BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan 1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui penginderaan yang dimilikinya, yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo,
2010).
1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Menurut Bloom (1908, dalam Notoatmodjo 2007),
pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu: tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),
dan evaluasi(evaluation).
Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah dan dapat diukur dengan menggunakan kata kerja menyebutkan,
Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Aplikasi (application) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
Sintesis (synthesis) menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yan telah ada.
Pada penelitian ini, pengetahuan diukur sampai tingkat tahu (know).
1.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
2. Konsep Kolostomi 2.1 Pengertian Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah,
stoma dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen (Smeltzer & Bare
2002). Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat
oleh tumor (Harahap, 2006).
2.2 Stoma
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan perut disebut stoma (Smeltzer
& Bare, 2002). Feses dikeluarkan dari tubuh melalui stoma sehingga pasien
kolostomi menggunakan kantong untuk mengumpulkan feses yang keluar dari
stoma (International Ostomy Association, 2012). Indikator stoma yang sehat,
menunjukkan adanya anemia dan warna hitam menunjukkan terjadinya iskemia.
Tidak ada eritema, ruam, ulserasi atau peradangan di sekitar kulit (Rull, 2011).
2.3 Jenis Stoma Kolostomi
Pembedahan kolostomi dilakukan pada beberapa penyakit dan kondisi yang
berbeda. Dimana stoma berada di abdomen tergantung pada bagian mana dari
usus besar yang digunakan untuk membuat stoma. Lokasi stoma kolostomi
ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien Berdasarkan lokasinya,
ada 3 jenis kolostomi menurut American Cancer Society (2011), yaitu:
1. Kolostomi Asendens
Kolostomi asendens terletak di sisi kanan perut. Hanya sebagian kecil dari
usus besar yang tersisa yang tetap aktif sehingga keluarannya berbentuk cair dan
mengandung banyak enzim pencernaan. Kantong drainase harus dipakai setiap
saat dan kulit harus terlindungi dari keluaran usus besar.
2. Kolostomi Transversal
Kolostomi transversal terletak di perut bagian atas, baik di tengah atau
mengarah ke sisi kanan tubuh sehingga memungkinkan feses keluar dari tubuh
sebelum mencapai kolon desenden.
3. Kolostomi Desenden/Sigmoid
Kolostomi desenden, terletak di kolon desenden, ditempatkan di sisi kiri
bawah perut. Feses yang keluar dari kolon desenden berbentuk padat dan dapat
dikendalikan. Kolostomi sigmoid dibuat di kolon sigmoid dan letaknya hanya
usus yang bekerja, kolon ini mengeluarkan feses yang padat pada jadwal yang
lebih teratur.
Menurut Potter & Perry (2006), ada 3 jenis bentuk stoma kolostomi, yaitu:
1. Loop Colostomy
Loop colostomy biasanya dilakukan dalam keadaan darurat. Jenis kolostomi
ini mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk di kolon transversal dan
bersifat sementara. Lengkung ostomi memiliki dua buah lubang pada stoma.
Ujung proksimal mengeluarkan feses sedangkan bagian distal mengeluarkan
lendir.
2. End Colostomy
End colostomy terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus
dengan bagian distal saluran pencernaan dapat dibuang atau dijahit tertutup dan
dibiarkan di dalam rongga abdomen. End colostomy adalah hasil terapi bedah
kanker kolorektal. Pada kasus tersebut, rektum juga mungkin dibuang.
3. Double-Barrel Colostomy
Double-Barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma: stoma
proksimal yang berfungsi dan stoma stoma distal yang tidak berfungsi.
2.4Indikasi Kolostomi
Kebanyakan tindakan kolostomi dilakukan karena kanker kolon, tetapi dapat
juga dilakukan karena kondisi seperti divertikulitis, usus berlubang, obstruksi
Kolostomi dapat bersifat sementara atau permanen dan bisa terdapat
dibagian manapun dari usus besar tergantung penyebab dilakukannya operasi
(Clark & Grover, 2004). Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan
apabila klien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena
adanya keganasan, perlengketan (adhesi) atau pengangkatan kolon sigmoid atau
rektum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Sedangkan pembuatan
kolostomi temporer/sementara biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau
untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan
seperti semula dan abdomen ditutup kembali (Suratun & Lusianah, 2010).
2.5Komplikasi Stoma Kolostomi
Ada beberapa komplikasi stoma yang dapat terjadi, yaitu:
1. Kematian (nekrosis) jaringan stoma, disebabkan oleh supalai darah yang
tidak memadai. Komplikasi ini biasanya terlihat 12-24 jam setelah operasi
dan mungkin memerlukan pembedahan tambahan.
2. Retraksi stoma, disebabkan karena panjang stoma yang tidak cukup.
3. Prolaps stoma, terjadi ketika usus menonjol keluar melalui lubang yaitu 2-3
cm sampai lebih dari 10 cm. kegemukan, ukuran lubang yang berlebih pada
dinding abdomen yang dibuat saat pebedahan, peningkatan tekanan perut
karena tumor, kehamilan, batuk dan bersin, bekerja berlebihan cth:
mengangkat benda yang berat, dan otot perut yang kurang berkembang
4. Stenosis, yaitu penyempitan pada lubang stoma. Seringkali dikaitkan
dengan infeksi di sekitar stoma atau jaringan parut.
5. Parastomal hernia, yaitu pembengkakan pada perut di sekitar stoma
disebabkan karena penempatan stoma pada dinding abdomen yang lemah.
6. Masalah pada kulit, terjadi karena perawatan stoma yang tidak tepat seperti
membuat lubang kantong yang tidak tepat sehingga feses kontak dengan
kulit dan menyebabkan masalah pada kulit yang ditandai dengan adanya
kemerahan pada kulit dan dapat semakin memburuk dimana kulit akan
rusak bahkan bisa terjadi ulserasi. Kulit yang rusak, kemerahan atau
terjadinya peradangan pada kulit dapat meningkatkan resiko kebocoran
kantong dan kerusakan kulit lebih lanjut (Burch, 2011; Colostomy
Association, 2013;Wright).
3. Konsep Perawatan Stoma Kolostomi 3.1 Perawatan Stoma Kolostomi
Pasien yang memiliki stoma kolostomi menghadapi masalah perawatan
kesehatan yang unik sebab pola defekasi mereka berbeda dengan pasien yang
memiliki kolon yang utuh. Individu yang memiliki stoma kolostomi harus
mengenakan kantong atau alat untuk mengumpulkan feses yang dikeluarkan dari
stoma (Ostomy Lifestyle, 2013; Potter & Perry, 2006).
Feses yang keluar melalui stoma dapat menyebabkan beberapa masalah pada
kulit (Clark & Grover, 2004). Masalah pada kulit ditandai dengan adanya
peristomal dan hal ini dapat terjadi jika perawatan stoma tidak tepat (Burch,
2011). Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma.
Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk mencegah
kebocoran isi (Wong, 2009).
Hal-hal yang diperhatikan dalam membersihkan dan merawat stoma yaitu
menggunakan air hangat dan handuk lembut untuk membersihkan stoma dan kulit
sekitarnya. Jika menggunakan sabun untuk membersihkan kulit sekitar stoma,
sebaiknya menggunakan sabun yang sangat ringan. Menggunakan sabun yang
mengandung minyak, parfum dan deodorant perlu dihindari dapat menyebabkan
masalah pada kulit dan menghalangi menempelnya perekat kantong. Jika perlu,
gunakan pelindung kulit dimana perekat akan diterapkan.
Kulit sekitar stoma juga harus dipastikan telah kering sebelum
menggunakan kantong yang baru. Jangan menggunakan alkohol atau bahan kimia
lainnya untuk membersihkan kulit disekitar stoma karena dapat mengiritasi kulit
sekitar stoma. Jaringan stoma berisi pembuluh darah kecil dan dapat berdarah
sedikit ketika dibersihkan. Setiap perdarahan yang tidak berhenti harus dilaporkan
kepada penyedia layanan kesehatan.
Kantong diganti secara teratur untuk mencegah kebocoran dan iritasi kulit.
mengganti atau mengosongkan kantong dilakukan apabila kantong terisi feses
sebanyak sepertiga sampai seperdua kantong. Melepas kantong dengan cara
mendorong kantong menjauh dari kulit secara hati-hati akan membantu mencegah
kerusakan kulit. Selanjutnya, membuat lubang kantong dengan ukuran yang tepat,
memotong lubang pada barier kulit adalah penting karena barier kulit yang baik
melindungi kulit, mencegah iritasi dan nyaman digunakan oleh pasien (Clark &
Grover, 2004; Colostomy Association, 2013; WOCN, dalam Flores, 2013)
Prinsip dalam perawatan stoma kolostomi yaitu bersih (American Cancer
Society, 2011). Pada perawatan stoma, dibutuhkan kantong yang merupakan
bagian pokok dari peralatan untuk perawatan stoma. Feses yang keluar dari tubuh
perlu dikumpulkan di dalam kantong. Ada beberapa jenis kantong yang dapat
digunakan tergantung kebutuhan pasien, antara lain:
a). Jenis kantong berdasarkan jumlah bagian kantong, yaitu: (1) One Piece
atau kantong dengan sistem satu bagian memiliki perekat yang
ditempelkan secara permanen pada kantong. Ketika kantong diganti
dengan yang baru, kantong baru harus direkatkan kembali ke kulit. (2)
Two piece atau kantong dengan sistem dua bagian, memiliki flange
dengan perekat disekitarnya dan kantong yang dilekatkan pada flange
sehingga kantong dapat dilepas dari flange saat dikosongkan atau diganti.
Hal ini memungkinkan flange tetap berada di tempatnyan saat kantong
yang telah terisi feses diambil dan diganti dengan kantong baru kemudian
kantong baru dihubungkan ada flange. Kantong baru tidak perlu
dilengketkan kembali ke kulit setiap kali pergantian kantong, cukup
dihubungkan kembali dengan flange, sehingga sistem ini sangat
menolong untuk pasien dengan kulit sensitive dan meminimalkan risiko
b). Jenis kantong berdasarkan bentuk kantong, yaitu: (1) Closed pouches
atau kantong dengan ujung tertutup, biasanya digunakan oleh pasien
yang memiliki kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid. Jenis
kantong ini digunakan sekali dan dibuang saat mengganti kantong. (2)
Open Pouches (drainable) atau kantong dengan ujung terbuka, biasanya
digunakan oleh pasien dengan kolostomi ansenden atau kolostomi
transversal. Bagian bawah kantong ini dapat dibuka untuk mengeluarkan
isi kantong dan dapat digunakan kembali setelah kantong dibersihkan.
c). Jenis kantong berdasarkan warna kantong, yaitu: (1) Transparent pouch
atau kantong kolostomi transparan / bening. (2) Opaque pouch atau
kantong berwarna coklat (Colostomy.org, 2013).
3.2 Prosedur Perawatan Stoma Kolostomi
Pada perawatan stoma kolostomi, hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
1. Warna stoma: stoma harus tampak merah, memiliki warna yang sama dengan
lapisan mukosa bagian dalam pipi. Stoma yang sangat pucat atau berwarna
lebih gelap dengan warna kebiruan atau keunguan mengindikasikan gangguan
sirkulasi darah ke area.
2. Ukuran dan bentuk stoma: sebagian besar stoma agak menonjol dari abdomen.
Stoma baru biasanya tampak bengkak, tetapi pembengkakan biasanya akan
mereda setelah lebih dari 2 atau 3 minggu atau paling lama 6 minggu. Bengkak
3. Perdarahan stoma: pada awalnya akan ada sedikit perdarahan jika stoma
disentuh dan hal itu adalah normal, tetapi perdarahan yang lain harus
dilaporkan.
4. Status kulit peristoma: setiap kemerahan dan iritasi kulit peristoma 5-13 cm
yang mengelilingi stoma harus diperhatikan. Kemerahan sementara setelah
melepas plester adalah hal yang normal.
5. Keluhan: keluhan rasa terbakar di bawah plat pelindung dapat mengindikasikan
adanya kerusakan kulit (Berman, Snyder, Kozeir, Erb, 2009).
Prosedur perawatan stoma kolostomi (Berman, Snyder, Kozeir, Erb, 2009;
Tresca, 2013), yaitu:
Tabel 2.1. Tabel prosedur perawatan stoma kolostomi
No Kegiatan
A Perlengkapan
1. Kantong kolostomi (one piece: closed pouches/drainable pouches, transparent/opaque, cut to fit/pre cut, two piece: closed
pouches/drainable pouches, transparent/opaque, cut to fit/pre cut)
2. Panduan ukur stoma
3. Pulpen atau pensil dan gunting
4. Bahan-bahan pembersih (air hangat, washlap, handuk/kassa lembut) 5. Pencukur rambut
6. Klem penutup bagian bawah (jika menggunakan kantong yang
drainable)
7. Sabuk (belt) jika dibutuhkan
Persiapan
1. Tentukan kebutuhan untuk mengganti peralatan stoma
a. Kaji adanya kebocoran cairan feses pada kantong yang digunakan. Cairan feses dapa mengiritasi kulit.
b. Kaji penuhnya kantong. Kantong dikosongkan apabila sudah terisi feses sebanyak sepertiga sampai seperdua kantong. Kantong yang isinya terlalu penuh menyebabkan cairan feses bocor keluar dan mengiritasi kulit.
selera makan klien dan membuat klien merasa malu. Hindari mengganti peralatan setelah makan atau setelah pemberian obat-obatan yang dapat pengeluaran isi usus.
B Pelaksanaan
1. Komunikasi terapeutik dan jelaskan tujuan perawatan. 2. Cuci tangan dan berikan privasi.
3. Atur posisi klien yaitu duduk atau berbaring di tempat tidur atau posisi berdiri atau duduk di dalam kamar mandi.
4. Kosongkan kantong (drainable pouches), lepaskan dan buang kantong yang lama dengan cara satu tangan memegang kulit dan tangan yang lain menarik perekat kantong secara perlahan dengan arah dari atas ke bawah/samping. Gunakan pembersih perekat jika diperlukan untuk memudahkan melepas perekat.
5. Bersihkan kulit dan stoma dengan kain lap dan air hangat
6. Keringkan kulit dengan handuk/kassa dengan cara menepuk-nepukkan handuk/kassa ke area tersebut. Cukur rambut yang ada di sekitar stoma dengan arah menjauhi stoma untuk menghasikan perekatan yang lebih baik dan menghindari terjadinya iritasi kulit. 7. Kaji keadaan stoma dan kulit peristoma.
8. Ukur stoma dengan menggunakan panduan ukur dan buat lubang pada kantong dengan ukuran 0,3-0,4 cm lebih besar dari stoma. 9. Jika menggunakan kantong one piece, lepaskan kertas perekat di
bagian belakang kantong dan pasang kantong dengan memposisikan stoma tepat pada lubang kantong dan posisikan kantong sesuai dengan aktifitas pasien. Tekan selama beberapa saat agar kantong menempel dengan baik.
10. Jika menggunakan kantong two piece, pasang terlebih dahulu wafer/flange dengan mengarahkan wafer/flange diatas stoma. Tekan dan tahan wafer/flange selama beberapa menit agar dapat merekat dengan baik. Kemudian pasang kantong pada wafer/flange dengan memposisikan stoma tepat pada lubang kantong dan posisikan kantong sesuai dengan aktifitas pasien.
11. Jika menggunakan kantong yang drainable, pasang klem pada bagian ujung kantong.