikidou

2.1.1 Pengertian Aikidou

Sebelum membahasan tentang arti kata aikidou, perlu ditekankan tentang

pentingnya bagi seseorang yang akan belajar aikidou untuk mengetahui definisi dan

pengertian dari kata aikidou itu sendiri secara benar.

Nama melambangkan esensi, mencapai pemahaman tentang esensi

adalah tujuan dari usaha manusia mempelajari sesuatu. proses belajar dimulai dari

mengerti arti dibalik nama. Jika manusia tidak tahu apa arti dibalik nama aikidou,

maka kemungkinan besar manusia tidak akan memiliki kejelasan arah dan tujuan

manusia mempelajari aikidou.

Sebaiknya manusia tahu tentang aikidou sebelum manusia memutuskan

untuk belajar, karena tanpa tahu informasi yang jelas maka bisa saja belajar aikidou

mengarahkan manusia pada sesuatu yang bahkan jauh dari pengertian aikidou itu

(2)

Aikidou secara etimologi berasal dari tiga huruf kanji yaitu, 合

あい

artinya

sesuatu yang dalam keadaan harmonis, selaras, gabung atau bahasa sehari-harinya pas

atau klop, 気き di dalam aikidou mengacu pada energi kehidupan alam semesta, yaitu

energi yang merupakan bahan dasar pembentuk segala sesuatu di alam semesta ini.

Sebagai catatan, banyak orang menyamakan antara Ki dengan “tenaga dalam” , 道どう

yang dilambangkan dengan huruf kanji berbentuk orang berjalan di jalan setapak

yang berarti jalan, konsep atau cara.

Dapat disimpulkan bahwa aikidou adalah jalan keselarasan: keselarasan

antara pikiran dan tubuh kita, keselarasan antara diri kita dan orang lain, keselarasan

antara diri kita dengan lingkungan serta alam semesta.

2.1.2 Sejarah Aikidou

Asal usul aikidou modern dapat ditelusuri ke abad 9, pada jaman feodal di

Jepang. Teknik-teknik ini adalah berawal dari Pangeran Teijun, anak ke 6 dari kaisar

Seiwa (850-880) dan diturunkan dari generasi ke generasi dari keluarga Minamoto.

Pada waktu generasi berikutnya, teknik-teknik itu akhirnya diberikan pada Shinra

Saburo Yoshimitsu, adik laki-laki Yishiee Minamoto. Yoshimitsu adalah seseorang

yang mempunyai bakat dan kemampuan yang hebat. Konon sejarahnya berkata

bahwa Yoshimitsu mengembangkan banyak tekniknya dengan mengawasi seekor

(3)

yang halus. Kemudian Yoshimitsu menamai teknik-teknik temuannya dengan nama

Daito ryu Aikijutsu (diambil dari nama rumahnya “Daito Mansion” dan menganbil

nama dari sistem Aikijutsu karena dasar dari tehnik ini adalah dari Aikijutsu).

Teknik Daito-ryu ini disampaikan secara rahasia kepada angota-anggota

keluarganya dan pembantu-pembantu. Akhirnya mencapai Sokaku Takeda

(1859-1943), yang kemudian memainkan peran yang penting dari dasar-dasar Aikido yang

modern. Sistem Daitu ryu yang diberikan kepada Sokaku Takeda, jelas berbeda dari

yang diajarkan beribu-ribu tahun sebelumnya. Seni beladiri yang dipelajari oleh

Takeda tidak diketahui kecuali bahwa latihannya di lakukan Ono-Ha Itto-ryu

Kenjutsu. Semua bukti-bukti mengarah kepada suatu kesimpulan bahwa seni

Daitu-ryu dari takeda merupakan suatu perpaduan dari pengalamannya yang luas dalam

memberikan pelatihan dan inovasi-inovasi teknis sebagai adanya mereka yang

merupakan suatu kelanjutan tetap dari tradisi beladiri suku aizu.

Salah satu murid takeda adalah Morihei Uiseba, yang merupakan penemu dari

aikido. Ueshiba yang dilahirkan pada tanggal 14 desember 1882 bertemu dengan

Takeda tahun 1915 setelah menghadiri suatu seminar selama 10 hari yang diadakan

oleh Takeda. Ia sangat terkesan melihat teknik-teknik Takeda sehingga dia langsung

mempelajari Daito-ryu. Sebagai tambahan, Ueshiba juga mempelajari Kito-ryu

Jujitsu, Yagyu Shinkage-ryu Kenjutsu dan ilmu beladri lainnya yang menggunakan

tangan kosong atau senjata. Ueshiba adalah orang yang juga mempelajari spiritual

(4)

tahun 1931, Ueshiba mendirikan Kobukan dojo atau dojo neraka. Saat itu adalah

ketika Ueshiba mencapai puncak kejayaan fisiknya. Salah satu murid-muridnya pada

waktu itu adalah Gozo Shioda yang kemudian mendirikan Yoshikan Aikido. Ueshiba

sangat dihargai oleh ahli-ahli beladiri lainnya pada waktu itu termasuk Jigoro Kano

(pendiri Judo) yang mengirim banyak murid-murid Judonya yang hebat untuk

mempelajari Aikido.

Termasuk dalam hal ini Kenji Tomiki, yang kemudian mengembangkan suatu

olahraga dengan mengambil style Aikido-Tomiki dan Mochizuki Minoru yang

membentuk Yoseikan Budo. Tahun 1942, Ueshiba pindah ke Iwama dimana ia

membuka sebuah dojo dan mendirikan tempat suci Aiki. Pada tahun 1945, Aikikai

didirikan walaupun semua bentuk Budo telah dilarang setelah perang dunia kedua.

Pusat dojo Aikikai didirikan di Tokyo walaupun Ueshiba tetap tinggal di dojo di

Iwama. Dojo yang di Tokyo di urus oleh anaknya Kisshomaru (1921-1999) dan

instruktur-instruktur utama lainnya Tohei Kohici yang kemudian membentuk

Shin-shin Toitsu Aikido (lebih terkenal dengan nama Ki Society Aikido).

Pada tanggal 26 april 1969, Sensei Morihei Ueshiba meninggal pada umur 86.

Ueshiba Sensei telah meninggalkan teknik beladiri dan ajaran tentang spirit yang

sekarang diajarkan di seluruh dunia. (www.

achannews.blogspot.com/2014/04/sejarah/beladiri-aikidou.html)

2.2 Mengenal Prinsip Dasar dalam Aikidou

(5)

Fudo dalam arti bahasa memiliki makna keheningan sejati (complete

stillness), sebuah kondisi diam tak bergeming, sesuatu yang tak terganggu gugat.

Fudo adalah sebuah kondisi hati yang tenang disebabkan faktor internal, mental dan

spiritual yang sedemikian kokoh sehingga tidak dapat terganggu gugat atau

terpengaruhi oleh faktor eksternal dari lingkungan. Genri berarti prinsip. Fudo genri

secara sederhana dapat diartikan prinsip untuk membangun diri yang tak

tergoyahkan,kokoh secara fisik, mental dan spiritual.

2.2.2 Kamae

Dalam hal apapun, bentuk sikap tubuh dapat menunjukkan kondisi mental

seseorang, yang dapat dilihat dari postur tubuh orang tersebut. Maka dalam aikidou,

diperlukan sebuah sikap yang dilakukan sedemikian rupa sehingga memunculkan

kondisi mental yang siaga namun tidak tegang. Kuda-kuda dalam aikidou tidak

dilakukan dengan kaku, yang hanya akan membuat setiap gerakan tegang dan tidak

mengalir alami. Kuda-kuda harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan menunjang

setiap gerakan dalam aikidou. Walaupun demikian, sikap harus tetap dalam keadaan

dimana titik keseimbangan tubuh dalam posisi yang stabil sehingga tidak mudah

digoyahkan. Sikap ini adalah ketika seseorang mampu menempatkan berat badan

pada posisi terendah dan berkonsentrasi pada satu titik.

2.2.3 Maai

Sebuah pertarungan, secara alamiah akan memerlukan suatu jarak yang

(6)

pembela diri dapat melakukan pertahanan dengan tepat. Dengan memahami konsep

ruang gerak pertarungan yang ada di sekelilingnya (depan, samping, belakang) secara

baik, seorang aikidouka harus mampu mengukur jarak yang tepat bagi dirinya dengan

lawan dalam mengaplikasikan setiap waza/teknik atau menetralisir setiap serangan

yang mungkin ada.

2.2.4 Kuzushi

Suatu serangan tentu akan baik bila si penyerang mampu menjaga

keseimbangan tubuhnya dengan baik pula. Sehingga bila posisi tubuh lawan (uke)

stabil, maka tentunya teknik aikidou apapun sangat sulit untuk dapat diterapkan. Hal

ini mengingat bahwa lawan tidak akan mungkin memberikan dirinya begitu saja

untuk dijatuhkan dan dia akan mencari cara untuk melepaskan diri dari teknik apapun

apabila ia memang masih mampu untuk melakukan itu. Teknik-teknik aikidou hanya

akan berhasil diaplikasikan ketika kondisi lawan (uke) tidak bisa menghindar lagi,

dengan kata lain ia sudah tidak punya pilihan lain selain menerima teknik yang

diterapkan padanya. Situasi seperti ini hanya akan terjadi ketika lawan sudah tidak

memiliki kendali atas tubuhnya sendiri. Untuk itulah pentingnya menghilangkan

keseimbangan lawan terlebih dahulu.

2.2.5 Atemi

Secara harafiah, atemi berarti teknik-teknik pukulan atau serangan. Dalam

aikidou, atemi punya peranan yang penting sebagai penghilang konsentrasi lawan.

(7)

teknik aikidou tidak diutamakan untuk merusak melainkan hanya sekedar untuk

melumpuhkan lawan. Seperti halnya keseimbangan, seorang lawan akan sulit

dilumpuhkan saat ia memiliki konsentrasi serangan yang sempurna. Maka dengan

atemi, seorang ahli beladiri akan mencuri kesempatan dibalik kelengahan si

penyerang yang mungkin hanya sepersekian detik namun sudah cukup memberinya

waktu untuk mengaplikasikan waza aikidou. Atemi tidak mutlak harus berbentuk

serangan dimana sesuai dengan maksud dan tujuannya dalam aikidou, maka atemi

dapat berupa teknik apapun yang mampu menggoyahkan kemampuan fisik dan

mental lawan

(www.lang8088.blogspot.co.id/2015/10belajar-memahami-prinsip-dasar -aikidou.html).

2.3 Aliran yang Terdapat Dalam Aikidou

Aikidou telah berkembang sedemikian rupa sehingga melahirkan banyak

aliran dan perguruan, baik dalam lingkup aikidou sendiri atau bahkan menjadi aliran

seni beladiri baru di luar aikidou. Hal ini bisa dimaklumi karena seni beladiri secara

teknis pastilah berkembang jika dipelajari oleh praktisi yang mempunyai bakat,

pengetahuan yang luas, inovasi dan kreatifitas yang baik. Perkembangan gaya dalam

aikidou lebih disebabkan karena murid-murid morihei ueshiba terdiri dari banyak

kalangan praktisi beladiri lain sebelum mereka belajar aikidou. Banyak di antara

mereka sebelumnya adalah praktisi-praktisi judo, karate, kendo atau jujutsu dari

berbagai aliran. Ketika mereka telah mumpuni dalam mendalami aikidou, baik

(8)

aikidou yang merupakan murid langsung Morihei Ueshiba mengajarkan aikidou

dengan gaya yang berbeda.

Perbedaan gaya atau aliran dalam aikidou ini juga disebabkan evolusi seni

beladiri aikidou pada diri morihei ueshiba sendiri. Morihei Ueshiba pada masa

mudanya telah mempelajari beberapa seni beladiri tangan kosong maupun bersenjata,

yang kemudian dikembangkan dengan banyak modifikasi atau penyempurnaan teknik.

Gaya seni beladiri yang dimilikinya pada awalnya diajarkan dengan nama Aiki Budo,

dan akhirnya dinamainya Aikidou.

Di bawah ini adalah beberapa aliran yang terdapat dalam aikidou:

2.3.1 Aikikai Hombu Dojo

Aikikai adalah aliran utama yang menjadi induk sebagian besar dojo. Secara

administratif Aikikai adalah penerus dari keberadaan dojo kobukan yang didirikan

oleh Morihei Ueshiba di Ushigome distrik-Shinjuku, Tokyo, pada tahun 1931. Pada

saat Morihei Ueshiba masih hidup, dojo kobukan adalah pusat dari kegiatan aikidou

di Jepang. Walaupun saat perang kedua usai dojo kobukan sempat terhenti sebentar

kegiatannya dan Morihei Ueshiba pindah ke Iwama, kegiatan dojo kobukan berlanjut

di bawah pengawasan Kisshomaru Ueshiba, putranya. Setelah Morihei Ueshiba wafat

pada tahun 1969, Kisshomaru menjadi guru besar (Doshu) menggantikan ayahnya

dan memimpin Aikikai Hombu. Dibawah Kisshomaru, Aikikai berkembang menjadi

besar dan menjadi induk utama afisiliasi dojo-dojo aikidou baik di Jepang sendiri

(9)

aikidou untuk diberi nama dan disusun menjadi kurikulum standar seperti yang

sekarang. Gaya khas tehnik aikidou yang dibawa oleh Kisshomaru adalah tehnik

aikidou yang mengalir, disebut Ki No Nagare. Gaya ini menjadi gaya yang terlihat

menonjol dalam aliran aikikai.

2.3.2 Yoshikan Aikidou

Yoshikan Aikidou didirikan oleh Gozo Shioda, murid langsung (Uchi

Deshi). Gozo Shioda belajar aikidou pada tahun 1932 di Dojo Kobukan. Masa-masa

tahun 30-an adalah masa dimana tehnik beladiri Morihei Ueshiba masih kental

diwarnai oleh pengarug gaya Jujutsu aliran Daito-ryu. Di tahun-tahun morihei

mengajar seni beladiri dengan nama Aiki-Budo yang dikenal dengan gaya yang keras.

Gozo Shioda belajar di Kokuban hingga tahun 1941, dan setelah mengikuti latihan

dengan rentang waktu yang tidak begitu lama di Iwama, yaitu saat Morihei Ueshiba

tidak lagi mengajar di dojo Kokuban-Tokyo, dan pindah ke Iwama, Gozo Shioda

mendirikan organisasi aikidonya sendiri dan dinamainya Yoshinkan Aikidou di tahun

1955.

2.3.3 Tomiki Aikidou

Tomiki Kenji adalah murid langsung Morihei Ueshiba dan belajar aikidou

mulai tahun 1925 ketika aikidou masih bernama Aiki Budo. Sebelum belajar aikidou,

Tomiki telah mempelajari Judo sejak umur 10 tahun. Oleh Jigoro Kano pendiri Judo

Kodokan, Tomiki mendapatkan peringkat Dan 5 pada tahun 1928. Tomiki merupakan

(10)

sistem Kyu-Dan untuk member peringkat pada murid-muridnya, Tomiki adalah orang

pertama yang mendapatkan peringkat Dan 8 aikidou pada tahun 1940. Tomiki

mendirikan klub Aikido Universitas Waseba pada tahun 1958. Selama belajar aikido,

Tomiki masih aktif mendalami Judo dan pada tahun 1964 Tomiki meraih peringkat

Dan 8 Judo Kodokan. Karena mempunyai latar belakang Judo yang kuat, Tomiki

memiliki gagasan untuk menjadikan aikidou sebagai sport sebagaimana jujutsu yang

oleh Jigoro Kano diubah menjadi Judo dan dipertandingkan. Itulah sebabnya Tomiki

berbeda pendapat dengan Morihei Ueshiba yang tidak sependapat jika aikidou

dipertandingkan. Akhirnya Tomiki mendirikan aliran aikidounya sendiri dan

dinamakan Tomiki Aikidou. Klub Aikidou Universitas Waseba adalah cikal bakal

berkembangnya aikidou gaya Tomiki. Seperti halnya Yoshikan Aikidou, aliran

Tomiki aikidou bergaya keras, aplikatif, menitikberatkan efisiensi, dan mempunyai

materi kurikulum dasar tersendiri yang berbeda dengan Aikikai. Aikidou di sini

dipertandingkan dengan dua cara, yakni kelas Randori dan Embukai. Pada kelas

Randori, pertandingan biasanya dilakukan dengan alat bantu pisau mainan, sedangkan

Embukai, aikidou dipertandingkan dengan peragaan tehnik. Peserta pertandingan

lazimnya adalah sepasang Nage dan Uke.

2.3.4 Shin’ei Taido

Aliran beladiri ini dikembangkan oleh Noriake Inoue. Inoue adalah

keponakan Morihei Ueshiba. Dia mempelajari aikidou ketika masih berbentuk

Aiki-Budo di dojo Kobukan pada tahun 1921. Inoue aktif membantu menyebarkan Aiki

(11)

mengajarkan Aiki Budo hingga tahun 1956, namun akhirnya ia mengembangkannya

dan mengganti namanya menjadi Shin’ei Taido.

2.3.5 Iwama Ryu dan Aikidou Toho

Di dalam aliran yang sama, gaya aikido yang diajarkan oleh masing-masing

instruktur tingkat tinggi pun beragam. Dalam aliran Aikikai sendiri misalnya, di kenal

pengajar yang mengharuskan muridnya mengenal tehnik penggunaan pedang dan

tongkat yang berhubungan dan analog dengan penggunaan tehnik tangan kosong

aikidou. Banyak sensei (guru) yang menganut paham bahwa pengetahuan

penggunaan senjata sama pentingnya dengan pengetahuan tehnik tangan kosong,

karena aikidou dikembangkan dari perpaduan antara tehnik jujutsu, olah gerak seni

pedang (kenjutsu) dan tombak/tongkat (yarijutsu). Sebutlah seperti Morihiro Saito

(peringkat Dan 8 Aikikai) yang mengajarkan Iwama ryu aikido, Shoji Nishio

(peringkat Dan 8 Aikikai) yang belakangan mengembangkan gaya Aiki Toho Iaido,

atau Mitsugi Saotome (peringkat Dan 8 Aikikai) yang mendirikan Aikido School

Ueshiba. Sedangkan, sebagai pengajar yang lain cenderung untuk menekankan

latihan hanya pada teknik tangan kosong, dan netralisasi serangan bersenjata. Bukan

berlatih menggunakan senjata itu sendiri. (www.aikidosolo.8m.com)

2.4 Mengenal Teknik-teknik Aikidou

(12)

2.4.1 Teknik Bantingan Judo Kodokan Jigoro Kano. Teknik ini lebih

menekankan pada latihan bebas dan teknik tertentu dalam perkelahian bebas (randori)

dan judo sebagai beladiri berusaha menghindari penggunaan serangan serangan

frontal seperti pukulan dan tendangan yang berbahaya dan lebih menitik beratkan

teknik pada bantingan yang terorganisir dan teknik bertahan

(https://www.mindtalk.com/judo-bushidou-sebuah-jalan-tiada-henti-beladiri-mindtalk).

2.4.2 Teknik Kuncian Jujutsu gaya Sokaku Takeda (Bapak Jujutsu) seni

bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong maupun senjata pendek.

2.4.3 Teknik Pedang (Kenjutsu)

Aikidou itu sendiri diciptakan dari unsur teknik lain diantaranya teknik

ilmu pedang seperti kenjutsu. Sehingga kalau diperhatikan, sebagian besar gerakan

dalam aikidou mirip dengan gerakan yang mengayun pedang.

(www.hideyoshi.blogspot.com).

2.4.4 Teknik Toya berpedang (Yarijutsu)

Pada umumnya Aikidou tidak menggunakan tendangan kaki, tapi dalam

hal-hal yang sangat khusus, teknik kaki (ashi waza), juga diajarkan. Inipun dengan

catatan pada Aikidoka tingkat Dan ke atas. Di Indonesia, ashi waza nyaris tidak

diajarkan. Aikidou cocok untuk perkelahian ruangan sempit maupun melawan

beberapa penyerang (multiple attacker), dan dapat dipelajari oleh pria dan wanita

(13)

Teknik-teknik (waza) aikidou sebenarnya tergolong sederhana. Ada 2 hal pokok,

yaitu nagewaza (melempar/membanting) dan kihonwaza (termasuk teknik kuncian).

Di dalam dojo, aikidou menggunakan 4 pola dasar latihan, yaitu :

2.4.5 Tachiwaza (Teknik Berdiri Melawan Berdiri)

teknik/gerakan yang dilakukan oleh uke dan nage dalam posisi berdiri

(https://aikidosuginami.wordpress.com).

2.4.6 Suwariwaza (Teknik Duduk Melawan Duduk)

pembelaan diri dari posisi duduk. Dari segi konsep pembelaan diri, semua

teknik beladiri aikidou yang dilakukan dengan berdiri bisa pula dilakukan dalam

posisi duduk. Cara pembelaan diri seperti ini sangat berguna ketika seorang praktisi

beladiri tidak dalam keadaan siap berdiri ketika serangan terjadi.

2.4.7 Hanmihandachi (Teknik Duduk Melawan Berdiri)

uke/sipenyerang berdiri untuk menyerang nage dan nage/orang yang

diserang menahan serangan si uke dengan cara berlutut

(https://aikidosuginami.wordpress.com)

2.4.8 Kaeshi Waza (Teknik Membuka Serangan sebagai

Pancingan terhadap lawan) atau teknik balasan dari uke dan si nage

(https://aikidosuginami.wordpress.com).

(14)

energi yang terpusat dan terkontrol. Jadi, mempelajari Aikidou adalah membiasakan

kondisi badan selalu dalam keadaan rileks. Badan dan otot-ototnya yang sudah

terkondisi dalam keadaan mengendur ini akan rileks dan terbawa dalam kehidupan

sehari-hari. Kondisi seperti ini akan menghasilkan suasana psikologi yang positif.

(https://shizendojomalang.wordpress.com/2006/03/22/belajar-aikidou/)

2.5 Empat Tingkatan Pemahaman Tentang Aikidou

2.5.1 Harmoni dengan Diri Sendiri

Pemahaman tentang harmoni dimulai dari memahami bagaimana

menempatkan komponen-komponen diri kita pada tempat dan fungsinya yang tepat.

Komponen diri kita secara sederhana terbagi menjadi tiga, hati, pikiran, dan tubuh.

Ke tiga komponen ini diciptakan sebagai sebuah kesatuan, oleh karena itu sudah

semustinya difungsikan sebagai sebuah kesatuan, tidak terpisah-pisah, dengan begitu

secara alamiah diri kita akan berfungsi secara optimal. Dalam tahap

mengharmonisasikan diri sendiri ini, satu hal penting yang harus ditekankan adalah

penggunaan hati. Hati yang ditempatkan ditempat yang baik dan benar, akan

senantiasa berkehendak atas sesuatu yang berdasarkan kebenaran, yang akan

mengarahkan pikiran pada rencana kegiatan/tindakan yang baik dan benar pula, yang

ada akhirnya akan terwujud dalam perbuatan yang baik dan benar yang dilakukan

oleh tubuh kita, begitupun sebaliknya. Jadi mulailah kita dengan selalu memeriksa

kondisi hati kita pada saat akan beraktivitas.

(15)

2.5.2 Harmoni dengan Sesama Manusia

Setelah memahami bagaimana menempatkan komponen diri kita ditempat

yang tepat, dan menjadikan diri kita harmonis dengan diri sendiri mulailah kita

belajar memahami bagaimana menempatkan diri kita dalam hubungannya dengan

orang lain. Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus berinteraksi dengan

sesamanya. Tidak jarang pula masalah timbul disebabkan ketidakmampuan kita

menyesuaikan diri kita dengan faktor eksternal (orang lain). Inilah sebabnya

pemahaman tentang keharmonisan tidak cukup kita kembangkan hanya dalam taraf

harmoni dengan diri sendiri, namun juga harus dikembangkan juga pada taraf

harmoni dengan orang lain.

2.5.3 Harmoni dengan Sesama Mahluk Ciptaan TUHAN

Dengan kata lain mengharmonisasikan diri kita dengan alam, ini adalah

tahapan pemahaman tentang keharmonisan di level yang ketiga, dimana kemudian

kita mulai melihat keberadaan kita sebagai bagian dari sebuah kesatuan yang lebih

besar yaitu lingkungan kehidupan kita, hingga yang paling besar adalah bagian dari

alam semesta, dalam tahap pemahaman ini, kesadaran tentang eksistensi diri kita

meluas hingga kita memahami peran yang harus kita mainkan dalam hubungannya

dengan lingkungan kita, komunitas dan habitat kita, sehingga kita kemudian berusaha

untuk menempatkan diri yang tepat dalam interaksi kehidupan yang dijalani bersama

(16)

2.5.4 Harmoni dengan Dojo

Sebagai tempat latihan, dojo sendiri merupakan tempat yang pas untuk

latihan penyelarasan dengan lingkungan. Etika yang diberlakukan di dojo, pengaturan

alas kaki, cara duduk, urutan duduk, cara menghormati, dll, Harus dipatuhi sebaik

mungkin. Dalam hal waza, harmoni dengan dojo tampak misalnya dalam

mengarahkan waza seperti kaiten nage. Nage harus memperhatikan agar uke tidak

menabrak tiang, dinding atau teman latihan lain. Jatuh itu gampang, tapi jatuh dengan

enak, dengan ukemi yang benar, menyatukan diri dengan matras atau tanah itu lain

soal. Harus dilatih teknik aikidou serta sikap mental sehingga seseorang dapat

menyatu dengan lingkungannya, menyelaraskan gravitasi dan arah laju tubuh yang

jatuh atau menyelaraskan diri menggelinding dengan hampir tidak bersuara di matras

Referensi

Dokumen terkait

Nilai kekuatan kompresi gipsum untuk pembuatan model kerja harus tinggi, maka pada tahap ketiga proses daur ulang, yaitu pencampuran yang bertujuan untuk mendapatkan bahan yang

Para Petugas Bidang Penyaluran, Evaluasi dan Monitoring mempunyai tugas mengadakan bimbingan lanjutan, koordinasi dengan instansi terkait atau pihak swasta dalam rangka

Dengan menggunakan regresi linier berganda untuk analisis data, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan

Setelah data dikumpulkan selama satu bulan, PIC akan melakukan analisa data terhadap ketepatan waktu pengiriman laporan catatan medic < 24 jam setelah selesai pelayanan

Sementara itu dari tabel 4, terlihat bahwa penga- ruh peubah Fisik atlet ( X 1) berpengaruh langsung dan tidak langsung secara signifikan pada taraf 1% sebe- sar 0,23 dan sebesar 0,08

Dataset yang digunakan untuk pencarian model ini adalah dataset tulisan tangan aksara arab dengan jenis spidol yang sama pada 30 orang untuk proses training dan testing pada

Segala hormat, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul Peran

Perjanjian Kerjasama antara Depkes RI dengan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Askes Nomor 213/MENKES/PKS/III/2008 (Nomor 41/KTR/0308) tentang Manajemen Kepesertaan